Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Putu Ery Setiawan, SE.,M.Com.,Ak.,CA
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 5
1.2 Saran............................................................................................................................ 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pembebanan Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung pada
produk yangdihasilkan dapat dilakukan dengan tepat dan mudah karena biaya-
biaya tersebut dapat dialokasikan secara langsung ke produk jadi, sedangkan
pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada produk yang dihasilkan perlu
dilakukan dengan cermat karena biaya ini tidak dapat diidentifikasi secara
langsung pada produk sehingga memerlukan metode alokasi tertentu.
Perhitungan Harga Pokok Produksi merupakan semua biaya produksi yang
digunakan untukmemproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam
suatu periode waktu tertentu. Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok
Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga
3
Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untukmenetapkan harga jual dan laba,
sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan.
Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok
Produksi yang dikenal dengan nama Activity-Based Costing (ABC) System.
Activity-Based Costing System merupakan metode perbaikan dari Sistem
Tradisional. Activity-Based Costing System ini merupakan metode perhitungan
biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya Overhead Pabrik yang lebih akurat
dan relevan.
Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan
aktivitas masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost Pool)
tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar
aktivitasnya masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah
aktivitas dalam setiap Cost Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu
biaya yang lebih banyak sehingga dapatmengukur sumber daya yang digunakan
oleh produk secara lebih akurat.
1. Menambah pemahaman mengenai apa itu sistem Activity Based Costing (ABC)
2. Untuk mengetahui konsep dasar Activity Based Costing (ABC)
3. Untuk mengetahui pengimplementasian strategi kompetitif dengan
menggunakan system (ABC)
4
BAB II
PEMBAHASAN
Activity Based Costing System (ABC System) adalah salah satu metode yang
digunakan dalam menghitung biaya berdasarkan aktivitas. Perhitungan yang
dihasilkan akan bermanfaat bagi manajemen untuk menelusuri keterangan
mengenai aktivitas apa saja yang diperlukan dan yang tidak diperlukan perusahaan
dalam proses produksi.
Metode activity based costing adalah metode yang berfungsi untuk
mengalokasikan semua biaya dari berbagai sumber daya yang digunakan dalam
menjalankan aktivitas produksi atau menjalankan usaha jasa. Konsep yang
mendasari metode ini adalah perusahaan yang menjalankan suatu rencana maka
manajemen perusahaan akan menjalankan suatu rangkaian aktivitas. Untuk
menjalankan rangkaian aktivitas tersebut dibutuhkan berbagai sumber daya seperti
material, mesin, tenaga kerja, gedung dan lain-lain. Untuk mendapatkansumber
daya tersebut tentu dibutuhkan biaya.
Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber
buku:
• Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya
berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan
pengurangan biayadalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
• Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem
akuntansi biaya yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan
biaya-biaya berdasarkan sifat pokok yang masih mendasari tingkat beberapa
overhead yang telah ditetapkan kemudian dihitung menggunakan berbagai
macam pemicu biaya dalam aktivitas suatu organisasi.
• Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan
perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek
biaya, seperti produk, jasa atau konsumen berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya.
• Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan
biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan
5
konsumsi sumber dayaoleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan
biaya ini adalah bahwa produk ataujasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas,
dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang
menyebabkan timbulnya biaya.
Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas
yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal
aktivitas- aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian
atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai
faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan
kemudian ke produk. Sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas yang
6
mengkonsumsi sumber daya dan bukannyaproduk.
Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam
sistemABC, yaitu:
7
biaya aktivitas harus relatif rendah.
Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk
aktivitas yang akan meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang
dihasilkan. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah hubungan sebab
akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat unit mencakup
pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenagakerja langsung, serta
pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas tingkat unit
merupakan aktivitas berdasarkan volume. Aktivitas yang dibutuhkan
bervariasi secara proporsional dengan jumlah objek biaya. Penggerak biaya
untuk konsumsi sumber daya dan penggerak biaya untuk konsumsi aktivitas
cenderung sama dengan aktivitas tingkat unit.
8
untuk aktivitas yang menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar
pengelompokan untuk level ini adalah biaya yang memiliki hubungan sebab
akibat dengan setiap produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat
produk mencakup desain produk, pembelian suku cadang yang dibutuhkan
oleh produk, dan keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk memodifikasi
produk.
