Anda di halaman 1dari 18

“TINJAUAN ORGANISASI SEKTOR PUBLIK ”

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Oleh:
Kelompok 1
Gusti Ayu Putu Rustika Pradnyani (2107531031)
Ida Ayu Putri Wulandari (2107531052)

Kelas: Akuntansi Sektor Publik A3


Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si
COVER

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI KELAS B4


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
i

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. ii
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………… 1
1.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik (SP)……………………………………………... 1
1.2 Karakteristik Organisasi Sektor Publik………………………………………………... 1
1.3 Value For Money………………………………………………………………………. 3
1.4 Perbedaan dan Persamaan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Privat………………. 6
1.5 Tujuan Akuntansi Sektor Publik………………………………………………………. 7
1.6 Perkembangan Akuntansi Sektor Publik………………………………………………. 8
1.7 Akuntabilitas Sektor Publik…………………………………………………………... 10
1.8 Otonomi Daerah……………………………………………………………………… 12
KESIMPULAN……………………………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….. 16
PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Organisasi Sektor Publik (SP)

Organisasi sektor publik adalah bagian dari sistem perekonomian negara yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Yang termasuk organisasi sektor
publik (Nordiawan, 2009) adalah Institusi pemerintahan, partai politik, sekolah, dan rumah
sakit . Fokus utama organisasi sektor publik adalah Pelayanan terhadap masyarakat. Oleh
sebab itu, akuntabilitas kinerja menjadi faktor penting untuk mempertahankan dan menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi sektor publik. Manajemen berbasis kinerja
dapat digunakan untuk meningkatkan akuntabilitas organisasi (Propper dan Wilson, 2003;
Kloot, 1999).

Akuntansi sektor publik mempunyai hubungan yang erat dengan domain publik.
Domain publik sendiri memiliki cakupan wilayah yang lebih luas dan lebih kompleks
apabila dibandingkan dengan sektor swasta, istilah sektor publik sendiri memiliki
pengertian yang bermacam – macam. Hal tersebut merupakan salah satu konsekuensi dari
luasnya wilayah publik sehingga setiap disiplin ilmu (Ekonomi, Politik, Hukum, dan
Sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda – beda dari sudut pandang
ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai suatu entitas yang aktivitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dana pelayanan publik dalam
rangka memenuhi kebutuhan publik.

Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan pelayanan publik, seperti layanan komunikasi,
penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik, dan sebagainya. Akan tetapi untuk tugas
tertentu keberadan sektor publik tidak dapat digantikan sektor swasta sebagai contoh fungsi
birokrasi pemerintah.

1.2 Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Karakteristik akuntansi sektor publik ini berfokus pada dua hal.

● Pertama, akuntansi untuk sektor publik berfokus pada sifat lembaga. Jadi, sifat
akuntansi ini adalah khusus organisasi non profit yang tidak menghasilkan laba.
Misalnya seperti lembaga pemerintahan.

1
● Kedua, akuntansi untuk sektor publik berfokus pada tujuan lembaga. Sesuai namanya,
akuntansi untuk sektor publik hanya menyediakan informasi pelayanan pada publik.
Pelayanan untuk publik ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dari
masyarakat.

Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.

a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi publik antara lain :
- Pertumbuhan ekonomi
- Tingkat inflasi
- Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
- Struktur produksi
- Tenaga kerja
- Arus modal dalam negeri
- Cadangan devisa
- Nilai tukar mata uang
- Utang dan bantuan luar negeri
- Infrastruktur
- Teknologi
- Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
- Sektor informal
b. Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi antara lain :
- Hubungan negara dan masyarakat
- Legitimasi pemerintah
- Tipe rezim yang berkuasa
- Ideologi negara
- Elit politik dan masssa
- Jaringan international
- Kelembagaan
c. Faktor Kultural

2
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
- Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
- Sistem nilai di masyarakat
- Historis
- Sosiologi masyarakat
- Karakteristik masyarakat
- Tingkap pendidikan
d. Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
- Pertumbuhan penduduk
- Struktur usia penduduk
- Migrasi
- Tingkat kesehatan

