Anda di halaman 1dari 19

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

Penggunaan Sistem Manajemen Biaya Untuk Pengambilan Keputusan Stratejik – Produk

DISUSUN OLEH :

Novita Senusi (C1C019071)

DOSEN PENGAMPU :

Yuliusman, S.E., M.Si., Ak.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
karena Penulis telah dimampukan untuk menyelesaikan makalah ini yang merupakan dari mata
kuliah akuntansi manajemen lanjutan dengan judul “Penggunaan Sistem Manajemen Biaya
Untuk Pengambilan Keputusan Stratejik – Produk” ini dengan tepat waktu.

Makalah Akuntansi Manajemen Lanjutan ini disusun guna memenuhi kewajiban Penulis
untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah akuntansi manajemen lanjutan di kelas R-013
Program Studi Akuntansi, Universitas Jambi. Selain itu, Penulis juga berharap agar makalah ini
dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca terutama tentang penggunaan
sistem manajemen biaya dalam mengambil keputusan stratejik produk.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih sebanyak-banyaknya kepada bapak,


Yuliusman, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Manajemen
Lanjutan atas kesempatan yang telah diberikan kepada Penulis untuk mengerjakan tugas ini
karena tugas ini sangat menambah pengetahuan penulis terkait dengan bidang yang Penulis
tekuni.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
Penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini
dapat menjadi lebih baik lagi.

Jambi, 25 September 2021

Hormat kami,

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar Isi .................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3 Tujuan ..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................2
BAB 2 ISI ...................................................................................................................................3
2.1 Product Profitability Analysis .......................................................................................3
2.2.1 Definisi Product Profitability Analysis ...................................................................3
2.2.2 Manfaat Product Profitability Analysis ...................................................................4
2.2.3 Product Profitability Analysis dengan Activity Based Costing................................4
2.2 Target Costing ..............................................................................................................5
2.2.1 Definisi Target Costing ..........................................................................................5
2.2.2 Tujuan dan Alasan menggunakan Target Costing ...................................................5
2.2.3 Kegunaan Target Costing .......................................................................................6
2.2.4 Karakteristik target costing ....................................................................................8
2.2.5 Proses Target Costing .......................................................................................... 10
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 14
3.2 Saran........................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri yang semakin pesat menuntut perusahaan memiliki
strategi yang handal untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Salah satu cara
untuk mempertahankan keunggulan perusahaan adalah dengan menghasilkan produk
yang diminati dan dengan harga yang dapat diterima oleh konsumen. Oleh karena itu
perusahaan harus selalu melakukan inovasi dan memperhatikan apa yang diharapkan
oleh konsumen serta dapat memberikan harga yang bersaing pada produk yang
dihasilkan perusahaan. Inovasi dan pengembangan produk membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam pengembangan dan
produksi atas suatu produk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga jual
dan profit marjin yang diharapkan oleh perusahaan. Perusahaan perlu untuk
mengendalikan biaya yang dikeluarkan pada produk selama siklus produk. Oleh karena
itu perusahaan perlu menerapkan manajemen biaya yang dapat mengelola biaya atas
produk yang dihasilkan selama siklus hidup produk.
Salah satu sistem manajemen biaya yang dapat digunakan oleh perusahaan
dalam mengelola biaya selama siklus produk adalah target costing. Metode ini
merupakan metode yang dikembangkan oleh para insinyur Jepang dengan tujuan untuk
menjadi alat bantu terkait biaya produksi pada tahap awal sebelum produksi atas suatu
produk. Target costing saat dinilai merupakan sistem manajemen biaya yang sangat
bermanfaat dalam membantu perusahaan agar dapat bersaing yaitu dengan mengontrol
biaya atas produk selama siklus hidup produk sehingga dapat mempertemukan
keuntungan yang diharapkan perusahaan dengan keinginan konsumen atas produk
yang dihasilkan oleh perusahaan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan Product Profitabulity Analysis ?
2) Apa manfaat dari Product Profitabulity Analysis ?
3) Bagaimana penggunaan Product Profitabulity Analysis dengan Activity Based Costing?
4) Apakah yang dimaksud dengan Target Costing?
5) Apa tujuan dan alasan adanya Target Costing ?
6) Apa kegunaan dari adanya Target Costing ?
7) Bagaimana karakteristik Target Costing ?
8) Bagaimana proses Target Costing ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang sudah di paparkan diatas maka di dapat tujuan sebagai
berikut :
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Product Profitabulity Analysis, manfaat
dan penggunaan sistem ABC;
2) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Target Costing;
3) Untuk mengetahui tujuan dan alasan adanya Target Costing;
4) Untuk mengetahui kegunaan dari adanya Target Costing;
5) Untuk mengetahui bagaimana karakteristik Target Costing;
6) Untuk mengetahui bagaimana proses Target Costing;

