Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI BIAYA

(EMA 217 M A3)

Disusun Oleh :

1. Ni Kadek Ayu Aryanti 2107521077 / 08


2. Putu Adi Surya Prayoga 2107521183 / 22

Dosen Pengampu :
Putu Ery Setiawan, SE.,M.Com.,Ak.,CA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................ 2

BAB I ............................................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4

1.3 Maksud dan Tujuan ..................................................................................................... 4

BAB II .......................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5

2.1 Pengertian Activity Based Costing (ABC) ................................................................. 5

2.2 Konsep Dasar Activity Based Costing (ABC) ............................................................ 6

2.2.1 Aktivitas dalam Sistem ABC .................................................................................. 8

2.2.2 Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC .................................................. 9

2.2.3 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC ................................................ 10

2.2.4 Manfaat dan fungsi sistem Activity Based Costing .............................................. 10

2.3 Implementasi strategi kompetitif dengan menggunakan sistem Activity Based


Costing (ABC)........................................................................................................................ 12

2.3.1 Rumus Activity Based Costing ............................................................................. 14

2.3.2 Contoh Perhitungan Biaya Activity Based Costing .............................................. 14

2.4 Pembahasan Kasus..................................................................................................... 18

BAB III ....................................................................................................................................... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 25

1.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 25

1.2 Saran............................................................................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 27

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Suatu perusahaan mempunyai tujuan menjaga kelangsungan hidup


perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari
waktu ke waktu.Semakin derasnya arus teknologi dan informasi menuntut setiap
perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut dalam persaingan global. Perkembangan teknologi maju dibidang
informasi telah menimbulkan dampak yang sangat kompleks bagi suatu
perusahaan.
Perkembangan teknologi dalam pasar global salah satunya berdampak pada
perusahaanmanufaktur. Perusahaan dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi
yang dapat mendukung kinerja perusahaan guna memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggan.Pemanfaatan teknologi tersebut mengakibatkan biaya
operasional yang dikeluarkanperusahaan menjadi besar yang akan berdampak
pada Harga Pokok Produksi yang tinggi.Pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi juga berpengaruh terhadap proses produksi. Dengan meningkatnya
pemakaian mesin-mesin untuk berproduksi yang menggantikan pemakaian tenaga
kerja, maka kebutuhan akan tenaga kerja pun berkurang. Denganmeningkatnya
penggunaan mesin maka komposisi biaya produksi dalam perusahaan secara
perlahan-lahan mengalami perubahan yaitu adanya penurunan Biaya Tenaga
Kerja dan kenaikan Biaya Overhead Pabrik.

Pembebanan Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung pada
produk yangdihasilkan dapat dilakukan dengan tepat dan mudah karena biaya-
biaya tersebut dapat dialokasikan secara langsung ke produk jadi, sedangkan
pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada produk yang dihasilkan perlu
dilakukan dengan cermat karena biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara
langsung pada produk sehingga memerlukan metode alokasi tertentu.
Perhitungan Harga Pokok Produksi merupakan semua biaya produksi yang
digunakan untukmemproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam
suatu periode waktu tertentu. Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok
Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga

3
Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untukmenetapkan harga jual dan laba,
sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.

Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok
Produksi yang dikenal dengan nama Activity-Based Costing (ABC) System.
Activity-Based Costing System merupakan metode perbaikan dari Sistem
Tradisional. Activity-Based Costing System ini merupakan metode perhitungan
biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat
dan relevan.
Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan
aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost Pool)
tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar
aktivitasnya masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah
aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu
biaya yang lebih banyak sehingga dapatmengukur sumber daya yang digunakan
oleh produk secara lebih akurat.

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem Activity Based Costing (ABC) ?


2. Bagaimana konsep dasar sistem Activity Based Costing (ABC) ?
3. Bagaimana pengimplementasian strategi kompetitif dengan menggunakan sistem
(ABC) ?

