Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AKUNTANSI MANAJEMEN

“ACTIVITY BASED COSTING”

Nama Kelompok 6 :

 Ihsanun Ni’am Fauzan (2003101013)


 Indri Dwi Ananti (2003101019)
 Adinda Natasya (2003101021)
 Syaharni Aisyah (2003101022)

Dosen Pengampu :

Puji Nurhayati, SE.,M.Si

Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas PGRI Madiun
Tahun Akademik 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ACTIVITY
BASED COSTING” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu
Puji Nurhayati, SE.,M.Si. pada mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN di
UNIVERSITAS PGRI MADIUN. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang “ACTIVITY BASED COSTING”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Puji Nurhayati,


SE.,M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
kami tekuni.Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Madiun, 29 Oktober 2022

Penyusun

Kelomok 6

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................... 4
C. TUJUAN........................................................................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. BIAYA PRODUK .......................................................................................................................... 5
Biaya Per Unit.................................................................................................................................. 5
Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit Produk ........................................................................ 6
Penentuan Biaya Per Unit Produk ............................................................................................. 6
Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal .................................................................................. 6
B. METODE PENENTUAN BIAYA PRODUK .............................................................................. 7
Tarif Tunggal ................................................................................................................................. 8
Tarif Departemental ..................................................................................................................... 8
Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit...................................................................................... 9
Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit ................................................................................... 9
Penentuan Biaya Produk Kontemporer .................................................................................. 10
Prosedur Pembebanan Dua Tahap......................................................................................... 10
Langkah-Langkah Sistem ABC ................................................................................................ 10
C. PERBANDINGAN BIAYA PRODUK KONVENSIONAL DAN KONTEMPORER ............ 11
Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing ............................................................... 11
BAB III .................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ........................................................................................................................................... 13
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................ 13
B.SARAN ......................................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengguanaan sistem tradisioanal (istilah yang diguunakan untuk

pembebanaan overhead pabrik dengn suatu cost pool atau suatu dasar pembebanan)

akan menghasilkan kesalahperhitungan biaya, khususnya produk yang memiliki

volume tinggi dan biaya tenaga kerja langsung tinggi akan kelebihan pemebebanan.

Utntuk mengatasi masalah yang timbul dalam pembebanan, maka dikembangkan

metode ABC (Activity Based Costing) pada perusahaan manufaktur di Amerika Serikat

pada tahun 1970-an. Selama periode tersebut, Consentrium for Advance

Management-Internasional, sekarang dikenal dengan nama CAM-1, mengembangkan

bentuk dasar untuk mempelajari dan menyusun prinsip-prinsip yang pada akhirnya

dikenal dengan nama activity based coting.

ABC (Activity Based Costing) didefinisikan sebagai suatu sistem pendekatan

perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di

perusahaan. Sistem ini dilakukan dengan dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya

biaya adalah aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan, sehingga wajar bila

pengalokasian baiaya-biaya tidak langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut

(Hongren, 2005)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu biaya produk?

2. Apa saja metode penentuan biaya produk?

3. Bagaimana perbandingan biaya produk konvensional dan kontemporer?

C. TUJUAN

a. Untuk mengetahui pengertian biaya produk.

b. Untuk mengetahui medote penentuan biaya produk.

c. Agar dapat memahami perbandingan biaya produk konvensional dan

kontemporer.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIAYA PRODUK

Pengertian biaya produk ditentukan oleh tujuan manajerial yang ingin dipenuhi.
Definisi biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai prinsip dasar
manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Sebagai
contoh, manajemen tertarik pada analisis profitabilitas strategis. Untuk mendukung
tujuan ini, manajemen membutuhkan informasi mengenai semua penerimaan dan
biaya yang berkaitan dengan produk. Oleh karena itu, biaya produk rantai nilai (value
chain product cost) akan sesuai karena biaya ini memasukkan semua biaya yang
dibutuhkan dalam penilaian profitabilitas strategis.