1.3 Value For Money

Sektor publik terkadang dinilai sebagai sumber inefisiensi, pemborosan, sumber


kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi sehingga muncul tuntutan baru agar sektor
publik memperhatikan value of money dalam aktivitasnya. Value for money adalah konsep
pengelolaan organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama, yakni:

a. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan
dalam satuan moneter. Ekonomi berhubungan dengan sejauh mana organisasi sektor
publik dapat meminimalisir input resources yang dipakai yaitu dengan menghindari
pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
b. Efisiensi: capaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input
yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan
output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
c. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Selain ketiga elemen pokok tersebut, terdapat beberapa pihak yang berpendapat
bahwa tiga elemen pokok saja belum cukup dan perlu ditambah dengan dua elemen lain,
yakni:

3
a. Keadilan (equity). Keadilan mengacu pada adanya kesempatan sosial (sosial
opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dan
kesejahteraan ekonomi.
b. Pemerataan atau kesetaraan (equality). Mengacu pada penggunaan uang public
hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja.

Value of money secara skematis sapat digambarkan sebagai berikut.

• Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,
program, dan aktivitas. Contoh input adalah: dokter di rumah sakit, tanah untuk jalan
baru, guru di sekolah, dan sebagainya. Input dapat dinyatakan secara kuantitatif,
misalnya jumlah dokter, luas tanah, jumlah guru, dan sebagainya. Input dapat pula
dinyatakan dengan nilai uang, misalnya biaya dokter, harga tanah, gaji guru, dan
sebagainya.

• Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan.
Mengukur output lebih sulit dilakukan terutama untuk pelayanan sosial, seperti
pendidikan, keamanan atau kesehatan. Pada pelayanan kesehatan masyarakat, output
diukur dengan kenaikan jumlah pasien yang mampu bertahan hidup dan kembali sehat,
peningkatan angka harapan hidup, penurunan angka kematian bayi, atau peningkatan
kualitas hidup.

• Sasaran Antara (Throughput). Analisis value for money memerlukan data input dan
output yang memadai serta erat kaitannya dengan pengukuran output dan input. Karena
dalam mengukur output sering kali terdapat kesulitan, organisasi sektor publik
menggunakan output antara (intermediate output) atau indikator kinerja (performance

4
indicator) sebagai alat ukur output. Banyak ukuran yang dianggap menunjukkan output
pada kenyataannya adalah throughput, contohnya volume aktivitas. Jumlah operasi
yang dilakukan di rumah sakit merupakan throughput bukan output.

• Outcome merupakan dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Sebagai
contoh, outcome yang diharapkan terjadi dari aktivitas pengumpulan sampah oleh dinas
kebersihan kota adalah terciptanya lingkungan kota yang bersih dan sehat. Dalam
penetapan dan pengukurannya lebih sulit dibandingkan dengan input dan output.
Beberapa hal yang menyebabkan outcome lebih sulit ditetapkan dan diukur:
✔ Outcome sering kali tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang
memudahkan proses monitoring (pemantauan).
✔ Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome. Misal: untuk
mengubah pola pembiayaan sektor publik sangat tergantung pada siapa yang
berkuasa, bagaimana arah kebijakan politiknya.
✔ Dalam penentuan outcome sangat perlu diperhitungkan dimensi kualitas. Jika
input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah meningkat, operasi
sudah lebih ekonomis dan efisien, tetapi apa yang dihasilkan ternyata tidak
berkualitas tentu akan merugikan organisasi yang bersangkutan.
Value for money dapat tercapai jika organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Implementasi konsep value for money diyakini dapat memperbaiki
akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat
implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain:

a. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.
b. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
c. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input.
d. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, dan
e. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

5
1.4 Perbedaan dan Persamaan Organisasi Sektor Publik dan Sektor Privat

Terdapat perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor privat,
sebagai berikut:
No Perbedaan Sektor Publik Sektor Privat/Swasta
1. Tujuan Organisasi Nonprofit motive Profit motive
2. Sumber Pendanaan Perpajakan, retribusi, utang, Pembiayaan internal: Modal
sendiri, laba ditahan, penjualan
obligasi pemerintah, laba
aktiva. Pembiayaan eksternal:
BUMN/BUMD, penjualan utang bank, obligasi, penerbitan
saham
aset negara, dsb

3. Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada Pertanggungjawaban kepada


masyarakat (publik) dan pemegang saham dan kreditur
parlemen (DPR/DPRD)

4. Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel, datar, piramid, lintas


fungsional, dsb.
hierarkis
5. Karakteristik anggaran Terbuka untuk publik. Tertutup untuk publik.
6. Sistem Akuntansi • Cash Basis Accrual Basis
• Cash Toward Accrual/
Cash Transitioning to
Accrual
• Accrual Basis

Adapun persamaan antara sektor publik dengan sektor privat, yaitu sebagai berikut:

a. Pada kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta adalah bagian integral
dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang
sama untuk mencapai tujuan dari organisasi.
b. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut
untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif.
c. Dari segi proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada
dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi

6
yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu:
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
d. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak dibidang transportasi massa,
pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
e. Kedua sektor terikat pada peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum lain
yang telah disyaratkan.

1.5 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Menurut American Accounting Association (1970) dalam Gilynn (1993) mengatakan


bahwa tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien,
dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).
2. Dapat memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggung jawab untuk mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan
penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat
informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian
manajemen mulai dari perencanaan strategik. pembuatan program, penganggaran,
evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja.
Informasi akuntansi bermanfaat dalam pengambilan keputusan terutama untuk
membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat
digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta
kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi,
pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang diberikan kepada
publik, menetapkan biaya standar dan harga yang akan dibebankan kepada publik atas
suatu pelayanan (charging for services).

7
Selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan program
yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam proses
penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan tahap yang membatalkan
keahlian khas karena penganggaran pada sektor publik merupakan proses politik,
sehingga manajer sektor publik dituntut untuk memiliki political skill disamping
pemahaman teknis akuntansi.
Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah memerlukan informasi akuntan
terutama untuk menentukan indikator kinerja (performance indicator) sebagai dasar
penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk melakukan pengukuran kinerja
apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai. Indikator kinerja tersebut dapat
bersifat finansial maupun non finansial. Informasi akuntansi memiliki peran utama
dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.
Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam
pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus atau defisit pada
pemerintahan, laporan laba rugi dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan
pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca laporan keuangan
sektor publik merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik.

1.6 Perkembangan Akuntansi Sektor Publik

Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik memainkan peran utama sebagai
pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Istilah "sektor publik" mulai dipakai
pertama kali pada tahun 1952 dimana pada saat itu, sektor publik sering dikaitkan
sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan
lembaga pelaksana pembangunan.
Pada tahun 1970-an, berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang
keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan
perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan bahkan dianggap mengganggu
pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor publik sering
dijadikan sebagai sarang pemborosan ekonomi.
Pada tahun 1980-an, barulah reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara
industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan

8
dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management (NPM)
dan reinventing government di banyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM
berakar dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis
komersial dan manajemen sektor swasta lebih baik dibandingkan dengan praktik dan
manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor
publik, perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di
sektor swasta ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi
tender (Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan-
perusahaan publik.
Perubahan pada sektor publik tersebut diikuti pula dengan perubahan pada akuntansi
sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai contoh adalah terjadinya perubahan
sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual.
Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis akrual merupakan
bagian penting dari proses reformasi sektor publik di negara-negara AngloSaxon.
Pemerintah New Zealand yang dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan
akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991
yang kemudian diikuti oleh Jepang, Itali, dan negara negara Eropa lainnya, meskipun
di Itali sistem tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan memperkenalkan
sistem akuntansi akrual adalah untuk membantu meningkatkan transparansi dan
memperbaiki efisiensi dan efektivitas sektor publik.
Dalam dua dasawarsa terakhir, telah terjadi perkembangan akuntansi sektor publik
yang pesat. Istilah "akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik,
privatisasi, good public governance," telah cepat masuk ke dalam kamus sektor publik.
Isu yang muncul dalam sektor publik merupakan suatu rangkaian yang akarnya
merupakan tuntutan diciptakannya good public and corporate governance yang
kemudian diikuti dengan munculnya isu-isu baru, misalnya tuntutan dilakukannya
reformasi sektor publik yang diorientasikan pada pembentukan organisasi sektor publik
yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif, dan memiliki akuntabilitas publik
yang tinggi. Dengan munculnya isu perlu dilakukan reformasi akuntansi, auditing,
sistem manajemen keuangan publik, privatisasi perusahaan-perusahaan publik, dan
tuntutan dibuatnya laporan keuangan eksternal yang merupakan percabangan dari isu
besar dalam sektor publik.

