Anda di halaman 1dari 21

Ringkasan Mata Kuliah

“Konsep Activity Based Costing”

Mata Kuliah : Akuntansi Biaya (B4)

Dosen : Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak., CA.

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Ni Putu Diah Pranaya Kusuma Putri 19; (2107531201)

I Gusti Ayu Sintya Dewi 23; (2107531213)

Ni Putu Diva Intan Lestari 24; (2107531224)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Ringkasan Mata Kuliah yang berjudul “Konsep
Activity Based Costing”. Adapun tujuan penulisan dari RMK ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E., M.Si., Ak., CA. Selain itu, RMK ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang konsep activity based costing bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ida Bagus Putra Astika, S.E.,
M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Akuntansi Biaya yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
mata kuliah Akuntansi Biaya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan RMK ini.
Kami menyadari, RMK ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan perbaikan RMK ini pada masa yang
akan datang.

Jimbaran, 2 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk dapat mencapai kualitas produk yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
perusahaan harus mampu hanya menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan
pelanggan. Untuk mewujudkan perlu suatu filosofi untuk menghilangkan pemborosan. Selain
itu, usaha menghasilkan produk yang bermutu hanya dapat dicapai bila proses bermutu dapat
dicapai. Perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan penghematan di berbagai bidang hanya
dapat dilakukan dalam suatu proses yang berlangsung panjang dan terus menerus dan
berkesinambungan.

Sistem ABC (Activity Based Costing) merupakan alternatif lain terhadap metode
pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode
tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan
mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut
konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru
dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC menawarkan agar
pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain
atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi barang
itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men“drive”biaya itu (cost driver) bukan produknya.
Dan jika konsep ini diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan
tidak mengalami kerugianhanya karena kesalahan unit cost.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam RMK ini, yaitu :

1.2.1 Bagaimana sejarah Activity Based Costing (ABC)?

1.2.2 Apa pengertian Activity Based Costing (ABC)?

1.2.3 Bagaimana konsep – konsep dasar Activity Based Costing (ABC)?

1.2.4 Bagaimana langkah – langkah Activity Based Costing (ABC)?

1.2.5 Bagaimana biaya per unit produk?

1.2.6 Bagaimana metode penentuan biaya produk?

1
1.2.7 Bagaimana perbandingan biaya produk sistem tradisional dan sistem ABC?

1.2.8 Apa manfaat dan keterbatasan Activity Based Costing (ABC)?

1.2.9 Apa kelebihan dan kelemahan Activity Based Costing (ABC)?

1.2.10 Apa komponen penerapan Activity Based Costing (ABC)?

1.2.11 Apa syarat penerapan Activity Based Costing (ABC)?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan RMK ini, yaitu :

1.3.1 Untuk mengetahui sejarah Activity Based Costing (ABC)

1.3.2 Untuk mengetahui pengertian Activity Based Costing (ABC)

1.3.3 Untuk mengetahui konsep – konsep dasar Activity Based Costing (ABC)

1.3.4 Untuk mengetahui langkah – langkah Activity Based Costing (ABC)

1.3.5 Untuk mengetahui biaya per unit produk

1.3.6 Untuk mengetahui metode penentuan biaya produk

1.3.7 Untuk mengetahui perbandingan biaya produk sistem tradisional dan sistem ABC

1.3.8 Untuk mengetahui manfaat dan keterbatasan Activity Based Costing (ABC)

1.3.9 Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Activity Based Costing (ABC)

1.3.10 Untuk mengetahui komponen penerapan Activity Based Costing (ABC)

1.3.11 Untuk mengetahui syarat penerapan Activity Based Costing (ABC)

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2. Konsep Activity Based Costing (ABC)


2.1 Sejarah Activity Based Costing (ABC)

Pada awal perkembangannya, sistem ABC dimanfaatkan untuk memperbaiki


kecermatan perhitungan cost produk dalam perusahaanperusahaan manufaktur yang
menghasilkan banyak jenis produk. Masalah yang dihadapi perusahaan menghasilan
banyak jenis produk adalah pada pembebanan biaya overhead pabrik ke berbagai jenis
produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Akuntansi biaya tradisional hanya
mengeluarkan volume related drivers untuk membebankan biaya overhead pabrik ke
produk, sehingga cost produk yang dihasilkan dan cara pembebanan ini menjadi tidak
akurat. Sistem ABC menawarkan dasar pembebanan yang lebh bervariasi, seperti batch-
related drivers, product-sustaining drivers, dan facility-sustaining drivers untuk
membebankan biaya overhead pabrik kepada berbagai jenis produk yang dihasilkan,
akuntansi biaya dapat menghasilkan informasi cost produk yang akurat, sehingga
memungkinkan manajemen mengambil keputusan tentang harga jual dan melakukan
analisis profitabilitas setiap jenis produk (Yovita, 2006).

