Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN BIAYA

“ALOKASI BIAYA : DEPARTEMEN, PRODUK GABUNGAN, DAN


PRODUK SAMPINGAN”

DOSEN PENGAMPU: HASDIANA, SE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

AMALIA MUYASSARAH.M 221350061

AMIN SYAM 221350031

KELAS MANAJEMEN V A

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Alokasi Biaya :
Departemen, Produk Gabungan, dan Produk Sampingan”, yang mana makalah ini
disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Biaya.
Ada pepatah yang mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini.Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini berguna dan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Demikian makalah ini kami buat, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Parepare, 16 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................5
2.1 Peran Strategi Alokasi Biaya...................................................................................................5
2.2 Alokasi biaya ke departemen jasa dan departemen produksi....................................................6
2.3 Perhitungan Biaya Produk Gabungan........................................................................................16
2.4 Perhitungan Biaya Produk Bersama...........................................................................................23
BAB III..................................................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................29

BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Produk Gabungan (joint product) dihasilkan secara simultan melalui suatu proses atau
serentetan proses umum, dimana setiap produk yang dihasilkan dari proses tersebut
memiliki lebih dari sekedar nilai nominal. Proses produksi tersebut bersifat simultan
karena proses itu menghasilkan seluruh produk tersebut tanpa kecuali. Peningkatan dalam
output salah satu produk pasti akan menyebabkan peningkatan kuantitas dari produk atau
produk-produk lain, dan demikian pula sebaliknya, walaupun tidak harus dalam proporsi
yang sama.
Biaya gabungan terjadi dalam bentuk jumlah total biaya yang dapat dibagi untuk
semua produk dihasilkan dan bukan berasal dari penjumlahan biaya individual masing-
masing produk. Total biaya produksi dari beragam produk melibatkan biaya gabungan
maupun biaya produksi individualyang terpisah.
Titik pisah batas (split-off point) didefinisikan sebagai titik dimana produk-produk
tersebut dapat dipisahkan sebagai unit-unit individual. Sebelum titik tersebut, produk-
produk tadi masih dalam satu kesatuan yang homogen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa peran strategi alokasi biaya ?
2. Bagaimana cara alokasi biaya ke departemen jasa dan departemen produksi?
3. Bagaimana alokasi biaya produk gabungan?
4. Bagaimana perhitungan biaya produk bersama?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui peran strategi alokasi biaya
2. Untuk mengetahui cara alokasi biaya ke departemen jasa dan departemen industri
3. Untuk mengetahui alokasi biaya produl gabungan
4. Untuk mengetahui perhitungan biaya produk bersama

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERAN STRATEGIS ALOKASI BIAYA

Peran strategis alokasi biaya memiliki empat tujuan :


1. Menentukan biaya departemen yang akurat dan biaya produk(accurute departmental
and product costs) sebagai dasar untuk melakukan evaluasi efisien biaya departemen
dan profabilitas dari berbagai produk, untuk pelaporan keuangan, serta kepatuhan
pajak.
2. Memotivasi manajer untuk mengarahkan segala upaya tingkat tinggi dalam mencapai
tujuan akhir manajemen puncak.

5
3. Menyediakan insentifyang tepat bagi manajer untuk mengambil keputusan yang
konsisten dengan tujuan manajemen puncak.
4. Secara wajar menentukan imbal jasa yang diperoleh manajer atas upaya dan
keahliannya serta efektifitas pengambilan keputusan mereka.

Tujuan pertama dan yang terpenting membutuhkan metode alokasi biaya yang cukup
akurat untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen yang efektif mengenai produuk
dan departemen. Metode alokasi biaya juga harus mematuhi standart-standart pelaoran
keuangan FASB (dan pada akhirnya, standart-standart Pelaporan keuangan Internasional dari
Dewan Standar Akuntansi Internasional – International Financial reporting Standarts of the
International Accouning Standards Board, ketika SEC bergerak menuju ke satu titik temu
antara standar-standar AS dengan Internasional) dan Internal Revenue Service.

Tujuan kedua adalah memotivasi manajer, yang berarti ahwa, agar dapat efektif, alokasi
biaya harus memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang
harus memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang
diharapkan. Isu motivasi utamanya adalah apakah manajer dapat mengendalikan biaya yang
dialokasikan.

Tujuan ketiga adalah menyediakan intensif untuk pengembalian keputusan, yang akan
dicapai ketika alokasi biaya menyediakan insentif yang efektif untuk setiap manajer yang
bertindak secara otonom dengan cara yang konsisten dengan tujuan manajemen puncak.

Tujuan keempat adalah kewajaran, yang tercapai ketika alokasi biayanya jelas, objektif,
dan diaplikasikan secara konsisten. Dasar alokasi biaya yang paling objektif hanya ada ketika
hubungan sebab-akibat dapat ditentukan.

Memotivasi manajer untuk dapat mengalokasikan biaya secara efektif dan dapat
memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang diharapkan.

Contoh : Ketika alokasi biaya departemen untuk pemeliharaan peralatan didasarkan atas
jumlah kerusakan, manajer akan termotivasi untuk mengurangi biaya tersebut.

2.2 ALOKASI BIAYA KE DEPARTEMEN JASA DAN DEPARTEMEN PRODUKSI


Pendekatan departemen merupakan perbaikan dari pendekatan berdasarkan volume
satu tahapan karena memperhitungkan perbedaan biaya yang terjadi pada berbagai
departemen dan perbedaan konsumsi sumber daya departemen dengan produk, dengan
demiian menyebabkan biaya produk yang lebih akurat.