9
1. Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan
ukuran kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver
sumber daya digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang
dikonsumsi oleh aktivitas ke Cost Pool tertentu. Contoh dari driver
sumber daya adalah persentase dari luas total yang digunakan oleh suatu
aktivitas.
2. Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran
frekuensi dan intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap
objek biaya. Driver aktivitasdigunakan untuk membebankan biaya dari
Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari driver aktivitas adalah jumlah suku
cadang yang berbeda yang digunakan dalam produk akhir untuk
mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.
Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan
dengan sebuah pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk,
2014). Cost pool berisi aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat
antara cost driver dengan biaya aktivitas. Setiap cost pool menampung biaya-
biaya dari transaksi-transaksi homogen. Semakin banyak aktivitas dalam suatu
kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya biaya dalam cost pool.
10
Menurut Firdaus dan Wasilah (2009), penerapan sistem ABC dalam perusahaan
memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut:
Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi
menjadi dua tahap, yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta
11
pembebanan biaya sumber daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke
produk. Adapun penjelasan tahapan penerapan sistem ABC adalah sebagai
berikut:
1. Penentuan Cost Driver. Penentuan cost driver pada sistem activity based
costing sangatberbeda dengan sistem konvensional. Pada sistem konvensional,
cost driver yang digunakan adalah volume based measurement, sedangkan
pada sistem activity based costing cost drivernya yang digunakan tidak
12
hanyalah volume based measurement saja, tetapi juga batch level, product
level related measurement dan facility level related measurement. Akumulasi
biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool kemudian dialokasikan
pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost driver yang
telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan
pada produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk
tersebut. Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang
ditempatkan terhadap aktivitaspada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost
driver inilah yang digunakan untuk menelusuri biaya ke objek biaya. Pada
sistem ABC berlaku lebih dari satu pemicu biaya(cost driver) untuk dijadikan
dasar alokasi biaya ke produk.
2. Pengalokasian Biaya. Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing
kelompok biaya (cost pool), maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya
dalam cost pool ke masing-masing produk berdasarkan cost driver masing-
masing cost pool yang telah ditetapkan. Pada tabel-tabel diatas, kita dapat
ketahui besarnya biaya untuk masing- masing cost pool dan dari informasi
biaya tersebut kita pun dapat mengetahui pengalokasian biaya berdasarkan
cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk masing-masing produk.
13
Berikut adalah Prosedur Dua Tahap Activity Based Costing :
Cost Objects
Harga per unit = (Total Biaya Utama+ Total Biaya Over Head) Jumlah unit yang
diproduksi = Biaya utama x Volume produksi+(Biaya Over Head x Volume
Produksi)Jumlah unit yang diproduksi
14
Dalam metode Activity Based Costing diketahui parameter-parameter
yang digunakan dalam mencari atau menghitung harga pokok produksi per unit
produk, adapun parameternya antara lain : biaya bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi, biayatenaga kerja langsung yang terlibat dalam proses
produksi dan biaya overhead yang dibebankan pada proses produksi.
15
Rumus :
JKL/unitproduk = jam kerja cutting stiker + jam kerja temple stiker + sandblast + finishing
16
2. Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan
Rumus :
Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan = unit yang diproduksi * JKM /unit
= (5.000 unit * 2 jam) + (10.000 unit * 1 jam) = 10.000 + 10.000 = 20.000
Alokasi biaya tenaga listrik per produk = tarif /satuan *JKL/unit produk
Alokasi biaya pemeliharaan per produk = tarif /satuan * JKM /unit produk
Alokasi biaya penanganan material per produk = tarif /satuan * kebutuhan bahan /unit produk
Alokasi biaya inspeksi = tarif per satuan unit produk
Dengan alokasi biaya overhead per unit produk seperti itu, maka biaya
produksi untuksetiap unit produk dengan metode ABC adalah :
17
Tabel 5. Perhitungan HPP dengan metode ABC
Jenis Biaya Mug Botol
Biaya Bahan Baku Rp 15.000,- Rp 8.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 15.000,- Rp 7.500,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.000,- Rp 700,-
Biaya Produksi/ unit produk Rp 31.000,- Rp 16.200,-
Hasil penerapan metode Activity Based Costing dari tabel Perhitungan HPP dapat
diperolehhasil penerapan metode ABC terletak pada alokasi biaya overhead, sehingga
diperoleh biaya produksi/unit produk yang sudah diakumulasikan dari sisi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yaitu sebesar Rp. 31.000
untuk Mug dan Rp 16.200 untuk botol.
Mengidentifikasi aktivitas
Perbandingan
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing
Sistem activity based costing mengalokasikan biaya overhead pabrik melalui dua tahap, yaitu
sebagai berikut :
a. Tahap Pertama
Menentukan harga pokok produksi menggunakan sistem activity based costing dilakukan
dengan menelusuri biaya pada aktivitas. Prosedur tahap pertama meliputi 5 langkah yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
UD. Karimunjawa Perkasa menggolongkan aktivitas menjadi empat level aktivitas.
Penggolongan beberapa aktivitas dapat dilihat sebagai berikut :
Berikut ini penjelasan dari tiap level yang dapat diidentifikasikan meliput:
a. Aktivitas Unit Level
Aktivitas yang terjadi berulang pada tiap unit yang diproduksi dan konsumsinya
seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : biaya bahan pembantu, biaya
utility
b. Aktivitas Batch Level
Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch produk yang
diproduksi dan aktivitas ini terjadi berulang setiap satu batch (kelompok). Contoh :
BTKTL, biaya pem.mesin, biaya peny.mesin.
20
Aktivitas yang dikonsumsi berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk, aktivitas
ini berkaitan dengan aktivitas yang lainnya. Contoh : biaya pemeliharaan bangunan.
2. Pengalokasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
3. Menentukan cost driver
Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas setelah aktivitas di
identifikasi sesuai dengan levelnya. Langkah selanjutnya mengidentifikasi cost driver dari
setiap biaya, identifikasi tersebut dilakukan untuk menentukan tarif per unit cost driver.
Daftar cost driver pada UD. Karimunjawa Perkasa sebagai berikut :
Daftar Cost Driver
Sandal Sandal
Sandal
No Cost Driver Gunung Gunung Jumlah
Flat
Japiit Slop
1 jumlah produksi (unit) 8.400 9.600 4.800 22.800
2 jam kerja mesin (jam) 700 Jam 800 Jam 480 Jam 1.980 Jam
3 Luas area (m²) 24 m² 30 m² 18 m² 72 m²
Cost Pool
Biaya Overhead Pabrik Level Aktivitas Cost Driver
Homogen
Biaya Bahan Pembantu Aktivitas Unit Unit Produk
pool 1
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Level
BTKTL Jam Kerja
Aktivitas Batch Mesin
pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Level
Biaya Pemeliharaan Mesin
Aktivitas
pool 3 Biaya Pemasaran Unit Produk
Produk Level
pool 4 Biaya Pemeliharaan Bangunan Aktivitas Fasilitas Luas Area
Level
21
Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu
cost driver
pool rate aktivitas unit level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Cost Pool Biaya Bahan Pembantu Rp. 119.845.000
1 Total Biaya Rp. 119.845.000
Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 5.256,359
pool rate aktivitas batch level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat padatabel
berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya utility Rp. 590.000
Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Rp. 500.000
Cost Pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Biaya Pemeliharaan mesin Rp. 120.000
Total Biaya Rp. 1.341.000
Jam Kerja Mesin 1.980 Jam
Pool Rate 1 Rp. 677,272
pool rate aktivitas produk level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
pool rate aktivitas fasilitas level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihatpada
tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya Pemeliharaan bangunan Rp. 100.000
Cost pool 4 Total Biaya Rp. 100.000
Luas Area 72 m²
Pool Rate 1 Rp. 1.388,888
22
b. Prosedur Tahap Kedua
Tahap kedua menentukan harga pokok produksi berdasar aktivitas dengan membebankan
tarif kelompok berdasar cost driver. Biaya dari setiap kelompok biaya overhead dilacak ke
berbagai jenis produk. Biaya overhead ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap
produk dengan rumus :
BOP yang dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan
Perhitungan harga pokok produksi per unit menggunakan activity based costing
sebagai berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Japit
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 95.692.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 23.730.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 8.400 Unit Rp. 44.153.415,6
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 700 Jam Rp. 474.090,4
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 8.400 Unit Rp. 1.716.834
Cost Pool 4
1.388,888 × 24 m² Rp. 33.333,312
Total BOP Rp. 46.377.673,312
Total Biaya Produksi Rp.165.799.673,31
Jumlah Produksi 8.400 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 19.738,056