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Menambah pemahaman mengenai apa itu sistem Activity Based Costing (ABC)
2. Untuk mengetahui konsep dasar Activity Based Costing (ABC)
3. Untuk mengetahui pengimplementasian strategi kompetitif dengan
menggunakan system (ABC)

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Activity Based Costing (ABC)

Activity Based Costing System (ABC System) adalah salah satu metode yang
digunakan dalam menghitung biaya berdasarkan aktivitas. Perhitungan yang
dihasilkan akan bermanfaat bagi manajemen untuk menelusuri keterangan
mengenai aktivitas apa saja yang diperlukan dan yang tidak diperlukan perusahaan
dalam proses produksi.
Metode activity based costing adalah metode yang berfungsi untuk
mengalokasikan semua biaya dari berbagai sumber daya yang digunakan dalam
menjalankan aktivitas produksi atau menjalankan usaha jasa. Konsep yang
mendasari metode ini adalah perusahaan yang menjalankan suatu rencana maka
manajemen perusahaan akan menjalankan suatu rangkaian aktivitas. Untuk
menjalankan rangkaian aktivitas tersebut dibutuhkan berbagai sumber daya seperti
material, mesin, tenaga kerja, gedung dan lain-lain. Untuk mendapatkansumber
daya tersebut tentu dibutuhkan biaya.
Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber
buku:

• Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya
berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan
pengurangan biayadalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
• Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem
akuntansi biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan
biaya-biaya berdasarkan sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa
overhead yang telah ditetapkan kemudian dihitung menggunakan berbagai
macam pemicu biaya dalam aktivitas suatu organisasi.
• Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan
perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek
biaya, seperti produk, jasa atau konsumen berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya.
• Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan
biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan

5
konsumsi sumber dayaoleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan
biaya ini adalah bahwa produk ataujasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas,
dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya.

• Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan


dan penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan
pengujian informasi umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan
biaya yang direncanakan untuk membuat tindakan korelasi yang diperlukan.

Metode ABC mampu digunakan untuk menentukan biaya produk secara


objektif karenamampu mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat.
Pada metode ABC, biaya overhead, biaya variabel dan produksi memiliki
hubungan.

2.2 Konsep Dasar Activity Based Costing (ABC)

Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas
yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal
aktivitas- aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian
atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai
faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan
kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas yang

6
mengkonsumsi sumber daya dan bukannyaproduk.

Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam
sistemABC, yaitu:

1. Biaya memiliki penyebab. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya


adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang
aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya akan menempatkan personil
perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat
dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan kemampuan untuk
melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya alokasi
biaya.
2. Penyebab biaya dapat dikelola. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat
dikelola. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab
terjadinya biaya, personil perusahaan dapat memengaruhi biaya.
Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang
aktivitas.

Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatikan


beberapa halsebagai berikut:

1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Sistem ABC


mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama.
Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam
membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa perusahaan
yangmenghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar
perusahaan yang ketat tersebut dibutuhkan pembebanan biaya yang akurat.
Informasi tentang pembebanan biaya yang akurat akan memudahkan bagi
pihak manajemen dalam proses pengambilan keputusan.
3. Biaya pengukuran yang relatif rendah. Biaya pengukuran
(measurement cost) merupakan biaya yang terkait dengan pengukuran
yang digunakan oleh suatu sistem biaya. Agar penerapan sistem ABC
dapat optimal, maka biaya pengukuran untuk menghasilkan informasi

7
biaya aktivitas harus relatif rendah.

2.2.1 Aktivitas dalam Sistem ABC

Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas,


perusahaan perlu mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan
bagaimana aktivitas tersebut mengkonsumsi sumber daya. Pengklasifikasian
aktivitas dalam ini akan memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas
yang berkaitan dengan level yang berbeda akan menggunakan jenis Cost
Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), tingkatan
aktivitas dalam sistem ABC adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas Tingkat Unit (unit-level activity)

Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang
dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah hubungan sebab
akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat unit mencakup
pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenagakerja langsung, serta
pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas tingkat unit
merupakan aktivitas berdasarkan volume. Aktivitas yang dibutuhkan
bervariasi secara proporsional dengan jumlah objek biaya. Penggerak biaya
untuk konsumsi sumber daya dan penggerak biaya untuk konsumsi aktivitas
cenderung sama dengan aktivitas tingkat unit.

b. Aktivitas Tingkat Kelompok (batch-level activity)


