Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI MANAJEMEN

“ ALOKASI BIAYA”

Disusun oleh:

Bobby Farhan Syaifullah (11217241)

Devi Riyandhini (17217238)

Gondo Wiji Pamungkas (12217579)

Riyandika Darmawan (15217277)

Safira Audria Khalifatuni (15217440)

Kelas 2EA21

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan harapan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita.

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Akuntansi Manajemen. dalam membuat makalah ini, dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan yang skami miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai
sumber informasi. Kegiatan penyusunan makalah ini memberikan kami tambahan
ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan kami, dan semoga bagi
para pengguna makalah ini.

Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya
masukan yang membangun, sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
sendiri mapun pengguna makalah ini.

Bekasi, 22 Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
C. TUJUAN..............................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN

A. DEFINSI ALOKASI BIAYA.....................................................................................................2


B. TUJUAN ALOKASI BIAYA.....................................................................................................3
C. BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN KARAKTERISTIK OVERHEAD PABRIK.................................3
D. ALOKASI BIAYA JOINT PRODUCT........................................................................................7
E. ALOKASI BIAYA PEMASARAN DAN ADMINISTRASI............................................................10
F. KETERBATASAN ALOKASI BIAYA TRADISIONAL..................................................................10

BAB III. PENUTUP

A. KESIMPULAN.....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alokasi biaya merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi


manajemen.Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti
produk, kelompok pelanggan, aktivitas, dan divisi.

Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi


(operating departement ) dan departemen jasa ( supporting departemen).Departemen
operasi merupakan departemen yang secara langsung memberikannilai tambah kepada
produk atau jasa. sementara departemen jasa merupakandepartemen yang memberikan
jasa yang membantu departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun
departemen jasa yang lain.

Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi didepartemen


jasa (supporting department) ke departemen produksi dan akhirnyadialokasikan ke
produk atau jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya inimemerlukan pemilihan dasar
alokasi biaya (cost driver) yang tepat

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Bentuk Alokasi Biaya ?
2. Apa Sajakah Tujuan Alokasi Biaya ?
3. Apa Definisi Biaya Overhead Pabrik Dan Karakteristik Overhead Pabrik ?
4.Apa Itu Alokasi Biaya Joint Product ?
5.Apa Alokasi Biaya Pemasaran Dan Administrasi ?
6. Bagaimana Keterbatasan Alokasi Biaya Tradisional ?

C. Tujuan
1
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Alokasi Biaya.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Alokasi Biaya.
3. Untuk Mengetahui Definisi Biaya Overhead Pabrik Dan Karakteristik Overhead
Pabrik.
4. Untuk Mengetahui Biaya Joint Product.
5. Untuk mengetahui Alokasi Biaya Pemasaran Dan Administrasi.
6. Untuk mengetahui Keterbatasan Alokasi Biaya Tradisional.

BAB II

2
PEMBAHASAN

1. ALOKASI BIAYA
Merupakan biaya – biaya yang memberikan manfaat bersama, yang
terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan dalam keluaran dua atau
lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama (commont cost).
Contohnya upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik
merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik
tersebut. Manfaat keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi
pembebanaan biaya keamanan kesetiap produk adalah arbitrer.

1. Jenis – Jenis Departemen


Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah
departemen. Terdapat dua kategori departemen yaitu : Departemen
produksi dan departemen pendukung. Departemen produksi secara
langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual
pada pelanggan.
Departemen produksi adalah departemen secara langsung
mengerjakan produksi yang diproduksi. Contoh, departemen pengesahan
dan perakitan. Departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung
yang diperlukan oleh departemen produksi. Departemen ini berhubungan
secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk organisasi tersebut,
misalnya : pemeliharan, pemesinan.
Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi departemen produksi
dan departemen pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua
departemen produksi (perakitan dan penyelesaian) serta empat departemen
pendukung (ruang penyimpanan bahan baku, kafetaria, pemeliharaan,
general factory).

3
2. Jenis – Jenis Dasar Alokasi
Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung oleh sebab
itu, biaya departemen pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen
produksi. Faktor – faktor penyebabny adalah variabel atau aktivitas dalam
departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa
pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen
pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktoe
penyebab yang sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab
akan menghasilkan biaya produk yan lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor
penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa
pendukung dengan lebih baik.