Pada perkembangan selanjutnya, sistem ABC tidak lagi terbatas pemanfaatannya


hanya untuk menghasilkan informasi cost produk yang akurat, namun meluas sebagai
sistem informasi untuk memotivasi personel dalam melakukan improvement terhadap
proses yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk/jasa bagi konsumen.
Jika pada awal perkembangannya sistem ABC masih terbatas penggunaanya dalam
perusahaan manufaktur yang menghasilkan berbagai jenis produk, pada tahap
perkembangan selanjutnya, sistem ABC dimanfaatkan oleh perusahaan manufaktur
dengan produk tunggal, perusahaan jasa, serta perusahaan dagang. Sistem ABC
dimanfaatkan untuk mengatasi kelamahan sistem akuntansi biaya tradisional yang
didesain khusus untuk perusahaan manufaktur. Semua jenis perusahaan sekarang dapat
memanfaatkan sistem ABC sebagai sistem akuntansi biaya, baik untuk tujuan
pengurangan biaya, maupun untuk perhitungan cost produk yang akurat (Yovita,2006).

Jika pada tahap awal perkembangannya, sistem ABC hanya difokuskan pada biaya
overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya, sistem ABC diterapkan ke semua
biaya, mulai dari biaya desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya paska jual, sampai

3
biaya administrasi umum. Sistem ABC menggunakan aktivitas sebagai titik (focal point)
untuk mempertanggungjawabkan biaya. Oleh karena aktivitas tidak hanya dijumpai di
perusahaan manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka sistem ABC dapat
dimanfaatkan di perusahaan non-manufaktur dan mencakup biaya di luar produksi.

2.2 Pengertian Activity Based Costing (ABC)

Dalam sistem akuntansi tradisional, pembebanan biaya produksi dilakukan atas biaya
langsung dan tudak langsung yang berhubungan dengan produk. Secara tradisional,
pembebanan biaya atas buaya tidak langsung dilakukan dengan menggunakan dasar
pembebanan secara menyeluruh atau per departeman. Hal ini akan menimbu kan banyak
masalah karena produl yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenamya
diserap untuk menghasilkan produk tersebut. Sebagai akibatnya akan muncul produk
under costing dan produk over costing. Inilah yang mendasari dikembangkannya metode
Activity Based Costing. Metode ABC adalah suatu metide perhitungan yang sederhana
untuk menentukan harga pokok produk jasa dengan dasar bahwa aktivitaslah yang
menyebabkan biaya itu timbul, bukan dari produk dan produklah yang mengkonsumsi
aktivitas. Dalam metode ABC, biaya-biaya tidak adapat langsung dapat ditentukan
melalui aktivitas tersebut kemudian dibebankan produk atas dsar konsumsi yang masing
masiang produk pada aktivitas

Sistem ABC dapat menyediakan informasu perhitungan biaya yang lebih baik dan
dapat membantu manajemen mengelola perusahaan secara efisien serta memperoleh
pemahaman yang lebih baikk atas keunggulan kompetitif, kekuatan, dan kelemahan
perusahaan. Sehungga dengan metode ini dapat menyajikan informasi harga pokok
produk/jasa secara cermat dan akurat bagi kepentingan manajemen. Activity Based
Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk
menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat Namun dari perspektif
manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang
akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas
dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain
produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Menurut Amin Widjaja (1992, 27)
adalah: "Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih
akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana

4
mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang
pertama”.

Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut:


“ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk
menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan
mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan
untuk menghasilkan produk.". Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh
Hansen and Mowen (1999; 321) sebagai berikut: "Suatu sistem kalkulasi biaya yang
pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk. Menurut Brimson (1991:
47) adalah: "Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan
terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual
terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan."
Activity-Based Costing (ABC) adalah konsep perhitungan biaya dalam akuntansi
manajemen yang didasarkan pada aktivitas-aktivitas bisnis dalam organisasi yang dapat
diterapkan untuk menghitung biaya produk dengan lebih akurat. Produk merupakan hasil
aktivitas-aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas tersebut memanfaatkan sumberdaya yang
berarti menimbulkan biaya. Biaya produk dihubungkan ke aktivitas-aktivitas bisnis
relevan dan kemudian ke sumberdaya-sumberdaya yang dimanfaatkan Hal ini
menghasilkan perhitungan biaya produk yang lebih akurat dibandingkan dengan
perhitungan menggunakan konsep tradisional. ABC baik untuk diterapkan di perusahaan
yang memproduksi lebih dari satu jenis produk dan memiliki komponen biaya tidak
langsung yang signifikan.

2.3 Konsep – Konsep Dasar Activity Based Costing (ABC)

Sistem ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja
dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu
yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada
kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi
media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha Ada dua asumsi
penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu:

1) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya. Sistem Activity Based


Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan

5
kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab
timbulnya biaya.
2) Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar
aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang
menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut.

Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sistem ABC. Selanjutnya, karena
adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya
secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya Dalam hubungannya
dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah
biaya-biaya untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan
memberikan pelayanan produk.

2.4 Langkah – Langkah Activity Based Costing (ABC)

Menurut Garrison et al. tahapan menerapkan ABC antara lain:

1) Alokasi Tahap Pertama (First-Stage Allocation) yaitu proses pembebanan biaya


overhead ke pool biaya aktivitas dalam sistem ABC. Langkah-langkah dalam tahap
ini antara lain mengidentifikasikan dan mendefinisikan aktivitas, membebankan
biaya ke pool biaya aktivitas dan menghitung tarif aktivitas.
2) Alokasi Tahap Kedua (Second-Stage Allocation) yaitu suatu proses dimana tarif
aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk dan pelanggan dalam
system ABC. Langkah-langkah pada tahap dua antara lain membebankan biaya ke
objek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran aktivitadan
menyiapkan laporan manajemen.
2.5 Biaya Per Unit Produk

Biaya per unit ( unit cost ) adalah biaya yang yang dikeluarkan untuk menghasilkan
tiap satu unit produk. Biaya yang dihitung berasal dari pembebanan biaya ke obyek biaya
seperti produk, konsumen, pemasok,dan bahan mentah.

Biaya Per Unit = Biaya Total/Jumlah Unit Diproduksi

Perhitungan biaya per unit produk yang pertama, harus ditentukan terlebih dahulu apa dan
berapakah biaya total. Perlu juga dibatasi apakah biaya total itu hanya berupa biaya
produksi atau termasuk biaya pemasaran. Kedua, harus ditentukan cara mengukur biaya
yang akan dibebankan dalam biaya total. Pengukuran akan dilakukan berdasarkan biaya

6
sesungguhnya ataukah biaya yang diestimasikan saja. Ketiga, pemilihan metode
pembebanan suatu biaya ke dalam biaya produk yang akan digunakan.

Rumus dari penentuan biaya per unit produk, yaitu :

Biaya Per Unit = (BBB Total + BTKL Total + Biaya Overhead Total)/Unit Produksi
Total

Manajemen perlu menentukan biaya per unit produk untuk berbagai kepentingan, baik
yang bersifat strategis maupun taktis, diantarnya sebagai berikut:

1) Dasar penentuan harga.


Jika manajemen mengetahui biaya produksinya maka mereka akan dapat menentukan
harga yang sekiranya tidak akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
2) Dasar pembuatan keputusan.
Jika manajemen mengetahui biaya produksi sebuah produk maka mereka dapat
membandingkannya dengan harga jual produk pesaing. Berdasarkan hal tersebut,
manajer akan dapat menentukan apakah sebaiknya produk dihentikan produksinya
atau dapat terus dilanjutkan. Banyak keputusan strategis dibuat berdasarkan pada
biaya per unit. Oleh karena itu, akurasi dalam penentuan biaya unit menjadi penting.
2.6 Metode Penentuan Biaya Produk

Terdapat dua kelompok pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung biaya
produk, yaitu pendekatan berbasis unit (konvensional) dan pendekatan berbasis aktivitas
(actifity based costing- ABC). Pada pendekatan konvensional terdapat dua metode yang
lazim dipergunakan, yaitu metode tarif tunggal (plantwide rate) dan metode tarif
departemental (departmental rate).