6
Pendekatan berdasarkan aktivitas, yang dijelaskan pada bab 5, mengikuti pendekatan
dua tahap seperti pendekatan departemen, dengan perbedaan bahwa pendekatan itu
membebankan biaya pada tingkat yang jauh lbeih terperinci yaitu aktivitas operasi selain
departemen.karena tingkat perincian yang lebih besar, pendekatan berdasarkan aktivitas
menangkap penggunaan sumber daya yang lebih akurat dengan berbagai produk, dan oleh
karena itu menyediakan biaya produk yang lebih akurat. Karena adanya tingkat keakuratan
yang meningkat, pendekatan berdasarkan aktivitas pada umumnya lebih disukai. Akan tetapi
berdasarkan aktivitas tidak disukai dalam seluruh situasi, seperti dimana perusahaan
meemiliki produk dan proses yang homogen. Kemudian pendekatan departemen lebih disukai
karena lebih sederhana, murah, dan menghasilkan hasil-hasil yang dapat dibandingkan
dengan pendekatan berdasarkan aktivitas.
Pendekatan departemen mengakui bahwa operasi produksi secara umum mencakup dua
jenis departemen operasi, departemen produksi dan departemen jasa. Pendekatan departemen
memilikitiga tahapan, yaitu :
1. Menelusuri seluruh biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya overhead
pabrik ke departemmen jasa dan departemen produksi.
Tahap pertama pada pendekatan alokasi departemen adalah menelusuri biaya
produksi langsung dan mengalokasikan biaya produksi tidak langsung padapabrik ke
setiap departemen jasa dan departemen produksi.
Untuk alokasi tahap pertama, liht informasi Bear Company pada tampilan berikut:
Departemen jasa 1 $ 5.850
Departemen jas 2 8.250
Departemen produksi 1 24.750
Departemen produksi 2 27.150
Total $66.000

Departemen Departemen Departemen Departemen Jumlah T


Jasa 1 jasa 2 Produksi

Jumlah jam 1.800 1.200 3.600 5.400 12.000


tenaga
kerja

Jumlah jam 320 160 160 1.600 3.200


mesin

7
Biaya $ 1.600 $ 5.500 $ 5.500 $ 15.500 $ 36.000
langsung

Tenaga Tidak dapat 25.000


kerja tidak ditelusuri
langsung

Bahan baku Tidak dapat 5.000


tidak ditelusuri
langsung

Beary memproduksi dua produk serta memiliki dua departemen produksi dan dua
departemen jasa. Biaya langsung sebesar $36.000 dapat ditelusuri ke setiap departemen,
dan biaya tidak langsung sebesar $30.000 (biaya tenaga kerja sebesar $25.000 dan biaya
bahan baku sebesar $5.000) bersifat umum bagi seluruh departemen tetapi tidak dapat
ditelusuri langsung ke departemen. Beary menggunakan jumlah jam tenaga kerja
langsung ke departemen. Beary menggunakan jumlah jam tenaga kerja untuk
mengalokasikan biaya tenaga kerja tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk
mengalokasikan biaya bahan baku tidak langsung.
Alokasi tahap pertama akan ditunjukkan pada tampilan sebagai berikut :
Seluruh Departemen

Dasar Alokasi Dep. Jasa 1 Dep. Jasa 2 Dep. Dep. Total


Departemen Produksi 1 Produksi 2

Jumlah jam tenaga 1.800 1.200 3.600 5.400 12.000


kerja langsing

Persentase 15% 10% 30% 45% 100%

Jumlah jam kerja 320 160 1.120 1.600 3.200


mesin

Persentase 10% 5% 35% 50% 100%

Tahap Pertama: Menelusuri Biaya Langsung & Mengalokasikan BTKL ke seluruh Departemen

Biaya Langsung $1.600 $5.500 $15.500 $13.400 $36.000

Mengalokasikan BTKL ke
departemen:

Tenaga kerja 3.750 2.500 7.500 11.250 25.000


tak langsung = 15% x $25.000 = 10% x $25.000 =30%x$25.000 =45%x$25.000

Bahan baku 500 250 1.750 2.500 5.000


tidak langsung =10% x = 5% x $5.000 =35%x$5.000 =50%x$5.000

8
$5.000

Total untuk $5.850 $8.250 $24.750 $27.150 $66.000


seluruh
departemen

Total biaya langsung sebesar $36.000 dapat di telusuri ke empat departemen, dan
biaya overhead dialokasikan menggunakan jumlah jam tenaga kerja (untuk tenaga kerja
tidak langsung) dan jumlah jam mesin (untuk bahan baku tidak langsung). Tampilan
tersebut menyajikan dasar alokasi untuk penggunaan jumlah jam tenaga kerja dan jumlah
jam mesin sebagai persentase dari total penggunaan. Biaya tenaga kerja tidak langsung
sebesar $25.000 dialokasikan ke empat departemen menggunakan dasar alokasi jumlah
jam tenaga kerja. Contohnya, jumlah biaya tenaga kerja tidak langsung yang
dialokasikan ke departemen jasa 1 sebesar $3.750 (bagian total biaya tenaga kerja tidak
langsung pada departemen 1, atau 15% x $25.000). alokasi biaya tenaga kerja tidak
langsung ke departemen lainnya dilakukan dengna cara yang sama. Demikian pula, biaya
bahan baku tidak langsung sebesar $5.000 dialokasikan ke empat departemen
menggunakan jumlah jam mesin. Jumlah biaya bahan baku tidak langsung yang
dialokasikan ke departemen jasa 1 sebesar $500 (10% x $5.000). total biaya langsung
dan biaya tidak langsung yang dialokasikan sebesar $66.000, sama dengan total biaya.
2. Mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi
Tahap kedua yaitu mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi.
Tahap ini adalah tahap alokasi yang paling kompleks karena jasa dapat mengalir bolak-
balik antardepartemen jasa. Tahap ini sering kali disebut juga arus timbale-balik
(reciprocal flows). Misalnya, asumsikan bahwa 40% dari 1.800 jumlah jam tengaa kerja
departemen jasa 1 (720 jam) digunakan untuk melayani departemen jasa 1. Dapat kita
lihat kedua arus bolak-balik untuk Beary Company pada tampilan berikut. Hubungan
timbal balik pada Bear :