Biaya untuk setiap kelompok unit tertentu adalah sumber daya yang
digunakan untuk aktivitas yang akan terkait dengan kelompok unit produk atau
jasa yang dihasilkan. Dasarpengelompokan untuk level ini adalah biaya yang
hubungan sebab akibat untuk setiap kelompok unit yang dihasilkan. Contoh
aktivitas tingkat kelompok adalah persiapan mesin, pengaturan pesanan
pembelian, penjadwalan produksi, inspeksi yang dilakukan oleh batch,
penanganan bahan baku, dan percepatan proses produksi.

c. Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity)

Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu adalah sumber daya digunakan

8
untuk aktivitas yang menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar
pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang memiliki hubungan sebab
akibat dengan setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat
produk mencakup desain produk, pembelian suku cadang yang dibutuhkan
oleh produk, dan keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk memodifikasi
produk.

d. Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity)


Biaya untuk setiap fasilitas tertentu adalah sumber daya yang digunakan
untuk aktivitas yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan produk
atau jasa yang dihasilkan tetapi untuk mendukung organisasi secara
keseluruhan. Dasar pengelompokan untuk level ini sulit dicari hubungan sebab
akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi dibutuhkan untuk
kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi
barang atau jasa. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh produk atau kebutuhan
pelayanan pelanggan dan tidak dapat ditelusuri ke satu unit, batch, atau produk.
Contoh aktivitas tingkat fasilitas mencakup penyediaan keamanan untuk
memelihara mesin pabrik dengan fungsi umum, pengelolaan pabrik,
pembayaran pajak bangunan dan asuransi pabrik, serta penutupan buku setiap
bulan. Beberapa perusahaan menyebutkan aktivitas ini sebagai aktivitas
pendukung bisnis atau infrastruktur.

2.2.2 Pemicu Biaya (Cost Driver) dalam Sistem ABC

Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya


aktivitas, cost drivermerupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk
membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk,
atau jasa (Blocher dkk, 2011).

Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-


biaya overhead. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya
overhead yang terjadiditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini
menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis
produk harus diidentifikasi melalui cost driver

Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:

9
1. Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan
ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver
sumber daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang
dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool tertentu. Contoh dari driver
sumber daya adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu
aktivitas.
2. Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran
frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap
objek biaya. Driver aktivitasdigunakan untuk membebankan biaya dari
Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver aktivitas adalah jumlah suku
cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk
mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.

2.2.3 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC

Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan
dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk,
2014). Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap cost pool menampung biaya-
biaya dari transaksi-transaksi homogen. Semakin banyak aktivitas dalam suatu
kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool.

Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu


cost pool atau beberapa cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas
yang dilaksanakan dalam perusahaan, semakin sedikit cost pool yang
dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya tersebut. Sistem biaya yang
menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan hubungan sebab
akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk
membebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung
dengan membagi biaya cost pool dengan cost driver.

2.2.4 Manfaat dan fungsi sistem Activity Based Costing

Manfaat Penerapan Sistem ABC :

10
Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), penerapan sistem ABC dalam perusahaan
memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:

1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk


menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan
harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis
produk lain terlalu rendah (under costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya
menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga
memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang
menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang
merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan keputusan baik
mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas sehingga
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.

3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di


sebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC
memudahkan manajer dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang
menimbulkan biaya overhead tersebut

Fungsi Activity Based Costing


Di bawah ini adalah fungsi-fungsi utama dari ABC dalam perusahaan:
• Salah satu fungsi activity based costing adalah untuk membantu
perusahaan dalam mengambil berbagai keputusan terkait harga pokok
penjualan dan berbagai sumber daya penyusunnya.
• Harga pokok penjualan yang dihasilkan akan akurat dan dapat bersaing
dengan kompetitor lainnya
• Activity based costing dapat membantu perusahaan dalam melakukan
analisis untuk menentukan berapa jumlah produk yang harus diproduksi
untuk bisa mencapai BreakEven Point (BEP) secara akurat.

2.3 Implementasi strategi kompetitif dengan menggunakan


sistem ActivityBased Costing (ABC)

Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta

11
pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke
produk. Adapun penjelasan tahapan penerapan sistem ABC adalah sebagai
berikut:

A. Mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas

1. Mengklasifikasikan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan


dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interprestasi yang mudah
dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat
dikelola untuk menghasilkan produk atau jasa. Cara untuk memahami aktivitas
dan bagaimana aktivitas tersebut digabungkan disusun dalam empat tingkatan
aktivitas yaitu aktivitas berlevel unit (unit level activities), aktivitas berlevel
batch (batch level activities), aktivitas berlevel produk(product level activities)
dan aktivitas berlevel fasilitas (fasility level activities).