1. Pendekatan berbasis unit (konvensional )

a. Tarif Tunggal

Berdasarkan pendekatan tarif tunggal, biaya overhead diasumsikan hanya


dipicu oleh satu pemicu pada semua fasilitas produksi (pabrik) dan produk.
Terdapat dua tahapan dalam perhitungan biaya overhead produk.

1) Penentuan tarif pembebanan overhead

Anggaran overhead diakumulasi menjadi satu untuk seluruh pabrik dengan


langkah – Langkah sebagai berikut:

7
 Biaya diakumulasi secara sederhana dengan cara langsung
menambahkan semua biaya yang diharapkan akan terjadi selama satu
periode dalam satu fasilitas pabrik.

 Setelah biaya diakumulasi, dihitung tarif pembebanannya berdasarkan


satu pemicu (driver) level unit .

2) Pembebanan biaya overhead

Biaya overhead dibebankan ke dalam produk menggunakan dasar tarif


yang telah ditentukan. Pembebanan biaya overhead ke dalam produk
dilakukan dengan menggunakan formula berikut ini.

Overhead dibebankan total = Tarif overhead Aktivitas sesungguhnya.

Setelah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produkdiketahui,


angkah terakhir perhitungan biaya produk adalah menjumlahkannya
dengan biaya bahan baku sesungguhnya yang digunakan ditambah dengan
biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya.

b. Tarif departemental

Pembebanan biaya overhead dilakukan pada setiap departemen dalam pabrik


dengan asumsi bahwa setiap departemen memiliki pemicu biaya overhead
yang berbeda disetiap departemennya. Tahapan perhitungan biaya produk
dengan tarif departemental adalah sebagai berikut:

 Biaya overhead di seluruh pabrik dibagi dan dimasukkan ke dalam


kelompok-kelompok departemen produksi sehingga didapatkan kelompok
biaya departemen. Setelah itu, dihitung tarif pembebanannya
menggunakan rumus berikut ini .

Anggaran Biaya Overhead


Tarif Overhead=
Anggaran Penggunaan Aktivitas

 Biaya overhead dibebankan ke produk dengan cara mengalikan antara


tarif biaya overhead departemen dan jumlah pemicu yang digunakan oleh
produk departemen tersebut.

8
c. Kelebihan Sistem Biaya Berbasis Unit

Kelebihan sistem biaya berbasis unit ada pada kemudahan dalam aplikasinya.
Data yang dibutuhkan relatif sederhana sehingga tidak memerlukan sistem
informasi yang canggih dan mahal untuk mendapatkannya. Walaupun
sederhana, sistem ini masih memadai untuk digunakan pada bisnis yang
menghasilkan produk atau jasa yang seragam ( satu jenis ) atau tidak terdapat
banyak variasi proses produksi.

d. Kelemahan Sistem Biaya Berbasi Unit

Adapun Kelemahan Sistem Biaya Berbasis Unit, yakni :

1) Hasil penawaran sulit dijelaskan.

2) Harga pokok pesaing terlihat sangat murah dan tidak masuk akal padahal
proses poduksi perusahaan sudah dilakukan seefisien mungkin.

3) Produk yang laku menghasilkan laba yang tinggi.

4) Tingkat laba sulit untuk dijelaskan.

5) Perusahaan memiliki ceruk pasar yang menghasilkan laba tinggi yang


hanya dikuasai sendiri

2. Penentuan biaya produk kontemporer

ABC (activity based costing) adalah suatu pendekatan perhitungan biaya yang
membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk,jasa,atau
konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya. Premis
pendekatan ini adalah produk atau jasa perusahaan merupakan hasil dari aktivitas,
dan aktivitas merupakan penggunaan sumber daya yang menghasilkan biaya.
Berdasarkan premis tersebut terdapat dua keyakinan dasar dalam ABC.

a. Biaya merupakan akibat dari pelaksanaan aktivitas dan aktivas merupakan


penyebab munculnya biaya. Oleh karena itu, perlu pemahaman yang
mendalam mengenai aktivitas dan hal yang menyebabkan aktivitas tersebut
perlu dilakukan.

b. Penyebab biaya yaitu aktivitas dapat dikelola. Melalui pengelolaan terhadap


aktivitas yang terjadi menjadi penyebab timbulnya biaya, personel perusahaan

9
dapat mempengaruhi besar kecilnya biaya. Untuk dapat melakukan
pengelolaan yang baik, perlu informasi yang andal mengenai biaya dan
penyebabnya (aktivitas).