2.TUJUAN ALOKASI BIAYA


Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya
departemen pendukung ke departemen produksi, dan akhirnya ke produk
tertentu :
1. Bentuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang
menguntungkan.
2. Bentuk menghitung probilitas lini produk.
3. Bentuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan
pengendalian.
4. Bentuk meniai persedian.
5. Bentuk memotivasi para manajer.

Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa dapat


terlalu tinggi, hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan
hilangnya potensi bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan
mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat
dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa,
seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh

4
perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk
menentukan laba.
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika
biaya departemen pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi,
para manajer dapat memperlakukan jasa ini seakan – akan jasa tersebut
gratis. Tentu saja, pada kenyataannya, biaya marginal sebuah jasa lebih
besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer
departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit
mereka, suatu organisasi dapat memastikan bahwa para manajer akan
menggunakan suatu jasa hingga manfaat marginal duatu jasa sama dengan
biaya marginalnya. Jadi, mengalokasiakan biaya jasa membantu tiap
departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

3. ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DAN KARAKTERISTIK


OVERHEAD PABRIK
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan
baku dan biayatenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan
sebagai bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya
lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan ataudibebankan
langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan akhir biaya
tertentuseperti kontrak-kontrak pemerintah.
Overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang harus
dipertimbangkan dalam pembebanannya sebagai hasil produksi
secara layak. Karakteristik ini menyangkut hubungankhusus antara
overhead pabrik dengan (Carter dan Usry, 2006: 411) :
1) Produk itu sendiri
Karakteristik pertama dalam hubungannya dengan produk itu sendiri. Berbeda
dengan bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik 
merupakan bagianyang tidak berwujud dari barang jadi. Tidak ada surat
permintaan bahan ataupun kartu jamtenaga kerja yang dipergunakan untuk
menyatakan jumlah biaya overhead pabrik seperti

5
pada perlengkapan pabrik atau tenaga kerja tidak langsung yang diperhitungka
n dalam suatu pekerjaan atau produk

2) Jumlah volume produksi


Karakteristik kedua menyangkut perubahan sebagian unsur biaya overhead
karenaadanya perubahan volume produksi yaitu overhead bisa bersifat tetap,
variabel atausemivariabel. Biaya overhead tetap secara relatif tetap konstan,
biarpun ada perubahan dalamvolume produksi, sedangkan overhead tetap per
unit output akan bervariasi berlawanandengan volume produksi. Overhead
variabel variasi secara sebanding dengan
output produksi. Overhead semivariabel bervariasi, tetapi tidak sebanding deng
an unit yangdiproduksi. Apabila volume produksi berubah, efek gabungan dari
berbagai pola overheadyang berbeda ini dapat mengakibatkan biaya pabrikase
per unit berfluktuasi besar.

 Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara,


yaitu (Mulyadi, 1990: 55-57): 1.
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya
overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya produksi yang
termasuk dalam biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi
beberapa golongan berikut ini:
a. Biaya Bahan Penolong.
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian
produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan
denganharga pokok produk tersebut. Dalam perusahaan
percetakan misalnya, yang termasuk dalam bahan penolong
antara lain adalah: bahan perekat, tinta koreksi dan pita
mesin ketik

6
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahanhabis pakai (factory supplies) dan
harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan
untukkeperluan perbaikan atau pemeliharaan emplasemen,
perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan ekuipmen,
kendaraan, perkakas laboratorium dan aktiva tetap lain
yang digunakanuntuk keperluan pabrik.
c. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.
Tenaga kerja tak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapatdiperhitungkan secara langsung kepada
produk atau pesanan tertentu. Biaya ini terdiri dariupah,
tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja tak langsungtersebut. Tenaga kerja tidak
langsung terdiri dari:
 Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,
seperti departemen - departemen pembangkit tenaga
listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
 Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi, seperti kepala departemen produksi,
karyawan administrasi pabrik dan mandor.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
tetap.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biayadepresiasi emplasemen pabrik, bangunan
pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakaslaboratorium, alat
kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.


Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya-biayaasuransi gedung dan emplasemen,

7
asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan,asuransi
kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-
run.
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang tunai.
Biaya overhead yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain adalah biaya reparasiyang diserahkan kepada pihak luar
perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.

 Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam


hubungan dengan perubahan volume produksi.
Ditinjau dari perilaku unsur-unsur biaya overhead pabrik dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya overhead pabrik
dapat dibagi menjadi tiga golongan :
 Biaya Overhead Pabrik Tetap, adalah biaya overhead
pabrik yang tidak berubahdalam kisar perubahan volume
kegiatan tertentu.
 Biaya Overhead Pabrik Variabel, adalah biaya overhead
pabrik yang berubahsebanding dengan perubahan volume
kegiatan.
 Biaya Overhead Pabrik Semivariabel, adalah biaya
overhead pabrik yang berubahtidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.

Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk


pengendalian biaya, biaya overhead pabrik yang bersifat
semivariabel dipecah menjadi dua unsur: biaya tetap dan biaya
variabel.

8
 Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen.
Jika disamping memiliki departemen produksi, perusahaan juga memiliki
departemen pembantu (seperti misalnya departemen pembangkit tenaga lis
trik, departemen bengkel dan departemen air). Ditinjau dari hubungannya
dengan departemen-departemen yang ada dalam pabrik, biaya overhead
pabrik dapat digolongkan menjadi dua kelompok:
a) Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental
overhead expenses),adalah biaya overhead pabrik yang terjadi
dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanyadinikmati oleh
departemen tersebut.
b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departe
mental overheadepenses), adalah biaya overhead pabrik yang
manfaatnya dinikmati oleh lebih satu departemen.

 Metode Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik


Dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu
memperhatikan jumlah tarif biaya overhead pabrik yang akan digunakan. 
Ada tiga alternatif yang dapatdigunakan yaitu :
1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal
Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk
pembebanan biayaoverhead pabrik ke pesanan maupun produknya dari
awal proses sampai akhir.
2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi
Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap
tahapan ataudepartemen produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif
biaya overhead pabrik tergantungdari tahapan atau departemen
produksi yang ada.

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas

9
Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap
aktivitas yang terjadidalam pembuatan produknya. Cara ini dikenal
dengan Activity Based Costing (ABC).

4. ALOKASI BIAYA JOINT PRODUCT


Joint Product atau Produk bersama adalah beberapa produk yang
diproduksi secara bersamaan dengan menggunakan bahan baku, tenaga kerja,
dan overhead pabrik dan akan menghasilkan jenis-jenis produk bersama dalam
perbandingan-perbandingan tertentu. Produk sampingan adalah produk yang
dihasilkan dari proses produk bersama tetapi produk ini nilainya relatif lebih
rendah dibanding produk utama.
Biaya bersama ialah biaya overhead bersama yang harus dialokasikan
ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya
berdasarkan pesanan maupun massal. Biaya produk bersama adalah biaya
yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya.
Pengertian pertama biaya bersama tersebut disebut biaya bergabung.
Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua/lebih produk
yang terpisah dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya
bergabung tidak meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama.
Biaya bergabung dan biaya bersama dapat dibedakan ditinjau dari
sudut alokasinya. Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung
harus menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi / kepada
produk. Dalam alokasi biaya bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak
menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam produk.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi
berbagai macam produk yang dapat berupa :
o Produk bersama (joint product) : dua produk atau lebih yang
diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan
proses gabungan.

10
o Produk sampingan (by-product) : satu produk atau lebih yang nilai
jualnya relatif rendah,yang diproduksi bersama dengan produk lain
yang nilai jualnya tinggi.
o Produk sekutu (co-product) : dua produk atau lebih yang
diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan
pengolahanyang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang
sama.

 Karakteristik Joint product ( Produk Bersama ) :


a) Merupakan produk-produk utama yang dihasilkan dengan sengaja
sesuai dengan tujuan produksi, melalui suatu proses atau serangkaian
proses dan dilakukan secara simultan.
b) Nilai penjualan adalah relatif lebih besar bila dibandingkan dengan
produk-produk sampingan yang dihasilkan, dan relatif sama diantara
produk-produk umum.
c) Biasanya dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar.
d) Seringkali memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
e) Salah satu produk tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi yang lain.

 AKUNTANSI PRODUK BERSAMA


Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya
menghadapi masalah pemasaran produknya, karena masing-masing produk
memiliki masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda. Manajemen
biasanya ingin mengetahui kontribusi masing-masing produk terhadap
pendapatan perusahaan. Untuk itu, perlu diketahui seteliti mungkin bagian
dari seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk
bersama.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya
bersama kepada tiap-tiap produk bersama, antara lain :
1. Metode Nilai Jual Relatif

11
Metode ini menggunakan dasar pemikiran bahwa harga jual suatu
produk merupaka perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam
mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih
tinggi daripada produk lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan
oleh produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan
produk lain.
Contoh :
PT Jaya mengeluarkan biaya bersama yang digunakan untuk memproduksi
barang A, B, dan C sebesar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga
jual masing-masing produk tersaji dalam tabel di bawah ini :

Produk Jmh produk Harga/Kg

A 6000 3000

B 8000 4000

C 10000 5000

Bagaimana alokasi biaya bersama dengan metode nilai jual relatif ?