2. Mengidentifikasi Biaya. Untuk membebankan biaya dari sumber daya ke


aktivitas, terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi elemen biaya utama.
Penentuan elemen biayaini dapat dilihat pada buku besar perusahaan. Biaya
yang perlu diperhatikan adalah biaya overhead karena biaya overhead ini
merupakan biaya yang dikonsumsi secara tidak langsung sehingga harus
dianalisis. Berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang pembebanannya
dapat dilakukan tanpa dianalisis. Biaya aktivitas meliputi semua nilai sumber
daya yang dikonsumsi untuk melakukan aktivitas tersebut.
3. Penentuan Aktivitas dengan Biaya. Suatu aktivitas mempunyai hubungan
langsung dengan biaya. Selain itu aktivitas memegang peranan penting dalam
menginterpretasikandata. Biaya-biaya dikelompokkan berdasarkan tujuan dan
pemicu biaya yang sama agar biaya tersebut memiliki sifat homogen untuk
memudahkan pengendalian dan untuk menghindari disorientasi alokasi
produk.

B. Pembebanan Biaya Aktivitas ke Produk

1. Penentuan Cost Driver. Penentuan cost driver pada sistem activity based
costing sangatberbeda dengan sistem konvensional. Pada sistem konvensional,
cost driver yang digunakan adalah volume based measurement, sedangkan
pada sistem activity based costing cost drivernya yang digunakan tidak

12
hanyalah volume based measurement saja, tetapi juga batch level, product
level related measurement dan facility level related measurement. Akumulasi
biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool kemudian dialokasikan
pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost driver yang
telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan
pada produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk
tersebut. Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang
ditempatkan terhadap aktivitaspada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost
driver inilah yang digunakan untuk menelusuri biaya ke objek biaya. Pada
sistem ABC berlaku lebih dari satu pemicu biaya(cost driver) untuk dijadikan
dasar alokasi biaya ke produk.
2. Pengalokasian Biaya. Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing
kelompok biaya (cost pool), maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya
dalam cost pool ke masing-masing produk berdasarkan cost driver masing-
masing cost pool yang telah ditetapkan. Pada tabel-tabel diatas, kita dapat
ketahui besarnya biaya untuk masing- masing cost pool dan dari informasi
biaya tersebut kita pun dapat mengetahui pengalokasian biaya berdasarkan
cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk masing-masing produk.

13
Berikut adalah Prosedur Dua Tahap Activity Based Costing :

Sumber Daya ( Resources )

Material Langsung dan Biaya tidak langsung /


Tenaga Kerja Langsung Indirect Costs
( Direct Material and (Overhead)
Direct Labor )

Tahap Pertama: Bahan langsung


dan tenaga kerja yang
dibebankan pada biaya objek;
biaya overhead ditugaskan untuk
kegiatan menggunakan
konsumsi sumber daya cost
\
driver
Cost Pools :
Aktivitas di pabrik
Tahap Kedua: Biaya aktivitas
dibebankan ke objek biaya
menggunakan konsumsi
aktivitas cost driver

Cost Objects

2.3.1 Rumus Activity Based Costing

Tujuan utama menggunakan rumus activity based costing adalah


memperoleh harga produksetiap unit. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan biaya
harga per unit, kamu bisa menjumlahkan total biaya utama dengan total biaya
overhead. Selanjutnya bagi dengan jumlah unit yang diproduksi.

Total biaya utama = Biaya utama x volume produksi

Total biaya overhead = Biaya overhead x volume produksi

Harga per unit = (Total Biaya Utama+ Total Biaya Over Head) Jumlah unit yang
diproduksi = Biaya utama x Volume produksi+(Biaya Over Head x Volume
Produksi)Jumlah unit yang diproduksi

2.3.2 Contoh Perhitungan Biaya Activity Based Costing

14
Dalam metode Activity Based Costing diketahui parameter-parameter
yang digunakan dalam mencari atau menghitung harga pokok produksi per unit
produk, adapun parameternya antara lain : biaya bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi, biayatenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses
produksi dan biaya overhead yang dibebankan pada proses produksi.