Salah satu cara penyediaan informasi mengenai biaya dan aktivitas adalah
menggunakan metode ABC dalam perhitungan biaya produk. Dengan menggunakan
ABC biaya yang dibebankan ke produk secara langsung dapat dilihat hubungannya
dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan produk tersebut. Bahkan
dengan mengamati trend biaya dan aktivitas yang terjadi selama beberapa
periode,manajemen akan dapat melihat apakah sutau aktivitas memiliki nilai
tambah atau tidak bagi konsumen.

ABC membebankan biaya overhead pabrik ke objek (produk atau jasa)


dengan bebeapa langkah. Pertama, mengidentifikasi sumber daya dan aktivitas
dengan menggunakan dasar pemicu konsumsi biaya sumber daya dapat
dihitung tarif biaya per unit/pusat daya. Selanjutnya, biaya dibebankan ke dalam
produk atau jasa dengan mengalihkan tarif biaya per unit setiap aktivitas dengan
jumlah aktivitas sesungguhnya yang digunakan oleh setiap objek biaya.

2.7 Perbandingan Biaya Produk Sistem Tradisional dan Sistem ABC

Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara
memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost
driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya
variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan
mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk
berubah selain berdasarkan volume produksi.

Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan


menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab
akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk
yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Femala, 2007)
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional
dan sistem ABC, yaitu:

Sistem Tradisional Sistem ABC

10
Tujuan Inventory level Product costing
Tahap desain, produksi,
Lingkup Tahap produksi
tahap pengembangan
Biaya bahan baku dan biaya
Fokus Biaya overhead
tenaga kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang
Periode manual Komputer
Digunakan

2.8 Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing (ABC)

Sistem kalkulasi harga pokok Activity Based Costing (ABC) memiliki beberapa
manfaat, salah satunya adalah untuk membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh
alokasi biaya metode konvensional full costing dan variable costing. Selain itu, sistem
Activity Based Costing (ABC) juga memberikan pandangan yang jelas mengenai
bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa dan aktivitas perusahaan yang memberi
kontribusi sampai lini yang paling dasar dalam jangka panjang. manfaat utama dari sistem
Activity Based Costing (ABC) adalah sebagai berikut:

1. Activity Based Costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan
informatif, yang mengarah pada pengukuran profitabilitas yang lebih akurat dan
kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini
produk, pasar dan pengeluaran modal.

2. Activity Based Costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya
yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk
meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan yang
lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih baik dan
membantu perkembangan proyek-proyek peningkatan value.

3. Activity Based Costing memudahkan manajer memberikan informasi tentang


biaya relevan untuk pengambilan keputusan bisnis.

Selain memiliki manfaat utama, Activity Based Costing ini juga memiliki keterbatasan.
Keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam Activity Based Costing yaitu:

11
1. Alokasi

Tidak semua biaya memeiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber daya yang
sesuai.

2. Pengabaian Biaya

Biaya produk atau jasa yang diidentifikasi oleh sistem Activity Based Costing
cenderung tidak memuaskan semua biaya yang terkait dengan produk atau jasa,
seperti: biaya untuk aktivitas pemasaran,riset periklanan, pengembangan dll.

3. Biaya dan Waktu

Salah satu kendala dalam penerapan Activity Based Costing adalah besarnya
biaya aplikasi dan lamanya proses implementasi Activity Based Costing.