Ke

Dari : Departemen Departemen Departemen Departemen


Jasa 1 Jasa 2 Produksi 1 Produksi 2

Departemen - 40% 30% 30%


Jasa 1

Departemen 10% - 30% 60%

9
Jasa 2

Persentase hubungan jasa pada umumnya ditentukan dengan mengacu pada jumlah
jam tenaga kerja, jumlah unit yang diproses atau beberapa dasar alokasi lainnya yang
paling baik mencerminkan jasa yang disediakan bagi departemen tersebut. Pada Beary
Company, persentase arus jasa untuk setiap departemen jasa ditentukan menurut jumlah
jam tenaga kerja yang digunakan untuk jasa yang disediakan bagi departemen jasa
lainnya dan departemen produksi. Departemen jasa pertama Beary Company
menggunakan 40% waktunya untuk melayani departemen jasa 2 dan 30% waktunya
untuk melayani kedua departemen produksi. Departemen jasa 2 melayani departemen
jasa 1 sebesar 10% dari waktunya, departemen produksi pertama sebesar 30% dari
waktunya, dan departemen produksi kedua sebesar 60% dari waktunya.
Akuntan menggunakan tiga metode umum untuk mengalokasikan biaya dengan dua
tahap ;
1. Metode Langsung
Metode Langsung (direct method) merupakan metode yang paling sederhana dari
ketiga metode alokasi biaya per departemen karena mengabaikan arus timbal balik.
Alokasi biaya diselesaikan dengan menggunakan arus jasa hanya ke departemen
produksi dan menentukan bagian dari jasa tersebut untuk setiap departemen
produksi. Contohnya untuk departemen jasa 1, bagian waktu untuk setiap
departemen produksi adalah sebesar 50% dari total jasa yang digunakan oleh
departemen produksi, yang ditentukan sebagai berikut :
Untuk Departemen 1 :

Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 1 :


= 100% - Waktu jasa untuk departemen jada kedua
= 100% - 40% = 60%
Bagian departemen produksi 1 : 30 persen/60 persen = 50 persen
Bagian departemen produksi 2 : 30 persen/60 persen = 50 persen

Untuk Departemen 2 :

Jasa bersih untuk kedua departemen dari departemen jasa 2 :


100% - 10% = 90%

10
Bagian departemen produksi 1 : 30% / 90% = 33.33%
Bagian departemen produksi 2 : 60% / 90% = 66.67%

Persentase dari bagian-bagian ini digunakan untuk mengalokasikan biaya dari


departemen jasa ke departemen produksi, seperti ditunjukkan pada bagian tahap
kedua pada Tampilan berikut

Tahap kedua : Mengalokakasikan Biaya Departemen Jasa ke Departemen produksi:


Menggunakan Metode Langsung

Departemen Departemen Total


Produksi 1 Produksi 2

Dep. Jasa 1 Persentase jasa ke 30% 30%


Dep. Produksi
Persentase alokasi 50% = 30/ (30+30) 50% = 30/ (30+30)
per metode
langsung
Jumlah alokasi $2.925 $2.925 $5.5850
=50%x$5.850 =50%x$5.850

Dep Jasa 2 Persentase jasa ke 30% 60%


Dep. Produksi
Persentase alokasi 33,33% = 30/ 66,67% = 30/
per metode (30+60) (30+60)
langsung $8.250
Jumlah alokasi $2.750 $5.500
=50%x$5.850 =50%x$5.850

Ditambah: Alokasi Tahap 1 $24.750 $27.150 $51.900

Total untuk Dep. Produksi $30.425 $35.575 $66.000

Tahap Ketiga : mengalokasikan Biaya Departemen Produksi ke Produk

1. Dasar Alokasi Produk 1 Produk 2

Dasar Jumlah jam tenaga kerja

Jumlah 1.800 1.800 3.600

11
Persentase 50% 50%

Jumlah Jam Mesin

Jumlah 400 1.200 1.600

Persentase 25% 75%

2. Alokasi biaya ke Produk

Dep. Produksi 1 (dasar jumlah $15.212,50 $15.212,50


Tenaga Kerja) =50% x $30.425 =50% x $30.425

Dep. Produksi 2 (dasar $8.991,25 $26.973,75


jumlah Jam Mesin) =25% x $35.965 =75% x $35.965

Total untuk setiap produk $24.106,75 $41.893,25 $66.000

2. Metode Bertahap
Metode bertahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa adalah metode
bertahap (step method), disebut demikian karena metode tersebut menggunakan
serangkaian tahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen
produksi. Pada tahap pertama, satu departemen jasa dipilih untuk dialokasikan
seluruhnya, yaitu ke departemen jasa lainnya maupun ke setiap departemen
produksi. Departemen yang akan dialokasikan seluruhnya biasanya dipilih karena
departemen tersebut memberikan jasa terbanyak ke departemen jasa lainnya.
Pada Beary Company departemen jasa 1 memeberikan jasa lebih banyak
(40%) dan dialokasikan pertama kali. Departemen jasa 2 hanya dialokasikan ke
departemen produksi, dengan cara yang sama seperti metode langusng. Secara
keseluruhan, ini berarti bahwa metode bertahap dapat menyediakan alokasi yang
lebih akurat karena salah satu dari arus timbal balik antara kedua departemen jasa
(salah satu arus pada tahap pertama) dieperhitungkan dalam alokasi tersebut, tidak
seperti metode langsung yang mengabaikan seluruh arus timba balik.
Tahap pertama dari metode bertahap (menelusuri biaya langsung dan alokasi awal
biaya tidak langsung) adalah sama akna tetapi, pada tahap kedua, departemen jasa
1 yang berada pada tahap pertama, dialokasikan ke departemen jasa 2 dan kedua
departemen produksi. Alokasi ke departemen jasa 2 adalah sebesar $2.340 (40% x
$5.850). alokasi untuk kedua departemen produksi ditentukan dengan cara yang
12
sama. Kemudian, pada tahap kedua, departemen jasa 2 dialokasikan ke dua
departemen produksi menggunakan metode langsung dengan cara yang sama
seperti Tampilan satu-satunya perbedaan adalah bahwa total biaya departemne jasa
2 ($10.590) sekarang mencakup biaya departemen jasa 2 ($8.250) ditambah biaya
yang dialokasikan dari epartemen jasa 1 pada tahap pertama ($2.340).
Tahap ketiga dari metode bertahap yang telah diselesaikan terdapat pada
Tampilan diatas dengan menggunakan metode bertahap, total biaya yang
dialokasikan ke produk 1 adalah sebesar $24.008,75 dan total biaya yang
dialokasikan ke produk 2 adalah sebesar $41.991,25 dengan total biaya keduanya
adalah sebesr $66.000.

Tahap kedua : mengalokakasikan Biyaa Departemen Jasa ke Departemen produksi:


Menggunakan Metode Bertahap

Departemen Departemen Departemen Total


Jasa 2 Produksi 1 Produksi 2

Tahap Pertama

Dep. Jasa 1

Persentase 40% 30% 30%


jasa

Jumlah $2.340 $1.755 $1.755 $5.850

= 40% x = 30% x $5.850 = 30% x $5.850


$5.850

Tahap kedua

Dep. Jasa 2

Persentase 30% 60%


Jasa

Persentase alokasi dg metode 33,33% 66,67%


langsung

Jumlah $10.590 $3.530 $7.060 $8.250

13
=$8.250+$2.340 =33,33%x$10.590 =66,67%x$10.590 =$3.530+$7.060+$3.340

Ditambah: Alokasi tahap $24.750 $27.150 $51.900


pertama

Total untuk Departemen $30.035 $35.965 $66.000


Produksi

Tahap ketiga: mengalokasikan Biaya Dep. Produksi Ke produk

3. Dasar Alokasi Produk 1 Produk 2

Jumlah jam tenaga kerja

Jumlah 1.800 1.800 3.600

Persentase 50% 50%

Jumlah Jam Mesin

Jumlah 400 1.200 1.600

Persentase 25% 75%

4. Alokasi biaya ke Produk

Dep. Produksi 1 (dasar $15.017,50 $15.017,50


jumlah Tenaga Kerja) =50% x $30.035 =50% x $30.035

Dep. Produksi 2 (dasar $8.991,25 $26.973,75


jumlah Jam Mesin) =25% x $35.965 =75% x $35.965

Total untuk setiap produk $24.008,75 $41.991,25 $66.000

3. Metode Timbal-balik
Metode Timbal-balik (reciprocal method) merupakan metode yang paling dipilih
dari ketiga metode yang ada, karema tidak seperti metode lainnya, metode tersebut
memperhitungkan seluruh arus timbal-balik antar departemen jasa. Metode ini
diselesaikan dengan menggunakan persamaan simultan : arus timbale-balik secara
simultan yang ditentukan pada suatu system persamaan.
Persamaan pada setiap departemen jasa menunjukkan biaya yang akan
dialokasikan. Terdiri dari biaya alokasi tahap pertama ditambah alokasi biaya dari

14
departemne lain. Pada beary company, persamaan pada departemen jasa 1 adalah
sebagai berikut, menggunakan symbol S1 untuk menunjukkan biaya departemen
jasa 1 dan S2 untuk menunjukkan biaya departemen jasa 2.
Alokasi Biaya S1 = Alokasi awal + Alokasi biaya dari S2
S1 = $5.850 + (10% x S2)
Demikian pula, persamaan untuk departemen jasa kedua adalah sebagi berikut
Alokasi Biaya S2 = Alokasi awal + Alokasi biaya dari S1
S2 = $8.250 + (40% x S1)
Kedua persamaan ini dapat diselesaikan untuk mencari S1 dan S2 dengan
mensubstitusikan persamaan kedua ke dalam persamaan pertama sebagai berikut :
S1 = $5.850 + [10% x ($8.250 + 40% x S1)]
S1 = $6.953,13
Kemudian substitusikan S1 kembali ke persamaan kedua :
S2 = $11.031,25
Nilai-nilai S1 dan S2 ini dialokasikan ke departemen produksi menggunakan
persentase jumlah jasa untuk setiap departemen. Kita akan mengilustrasikan proses
Beary Company dalam Tampilan 7.8. perlu diingat bahwa karena metode timbal-
balik, alokasi pada tahap kedua berdasarkan persentase jasa actual untuk setiap
departemen produksi. Contohnya, departemen produksi 1, yang menerima 30%
dari pekerjaan departemen jasa 1, dialokasikan sebesar 30% dari biaya departemen
jasa 1, yaitu sebsar $2.086 (30% x $6.953,13). Alokasi tersebut dilakukan dengan
cara yang sama seperti alokasi biaya departemen jasa 2 dan dengan departemen
produksi 2.
Cara yang sederhana dan akurat untuk mengkalkulasikan biaya timbale-balik untuk
S1 dan S2 adalah dengan cara menggunakan fngsi Solver pada Excel, Tampilan
diatas mengilustrasikan bagaimana cara menggunakan Solver untuk tujuan ini.
Analisi tahap ketiga dilakukan dengan cara yang sama total biaya yang
dialokasikan ke produk 1 adalah sebesar $24.036,25 dan ke produk 2 sebesar
$41.963,75,

Penyedia layanan perawatan kesehatan mengalokasikan


Penerapan manajemen biaya
biaya untuk memperoleh penggantan biaya dari Medicare.
Sejak medicare dibentuk pada tahun 1966 untuk
menutup beban medis dari para manula, Jasa bagi pasien yang menghasilkan pendapatan

15
tunanetra, dan orang cacat, penyedian layanan
perawatan kesehatan diwajibkan menggunakan Unit perawatan intensif Laboratorium
metode alokasi biaya untuk menerima Perawatan psikiater Radiologi
penggantian biaya dari pemerintah pusat atas Perawatan jantung Ruang gawat darurat
jasa yang ditanggung oleh Medicare. Biaya atas Bedah Farmasi
aktivitas layanan perawatan kesehatan Pembiusan
dialokasikan ke jasa bagi pasien yang
menghasilkan pendapatan. Beberapa contoh Aktivitas jasa
aktivitas layanan dan jasa bagi pasien yang
Program diet Operasi bangunan rumah sakit
menghasilkan pendapatan disuatu rumah sakit
Binatu Administrasi dan umum
tertera di bawah ini bagaimana rumah sakit
Pendaftaran Kerumahtanggaan
merespon ketentuan Medicare dan
Layanan sosial
mengalokasikan biaya dari aktivitas jasa ke jasa
Administrasi perawatan
bagi pasien yang menghasilkan pendapatan?
Metode apakah yang mungkin dipilih

2.3 PERHITUNGAN BIAYA PRODUK GABUNGAN


Banyak pabrik manufaktur yang menghasilkan lebih dari satu produk dari proses
produksi gabungan. Contohnya, industri minyak memroses minyak mentah menjadi berbagai
produkbensin, nafta, kerosin, minyak tanah, dan minyak berat hasil sisa. Demikian puia,
industri semikonduktor memproses lempengan silikon menjadi berbagai chipmemori
komputer dengan kecepatan, toleransi suhu udara, dan usia yang berbeda-beda. Daging sapi
dan kulit binatang merupakan produk-produk yang berkaitan dengan proses pengemasan
daging; tidak satu pun dari produk-produk ini yang dapat diproduksi tanpa memproduksi
produk lain. produk yang nilai total penjualannya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai
jual produk gabungan diklasifikasikan sebagai produk sampingan (by-products).
Produk gabungan dan produk sampingan keduanya diproduksi dari bahan mentah
yang sama. Sampai dengan suatu titik tertentu pada proses produksi, tidak ada perbedaan
yang dapat dibuat antara produk-produk tersebut. Titik dalam proses produksi gabungan di
mana setiap produk dapat diidentifikasi untuk pertama kalinya disebut juga titik pisah (split-
offpoint).Setelah itu, proses produksi yang terpisah dapat diaplikasikan pada setiap produk.
Pada titik pisah, produk gabungan atau produk sampingan mungkin dapat dijual atau
membutuhkan pemrosesan lebih lanjut agar dapat dijual, bergantung pada sifatnya.
Biaya gabungan mencakup seluruh biaya produksi yang terjadi sebelum titik pisah
16
(meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overheadpabrik). Untuk tujuan
pelaporan keuangan, biaya-biaya ini dialokasikan di antara produk- produk gabungan. Biaya
tambahan yang terjadi setelah titik pisah yang dapat diidentifikasi langsung ke setiap produk
disebut juga biaya pemrosesan tambahan (additionalprocessing cost)atau biaya yang
dapat dipisahkan (separable cost).
Output lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta unit- unit
rusak dan cacat. Bahan sisa merupakan sisa proses produksi yang memiliki nilai pemulihan
yang kecil atau tidak memiliki nilai pemulihan. Limbah, seperti halnya limbah kimia,
merupakan bahan baku sisa yang tidak memiliki nilai pemulihan dan harus dibuang oleh
perusahaan ketika dibutuhkan.
Metode untuk Mengalokasikan Biaya Gabungan ke Produk Gabungan

Biaya gabungan paling sering dialokasikan ke produk gabungan dengan menggunakan metode :

1. Metode Ukuran Fisik


Metode Ukuran Fisik (Physical Measure Method). Cukup alamiah, menggunakan ukuran
fisik seperti pon, galon, yard atau volume unit yang diproduksi pada titik pisah untuk
mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan. Tahap pertama adalah memilih
ukuran fisik yang tepat sebagai dasar alokasi. Kita dapat menggunakan unit input atau
output. Contonya, jika kita menghitung biaya produk ikan tuna, produksi 100 pon ikan
tuna yang dimasukkan ke dalam kaleng dengan berat ¼ pon, maka ukuran inputnya
adalah sebesar 100 pon dan ukuran outputnya adala sebesar 400 kaleng. Jika unit output
digunakan, metode ini disebut juga metode biaya rata-rata (average cost method).
Asumsikan bahwa Jhonson Seafood memproduksi irisan tuna dan ikan tuna kalengan
untuk didistribusikan ke restoran dan pasar swalayan di bagian tenggara AS. Biaya
14.000 pon ikan tuna mentah yang belum diproses dita,bah tenaga kerja langsung dan
overhead untuk pemotongan dan pemrosesan ikan tuna menjadi irisan ikan tuna dan ikan
tuna kalengan merupakan biaya gabungan dari proses tersebut. Arus produksinya
diilustrasikan sebagai berikut :

Titik 1 Titik 2
Biaya Gabungan yang Titik Pisah Harga Jual
Dikeluarkan
2.000 pon irisan ikan $2,20/pon
tuna

17
14.000 pon
Ikan tuna yang belum
diproses sebesar $16.000 8.000 pon ikan tuna $1,65/pon
kalengan

4.000 pon produk


sampingan, bahan sisa
dan limbah
Proses produksi dimulai dari titik 1. Total biaya gabungan yang terjadi adalah sebesar
$16.000 (bahan baku langsung sebesar $7.000, tenaga kerja langsung sebesar $5.000,
dan overhead sebesar $4.000). tittik 2 merupakan titik pisah di mana dua produk
gabungan dipisahkan: 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan.
Sisanya sebesar 4.000 pon merupakan produk sampinganm baan sisa, dan limbah yang
tidak akan diperhitungkan. Jika kita menggunakan metode ukuran fisik, biaya gabungan
sebesar $16.000 dialokasikan menjadi :

Produk Ukuran Fisik Proporsi Alokasi Biaya Gabungan Biaya per Pon
Irisan ikan tuna 2.000 pon 0,20 $16.000 x 20% = $1,60
$3.200
Ikan tuna kalengan 8.000 pon 0,80 $16.000 x 80% = $1,60
$12.800
Total 10.000 pon 1,00 $ 16.000

Berdasarkan metode ukuran fisik (dalam contoh ini pon), ketika produk gabungan
mencapai titik pisah, kita dapat mengitung hubungan dari setiap produk gabungan
dengan jumlah total unit. Biaya gabungan yang dialokasikan ke produk merupakan biaya
rata-rata per pon dari biaya gabungan, yaitu sebesar $1,60 per pon.
Ukuran fisik yang digunakan untuk menentukan bobot relative dalam mengalokasikan
biaya gabungan seharusnya menjadi ukuran produk pada titik pisah, bukan ukuran ketika
produksi dari produk-produk tersebut selesai. Dengan demikian, ukuran yang relevan
dalam contoh tersebut adala 2.000 pon irisan ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna
kalengan.
Biaya produksi per pon untuk kedua produk adala sebagai berikut :
Biaya ikan tuna $1,60 per pon = $3.200 / 2.000 pon

18
Biaya ikan kalengan $1,60 per pon = $12.800/8.000 pon
Keunggulan dan Kelemahan
Keunggulan metode ukuran fisik :
1. Mudah digunakan.
2. Kriteria untuk alokasi biaya gabungan bersifat objektif.
Kelemaan metode ukuran fisik :
1. Mengabaikan kapabilitas untuk menghasilkan pendapatan dari setiap produk yang
dapat bervariasi di antara produk-produk gabungan dan tidak memiliki hubungan
sama sekali dengan ukuran fisik apapun.
2. Setiap produk dapat memiliki ukuran fisik yang unik (gallon untuk satu produk dan
pon untuk produk lainnya).

2. Metode Nilai Jual pada Titik Pisah


Metode ini merupakan metode alternatif dan banyak digunakan. Metode nilai jual pada
titik pisah (sales value at split-off method) mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan berdasarkan nilai jual relatifnya pada titik pisah. Metode ini hanya dapat
digunakan ketika produk gabungan dapat dijual pada titik pisah.
Contoh :
Johnson menjual satu pon irisan ikan tuna sebesar $2,20 dan satu ikan tuna kalengan
sebesar $1,65 dan Johnson telah memproduksi sebanyak $2.000 pon irisan ikan tuna dan
8.000 pon ikan tuna kalengan, maka biaya gabungan sebesar $16.000 harus dialokasikan
di antara produk-produk seperti berikut :

Produk Jumlah Harga Nilai Proporsi Alokasi Biaya Biaya


Unit per Unit Jual Gabungan per Pon
Irisan ikan 2.000 pon $2,20 $4.400 0,25 $16.000 x 25% = $2,00
tuna $4.000
Ikan tuna 8.000 pon $1,65 $13.200 0,75 $16.000 x 75% = $1,50
kalengan $12.000
Total $17.600 1,00 $16.000
Tahap pertama pada metode ini adalah mengitung total nilai jual dari produk gabungan pada titik
pisah. Perlu diingat bahwa nilai jual merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah unit produksi,
bukan jumlah unit penjualan aktual.

19
Tahap kedua adalah menetukan proporsi nilai jual setiap produk gabungan terhadap total
nilai jual.
Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya gabungan antarproduk gabungan
berdasar proporsi tersebut.
Irisan ikan tuna memiliki biaya per unit yang lebih besar berdasarkan metode nilai jual
jika dibandingkan dengan metode ukuran fisik. Alasannya karena irisan ikan tuna
memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Jika harga jualnya diestimasikan secara akurat dan
tidak ada biaya pemrosesan tambahan yang dimasukkan ke dalamnya, metode nilai jual
pada titik pisa menghasilkan persentase margin kotor yang sama untuk irisan ikan tuna
dan ikan tuna kalengan seperti berikut :

Irisan Ikan Tuna Ikan Tuna Kalengan


Penjualan $2,20 x 2.000 = $4.400 $1,65 x 8.000 = $13.200
Harga Pokok Penjualan $2,00 x 2.000 = $4.000 $1,50 x 8.000 = $12.000
Margin kotor $400 $1.200
Persentase margin kotor 9,09% 9,09%

Keunggulan dan Kelemahan


Keunggulan metode nilai jual :
1. Mudah dihitung.
2. Dialokasikan menurut pendapatan dari setiap produk.
Metode ini lebih unggul daripada metode ukuran fisik karena mengalokasikan biaya
gabungan secara proporsional terhadap kemampuan setiap produk dalam menyerap biaya-
biaya ini.
Kelemahan metode nilai jual :
1. Harga pasar untuk beberapa industri berubah secar konstan.
2. Harga jual pada titik pisah mungkin tidak tersedia karena pemrosesan tambahan
dibutuhkan selama produk tersebut dapat dijual.
3. Metode Nilai Bersih yang dapat Direalisasikan
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value – NRV) dari suatu
produk adalah estimasi nilai jual produk pada titik pisah; yang ditentukan dengan cara
mengurangkan biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesuda titik pisah dari
estimasi nilai jual akhit produk.
NRV = Nilai jual akhir – Biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan

20
Contoh :
Pada Johnson Seafood, asumsikan bawa selain irisan ikan tuna dan ikan tuna kalengan,
perusahaan memroses makanan kucing dari ikan tuna mentah yang belum diproses.
Asumsikan bahwa 14.000 pon ikan tuna pada titik pisah menghasilkan 2.000 pon irisan
ikan tuna dan 8.000 pon ikan tuna kalengan seperti sebelumnya, tapi sekarang terdapat
tambahan 3.000 pon makanan kucing. Sisanya sebanyak 1.000 pon adalah bahan sisa,
limbah, daan produk sampingan. Untuk makanan kucing, ikan tuna harus diproses lebih
lanjut agar dapat dijual ke distributor makanan hewan peliharaan. Biaya pemrosesan
tambahan sebesar $850 untuk mineral dan suplemen lainnya yang penting untuk nutrisi
kacang, tetapi tidak menambah berat produk. Distributor makanan hewan peliharaan
membeli makanan kucing siap saji dari Johnson sebesar $1,75 per pond an mengemasnya
ke dalam kaleng dengan berat 3 ons untuk dijual ke toko hewan peliharaan dan swalayan.
Alokasi Biaya Gabungan Menggunakan Metode Nilai Bersih yang dapat Direalisasikan

Produk Pon Harga Nilai Jual Pemrosesan Nilai Bersih Persentase Alokasi Proporsi Biaya
per Unit Tambahan yang dapat NRV Biaya per Pon
Direalisasikan
Irisan 2.000 $2,20 $4.400 - $4.400 20% $3.200 $3.200 $1,60
ikan tuna

Ikan tuna 8.000 $1,65 $13.200 - $13.200 60% $9.600 $9.600 $1,20
kalengan
Makanan 3.000 $1,75 $5.250 $850 $4.400 20% $3.200 $4.050 $1,35
Kucing
Total 13.000 $22.850 $850 $22.000 100% $16.000 $16.850

Jika Jhonson Seafood menjual seluruh produk yang dihasilkan selama periode tersebut,
maka jumlah margin kotor untuk produknya ditunjukkkan sebagai berikut :

Irisan Ikan Tuna Ikan Tuna Kalengan Makanan Kucing


Penjualan $2,20 x 2.000 = $1,65 x 8.000 = $1,75 x 3.000 =
$4.400 $13.200 $5.250
Harga Pokok Penjualan $1,60 x 2.000 = $1,20 x 8.000 = $1,35 x 3.000 =
$3.200 $9.600 $4.050
Margin kotor $1.200 $3.600 $1.200
Persentase margin kotor 27,27% 27,27% 22,86%

21
Margin kotor untuk makanan kucing lebi rendah karena biaya pemrosesan tambahan
adalah sebesar $850.
Keunggulan dan Kelemahan
Metode NRV lebih unggul dibandingkan dengan metode ukuran fisik karena, seperti
metode nilai jual pada titik pisah, metode ini memerlihatkan alokasi yang menghasilkan
tingkat profitabilitas yang dapat diprediksi dan dibandingkan antarproduk. Metode ukuran
fisik dapat memberikan pedoman yang menyesatkan bagi manajemen puncak terkait
dengan profitabilitas produk.
2.4 PERHITUNGAN BIAYA PRODUK BERSAMA
Definisi produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara
serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas
kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini realtif sama. Sehingga
tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk
utama ataupun sampingan.

Pengertian biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku diolah
sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk
bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk
yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk sampingan (by-product) dan
produk gabungan (co-product).

 Biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang
dihasilkan.
 Biaya bersama meliputi biaya bahan baku, biaya overhead pabrik dan biaya tenaga
kerja langsung.
 Dalam alokasi biaya bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan
aliran biaya bersama tersebut ke dalam produk.

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah


pemasaran produknya. Karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran
dan harga jual yang berbeda-beda.
Manajemen perusahaan biasanya ingin mengetahui besarnya kontribusi masing-
masing produk bersama tersebut tergadap seluruh penghasilan perusahaan. Karena
dengan demikian mereka akan mengetahui dari beberapa macam produk bersama
tersebut, jenis produk yang menguntungkan atau jenis produk yang perlu didorong
pemasarannya.
Untuk itu, adalah perlu mengetahui seteliti mungkin bagian dari seluruh biaya
produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama.

22
Sehingga masalah pokok akuntansi biaya harga pokok bersama adalah penentuan
proporsi total biaya produksi yang dikeluarkan. Sejak bahan baku diolah sampai
dengan saat produk-produk dapat dipisahkan identitasnya.
Biaya bersama dapat dialokasikan pada tiap-tiap produk bersama dengan
menggunakan salah satu dari empat metode berikut ini:
1. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama pada produk
bersama. Dasar pikiran metode nilai jual realtif adalah harga jual suatu produk
merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk
tersebut.
Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini
karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan
dengan produk yang lain. Oleh karena itu, menurut metode nilai jual relatif adalah
cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai
jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan.
2. Metode Satuan Fisik
Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai
dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode
satuan fisik biaya bersama dialokasikan pada produk atas dasar koefesien fisik, yaitu
kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefesien fisik ini
dinyatakan dalam satuan berat, volume atau ukuran yang lain, dengan demikian,
metode ini menghendaki produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan
satuan ukuran pokok yang sama.
Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang berbeda, harus ditentukan
koefesien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut
menjadi satuan ukuran yang sama.
3. Metode Rata-rata Biaya per Satuan
Metode rata-rata biaya persatuan hanya dapat digunakan bila produk bersama
yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini
digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama
dari satu proses bersama tapi mutunya berlainan. Dalam metode ini, harga pokok
masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.
Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk

23
dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu
satuan produk berbeda satu sama lain.
4. Metode Rata-rata Tertimbang
Jika dalam metode rata-rata biayaper satuan dasar yang dipakai dalam
mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi. Maka dalam metode rata-
rata tertimbang, kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan
hasil kalinya baru digunakan sebagai dasar alokasi.
Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada:
1. jumlah bahan yang dipakai
2. sulitnya pembuatan produk
3. waktu yang dikonsumsi
4. pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang
dihasilkan.
Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk, maka metode
alokasinya disebut metode nilai jual relatif.
Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan laba. Tujuannya
adalah agar dapat diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama
terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan.
Harga pokok tiap-tiap produk bersama yang diperoleh dari proses alokasi tidak
bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, bahkan terkadang bisa
menyesatkan.

Contoh Perhitungan Harga Pokok Produk Bersama


Perusahaan XYZ misalnya memproduksi dua jenis produk A dan B, dari satu proses
produksi. Biaya bersama sebesar Rp 375.000 telah dialokasikan pada produk A dan B
dengan metode rata-rata biaya per satuan seperti tabel berikut ini:

Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga:
Produk A = Rp 16.50 per kg

24
Produk B = Rp 14.50 per kg
Maka perhitungan laba rugi akan tampak seperti berikut ini:

Tabel: Perhitungan Laba Produk Bersama

Analisis Hasil Perhitungan


Bila pihak manajemen perusahaan membaca perhitungan tersebut di atas dan
salah dalam melakukan analisis, maka ia akan beranggapan bahwa produk B
mengakibatkan kerugian Rp 5.000 tidak usah dilanjutkan produksinya. Padahal dalam
pengolahan produk bersama, pada umumnya salah satu jenis produk tidak dapat
dihindari produksinya.
Jadi misalnya, karena produk B mengakibatkan rugi Rp 5.000, dan kemudian
tidak usah dijual, maka kerugian perusahaan tersebut menjadi sebesar:

= Rp 247.500 – Rp 375.000
= Rp 27.500

Karena proses produksi tetap menghasilkan jenis produk B. Seharusnya dalam


hal ini manajemen melihat berapa kontribusi produk B dalam menghasilkan laba
perusahaan.
Produk B memberikan kontribusi Rp 145.000 pada laba perusahaan, sehingga
total biaya bersama Rp 375.000 dapat ditutup dan menghasilkan laba perusahaan
secara keseluruhan sebesar Rp 17.500.

25
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pera strategi alokasi biaya yaitu memotivasi manajer untuk dapat mengalokasikan biaya
secara efektif dan dapat memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan
biaya yang diharapkan.

Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat
dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa
langsung dijual atau diproses lebih lanjut.

Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan
serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per
satuan) masing-masing produk bersama ini realtif sama. Sehingga tidak ada di antara produk-
produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun sampingan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J. dkk.Manjemen Biaya Penekanan Strategis. Salemba


Empat.Jakarta:2010.

Grup ilmu. 2018. Alokasi Biaya: Departemen, Produk Gabungan,dan produk sampingan.
Group-ilmu-blogspot.com.

https://mynewacehloensayang.blogspot.com/2018/02/makalah-akuntansi-biaya-produk-
gabungan.html

https://manajemenkeuangan.net/produk-sampingan
bersama/#A_Pengertian_Produk_Bersama_dan_Produk_Gabungan

27

Anda mungkin juga menyukai