Berdasarkan kepentingan pelaporan eksternal, biaya produk dapat diklasifikasi


menjadi tiga komponen, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku adalah penggunaan bahan-bahan yang
dapat dilacak secara langsung ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya ini
dapat dialokasikan langsung ke produk karena observasi secara fisik dapat digunakan
untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Bahan yang menjadi
bagian dari produk berwujud atas penyediaan jasa juga dapat diklasifikasikan sebagai
bahan baku. Contoh bahan baku, yaitu: kayu di pabrik mebel, baja di pabrik mobil,
terigu di pabrik roti, dan bahan bakar di maskapai penerbangan.

Biaya tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang dapat dilacak
secara langsung ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Seperti bahan baku,
observasi fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlali penggunaan tenaga kerja
untuk menghasilkan sebuah produk atau jasa. Tenaga kerja yang mengubah bahan
baku menjadi sebuah produk atau yang menyediakan layanan kepada konsumen
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung Misalnya tukang kayu di pabrik mebel,
tukang las di pabrik mobil, dan pilot d maskapai penerbangan.

Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain bahan baku dan tenaga
kerja langsung. Dalam perusahaan manufaktur, biaya overhead sering disebut
sebagai bebas pabrik (factory burden) atau overhead pabrik. Contoh gaji mandor
pabrik, gaji teknis perawatan mesin pabrik, dan biaya penggunaan bahan bakar mesin
diesel untuk kelistrikan pabrik.

Biaya Per Unit

Biaya per unit (unit cost) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
tiap satu unit produk. Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke objek
biaya seperti produk, konsumen, pemasok, dan bahan mentah. Biaya per unit dihitung
dengan cara sebagai berikut.

Biaya total
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
Jumlah unit diproduksi

5
Pentingnya Penentuan Biaya Per Unit Produk

Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai


kepentingan, baik yang bersifat strategis maupun taktis, diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Dasar penentuan harga. Jika manajemen mengetahui biaya produksinya maka


mereka akan dapat menentukan harga yang sekiranya tidak akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan.

2. Dasar penibuatan keputusan. Jika manajemen mengetahui biaya produksi


sebuah produk maka mereka dapat membandingkannya dengan harga jual produk
pesaing.

Banyak keputusan strategis dibuat berdasarkan pada biaya per unit. Oleh
karena itu, akurasi dalam penentuan biaya unit menjadi penting. Contoh keputusan
strategis tersebut adalah keputusan penentuan pemosisian produk (product
positioning) dan penentuan harga jual produk

Penentuan Biaya Per Unit Produk

Biaya per unit produk dihitung dengan cara berikut ini.

Biaya bahan baku total + Biaya tenaga kerja


langsung total + Biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 total
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
Unit produksi total

Contoh :

Sebuah perusahaan kecap cap Mangga menghasilkan 15.000 botol kecap


menggunakan biaya bahan baku sebesar Rp100.000.000, upah tenaga kerja langsung
sebesar Rp150.000.000, dan biaya overhead sebesar Rp50.000.000. biaya per unit
produk dihitung sebagai berikut.

Rp100.000.000 + Rp150.000.000 + Rp50.000


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 =
15.000 botol

Biaya per unuit = Rp20.000/botol

Biaya Sesungguhnya dan Biaya Normal

Biaya Sesungguhnya. Pendekatan biaya sesungguhnya adalah perhitungan


biaya produk atau jasa menggunakan biaya yang sebenarnya terjadi untuk bahan
baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya sesungguhnya dalam kaitan
produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, mulai
tahap praproduksi sampai produk selesai diproduksi. Hasilnya akan diperoleh biaya
produk yang benar-benar akurat Perhitungan biaya berdasarkan biaya sesungguhnya
memiliki kelemahan, yaitu biaya baru dapat diketahui jika semua tahap produksi
selesai dilakukan. Hal tersebut berdampak pada masalah ketepatan waktu, karena
proses produksi sebagian besar industri bisa dikatakan tidak pernah selesai dan
bersifat terus-menerus (continuous).