2.9 Kelebihan dan Kelemahan Activity Based Costing (ABC)

1. Kelebihan Activity Based Costing

a. Biaya produk yang lebih akurat, baik pada industri manufaktur maupun
industri jasa lainnya khususnya jika memiliki proporsi biaya overhead pabrik
yang lebih besar.

b. Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas, sehingga semakin


banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada aobjek biayanya.

c. Sistem ABC mengakui banyak aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga


manajemen dapat menganalisis aktivitas dan proses produksi tersebut dengan
lebih baik (fokus pada aktivitas yang memiliki nilai tambah) yang pada
akhirnya dapat melakukan efisiensi dan akhirnya menurunkan biaya.

d. Sistem ABC mengakui kompleksitas dari deversitas proses produksi modem


yang banyak berdasarkan transaksi/ transaction based (terutama perusahaan
jasa dan manufaktur berteknologi tinggi) dengan menggunakan banyak
pemicu biaya (multiple cost drivers).

e. Sistem ABC juga memberi perhatian atas biaya variabel yang terdapat dalam
biaya tidak langsung.

12
f. Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai
objek biaya. Baik itu proses, pelanggan, area tanggung jawab manajerial, dan
juga biaya produk.

2. Kelemahan Activity Based Costing

a. Implementasi sistem Activity Based Costing ini belum dikenal dengan baik,


sehingga prosentase penolakan terhadap sistem ini cukup besar.

b. Banyak dan sulitnya mendapat data yang dibutuhkan untuk


menerapkan sistem Activity Based Costing.

c. Masalah joint cost yang dihadapi sistem konvensional juga tidak dapat teratasi


dengan sistem ini.

d. Sistem Activity Based Costing melaporkan biaya dengan cara pembebanan


untuk suatu periode penuh dan tidak mempertimbangkan untuk
mengamortisasi longterm payback expense. Contohnya dalam penelitian dan
pengembangan, biaya pengembangan dan penelitian yang cukup besar untuk
periode yang disingkatkan akan ditelusuri ke produk sehingga menyebabkan
biaya produk yang terlalu besar.

2.10 Komponen Penerapan Activity Based Costing (ABC)

Activity Based Costing terdiri dari beberapa komponen dalam penerapannya.


Komponen-komponen penerapan Activity Based Costing tersebut yaitu:

1. Aktivitas

Komponen aktivitas adalah suatu unit kerja. Sebagai contoh apabila kita
mengunjungi suatu cafe untuk makan, maka pramusaji di kafe tersebut akan
melakukan aktivitas sebagai berikut:

a. Memberikan menu kafe

b. Menerima pesanan yang telah dipesan

c. Mengirim pesanan ke bagian dapur

d. Menyajikan makanan dan minuman pesanan 

e. Menghitung dan memberikan tagihan

13
f. Menerima uang dan memberi kembalian

Tiap-tiap aktivitas di atas memiliki biayanya masing-masing. Biaya itu ditentukan


oleh organisasi dengan memperhitungkan sumber daya beserta penggerak sumber
daya tersebut.

2. Resource Drivers

Komponen lain dari activity based costing adalah resource drivers atau penggerak
sumber daya. Elemen ini adalah inti dari proses sumber daya menuju aktivitas.
Definisi dari resource drivers sendiri adalah tolak ukur jumlah resources yang
dibutuhkan oleh suatu aktivitas.

3. Resources

Resources atau sumber daya dalam activity based costing adalah unsur ekonomi
yang dipergunakan untuk menyelesaikan suatu aktivitas.  Resources ini
merupakan wadah organisasi menganggarkan dana dan sebagai kategori biaya
untuk dicatat. Contoh resources adalah gaji dan material. Gaji diberikan untuk
karyawan guna menyelesaikan aktivitas produksi tertentu dan material untuk
membentuk suatu produk. Tidak hanya itu, sumber daya bisa termasuk biaya
inspeksi, perbaikan, sewa, utilitas, asuransi, depresiasi, serta persediaan.

4. Cost Objects

Komponen lain pada activity based costing adalah cost objects. Istilah dengan
nama lain objek biaya ini dapat berwujud produk, kontrak, pelanggan, proyek,
atau aktivitas serta unit kerja lain yang ingin memiliki pengukurannya tersendiri.
Anggaran suatu produk atau jasa adalah bentuk umum dari objek
biaya. Komponen esensial untuk menghitung objek aktivitas ke objek biaya pada
activity based costing adalah penggerak aktivitas.