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini tak lain adalah,
1) Bagi pembaca umum, memberikan tambahan pengetahuan dan informasi mengenai
materi tentang penggunaan sistem manajemen biaya dalam mengambil keputusan
stratejik produk;
2) Bagi akademisi, untuk menambah pengetahuan ataupun dapat dijadikan sebagai sumber
referensi mengenai materi tentang penggunaan sistem manajemen biaya dalam
mengambil keputusan stratejik produk;
3) Bagi penulis, untuk mengasah keterampilan dalam hal penulisan makalah yang baik dan
untuk memenuhi tugas individu yang di berikan dalam proses belajar mengajar mata
kuliah akuntansi manajemen lanjutan.

2
BAB 2

ISI

2.1 Product Profitability Analysis


2.2.1 Definisi Product Profitability Analysis
Menurut Hilton et al (2003) menyatakan bahwa profitabilitas berkaitan dengan
profit atau laba dan merupakan ukuran bagi perusahaan apakah telah menjalankan
usahanya untuk memenuhi kebutuhan konsumennya melalui produk atau jasa yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut dalam rangka untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan. sedangkan pengertian dari produk itu sendiri adalah
hasil atau output dari proses manufacturing yang akan ditawarkan di pasar untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan definisi atas profitabilitas dan produk diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan profitabilitas produk merupakan laba atau profit yang
diperoleh dari hasil penjualan produk barang atau jasa kepada konsumen yang dapat
menghasilkan laba bagi perusahaan. Dengan demikian, Product Profitabilty Analysis
merupakan sebuah analisis terhadap profitabilitas produk atau analisis atas kemampuan
produk dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mencari selisih harga jual produk tersebut dengan biaya produksinya.
Dalam hal ini ada beberapa aspek penting dari manajemen untuk menganalisis atau
penelaahan suatu produk yang diarahkan pada isu-isu sebagai berikut :
a) Produk mana yang paling menguntungkan?
b) Apakah harga jual ditentukan dengan tepat?
c) Produk mana yang seharusnya dipromosikan dan diiklankan paling gencar?
d) Manajer produk mana yang patut diberi penghargaan?
Dalam hal ini manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk
memungkinkan manajemen melakukan analisis kemampuan setiap produk dalam
menghasilkan laba (Product Profitability Analysis). Informasi akuntansi yang diperlukan
untuk melakukan profitability analysis adalah pendapatan penuh yang dihasilkan oleh
produk dalam periode tertentu, biaya penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan
memasarkan produk tersebut selama periode yang sama dan aktiva penuh yang
digunakan untuk memproduksi produk tersebut.

3
Jika analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan terhadap unit organisasi
tertentu dalam suatu perusahaan dan dilakukan oleh pemakai luar, informasi akuntansi
penuh yang disajikan harus berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Namun
jika analisis kemampuan menghasilkan laba dilakukan oleh manajemen puncak
perusahaan, informasi akuntansi penuh yang disajikan tidak terikat kepada prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan target biaya
(target costing). Penentuan target biaya yang baik adalah dalam tahapan pengembangan
bahkan sebelum produk tersebut diproduksi. Konsep ini disebut dengan target costing.