23
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Slop
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 124.704.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 41.520.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 9.600 Rp. 50.461.046,4
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 800 Jam Rp. 541.817,6
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 9.600 Rp. 1.962.096
Cost Pool 4
1.388,888 × 30 m² Rp. 41.666,64
Total BOP Rp. 53.006.626,64
Total Biaya Produksi Rp. 219.230.626,64
Jumlah Produksi 9.600 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 22.836,523
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 23.724.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 13.680.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 4.800 Rp. 25.230.523,2
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 480 Jam Rp. 325.090,56
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 4.800 Rp. 981.048
Cost Pool 4
1.388,888 × 18 m² Rp. 24.999,984
Total BOP Rp. 26.561.661,744
Total Biaya Produksi Rp. 63.965.661,744
Jumlah Produksi 4.800 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 13.326,179
Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada UD. Karimunjawa Perkasa
menggunakan metode activity based costing diperoleh hasil harga pokok produksi
per unit untuk sandal gunung japit sebesar Rp. 19.738,056, untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523, dan untuk sandal flat sebesar Rp.13.326,179.
24
BAB III
1.1 Kesimpulan
Perhitungan harga pokok produksi pada UD. Karimunjawa Perkasa menggunakan metode
activity based costing dilakukan berdasarkan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan
menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri
dari : mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas,
mengalokasikan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan cost driver yang
tepat pada masing-masing aktivitas, menentukan kelompok biaya (cost pool) yang homogen,
menentukan tarif kelompok (pool rate). Tahap kedua membebankan tarif kelompok
berdasarkan cost driver. Biaya overhead ditentukan berdasarkan tarif kelompok dikali
dengan cost driver yang digunakan. Perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode activity based costing pada UD. Karimun Jawa Perkasa menunjukkan
hasil perhitungan untuk sandal gunung japit sebesar Rp.19.738,056/unit untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523/unit dan sandal flat sebesar Rp.13.326,179/unit.
1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan maka
peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan pandangan yang positif dan
bermanfaat dimasa yang akan datang, saran tersebut yaitu :
1. Perusahaan saat ini tetap dapat menggunakan metode tradisional dalam
menentukan harga pokok produksi, sebab dengan menggunakan metode
tradisional dianggap sudah tepat jika diterapkan pada UD.Karimunjawa Perkasa
karena produk yang dihasilkan tidak begitu banyak dan beragam.
2. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode activity based
costing sebagai alternatif pengganti metode tradisional jika produk yang
diproduksi semakin bervariasi dan beragam jenisnya. Metode activity based
costing akan membantu manajemen dalam mengalokasikan biaya overhead secara
tepat, selain itu dapat menelusuri biaya secara lebih menyeluruh tidak hanya pada
unit produk tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk.
penggunaan metode ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi
25
yang lebih akurat bagi perusahaan.
3. Sebelum menerapkan activity based costing UD. Karimunjawa Perkasa harus
melakukan pengenalan terhadap metode activity based costing kepada semua
pihak yang terkait dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam
menerapkan metode activity based costing memerlukan persiapan dan waktu yang
cukup lama untuk menelusuri biaya ke masing-masing aktivitas dan juga
membutuhkan tenaga kerja yang memadai dan biaya yang cukup besar.
4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, khususnya yang
memproduksi lebih dari satu produk diharapkan meneliti perusahaan yang lain
yang lebih besar dan memiliki biaya overhead dalam jumlah yang besar dalam
akumulasi biaya produksi. Sehingga akan ada lebih banyak keragaman produk
yang dihasilkan untuk diteliti kembali.
26
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. & Usri, Milton F., 2006, Akuntansi Biaya 1, Salemba Empat, Jakarta
Hansen, 2000, Akuntansi Manajemen Jilid 2, Erlangga, Jakarta
27