Karena sudah ditentukan parameter sebagai inputannya, maka diperlukan


perhitungan untuk mendapatkan harga pokok produksi yang efektif dan akurat
dari setiap kegiatan.

Formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

HPP = BBB + BTKL + BOP


Keterangan :

HPP : Harga Pokok Produksi BBB : Biaya Bahan Baku

BTKL : Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP : Biaya Overhead Pabrik

Dalam prosesnya terdapat beberapa aktivitas dalam pelaksanaan


produksinya. Berikut ini contoh perhitungan harga pokok produksinya:
Taksiran biaya yang berkaitan dengan proses produksi kedua produk tersebut
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Taksiran biaya proses produksi


Keterangan Mug Botol
Unit yang diproduksi 5.000 unit 10.000 unit
Jam tenaga kerja langsung per unit produk 2 jam 1 jam
Jam kerja mesin per unit produk 2 jam 1 jam
Kebutuhan bahan per unit produk 1 unit 1 unit
(mug+stiker) (botol+stiker)
Harga bahan langsung per unit Rp 15.000,- Rp 8.000,-
Upah tenaga kerja langsung per jam Rp 7.500,- Rp 7.500,-

15
Rumus :
JKL/unitproduk = jam kerja cutting stiker + jam kerja temple stiker + sandblast + finishing

JKM/unitproduk = jam kerja mesin cutting + jam kerja mesin +sandblast


Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver activity)
pada periode tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Taksiran biaya overhead


Kelompok aktivitas Biaya aktivitas Pemicu biaya aktivitas
a. Tenaga Listrik Rp 2.000.000,- Jam kerja langsung
b. Pemeliharaan Rp 4.000.000,- Jam kerja mesin
c. Penanganan Material Rp 3.000.000,- Banyaknya bahan
d. Inspeksi Rp 3.000.000,- Unit produksi
Total Biaya Overhead Rp 12.000.000,-

Perhitungan HPP dengan metode Activity Based Costing (ABC)


Tabel 3. Alokasi biaya kelompok aktivitas
Kelompok aktivitas Biaya aktivitas Pemicu biaya Tarif/satuan
aktivitas
1 Tenaga listrik Rp 2.000.000,- 20.000 JKL Rp 100,-/JKL
2 Pemeliharaan Rp 4.000.000,- 20.000 JKM Rp 200,-/JKM
3 Penanganan material Rp 3.000.000,- 15.000 banyaknya Rp 200,-/unit
bahan bahan
4 Inspeksi Rp 3.000.000,- 15.000 unit produksi Rp 200,-/unit
produk
Total Biaya Overhead Rp 12.000.000,-

Menghitung pemicu biaya masing-masing aktivitas :


1. Pemicu biaya aktivitas tenaga listrik
Rumus :
Pemicu biaya aktivitas tenaga listrik = unit yang diproduksi * JKL /unit
= (5.000 unit * 2 jam) + (10.000 unit * 1 jam) = 10.000 + 10.000 = 20.000

16
2. Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan
Rumus :
Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan = unit yang diproduksi * JKM /unit
= (5.000 unit * 2 jam) + (10.000 unit * 1 jam) = 10.000 + 10.000 = 20.000

3. Pemicu biaya aktivitas penanganan material


Rumus :
Pemicu biaya aktivitas penanganan material = unit yang diproduksi * kebutuhan
bahan /unit (5.000 unit * 1 unit) + (10.000 unit * 1 unit) = 5.000 + 10.000 = 15.000

4. Pemicu biaya aktivitas inspeksi


Rumus :
Pemicu biaya aktivitas inspeksi = total unit yang diproduksi
inspeksi = unit produksi mug + unit produksi botol = 5.000 + 10.000 = 15.000

Menghitung tarif per satuan :


Tarif /satuan = biaya aktivitas : pemicu biaya aktivitas
Menghitung alokasi biaya overhead per produk :
Tabel 4. Alokasi biaya overhead per produk
Alokasi biaya per produk
Kelompok aktivitas Tarif/Satuan Mug Botol
1 Tenaga listrik Rp 100,-/JKL Rp 200,- Rp 100,-
2 Pemeliharaan Rp 200,-/JKM Rp 400,- Rp 200,-
3 Penanganan material Rp 200,-/unit bahan Rp 200,- Rp 200,-
4 Inspeksi Rp 200,- unit produk Rp 200,- Rp 200,-
Total Rp 1.000,- Rp 700,-

Alokasi biaya tenaga listrik per produk = tarif /satuan *JKL/unit produk
Alokasi biaya pemeliharaan per produk = tarif /satuan * JKM /unit produk
Alokasi biaya penanganan material per produk = tarif /satuan * kebutuhan bahan /unit produk
Alokasi biaya inspeksi = tarif per satuan unit produk
Dengan alokasi biaya overhead per unit produk seperti itu, maka biaya
produksi untuksetiap unit produk dengan metode ABC adalah :

17
Tabel 5. Perhitungan HPP dengan metode ABC
Jenis Biaya Mug Botol
Biaya Bahan Baku Rp 15.000,- Rp 8.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 15.000,- Rp 7.500,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.000,- Rp 700,-
Biaya Produksi/ unit produk Rp 31.000,- Rp 16.200,-

Hasil penerapan metode Activity Based Costing dari tabel Perhitungan HPP dapat
diperolehhasil penerapan metode ABC terletak pada alokasi biaya overhead, sehingga
diperoleh biaya produksi/unit produk yang sudah diakumulasikan dari sisi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yaitu sebesar Rp. 31.000
untuk Mug dan Rp 16.200 untuk botol.

2.4 Pembahasan Kasus

UD.Karimunjawa Perkasa adalah pengrajin sandal yang berada di Desa


Berbek Waru Sidoarjo, pada perhitungannya masih menggunakan metode
tradisional yaitu metode full costing dimana biaya produksi (biaya langsung dan
tidak langsung) dibebankan dengan menyeluruh pada produk yang dihasilkan.
Hal tersebut dapat menimbulkan masalah sebab produk yang dihasilkan tidak
dapat menggambarkan biaya yang sebenarnya terjadi sehingga akan muncul
produk undercosting dan overcosting dan hasil yang didapat kurang akurat.
Untuk mengatasi kelemahan metode full costing tersebut maka perlu
dikembangkannya suatu metode yaitu activity based costing. Activity based
costing merupakan metode yang efektif dalam menentukan harga pokok produksi
sebab pembebanan biayanya berdasarkan aktivitas yang dikerjakan serta
menggunakan lebih dari satu pemicu biaya.
KERANGKA KONSEPTUAL

UD. Karimunjawa Perkasa

Harga Pokok Produksi

Metode Activity Based Costing

Mengidentifikasi aktivitas

Mengklasifikasikan biaya dengan kelompok


aktivitas

Menentukan cost driver

Menentukan kelompok biaya yang homogen


(homogeneous cost pool)

Menentukan tarif kelompok (pool rate)

Perhitungan hpp dengan menggunakan


activity based costing
Harga pokok produksi pengrajin
sandal desa berbek Harga pokok produksi dengan menggunakan
activity based costing

Perbandingan
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing
Sistem activity based costing mengalokasikan biaya overhead pabrik melalui dua tahap, yaitu
sebagai berikut :

a. Tahap Pertama
Menentukan harga pokok produksi menggunakan sistem activity based costing dilakukan
dengan menelusuri biaya pada aktivitas. Prosedur tahap pertama meliputi 5 langkah yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
UD. Karimunjawa Perkasa menggolongkan aktivitas menjadi empat level aktivitas.
Penggolongan beberapa aktivitas dapat dilihat sebagai berikut :

UD. Karimunjawa Perkasa


Klasifikasi Biaya Overhead Pabrik ke dalam Berbagai Aktivitas

Level Aktivitas Biaya Overhead Pabrik Jumlah


Biaya Bahan Pembantu Rp. 119.845.000
Aktivitas Unit level
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Rp. 590.000
BTKTL Rp. 500.000
Aktivitas Batch Level Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Biaya Pemeliharaan Mesin Rp. 120.000
Aktivitas Produk Level Biaya Pemasaran Rp. 4.660.000
Aktivitas Fasilitas
Biaya Pemeliharaan Bangunan Rp. 100.000
Level
Total Rp. 125.946.000