6
Periodisasi dalam perhitungan biaya produksi merupakan salah satu alternatif
yang disarankan untuk mengatasi kelemahan tersebut. Misalnya, perhitungan
dilakukan dalam periode mingguan atau bulanan. Namun, periodisasi sendiri
sesungguhnya menimbulkan permasalahan dalam variabilitas produksi dan sifat biaya
overhead.

Biaya Normal. Pendekatan biaya normal adalah penentuan biaya produk atau
jasa nenggunakan biaya sesungguhnya dari bahan baku dan tenaga kerja, sedangkan
biaya overhead menggunakan pembebanan yang didasarkan pada estimasi biaya
overliend yang digunakan dalam satu periode. Pembebanan biaya overhead dilakukan
dengan menentukan tarif pembebanan terlebih dahulu, baru kemudian ditentukan
biaya overhend yang dibebankan dalam satu periode dengan cara mengalikan tarif
dengan aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan informasi biaya. Penentuan tarif
dilakukan dengan cara berikut ini.

Anggaran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑


Tarif 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 =
Anggaran penggunaan aktivitas

Contoh :

Jika perusahaan kecap cap Mangga tahun 2013 menganggarkan untuk melakukan
aktivitas produksi sebesar 15.000 botol kecap dengan anggaran biaya overhend
sebesar Rp60.000.000. Aktivitas yang dipilih sebagai dasar pembebanan biaya
overhead adalah unit diproduksi. Berdasarkan data tersebut, tarif biaya overhead di
perusahaan kecap cap Mangga adalah sebagai berikut.

Rp60.000.000
Tarif 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 =
15.000

Tarif overhead= Rp4.000/botol

Jika pada Januari 2013. perusahaan memproduksi 2.000 botol kecap, maka biaya
overhead yang dibebankan sebesar Rp8.000.000 (Rp4.000 x 2.000),

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung pada biaya normal dapat
menggunakan biaya sesungguhnya karena pada umumnya perusahaan melakukan
pembelian bahan dengan menggunakan kontrak pembelian. Berdasarkan hal
tersebut, harga bahan perusahaan akan dapat ditentukan terlebih dahulu. Hal tersebut
tidak berbeda dengan biaya tenaga kerja. Umumnya, dalam kontrak tenaga kerja
sudah dicantumkan besar upah dan cara pengupahannya. Pada kenyataannya, biaya
overhead sulit dilakukan karena banyak komponen biaya overhead yang sifatnya
periodik dan besarnya berfluktuasi.

B. METODE PENENTUAN BIAYA PRODUK

Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung


biaya prod yaitu pendekatan berbasis unit (konvensional) dan pendekatan berbasis
aktivitas (activity based casting-ABC), Pada pendekatan konvensional terdapat dua
metode yang lat dipergunakan, yaitu metode tarif tunggal (plantwide rate) dan metode
tarif departemental (departmental rate).

7
Berdasarkan penentuan biaya produk konvensional, maka hanya biaya
manufak saja yang dibebankan ke dalam produk. Pembebanan biaya produk ini
menemui masalah pada saat akan membebankan biaya overhead karena komponen
biaya overhead pabrik secara langsung berhubungan dengan produk. Oleh karena itu,
pembebanan biaya overle hanya berbasis pada penelusuran pemicu (driver tracing)
dan alokasi. Sistem penentuan biaya konvensional hanya menggunakan pemicu pada
aktivitas level unit (unit level activity driver) untuk membebankan biaya ke produk. Cara
ini digunakan pada dua metode perhitungan biaya produk konvensional, yaitu tarif
tunggal dan tarif departemental.

Tarif Tunggal

Berdasarkan pendekatan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan hanya dipicu oleh
satu pemicu pada semua fasilitas produksi (pabrik) dan produk. Terdapat dua tahapan
dalam perhitungan biaya overhead produk.

1. Penentuan tarif pembebanan overhead

Anggaran overhead diakumulasi menjadi satu untuk seluruh pabrik dengan langkah-
langkah sebagai berikut.

a. Biaya diakumulasi secara sederhana dengan cara langsung menambahkan


semua biaya yang diharapkan akan terjadi selama satu periode dalam satu fasilitas
pabrik

b. Setelah biaya diakumulasi, dihitung tarif pembebanannya berdasarkan satu


pemicu (driver) level unit.

Anggaran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑


Tarif 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 =
Anggaran penggunaan aktivitas

2. Pembebanan biaya overhead

Biaya overhead dibebankan ke dalam produk menggunakan dasar tarif yang telah
ditentukan.

Overhead dibebankan total = Tarif overhead x Aktivitas sesungguhnya.

Setelah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk diketahui, langkah


terakhir perhitungan biaya produk adalah menjumlahkannya dengan biaya bahan bakn
sesungguhnya yang digunakan ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung
sesungguhnya.

Tarif Departemental

Tahapan perhitungan biaya produk dengan tarif departemental adalah sebagai berikut.

1. Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam kelompok


kelompok departemen produksi sehingga didapatkan kelompok biaya departemen.
Setelah itu, dihitung tarif pembebanannya menggunakan rumus berikut ini.

8
Anggaran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑
Tarif 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 =
Anggaran penggunaan aktivitas

2. Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan antara tarif biaya
overhead departemen dan jumlah penicu yang digunakan oleh produk departemen
tersebut.

Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit

Sistem biaya berbasis unit telah lama digunakan dan sampai sekarang masih
dipakai untuk penentuan biaya produk oleh banyak bisnis. Kelebihan sistem biaya
berbasis una ada pada kemudahan dalam aplikasinya. Data yang dibutuhkan relatif
sederhana sehingga tidak memerlukan sistem informasi yang canggih dan mahal
untuk mendapatkannya Walaupun sederhana, sistem ini masih memadai untuk
digunakan pada bisnis yang menghasilkan produk atau jasa yang seragam (satu jenis)
atau tidak terdapat banyak variasi proses produksi.

Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit

1. Hasil penawaran sulit dijelaskan Produk yang ditawarkan dengan harga tinggi justru
terlihat sangat laku, tetapi sebaliknya produk yang ditawarkan dengan harga rendah
justru tidak laku.

2. Harga produk pesaing terlihat sangat murah dan tidak masuk akal padahal proses
produksi perusahaan sudah dilakukan seefisien mungkin.

3. Produk yang laku sulit menghasilkan laba yang tinggi.

4. Manajer operasional ingin menghentikan produk yang terlihat menguntungkan


karena produk mengonsumsi beragam aktivitas yang sulit dijelaskan kaitannya dengan
biaya produk.

5. Tingkat laba sulit untuk dijelaskan. Walaupun beberapa produk mengalami kenaikan
penjualan tetapi tidak diikuti dengan kenaikan laba

6. Perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang hanya
dikuasai sendiri.

7. Konsumen tidak protes saat terjadi kenaikan harga produk tertentu karena harga
masih di bawah harga produk lain yang sejenis.

8. Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk menyediakan data biaya


pada proyek khusus. Proyek-proyek khusus menggunakan aktivitas dan pemicu biaya
yang berbeda dengan produk yang sudah ada sehingga harus disiapkan laporan
tersendiri.

9. Beberapa departemen menggunakan sistem biaya sendiri karena merasa sistem


biaya yang ada tidak akurat.

10. Biaya produk berubah saat ada perubahan aturan pelaporan keuangan.

9
Penentuan Biaya Produk Kontemporer

ABC (activity based costing) adalah suatu pendekatan perhitungan biaya yang memb
biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk, jasa, atau konsumen
berdasark aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya. Premis pendekatan ini adalah
produk atas perusahaan merupakan hasil dari aktivitas, dan aktivitas merupakan
penggunaan sumber caya yang menghasükan biaya. Berdasarkan premis tersebut
terdapat dua keyakinan da dalam ABC.

1. Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivitas merupakan


penyebab munculnya biaya.

2. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.

Prosedur Pembebanan Dua Tahap

Prosedur ini membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik
ke dalam kelompok biaya aktivitas. Kemudian, pembebanan dilakukan ke objek biaya
yang bertujuan untuk menentukan biaya suniber daya setiap objek biaya: Langkah
pertama dalam prosedur ini adalah membebankan biaya overhead ke dalam aktivitas
atau pusat biaya aktivitas menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya
yang tepat Tahap kedua, membebankan biaya aktivitas atau kelompok biaya aktivitas
ke dalam objek biaya menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya aktivitas yang
sesuai dalam mengukur permintaan objek biaya pada aktivitas.

Langkah-Langkah Sistem ABC

1. Mengidentifikasi biaya sumber daya dan aktivitas


Tahap pertama adalah melakukan analisis aktivitas untuk mengidentifi biaya sumber
daya dan aktivitas di perusahaan. Kebanyakan perusahaan, pencatatan biaya sumber
daya dilakukan pada rekening-rekening yang spesifik dalam sistem akuntansinya.
Umumnya, pencatatan beberapa biaya aktivitas dicatat dalam satu rekening biaya
atau sebaliknya, biaya dari satu aktivitas dicatat pada beberapa rekening yang te
Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pemisahan atau penggabungan be yang
berasal dari satu aktivitas yang sama. Dalam analisis, berikut merupakan beberapa
pertanyaan yang lazim digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas :
a. Apa pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan?
b. Berapa lama waktu yang dibotuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut
c Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut
d Nilai (value) apa yang diberikan aktivitas ini pada produk, jasa, konsumen,
atau organisasi?
2. Mengalokasikan biaya ke dalam objek biaya
ABC menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dalam
mengalokasikan biaya sumber daya ke dalam produk. Biaya sumber daya dapat
dialokasikan ke dalam akt vitas berdasarkan estimasi atau penelusuran langsung.
Penelusuran langsung membutuhkan pengukuran penggunaan sumber daya yang
sesungguhnya.

10
3. Mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya
Langkah terakhir adalah mengalokasikan biaya aktivitas ke dalam objek biaya
berdasarkan Pemicu biaya aktivitas yang sesuai. Pemicu biaya aktivitas harus dapat
menjelaskan naik Turunnya biaya. Pengalokasian biaya aktivitas ke dalam objek biaya
dilakukan dengan Menggunakan tarif pembebanan. Tarif pembebanan dapat dihitung
menggunakan rumus Berikut ini.

Anggaran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 per pool aktivitas


Tarif 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 dibebankan =
Aktivitas diestimasi per pool

C. PERBANDINGAN BIAYA PRODUK KONVENSIONAL DAN KONTEMPORER


Ketiga metode penentuan biaya produk tersebut menghasilkan biaya produk
yang berbeda beda. Hal ini bukan berarti ketiga metode ada yang salah, hanya saja
ketiga metode tersebut memiliki akurasi yang berbeda dalam mengalokasikan biaya
overhead ke dalam produk. Metode konvensional (tarif tunggal dan departemental)
cenderung kurang akurat dalam membebankan biaya overhead ke dalam produk. Ini
karena pads pendekatan konvensional terlalu menyederhanakan proses produksi
suatu produk ata jasa. Produk yang berbeda-beda diasumsikan hanya menggunakan
satu aktivitas pada keseluruhan proses produksi atau pada satu departemen tertentu.
Faktanya, suatu proses produksi membutuhkan banyak aktivitas yang tingkat
konsumsi sumber dayanya juga akan berbeda-beda pada setiap jenis produk, dan
dalam penggunaan aktivitas tersebut belum tentu perbandingannya proporsional
antar-aktivitas untuk setiap produk atau jasa.

Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing

1. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik. Biaya setiap aktivitas dapat dibebankan
dengan lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga hasil
penawaran produk atau jasa menjadi mudah ditelusur. Selain itu, profitabilitas juga
menjadi lebih mudah diketahui kaitannya dengan suatu produk atau jasa.
2. Pembuatan keputusan yang lebih baik. Informasi penggunaan aktivitas yang lebih
detail menjadikan manajemen dapat menganalisis dampak atau hasil dari suatu
aktivitas sehingga dapat memberi dasar penibuatan keputusan yang lebih akurat.
3. Perbaikan proses (process improvement). ABC memberikan informasi detail
mengenai penggunaan aktivitas. Hal ini memudahkan manajemen menelusur dan
menganalisis efektivitas dan efisiensi biaya aktivitas. Kemudian, aktivitas-aktivitas
yang dianggap tidak meniberi nilai tambah dapat dihilangkan sementara aktivitas-
aktivitas yang belum optimal dapat dioptimalkan.
4. Estimasi biaya. Ketersediaan informasi penggunaan aktivitas dan biaya di masa lalu
yang terperinci dapat memberikan dasar yang akurat dalam penentuan estimasi biaya
di masa depan.
5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai. Estimasi biaya yang akurat atas suntu aset
at sumber daya pada suatu kapasitas yang dianggarkan dapat menjadi dasar pent nilai
biaya dari kapasitas yang tidak digunakan akibat inefisiensi produksi atau pelayanan.

11
Selain manfaat, ABC juga memiliki keterbatasan. Berikut keterbatasan ABC :

1. Alokasi
Beberapa biaya perlu dialokasikan ke departemen dan produk berdasarkan
pengukuran volume arbiter karena mencari aktivitas yang memicu biaya tidak praktis.
Contohnya, biaya sistem informasi untuk pemeliharaan fasilitas pa gaji manajer pabrik,
asuransi pabrik, dan pajak properti pabrik.

2. Pengabaian Biaya (omission of cost)

Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem ABC cenderung tid
memasukkan semua biaya yang terkait dengan produk atau jasa, seperti biaya untuk
aktivitas pemasaran, riset periklanan, pengembangan dan rekayasa produk.

3. Biaya dan Waktu

Salah satu kendala terbesar dalam penerapan ABC adalah besarnya biaya aplikasi
dan lamanya proses implementasi ABC. Hal ini karena ABC bukan masalah
menghitung biaya produk semata, tetapi lebih pada cara manajemen mengidentifikasi
aktivita-aktivitas dalam produksi, sumber daya yang dikonsumsinya, hal-hal yang
memicu biaya aktivitas tersebut, dan besarnya biaya yang terjadi.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Biaya produk dapat memberikan gambaran mengenai prinsip dasar


manajemen biaya, yaitu biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Sebagai
contoh, manajemen tertarik pada analisis profitabilitas strategis. Berdasarkan
kepentingan pelaporan eksternal, biaya produk dapat diklasifikasi menjadi tiga
komponen, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Biaya bahan baku adalah penggunaan bahan-bahan yang dapat dilacak
secara langsung ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya tenaga kerja
langsung merupakan tenaga kerja yang dapat dilacak secara langsung ke dalam
produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya overhead adalah semua biaya produksi selain
bahan baku dan tenaga kerja langsung.

. Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung


biaya prod yaitu pendekatan berbasis unit (konvensional) dan pendekatan berbasis
aktivitas (activity based casting-ABC), Pada pendekatan konvensional terdapat dua
metode yang lat dipergunakan, yaitu metode tarif tunggal (plantwide rate) dan metode
tarif departemental (departmental rate).

B.SARAN
Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyarankan kepada pembaca agar
dapat mengambil sisi positif dari pembahasan mengenai activity based costing, dan
sisi negatif dari pembahasan diatas bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk
menjadi lebih baik lagi . Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

13

Anda mungkin juga menyukai