5. Activities Drivers

Activities drivers pada activity based costing adalah penggerak biaya kegiatan.
Sama prinsipnya dengan penggerak sumber daya, activities drivers memberikan
objek biaya pada suatu aktivitas. Istilah ini diberi pengertian sebagai parameter
intensitas dan banyaknya permintaan dan dipatok pada suatu aktivitas untuk
diberikan nilai biaya. Activities drivers ini pun bisa dilihat sebagai segala aktivitas

14
yang menghasilkan biaya. Penggerak biaya dalam activity based costing adalah
unsur-unsur seperti volume atau tingginya aktivitas dan mampu memberikan
dampak langsung pada kebutuhan dana pada suatu aktivitas (selama kurun waktu
tertentu). Untuk memperjelas apa itu activities drivers, berikut beberapa
contohnya pada kegiatan perdagangan di suatu bisnis:

a. Total pesanan pengiriman untuk departemen pengiriman

b. Kuantitas pesanan yang diterima untuk departemen penerima

c. Besaran pesanan pembelian guna menganggar operasional departemen


pembelian

d. Nilai material atau bahan dalam suatu produk

e. Total inspeksi

f. Kuantitas jadwal yang dirubah

g. Total karyawan

h. Kuantitas unit yang telah dihapus

i. Total bagian

j. Jumlah pesanan pelanggan yang diproses

k. Kuantitas lamanya waktu menangani material

l. Besaran jam kerja langsung

2.11 Syarat Penerapan Activity Based Costing (ABC)

Dalam penerapannya, Activity Based Costing memiliki tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu:

1. Perusahaan Memiliki Tingkat Diversitas Tinggi


Syarat yang pertama perusahaan diharuskan memiliki produksi bermacam-macam
produk atau lini produk yang diproses dengan fasilitas yang sama. Kondisi
demikianlah yang nantinya akan menimbulkan masalah dalam melakukan
pembebanan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat Persaingan yang Tinggi

15
Jika persaingan produk dari perusahaan lain tinggi, maka perusahaan akan
meningkatkan persaingan untuk memperbesar jangkauan pasarnya, semakin besar
jangkauan pasarnya maka semakin besar pula peran informasi tentang penentuan
harga pokok yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
3. Biaya pengukuran Rendah
Syarat yang terakhir adalah biaya yang digunakan dalam pengukuran sistem ABC
haruslah lebih rendah dari manfaat yang akan diperoleh, jika sampai biayanya di
atas dari manfaat, maka perusahaan akan mengalami kerugian.

16
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penentuan biaya produksi dengan metode traditional costing dapat menimbulkan


distorsi biaya produksi. Hal ini disebabkan karena metode tersebut hanya mempergunakan
satu macam basis pembebanan biaya untuk pemakaian sumber daya, sementara setiap
sumber daya yang berbeda dapat saja dikonsumsi berdasarkan basis yang berbeda pula
Untuk mengatasi keterbatasan pada metode traditional costing maka dikembangkan sistem
biaya yang didasarkan pada aktivitas yang disebut Activity Based Costing, yang didasari
oleh asumsi bahwa aktivitas mengkonsumsi blaya dan produk mengkonsumsi aktivitas
Dengan demikian, penyebab dari dikonsumsinya biaya adalah aktivitas yang dilakukan
untuk membuat suatu produk, bukan produk itu sendiri. Maka dengan metode Activity
Based Costing pembebanan biaya tidak selalu dianggap proporsional terhadap volume
produk, melainkan proporsional terhadap pengkonsumsian sumber daya oleh aktivitas-
aktivitas yang dilakukan dalam membuat produk tersebut.

Menurut Garrison et al. ada dua tahapan menerapkan ABC antara lain: Alokasi Tahap
Pertama (First-Stage Allocation) yaitu proses pembebanan biaya overhead ke pool biaya
aktivitas dalam sistem ABC. Langkah-langkah dalam tahap ini antara lain
mengidentifikasikan dan mendefinisikan aktivitas, membebankan biaya ke pool biaya
aktivitas dan menghitung tarif aktivitas. Alokasi Tahap Kedua (Second-Stage Allocation)
yaitu suatu proses dimana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke produk
dan pelanggan dalam system ABC. Langkah-langkah pada tahap dua antara lain
membebankan biaya keobjek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas dan ukuran
aktivitas dan menyiapkan laporan manajemen.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai