Anda di halaman 1dari 5

ADBI4333

NASKAH TUGAS MATA


KULIAH UNIVERSITAS
TERBUKA SEMESTER: 2020/21.2
(2021.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu


Politik Kode/Nama MK : ADBI4333/Manajemen Keuangan Bisnis
Tugas 2

No. Soal
1. Dalam upaya meningkatkan penjualannya, PT. MEGA BINTANG bermaksud melonggarkan persyaratan
penjualan kreditnya dari net 30 menjadi 2/10 net 30. Dengan perubahan kebijakan ini diharapkan:
 penjualan dapat meningkat sebesar 15%;
 rata-rata periode pengumpulan piutang menurun dari 25 hari menjadi 20 hari; serta
 diharapkan 40% pembeli akan memanfaatkan potongan harga (membayar pada periode diskon).

Tahun lalu perusahaan membukukan penjualan sebanyak 10.000 unit dengan harga jual Rp.
25.000,- per unit. Biaya variabel yang terdiri dari biaya bahan baku dan upah tenaga kerja
langsung rata-rata sebesar Rp. 14.000,- per unit. Perubahan kebijakan penjualan diasumsikan tidak
mempengaruhi jumlah piutang tak tertagih, serta biaya modal sebesar 10%. Berdasarkan data tersebut,
menurut Anda apakah perubahan kebijakan penjualan kredit lebih menguntungkan bagi perusahaan
atau tidak? Buktikan dengan perhitungan. (Catatan: satu tahun = 365 hari)

2. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku (inventory) harus tersedia dalam jumlah yang
optimal dan dikelola secara efektif dan efisien, sehingga proses produksi dapat berjalan lancar dengan
biaya yang efisien. Dalam pengelolaan atau manajemen persediaan, dikenal beberapa metode atau
teknik, seperti metode Just in Time (JIT) dan Materials Requirement Planning (MRP).
a) Jelaskan pengertian kedua konsep dalam manajemen persediaan tersebut (JIT dan MRP)!
b) Jelaskan persyaratan atau kondisi-kondisi yang harus dipenuhi oleh Pemasok (Supplier) agar
perusahaan dapat menerapkan metode JIT dengan baik!

3. PT. KUTUB SELATAN membutuhkan bahan baku sebanyak 6.000 unit dalam satu tahun, yang dibeli
dengan harga Rp 5.000 per unit. Biaya penyimpanan Rp. 200 per unit per tahun dan biaya pemesanan
untuk setiap kali pesan Rp 50.000,- . Jika perusahaan melakukan pemesanan 8 kali dalam setahun,
hitunglah: (Catatan: 1 tahun = 360 hari)

a) Tingkat perputaran persediaan (safety stock dianggap tidak ada)!


b) Besarnya biaya persediaan yang ditanggung perusahaan!
c) Jumlah pembelian bahan baku yang paling ekonomis (EOQ)!

1 dari 1
JAWABAN
SOAL 1
Benefit:
Dari kasus ini benefit yang akan diperoleh perusahaan adalah adanya tambahan pendapatan dari
kenaikan penjualan sebesar 15%. Besarnya tambahan laba perusahaan adalah sebagai berikut:
Penjualan lama = 10.000 unit
Penjualan baru = 10.000 unit + (15% x 10.000) = 11.500 unit
Selisih penjualan = 11.500 - 10.000 = 1.500 unit
Harga per unit = Rp 25.000,- biaya variabel per unit Rp 14.000,-
Besarnya benefit:
Tambahan penjualan (1.500 x Rp 25.000) = Rp 37.500.000,-
Tambahan biaya (1.500 x Rp 14.000) = Rp 21.000.000,- -
Tambahan laba = Rp 16.500.000,-

Costs:
Tambahan biaya akan terjadi pada 2 hal:
1. Biaya karena adanya dana tertanam di piutang
Total biaya variabel baru = 11.500 unit x Rp 25.000,- = Rp 287.500.000,-
Total biaya variabel lama = 10.000 unit x Rp 25.000,- = Rp 250.000.000,-
Rata-rata lama piutang baru = 20 hari
Rata-rata lama piutang lama = 25 hari
Tingkat perputaran piutang baru = 365/20 = 18,3 kali
Tingkat perputaran piutang lama = 365/25 = 14,6 kali

Rata-rata investasi pada piutang = total biaya variabel / tingkat perputaran piutang

Rata-rata investasi pada piutang baru = Rp 15.710.382,51


Rata-rata investasi pada piutang lama = Rp 17.123.287,67 -
Tambahan investasi pada piutang = Rp (1.412.905,16)

Karena tambahan investasi pada piutang menjadi berkurang (bernilai negatif) berarti akan terjadi cost
saving (penghematan biaya) sebesar:
Penghematan biaya = Rp 1.412.905,16 x 10%
= Rp 141.290,52

2. Biaya karena adanya konsumen yang mengambil diskon


Biaya diskon = 0,02 x 0,40 x 11.500 unit x Rp 25.000,- = Rp 2.300.000,-

Laba:
Tambahan benefit = Rp 16.500.000,00
Penghematan biaya dana piutang = Rp 141.290,52
Tambahan biaya diskon = ( Rp 2.300.000,00)
Tambahan profit = Rp 14.341.290,52

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa perusahaan sebaiknya mengubah
credit term-nya dari net 30 menjadi 2/10 net 30 karena memberikan keuntungan sebesar Rp 14.341.290,52
SOAL 2a
JUST IN TIME (JIT) DAN MATERIALS REQUIREMENT PLANNING (MRP)
Just In Time (JIT) adalah suatu majemen persediaan dengan konsep bahan baku datang tepat pada
saat diperlukan untuk produksi. Dengan JIT ini diharapkan persediaan bahan baku menjadi minimal atau
bahkan bisa nol. Pada JIT model ini, idealnya perusahaan hanya memiliki persediaan bahan dalam proses
saja. Hubungan dan koordinasi yang intensif harus terjalin antara perusahaan dengan pemasok (supplier)
dan perusahaan jasa transportasi yang mengirimkan bahan baku ke perusahaan sehingga terdapat
kepastian bahan baku akan tiba tepat waktu.
Materials Requirement Planning (MRP) merupakan sistem yang digunakan untuk menetapkan
bahan yang akan dipesan dan kapan pesanan dilakukan dan apa saja yang diperlukan dalam melakukan
pemesanan. Sistem ini dipersiapkan dengan menggunakan bantuan komputer. MRP dalam menetapkan
berapa banyak barang yang harus dipesan. Kemudian dengan menggunakan komputer dilakukan simulasi
dengan membandingkan kebutuhan bahan baku untuk produksi dengan ketersediaan bahan baku yang ada
dalam persediaan dan kebutuhan produksi perusahaan, kemudian diputuskan kapan pemesanan mesti
dilakukan untuk setiap item dalam persediaan.

PERSYARATAN ATAU KONDISI-KONDISI YANG HARUS DIPENUHI OLEH PEMASOK


(SUPPLIER) AGAR PERUSAHAAN DAPAT MENERAPKAN METODE JIT DENGAN BAIK
Untuk menghasilkan metode Just In Time (JIT) maka harus ada delapan prinsip yang harus
dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan sistem strategi produksi, yaitu (Jaelani, 2009):
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan jadwal produksi induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh
kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished
goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja, untuk itu proses produksi
akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan
untuk menghindari terjadinya stok serta untuk menekan biaya penyimpanan.
2. Produksi dalam jumlah kecil
Produksi dilakukan dalam jumlah lot (lot size) yang kecil untuk menghindari perencanaan dan jeda
waktu yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi
akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3. Mengurangi pemborosan (eliminate waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-
sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas
minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus-menerus (continuous product flow improvement)
Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang tidak produktif yang bisa menghambat
kelancaran aliran produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk (product quality perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi. Disini
selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara
total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasi
dan dikoreksi sedini mungkin.
6. Respek terhadap semua orang / karyawan (respect to people)
Dengan metode Just In Time (JIT) dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan
otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan
atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak-pastian
Persediaan yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi permintaan yang berfluktuasi dan segala
kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan.
Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang
umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak
dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadwalan produksi harus
bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidak-pastian harus
bisa dieliminasi dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan.
8. Perhatian dalam jangka panjang
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just In Time (JIT) dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu
komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek. Melainkan harus dibangun
secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka
pendek, ada kemungkinan aplikasi Just In Time (JIT) dalam sistem produksi justru akan menambah
biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

SOAL 3a
TINGKAT PERPUTARAN PERSEDIAAN (SAFETY STOCK DIANGGAP TIDAK ADA)
Kebutuhan bahan baku dalam satu tahun = 6.000 unit
Harga beli per unit = Rp 5.000
Biaya penyimpanan per unit per tahun = Rp 200
Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan = Rp 50.000
Frekuensi pemesanan dalam satu tahun = 8 kali
1 tahun = 360hari
Safety stock dianggap tidak ada
Penggunaan bahan per hari = Penggunaan bahan per tahun / 360
= 6.000 / 360
= 16,67 = 17unit
Lead time = 360 / 8 = 45 hari
Reorder point = Lead time x penggunaan bahan per hari
= 45 x 17
= 765 unit
Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat ditunjukan bahwa perusahaan seharusnya melakukan
pemesanan kembali pada saat persediaan di gudang telah mencapai 765 unit. Dengan melakukan
pemesanan kembali di angka itu maka perusahaan tidak akan mengalami stockout (kehabisan bahan)
karena telah mempertimbangkan kebutuhan bahan selama lead time tanpa safety stock..

SOAL 3b
BESARNYA BIAYA PERSEDIAAN YANG DITANGGUNG PERUSAHAAN
Biaya persediaan = Total order cost (biaya pemesanan) + Total carrying cost (biaya penanganan)
= (50.000 x 8) + ((6.000/2)x200)
= Rp 1.000.000,-

SOAL 3c
JUMLAH PEMBELIAN BAHAN BAKU YANG PALING EKONOMIS (EOQ)
2 x S xO
EOQ= √
C
Diketahui :
EOQ = Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis
S = Total penggunaan dalam unit per periode (satu tahun)
O = Biaya pesanan per sekali pesan
C = Biaya penanganan barang per unit dalam satu periode (satu tahun)
Q = Kuantitas (jumlah) pesanan dalam unit
2 x S xO
EOQ= √
C

2 x 6.000 x 50.000
EOQ= √
200
¿ √ 3.000.000
¿ 1.732unit

(Anwar, Mokhamad. 2015. ADBI4333-Manajemen Keuangan Bisnis. Tangerang Selatan : Universitas


Terbuka)

Anda mungkin juga menyukai