2.2.2 Manfaat Product Profitability Analysis


Setelah mendapatkan informasi mengenai profitabilitas atas suatu produk yang
dihasilkan oleh perusahaan, pihak manajemen dapat menggunakan informasi tersebut
untuk mengambil keputusan strategis untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain yang
sejenis. Misalnya, dengan cara menurunkan harga jual untuk produk yang menghasilkan
keuntungan yang tinggi sehingga produk tersebut mempunyai daya saing yang kuat di
pasar atau menghentikan produk yang ternyata menghasilkan kerugian bila terus
menerus diproduksi oleh perusahaan.

2.2.3 Product Profitability Analysis dengan Activity Based Costing


Bila perusahaan menerapkan sistem perhitungan biaya menggunakan metode
tradisional dengan perataan biaya atau dengan satu standar alokasi biaya saja,
perusahaan dapat mengalami ketidakakuratan perhitungan biaya produksi yang dapat
menyebabkan adanya kekurangan biaya pada produk yang berarti sebuah produk yang
sebenarnya membutuhkan biaya sumber daya yang banyak tetapi justru perusahaan
menetapkan biaya per unitnya lebih rendah dari yang seharusnya. Sebaliknya, produk
dapat kelebihan biaya yang berarti sebuah produk yang sebenarnya mengkonsumsi
sumber daya dalam jumlah sedikit tetapi justru perusahaan salah menetapkan biaya
produksi per unit dengan menetapkan biaya produksi per unit yang lebih tinggi dari
yang seharusnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan metode yang memberikan informasi yang lebih rinci
dan akurat terkait biaya produksi, agar tidak berimbas pada kesalahan pembebanan
biaya produksi per unit yang tentunya juga akan berimbas pada perhitungan

4
profitabilitas produk. Activity Based Costing (ABC) System dapat memberikan
informasi yang cukup akurat mengenai biaya produksi suatu produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga pihak manajemen dapat mengetahui produk-
produk mana saja yang sebenarnya menghasilkan keuntungan dan produk mana saja
yang mungkin menghasilkan kerugian bagi perusahaan yang dapat diketahui dengan
cara mengurangi harga penjualan produk dengan biaya produk tersebut.

2.2 Target Costing


2.2.1 Definisi Target Costing
Menurut Hansen dan Mowen (2000) target costing adalah suatu metode
penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) dimana pelanggan
bersedia membayarnya. Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa target
costing merupakan penentuan biaya yang diharapkan untuk suatu produk berdasarkan
harga yang kompetitif, sehingga produk tersebut akan dapat memperoleh laba yang
diharapkan dan proses ini dilakukan pada saat tahap perencanaan produk. Secara luas,
target costing dapat diartikan sebagai metode perencanaan laba dan manajemen laba
yang difokuskan pada produk dengan mempertimbangkan proses manufacturing
sehingga target costing ini digunakan oleh perancang sebelum proses dan proses desain
dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya manufaktur
produk di masa depan. Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan
menuntun dalam pemilihan produk serta proses desain yang akan menghasilkan suatu
produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba
yang dapat diterima.

2.2.2 Tujuan dan Alasan menggunakan Target Costing


Menurut Malue (2013) tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dengan
menerapkan target costing adalah untuk menurunkan total biaya dari total biaya
sebelumnya sehingga perusahaan pun bisa mendapatkan laba yang maksimal tanpa
harus menaikan harga jualnya. Hal yang serupa juga disampaikan oleh Himawan dan
Pendajaya (2005) yang menyatakan bahwa metode target costing diterapkan dengan
tujuan mengoptimalkan perencanaan laba lewat penentuan produk yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen dan mengurangi biaya pada tahap perancangan. Berdasarkan hal