Berikut ini penjelasan dari tiap level yang dapat diidentifikasikan meliput:
a. Aktivitas Unit Level
Aktivitas yang terjadi berulang pada tiap unit yang diproduksi dan konsumsinya
seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : biaya bahan pembantu, biaya
utility
b. Aktivitas Batch Level
Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch produk yang
diproduksi dan aktivitas ini terjadi berulang setiap satu batch (kelompok). Contoh :
BTKTL, biaya pem.mesin, biaya peny.mesin.

c. Aktivitas produk level


Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan, aktivitas ini digunakan untuk
mendukung produksi tiap produk yang berbeda. Contoh : aktivitas pemasaran.
d. Aktivitas fasilitas level

20
Aktivitas yang dikonsumsi berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk, aktivitas
ini berkaitan dengan aktivitas yang lainnya. Contoh : biaya pemeliharaan bangunan.
2. Pengalokasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
3. Menentukan cost driver
Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas setelah aktivitas di
identifikasi sesuai dengan levelnya. Langkah selanjutnya mengidentifikasi cost driver dari
setiap biaya, identifikasi tersebut dilakukan untuk menentukan tarif per unit cost driver.
Daftar cost driver pada UD. Karimunjawa Perkasa sebagai berikut :
Daftar Cost Driver

Sandal Sandal
Sandal
No Cost Driver Gunung Gunung Jumlah
Flat
Japiit Slop
1 jumlah produksi (unit) 8.400 9.600 4.800 22.800
2 jam kerja mesin (jam) 700 Jam 800 Jam 480 Jam 1.980 Jam
3 Luas area (m²) 24 m² 30 m² 18 m² 72 m²

4. Penentuan kelompok biaya yang homogen (homogeneous cost pool)


Penentuan cost pool yang homogen bertujuan untuk meminimalkan pembentukan cost pool
yang terlalu banyak, karena aktivitas yang memiliki cost driver yang berhubungan dapat
dimasukkan dalam sebuah cost pool dengan menggunakan salah satu cost driver yang dipilih.
Adapun cost pool yang homogen pada UD. Karimunjawa Perkasa sebagai berikut:

UD. Karimunjawa Perkasa Kelompok


Biaya (CostPool) yang Homogen

Cost Pool
Biaya Overhead Pabrik Level Aktivitas Cost Driver
Homogen
Biaya Bahan Pembantu Aktivitas Unit Unit Produk
pool 1
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Level
BTKTL Jam Kerja
Aktivitas Batch Mesin
pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Level
Biaya Pemeliharaan Mesin
Aktivitas
pool 3 Biaya Pemasaran Unit Produk
Produk Level
pool 4 Biaya Pemeliharaan Bangunan Aktivitas Fasilitas Luas Area
Level

5. Tarif kelompok (pool rate)


Tarif kelompok (pool rate) merupakan tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung
untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung menggunakan rumus :

21
Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu
cost driver

pool rate aktivitas unit level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Cost Pool Biaya Bahan Pembantu Rp. 119.845.000
1 Total Biaya Rp. 119.845.000
Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 5.256,359

pool rate aktivitas batch level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat padatabel
berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya utility Rp. 590.000
Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Rp. 500.000
Cost Pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Biaya Pemeliharaan mesin Rp. 120.000
Total Biaya Rp. 1.341.000
Jam Kerja Mesin 1.980 Jam
Pool Rate 1 Rp. 677,272

pool rate aktivitas produk level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)

Biaya Overhead Pabrik Jumlah


Biaya Pemasaran Rp. 4.660.000
Cost pool 3 Total Biaya Rp. 4.660.000
Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 204,385

pool rate aktivitas fasilitas level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihatpada
tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya Pemeliharaan bangunan Rp. 100.000
Cost pool 4 Total Biaya Rp. 100.000
Luas Area 72 m²
Pool Rate 1 Rp. 1.388,888

22
b. Prosedur Tahap Kedua
Tahap kedua menentukan harga pokok produksi berdasar aktivitas dengan membebankan
tarif kelompok berdasar cost driver. Biaya dari setiap kelompok biaya overhead dilacak ke
berbagai jenis produk. Biaya overhead ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap
produk dengan rumus :

BOP yang dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan
Perhitungan harga pokok produksi per unit menggunakan activity based costing
sebagai berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Japit

Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 95.692.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 23.730.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 8.400 Unit Rp. 44.153.415,6
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 700 Jam Rp. 474.090,4
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 8.400 Unit Rp. 1.716.834
Cost Pool 4
1.388,888 × 24 m² Rp. 33.333,312
Total BOP Rp. 46.377.673,312
Total Biaya Produksi Rp.165.799.673,31
Jumlah Produksi 8.400 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 19.738,056

23
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Slop

Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 124.704.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 41.520.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 9.600 Rp. 50.461.046,4
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 800 Jam Rp. 541.817,6
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 9.600 Rp. 1.962.096
Cost Pool 4
1.388,888 × 30 m² Rp. 41.666,64
Total BOP Rp. 53.006.626,64
Total Biaya Produksi Rp. 219.230.626,64
Jumlah Produksi 9.600 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 22.836,523

Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit Dengan


Metode Activity Based Costing untuk Sandal Flat

Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 23.724.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 13.680.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 4.800 Rp. 25.230.523,2
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 480 Jam Rp. 325.090,56
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 4.800 Rp. 981.048
Cost Pool 4
1.388,888 × 18 m² Rp. 24.999,984
Total BOP Rp. 26.561.661,744
Total Biaya Produksi Rp. 63.965.661,744
Jumlah Produksi 4.800 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 13.326,179

Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada UD. Karimunjawa Perkasa
menggunakan metode activity based costing diperoleh hasil harga pokok produksi
per unit untuk sandal gunung japit sebesar Rp. 19.738,056, untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523, dan untuk sandal flat sebesar Rp.13.326,179.

24
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Perhitungan harga pokok produksi pada UD. Karimunjawa Perkasa menggunakan metode
activity based costing dilakukan berdasarkan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan
menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri
dari : mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas,
mengalokasikan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan cost driver yang
tepat pada masing-masing aktivitas, menentukan kelompok biaya (cost pool) yang homogen,
menentukan tarif kelompok (pool rate). Tahap kedua membebankan tarif kelompok
berdasarkan cost driver. Biaya overhead ditentukan berdasarkan tarif kelompok dikali
dengan cost driver yang digunakan. Perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode activity based costing pada UD. Karimun Jawa Perkasa menunjukkan
hasil perhitungan untuk sandal gunung japit sebesar Rp.19.738,056/unit untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523/unit dan sandal flat sebesar Rp.13.326,179/unit.

1.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan maka
peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan pandangan yang positif dan
bermanfaat dimasa yang akan datang, saran tersebut yaitu :
1. Perusahaan saat ini tetap dapat menggunakan metode tradisional dalam
menentukan harga pokok produksi, sebab dengan menggunakan metode
tradisional dianggap sudah tepat jika diterapkan pada UD.Karimunjawa Perkasa
karena produk yang dihasilkan tidak begitu banyak dan beragam.
2. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode activity based
costing sebagai alternatif pengganti metode tradisional jika produk yang
diproduksi semakin bervariasi dan beragam jenisnya. Metode activity based
costing akan membantu manajemen dalam mengalokasikan biaya overhead secara
tepat, selain itu dapat menelusuri biaya secara lebih menyeluruh tidak hanya pada
unit produk tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk.
penggunaan metode ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi
25
yang lebih akurat bagi perusahaan.
3. Sebelum menerapkan activity based costing UD. Karimunjawa Perkasa harus
melakukan pengenalan terhadap metode activity based costing kepada semua
pihak yang terkait dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam
menerapkan metode activity based costing memerlukan persiapan dan waktu yang
cukup lama untuk menelusuri biaya ke masing-masing aktivitas dan juga
membutuhkan tenaga kerja yang memadai dan biaya yang cukup besar.
4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, khususnya yang
memproduksi lebih dari satu produk diharapkan meneliti perusahaan yang lain
yang lebih besar dan memiliki biaya overhead dalam jumlah yang besar dalam
akumulasi biaya produksi. Sehingga akan ada lebih banyak keragaman produk
yang dihasilkan untuk diteliti kembali.

26
DAFTAR PUSTAKA

Carter, William K. & Usri, Milton F., 2006, Akuntansi Biaya 1, Salemba Empat, Jakarta
Hansen, 2000, Akuntansi Manajemen Jilid 2, Erlangga, Jakarta

27

Anda mungkin juga menyukai