Jawab :

PRODU JML HARGA/KG NILAI JUAL NILAI JUAL ALOKASI HARGA


K PRODUK RELATIF(%) BIAYA PRODUK
BERSAMA BERSAMA

12
PER KG
1 2 3 4 5 6

(3/100.000.000  (4 x
 (1 x 2) x 100 %)  20.000.000)  (5 : 1)

A 6.000 3.000 18.000.000 18% 3.600.000 600

B 8.000 4.000 32.000.000 32% 6.400.000 800

C 10.000 5.000 50.000.000 50% 10.000.000 1.000

24.000 100.000.000 100% 20.000.000 2.400

Variasi penggunaan metode nilai jual relatif seperti apabila satu


atau beberapa produk bersama  memerlukan biaya pengolahan tambahan
setelah saat terpisah (split-off).Nilai jual diketahui setelah produk diolah
lebih lanjut. Namun, pada saat terpisah produk bersama belum memiliki
nilai jual. Untuk itu, perlu dihitung nilai jual hipotesis yaitu mengurangi
nilai jual produk bersama yang telah diolah lebih lanjut dengan biaya yang
dikeluarkan untuk pengolahan produk saat terpisah.

2. Metode Satuan Fisik


Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok
produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh
masing-masing produk akhir. Metode ini menghendaki bahwa
produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan
ukuran pokok yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan
ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang
digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi
satuan yang sama.

3. Metode Rata-Rata Biaya per Satuan

13
Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama
yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Pokok pikiran
yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua
produk dari proses yang sama, harga pokok masing-masing produk
dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.

4. Metode Rata-Rata Tertimbang


Dalam metode ini kuantitas produksi dikalikan dengan
angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar
alokasi. Angka penimbangnya berdasarkan jumlah bahan yang
dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi dan
pembedaanjenis tenaga kerja yang dipakai tiap jenis produk.

5. ALOKASI BIAYA PEMASARAN DAN ADMINISTRASI


 Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya iklan, biaya
promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji
karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya
contoh (sample).

 Biaya Administrasi dan Umum, merupakan biaya-biaya untuk


mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh
biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi
personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan,
biaya photocopy.

6. KETERBATASAN ALOKASI BIAYA TRADISIONAL


Sistem akuntansi biaya tradisional membuat distorsi biaya sering terjadi
sehingga keputusan yang diambil manajemen menjadi tidak tepat, hal ini
disebabkan karena :

14
1. Penggunaan jam kerja langsung satu-satunya alat untuk dasar alokasi biaya
overhead pada produk.
2. Margin laba sulit dijelaskan.
3. Titik berat hanya pada fase produksi, tidak termasuk desain dan distribusi.
4. Biaya fase desain dan distribusi masuk pada biaya periode.

ACTIVITY BASED COSTING

Definisi Activity Based Costing Menurut Mulyadi (2007:40) : Activity based cost
system adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk
memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang
melalui pengelolaan aktivitas.

Menurut Supriyono (2002: 230) : Activity based costing merupakan sistem yang
terdiri dari 2 tahap yaitu pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan
kemudian kedua adalah melacak biaya ke berbagai produk.

Menurut Brimson (1991:47) :“…is a process of accumulating and tracing cost and
performance and to a firm’s activities and providing feed back of actual result
agains the planned cost to initiated corrective action where required.”

“… adalah proses pengumpulan dan penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas
aktivitas perusahaan dan pengujian informasi umpan balik antara biaya yang
sesungguhnya dengan biaya yang direncanakan untuk membuat tindakan korelasi
yang diperlukan.”

Berdasarkan beberapa pengertian tentang ABC System, dapat disimpulkan bahwa


ABC System adalah sistem akuntansi biaya dengan cara mengumpulkan biaya
dari aktivitas yang terjadi lalu membebankan biaya aktivitas tersebut ke
produk/jasa. Informasi biaya tersebut akan digunakan oleh manajemen untuk
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.

15
 Tahapan ABC System
ABC System adalah aktivitas yang terdiri dari 2 tahap yaitu pertama
melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk.

Menurut Supriyono
(2002:231) ada 2 tahap pada ABC System, tahap pertama terdiri dari 4
langkah yakni penggolongan ke berbagai aktivitas, pengasosiasian
berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, penentuan kelompok biaya yang
homogen (cost pool) dan penentuan tarif kelompok (pool rate). Sedangkan
pada tahap kedua meliputi pelacakan biaya ke berbagai produk.

 Asumsi Dasar ABC System


Menurut Cooper dan Kaplan (1991:212) ada 2 asumsi dasar yang
mendasari ABC System yakni :
1. Kegiatan menyebabkan timbulnya biaya
ABC System dimulai dari anggapan bahwa sumber daya tidak
langsung menyediakan kemampuan untuk melakukan aktivitas
bukan hanya sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus
dialokasikan.
2. Produk dan pelanggan menyebabkan munculnya permintaan dan
aktivitas Untuk membuat produk diperlukan berbagai aktivitas dan
tiap aktivitas perlusumber daya dalam pelaksanaannya.

 Kondisi Dalam Penerapan ABC System


Kondisi yang mendasari penerapan ABC System, dalam
perusahaan manufaktur dan juga perusahaan jasa menurut Supriyono
(2002:247) adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk jual.
2. Biaya yang berbasis non unit harus merupakan prosentase
signifikan dari biaya overhead.

16
3. Rasio konsumsi masing-masing aktivitas dari tiap produk yang
dijual berbeda.
 Manfaat Penerapan ABC System
Menurut Supriyono (2002: 247) ada beberapa manfaat dari penerapan
ABC System di perusahaan yakni :
1. Sebagai penentu harga pokok produk yang lebih akurat.
2. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan.
3. Menyempurnakan perencanaan strategik.
4. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola
aktivitas yang Melalui penyempurnaan yang berkesinambungan.

Selain itu menurut Mulyadi (2007:195) kekuatan ABC System


sesungguhnya terletak pada 2 hal yakni :
1. Informing
ABC System mampu menyediakan informasi untuk memantau
kinerja personel.
2. Empowering
Informasi yang dihasilkan ABC System mampu memberdayakan
manajemen dan karyawan dalam pengurangan biaya dan memberi
perkiraan biaya yang handal.
 Kegagalan Penerapan ABC System
ABC System telah banyak digunakan oleh perusahaan di Amerika
namun dalam penerapannya di perusahaan pernah terjadi sebuah
kegagalan, kegagalan ini terjadi karena banyak perusahaan hanya
menekankan pada desain arsitektur dan perangkat lunak ABC System
namun kurang memperhatikan faktor perilaku manusia dan organisasi.
Menurut Supriyono (2002:248) ABC System dapat berhasil jika
memperhatikan aspek letak, maksudnya apa arti ABC System dalam
hubungannya dengan manajemen biaya dan tujuan organisasi. Aspek ini
mencakup : bagaimana ABC System digunakan, siapa pengguna ABC
System

17
BAB III

PENUTUP

18
KESIMPULAN

Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai
produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari
sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan
terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat dihasilkannya dua
atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung
dijual atau diproses lebih lanjut.

Pengakuan adanya produk sampingan ini menyangkut perlakuan terhadap


harga pokok produk sampingan, biaya untuk memproses produk sampingan, dan
hasil penjualan produk sampingan. Alokasi biaya bersama kepada produk utama
dan produk sampingan pada umumnya dianggap tidak perlu, karena nilai produk
sampingan relatif rendah bila dibandingkan dengan produk utama.

SARAN

Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam
produk dapat dipisahkan identitasnya. Hal ini menjadikan masalah baru bagi
perusahaan dalam perhitungan akuntansinya jika sesuatu perusahaan tidak
memahami hal ini, Oleh sebab itu sangat penting untuk bias memahai makalah ini
karena makalah ini sudah membahas tentang Biaya Produk bersama dan Produk
Sampingan.

DAFTAR PUSTAKA

19
1. http://risaristanti.blogspot.com/2016/04/makalah-harga-pokok-produk-bersama-
dan.html
2. https://www.academia.edu/10013829/Makalah_Biaya_Overhead_Pabrik
3. https://www.academia.edu/33049120/BAB_II_AKUNTANSI_MANAJEMEN_K
ONSEP_BIAYA

20

Anda mungkin juga menyukai