5
tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan menerapkan target costing dengan
tujuan sebagai alat strategi perusahaan selama tahap perencanaan untuk meminimalkan
biaya produksi untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan.
Menurut Garrison, Noreen (2001), alasan menggunakan metode target costing ini
berkaitan dengan pengamatan dua karakteristik dari market dan cost cost yang penting,
yaitu:
1) Banyak perusahaan yang tidak dapat mengendalikan harga. Pada kenyataan yang
terlihat saat ini, harga sangat bergantung kepada pasar. Permintaan dan penawaran
yang terjadi dalam pasarlah yang sangat menentukan harga suatu produk atau jasa.
sehingga perusahaan yang tidak berusaha mengetahui hal ini atau mengabaikan hal
ini akan berbahaya karena mereka akan menanggung resikonya sendiri. Karena itu
antisipasi dari harga pasar dilakukan dengan menggunakan target costing.
2) Banyak perusahaan yang menentukan biaya dari suatu produk pada tahap desain,
sehingga sekali produk tersebut telah selesai di desain dan masuk dalam proses
produksi, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengurangi biaya secara
signifikan. Padahal kesempatan untuk mengurangi biaya kebanyakan berasal dari
desain produk. Misalnya, dengan menggunakan bahan baku yang tidak mahal
namun masih tetap dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

2.2.3 Kegunaan Target Costing


Target costing mempertimbangkan faktor eksternal perusahaan (pasar). Melalui
analisis pasar dan pesaing dapat membantu manajemen dalam merancang produk yang
dibutuhkan konsumen dengan harga yang kompetitif. Menurut Albano, Bird, Clifton,
Townsend (2003), metode target costing membantu perusahaan untuk:
1) Menjamin bahwa produk disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dengan lebih baik.
Penggunaan target costing di dalam sebuah perusahaan akan menjamin produk
yang diproduksi tersebut telazh disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hal ini
dikarenakan pada tahap awal proses target costing juga melihat kondisi pasar,
maksudnya disini melihat seberapa tingkat kebutuhan konsumen pada produk
tersebut sehingga produk yang akan diluncurkan oleh perusahaan tersebut dapat
lebih disesuaikan dengan baik terkait kebutuhan konsumen.

6
2) Menyesuaikan harga dari keistimewaan produk dengan kesediaan konsumen untuk
membayarnya. Penggunaan target costing dapat menyesuaikan harga dari kualitas
yang dimiliki oleh produk tersebut dan didasarkan pada tingkat berapakah
kemampuan dan kesediaan konsumen untuk membayar produk tersebut. Hal ini
dikarenakan tahap awal dalam proses target costing adalah melihat harga kompetitif
produk tersebut di pasar yang disesuaikan dengan kualitas produk serta kesediaan
konsumen untuk membayarnya.
3) Mengurangi siklus pengembangan produk. Perusahaan yang menerapkan proses
target costing dapat mengurangi siklus pengembangan produk. siklus pengembangan
produk disini adalah siklus dimana perusahaan harus melakukan perubahan-
perubahan atau pengembangan-pengembangan terhadap biaya produksi suatu produk
ketika produk tersebut telah memasuki tahap produksi. Sedangkan apabila perusahaan
menggunakan proses target costing yang telah dilakukan pada tahap perencanaan
dalam memproduksi suatu produk, pihak manajemen telah benar-benar menghitung
biaya yang minim tanpa mengurangi laba yang kita harapkan serta tanpa menaikkan
harga jual kepada konsumen.
4) Mengurangi biaya produk secara signifikan. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya
bahwa pada proses target costing, pihak manajemen akan membuat pengurangan
pada biaya produk tersebut. Pengurangan biaya produk pada proses target costing
dapat menjadi lebih signifikan daripada melakukan pengurangan biaya ketika telah
memasuki tahap memproduksi produk.
5) Meningkatkan kerjasama antar departemen dalam perusahaan berkaitan dengan
penyusunan, pemasaran, perencanaan, pengembangan, pembuatan, penjualan,
pendistribusian, dan penempatan produk. Dalam proses target costing diperlukan
kerjasama antar fungsi-fungsi seperti pemasaran, perencanaan, pendistribusian dan
lain sebagainya demi melakukan proses pengoptimalan atau pengurangan biaya atas
suatu produk dengan tidak meningkatkan harga jual dan tidak menurunkan laba yang
diinginkan oleh perusahaan.
6) Menggunakan konsumen dan pemasok untuk merancang produk yang benar dan
untuk mengintegrasikan seluruh rantai persediaan dengan lebih efektif. Pada proses
target costing, dalam merancang sebuah produk juga digunakan pandangan terkait

7
konsumen dan pemasok. Sehinnga, pada tahap perencanaan, konsumen dan pemasok
juga menjadi pertimbangan bagi manajemen dalam menentukan biaya atas
produk yang akan diluncurkan tersebut.

2.2.4 Karakteristik Target Costing


1) Target harga jual ditentukan selama perencanaan produk pada cara orientasi pasar
Penetapan target harga jual merupakan poin awal dalam proses target costing.
Apabila manajemen percaya bahwa produk yang dimilikinya memiliki fungsi
atau kualitas yang lebih bagus daripada produk kompetitor, maka harga dari
produknya tersebut dapat lebih tinggi dari harga produk kompetitor. Sebaliknya,
apabila produk yang dimiliki perusahaan tersebut memiliki fungsi atau kualitas
yang lebih rendah dari produk kompetitor, maka harga produk tersebut bisa dinilai
rendah. Selain dilihat dari nilai konsumen dan tingkat harga dari produk
kompetitor, Kato (1993) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor lain yang
juga perlu dipertimbangkan dalam penentuan harga jual sebuah produk. Faktor-
faktor tersebut misalnya konsep dari produk tersebut, karakteristik konsumen yang
berpartisipasi, siklus hidup produknya, kuantitas penjualan yang diharapkan,
strategi kompetitor, dan lain sebagainya.

2) Target profit margin ditentukan selama perencanaan produk berdasarkan


perencanaan profit yang strategis.
Karakteristik kedua dari sistem target costing adalah penetapan awal target
profit margin selama perencanaan produk produk baru. Kato (1993) dan Monden
and Hamada (1991) menjelaskan bahwa total target profit untuk sebuah produk di
masa depan dapat berasal dari rencana profit jangka menengah, yaitu startegi
manajemen dan bisnis antara 3 sampai 5 tahun. Target profit ini dapat diuraikan
menjadi target profit tiap-tiap produk. Dengan adanya estimasi volume penjualan
produk di masa depan, target profit untuk suatu produk di masa depan dapat diubah
menjadi target profit margin per unit.
3) Target cost ditentukan sebelum NPD (new product development) dimulai yang
didasarkan pada pengurangan atau penambahan metode. Karakteristik ketiga dalam
target costing adalah target cost (target biaya) ditentukan sebelum proses NPD

8
dimulai, yaitu sebelum desain dan pengembangan produk benar- benar dimulai.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan berapa target
cost untuk sebuah produk baru, yaitu:
a) Perhitungan The Ongoing cost (biaya yang sedang berlangsung). Ketika NPD
dimulai, perhitungan Ongoing cost ini didasarkan pada biaya aktual dari produk
dengan mempertimbangkan faktor-faktor pengurangan atau penambahan biaya.
Rhe Ongoing cost ini disebut juga sebagai Drifting Cost.
b) Perhitungan The as-if cost. The as-if cost merupakan biaya pembuatan suatu
produk hanya jika perusahaan mengimplementasikan semua ide pengurangan
biaya yang tersedia. The as-if cost sebenarnya merupakan sebuah pengurangan
biaya yang nyata.
c) Perhitungan The allowable cost. The allowable cost dihitung dengan perbedaan
antara target harga jual dan target profit margin. The allowable cost merupakan
biaya dimana produk harus diproduksi dengan tujuan untuk mendapatkan target
profit margin ketika terjual pada target harga jual yang telah ditetapkan.
d) Target cost ditentukan pada suatu tempat antara as-if cost dan allowable cost,
baik menggunakan metode top down atau bottom up. Dalam metode top-down,
target cost ditetapkan pada tingkat allowable cost, yaitu pada selisih antara
target harga jual dan target profit margin. Kemudian, biaya target ini kurang
lebih dibebankan pada tim NPD. Hal ini bertentangan dengan apa yang disebut
metode bottom-up, dimana target biaya dimulai dalam departemen NPD itu
sendiri.
4) Target cost dibagi menjadi target cost untuk komponen, fungsi, biaya item,
desainer atau pemasok.
5) Target costing membutuhkan kerjasama lintas fungsional. Kerjasama dari berbagai
departemen diperlukan dalam pelaksanaan target costing (Monden dan Hamada,
1991). Yoshikawa et al. (1993) melaporkan bahwa proses target costing
memerlukan upaya partisipatif yang melibatkan perwakilan dari produksi, teknik,
desain, pemasaran, akuntansi dan penjualan. Sebuah perusahaan harus
menggunakan bakat, inovasi dan kesadaran sederhana setiap anggota organisasi
dalam rangka untuk melihat peluang untuk pengurangan biaya (Carr dan Ng, 1995).

9
6) Informasi biaya yang detail tersedia untuk mendukung pengurangan biaya. Kato
(1993) berpendapat bahwa seorang perancang desain biaya membutuhkan
informasi biaya yang rinci setiap saat. Target costing membutuhkan manajer untuk
mengestimasi secara konstan biaya produksi suatu produk ketika bergerak melalui
proses NPD, dan mereka harus memanfaatkan informasi dari seluruh bagian
organisasi. Salah satu contoh yang terkenal dari informasi biaya, terutama
digunakan oleh perusahaan- perusahaan Jepang selama target costing, adalah tabel
biaya. Yoshikawa et aL (1990) menjelaskan bahwa tabel biaya adalah database
terkomputerisasi yang besar, yang merupakan sumber informasi yang mudah
diakses terkait efek biaya produk dengan menggunakan sumber daya (bahan baku),
metode produksi, fungsi atau desain produk yang berbeda. Pada tabel biaya
tersebut juga tercantum informasi terkait peralatan yang digunakan, jenis bahan
yang digunakan dan variabel desain utama yang mempengaruhi kegiatan produksi
serta biayanya.
7) Tingkat biaya dari produk masa depan (drifing costing) dibandingkan dengan
target cost pada titik yang berbeda selama NPD
8) Menetapkan atau membuat sebuah aturan umum bahwa “target cost tidak dapat
dilampaui” Aturan tentang “target cost tidak dapat dilampaui” memiliki tiga
konsekuensi, diantaranya adalah sebagai berikut:
 Pertama, setiap kali kenaikan biaya pada suatu produk selama NPD,
menyebabkan harus adanya pengurangan pada bagian lain dengan jumlah
yang setara.
 Kedua, meluncurkan produk dengan biaya di atas target tidak
diperbolehkan; hanyaproduk yang menguntungkan yang diluncurkan.
 Ketiga, proses produksi dikelola dengan hati-hati untuk memastikan
bahwa target cost benar-benar tercapai.

2.2.5 Proses Target Costing


Proses target costing dibagi menjadi empat langkah utama, yaitu market driven
costing, product-level target costing, component-level target costing dan chained target
costing
1) Market Driven Costing
10
Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi target harga penjualan yang merupakan
harga antisipasi produk saat diluncurkan. Harga ini harus dapat mencerminkan nilai hasil
pengamatan dari produk dimata konsumen, antisipasi relatif fungsional dan harga jual
dari penawaran yang kompetitif dan tujuan strategi perusahaan untuk produk. Manager
dalam merancang target harga pasar juga harus mengetahui harga-harga produk pesaing.
Jika produk pesaing mempunyai fungsi dan kualitas yang lebih tinggi maka target harga
jual perusahaan harus lebih rendah dari harga jual pesaing. Jika fungsi dan kualitas
produk perusahaan lebih tinggi maka harga jual dapat sama dengan harga pesaing
(meningkatkan market share) atau di atas harga pesaing (meningkatkan profit) sehingga
akhirnya strategi perusahaan untuk produk dimasa akan datang membantu mempengaruhi
harga jual pertama kali. Perusahaan mungkin ingin mengatur harga lebih rendah untuk
memperoleh market share dengan cepat atau harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan
keuntungan jangka panjang secara keseluruhan dan menciptakan image secara teknis
yang bagus.
Setelah harga jual ditentukan, perusahaan akan menentukan target laba untuk produk
baru tersebut. Penentuan target marjin laba didasarkan pada marjin laba yang biasanya
didapatkan oleh perusahaan pada produk-produk sebelumnya. Target laba juga dapat
ditentukan bukan untuk satu produk tertentu tapi untuk satu lini produk seperti televisi
dengan ukuran kecil akan mendapatkan target laba yang rendah, namun dikompensasi
dengan target laba yang tinggi pada televisi ukuran besar (yang terpenting target laba
secara lini keseluruhan terpenuhi). Pada langkah terakhir, manajer menghitung allowable
cost dengan mengurangkan batas target laba dari harga yang ditargetkan. Allowable cost
merupakan biaya dimana produk harus dibuat jika itu untuk mendapatkan batas target
laba pada harga target penjualan. Tujuan dari proses market driven-costing adalah untuk
menyusun target cost yang akan dicapai.

2) Product-level Target Costing


Proses ini dimulai dengan biaya umum (current cost) dari produk yang dituju. Hal ini
merupakan biaya dimana perusahaan akan meluncurkan produk barunya tanpa perjanjian
dengan pengubah desain atau memperkenalkan proses yang memperbaiki proses
manufaktur yang sudah ada. Tanda pertentangan antara current cost dengan allowable

11
cost memberikan tim proyek suatu perkiraan dari pentingnya kesempatan pengurangan
biaya yang harus diidentifikasi untuk mencapai allowable cost. Pada dasarnya terdapat 3
cara pengurangan biaya yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu:
a) Reverse Engineering, dalam metode ini, perusahaan akan membongkar produk
sejenis yang dihasilkan oleh pesaing untuk menemukan rancangan produk yang
lebih efisien.
b) Value Analysis, dalam metode ini, perusahaan berusaha membandingkan biaya
komponen untuk menghasilkan fitur-fitur yang dikehendaki oleh konsumen. Jika
biaya dari komponen tersebut melebihi kontribusi komponen tersebut dalam
menciptakan nilai bagi konsumen, maka perusahaan harus mencoba untuk
mengurangi biaya komponen tersebut.
c) Process Improvment, dalam metode ini, perusahaan berusaha untuk mencari cara-
cara atau metode-metode yang lebih efisien untuk membuat produk tersebut.

3) Component-level Target Costing


Target cost pada tingkat komponen ini akan membangun harga jual untuk
supplier. Oleh karena itu, component-level target cost ini menyebabkan tekanan
kompetitif yang dihadapi oleh perusahaan terutama oleh supplier. Chief engineer
menyusun target costing sebagai fungsi utama. Engineer memutuskan tema dari produk
dan memutuskan bahwa ada fungsi tertentu yang harus diutamakan. Setelah fungsi utama
target cost disusun, kemudian tim desain harus dapat menemukan cara untuk mendesain
fungsi tersebut pada setiap fungsi utama agar bisa diproduksi pada target cost-nya.
Kemudian tim membagi fungsi utama ke dalam komponen-komponen dan membagi
target cost berdasarkan tingkat fungsi utama ke dalam component level cost. Adapun
jumlah dari component level target cost harus sama dengan fungsi utama yang
mengisinya.
Component level target cost membangun harga jual yang dapat diijinkan oleh
supplier. Perusahaan tidak ingin menekan laba dari komponen supplier mereka menjadi
nol. Mereka ingin meyakinkan bahwa jumlah supply chain tersebut merupakan
pendapatan laba yang cukup untuk bertahan hidup, sementara mengirim produk
permintaan konsumen dengan biaya yang rendah. Oleh karena itu, mereka membawa

12
supplier utama ke dalam proses produk desain sedini mungkin. Supplier menyediakan
dan menerima input ke dalam proses desain untuk mengurangi biaya. Supplier juga
menyediakan perkiraan biaya untuk setiap komponen.

4) Chained Target Costing


Di lingkungan persaingan yang saat ini semakin tinggi, ini tidak begitu
menguntungkan untuk kebanyakan produsen yang efisien, karena ini juga membutuhkan
supply chain yang efisien. Salah satu cara utama untuk mendapatkan supply chain yang
efisien adalah melalui penggunaan chained target costing system. Sistem chained target
costing adalah rantai dimana output dari sistem target cost perusahaan menjadi input dari
sistem target cost supplier. Setelah semua target biaya komponen ditentukan, maka
perusahaan akan meminta pemasok-pemasok perusahaan untuk mencapai target biaya
komponen tersebut. Para pemasok akan terdorong untuk mencapai target biaya
komponen, karena bila pemasok tersebut mencpai target biaya komponen, maka
perusahaan akan memberikan kontrak untuk memasok komponen tersebut selama masa
hidup dari produk.
Target costing yang telah ditentukan perusahaan harus dapat dicapai. Jika suatu saat
mau diproduksi ternyata terdapat komponen yang mengalami kenaika harga, maka
perusahaan harus mencapai jalan untuk mengurangi biaya dari komponen lainnya. Hal
yang penting adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak boleh melebihi target
costing-nya. Jika ternyata biya yang diperkirakan akan dikelurakan perusahaan melebihi
target costing maka perusahaan haruslah membatalkan produk tersbut kecuali produk
tersebut merupakan produk strategis perusahaan. Maksudnya adalah produk yang penting
bagi perusahaan, dimana produk ini jika tidak dibuat maka akan menghambat perusahaan
mencapai tujuannya.

13
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Product Profitabilty Analysis merupakan sebuah analisis terhadap profitabilitas
produk atau analisis atas kemampuan produk dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Hal ini dapat dilakukan dengan mencari selisih harga jual produk tersebut dengan biaya
produksinya. Informasi akuntansi yang diperlukan untuk melakukan profitability analysis
adalah pendapatan penuh yang dihasilkan oleh produk dalam periode tertentu, biaya
penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut selama
periode yang sama dan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk
tersebut. Jika analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan terhadap unit organisasi
tertentu dalam suatu perusahaan dan dilakukan oleh pemakai luar, informasi akuntansi
penuh yang disajikan harus berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Namun
jika analisis kemampuan menghasilkan laba dilakukan oleh manajemen puncak
perusahaan, informasi akuntansi penuh yang disajikan tidak terikat kepada prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Analisis yang dilakukan adalah terkait dengan target biaya
(target costing). Penentuan target biaya yang baik adalah dalam tahapan pengembangan
bahkan sebelum produk tersebut diproduksi. Konsep ini disebut dengan target costing.
Secara luas, target costing dapat diartikan sebagai metode perencanaan laba dan
manajemen laba yang difokuskan pada produk dengan mempertimbangkan proses
manufacturing sehingga target costing ini digunakan oleh perancang sebelum proses dan
proses desain dilakukan untuk mencapaitujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya
manufaktur produk di masa depan. Target costing digunakan selama tahap perencanaan
dan menuntun dalam pemilihan produk serta proses desain yang akan menghasilkan suatu
produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu tingkat laba yang
dapat diterima.

14
3.2 Saran
Dari uraian pembahasan di atas penulis menyarankan kepada pembaca sekalian agar
dapat mengambil manfaat dari pembahasan mengenai materi pendahuluan akuntansi
manajemen lanjutan ini sehingga memberikan wawasan positif. Dimana sisi positif tersebut
bisa dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan mengenai bagaimana
penggunaan sistem manajemen biaya dalam mengambil keputusan stratejik produk. Makalah
ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung
kami untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

15
Daftar Pustaka

Anthony A. Atkinson, Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, S. Mark Young (2012).
Management Accounting: Information for Decision Making and Strategy Execution,
6th edition. Pearson

https://fdokumen.com/reader/full/penggunaan-sistem-manajemen-biaya-untuk-pengambilan-
keputusan-stratejik-product

https://dokumen.tips/download/link/penggunaan-sistem-manajemen-biaya-untuk-pengambilan-
keputusan-strategik

https://pdfcoffee.com/qdownload/penggunaan-sistem-manajemen-biaya-untuk-pengambilan-
keputusan-strategik-produk-resumeku-5-pdf-free.html

https://pdfcookie.com/documents/manajemen-biaya-untuk-pengambilan-keputusan-stratejik-
produk-mly0d3yn6o20

16

Anda mungkin juga menyukai