9
1.7 Akuntabilitas Sektor Publik

1. Pengertian Akuntabilitas Sektor Publik

Akuntabilitas Publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, melaporkan, menyajikan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah yang disebut principal yang memiliki hak dan kewajiban untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terbagi menjadi 2 klasifikasi
sebagai berikut.

a. Akuntabilitas Vertikal (certical accountability) merupakan


pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada suatuu otoritas yang lebih
tinggi misalnya adalah pertanggungjawaban unit-unit kerja/dinas kepada
pemerintah daerah, pertanggung jawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat dan pertanggung jawaban pemerintah pusat kepada MPR.

b. Akuntabilitas Horisontal (horizontal accountability) merupakan


pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat luas tanpa adanya
diskriminasi kepada suatu individu atau entitas serta kelompok.

Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship. Stewardship


lebih mengacu kepada pengelolaan atas suatu kegiatan maupun aktivitas secara efisien
dan ekonomis tanpa mengharuskan atau memiliki kewajiban serta beban untuk
melaporkan, sedangkan Accountability merupakan suatu konsep yang lebih luas yaitu
bagaimana seorang Steward akan dibebani pertanggungjawaban oleh seorang pemberi
tanggung jawab/tugas. Tujuan terwujudnya akuntabilitas merupakan sebuah hasil dari
suatu reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan
bahwasannya lembaga-lembaga yang berbentuk sektor publik mengharuskan untuk
lebih menekankan pada penerapan akuntabilitas horizontal bukan hanya pada
akuntabilitas vertikal yang hanya memberi pertanggungjawaban pada lembaga lembaga
yang lebih tinggi darinya. Tuntutan yang kemudian muncul setelah itu adalah untuk
membuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja dari sebuah
lembaga sektor publik. Akuntabilitas Publik menurut Bowen memiliki 3 fungsi yaitu:

1. Sebagai alat kontrol demokrasi

2. Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan

10
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi atau lembaga sektor
publik dibagi menjadi beberapa hal. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat hal
yang harus dipenuhi dari sebuah organisasi sektor publik yaitu sebagai berikut.

a. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Accountability For Probity And


Legality)

Akuntabilitas kejujuran atau yang dikenal dengan accountability for probility


merupakan sebuah pertanggungjawaban dari sebuah organisasi atau individu sektor
publik yang terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan atau abuse of power,
sedangkan akuntabilitas hukum atau legal accountability erat kaitannya dengan
jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan maupun standar lain yang
disyaratkan dalam penggunaaan dana, wewenang dan tugas di sektor publik.

b. Akuntabilitas Proses (Process Acountability)

Akuntabilitas Proses atau process accountability merupakan suatu


pertanggungjawaban terkait dengan bagaimana prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas agar cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen, dan prosedur admnitrasi. Akuntabilita proses dapat
diimplementasikan dengan pelayanan publik yang cepat, resposif, dan murah biaya.
Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat
dilakukan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan
pemeriksaan proses tender untuk elaksanakan proyek-proyek publik.

c. Akuntabilitas Program (Program Accountability)

Akuntabilitas program atau program accountability merupakan suatu


pertanggungjawaban terkait dengan pertimbangan bagaimana tujuanyang ditetpkan
akan dapat dicapai atau tidak,dan apakah telah mempertimbangkan alternatif atau cara
lain program yang dapat memberikan hasilyang optimal dengan biaya yang minimal.

d. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability)

Akuntabilitas Kebijakan atau dikenal juga dengan Policy accountability


merupakan suatu pertanggungjawaban yang terkait dengan pemerintah, baik itu pusat

11
maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.

Akuntansi sektor publik tidak dapat terlepas dari adanya tuntutan akuntabilitas
sektor publik tersebut. Akuntansi sektor publik dituntut agar dapat menjadi alat
perencanaan dan pengendalian organisasi atau lembaga sektor publik secara efektif juga
efisien, serta dapat memfasilitasi terjadi atau terlaksananya akuntabilitas publik.

1.8 Otonomi Daerah

Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat


seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
fiskal. Salah satu Ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor XV/MPR/1998, tentang
"Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber
Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia" merupakan landasan hukum bagi
dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah. Misi utama kedua undang-undang
tersebut adalah desentralisasi. Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan wewenang
dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi juga pelimpahan
beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam bentuk privatisasi.
Tabel Korelasi Antara Indeks Desentralisasi Terhadap Kualitas
Pemerintahan
NO. KOMPONEN KOEFISIEN KORELASI
PEARSON
1 PARTISIPASI PUBLIK
Kebebasan Politik 0,599**
Stabilitas Politik 0,604**
2 ORIENTASI PEMERINTAH
Efisiensi Peradilan (judicial efficiency) 0,544**
Efisiensi Birokrasi 0,540**
Ketiadaan Korupsi (absence of corruption) 0,532**
3 PEMBANGUNAN SOSIAL

12
Indeks Pembangunan Manusia (HDI) 0,369*
Keadilan Distribusi Pendapatan (invers dari 0,373*
koefisien ini)

4 MANAJEMEN EKONOMI
Independensi Bank Sentral 0,327*
Disiplin Manajemen Utang (invers dari 0,263
rasio utang terhadap GDP)

Keterbukaan Ekonomi 0,523**


1+2+3+4 GOVERNANCE QUALITY INDEKS 0,617**
* : Signifikan pada α = 5% (tes dua arah)

**: Signifikan pada α = 1% (tes dua arah)

Sumber: Huther and Shah (1998)

Secara teoritis, desentralisasi ini diharapkan akan menghasilkan dua manfaat nyata,
yaitu:
1) Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa dan kreativitas masyarakat dalam
pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di
seluruh daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di
masing-masing daerah.
2) Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran pengambilan
keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling rendah yang memiliki
informasi yang paling lengkap (Shah, 1997). Hasil penelitian Huther dan Shah
(1998) di 80 negara menunjukkan bahwa desentralisasi memiliki korelasi positif
dengan kualitas pemerintahan.
Dari tabel hubungan korelasi tersebut, terlihat bahwa kualitas pemerintahan,
yang merupakan variabel gabungan dari partisipasi masyarakat, orientasi pemerintah,
pembangunan sosial, dan manajemen ekonomi (makro), berhubungan positif dengan
derajat desentralisasi. Semakin tinggi derajat desentralisasi yang ada di suatu negara
semakin baik pula partisipasi masyarakatnya, orientasi pemerintah, pembangunan
sosial, dan manajemen ekonomi (makro).
Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa dalam
rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu
memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan pihak-pihak yang menjadi

13
stakeholder pemerintah daerah. Untuk itu, pemerintah daerah perlu memiliki sistem
akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai. Selain itu,
pemerintah daerah juga perlu melakukan perbaikan mekanisme audit terhadap instansi
pemerintah daerah. Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan
suatu tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks membutuhkan
kompetensi tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi yang akan diterapkan.

14
KESIMPULAN

Organisasi sektor publik merupakan bagian dari sistem perekonomian negara yang
bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Akuntansi sektor publik memiliki
kaitan yang erat dengan domain publik. Value for money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama, yakni ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas. Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan
informasi pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Stewardship lebih mengacu kepada
pengelolaan atas suatu kegiatan memiliki kewajiban serta beban untuk melaporkan, sedangkan
Accountability merupakan suatu konsep yang lebih luas yaitu bagaimana seorang Steward akan
dibebani pertanggungjawaban oleh seorang pemberi tanggung jawab/tugas.

Akuntabilitas publik dibagi menjadi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas


proses, akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Perkembangan akuntansi sektor
publik, khususnya di Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Implikasi otonomi daerah terhadap
akuntansi sektor publik adalah bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah
daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, DPRD, dan
pihak-pihak yang menjadi stakeholder pemerintah daerah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Halim, A., & Kusufi, M. S. (2022). Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik Dari
Anggaran Hingga Laporan Pemerintah Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah (2
ed.). Yogyakarta: Salemba Empat. Dipetik September 09, 2022

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Andi

Pusdiklat, P. (2018, Desember 27). Kemenkeu Learning Center. Retrieved from Fungsi
Akuntan Publik: https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/klc1-puspsdm-
fungsiakuntabilitas-publik/detail/

Gie. (2020, April 16). Pengertian Akuntansi Sektor Publik, Karakteristik, Tujuan, dan Ruang
Lingkupnya. Retrieved from Accurate:
https://accurate.id/akuntansi/pengertianakuntansi-sektor-publik/

16

Anda mungkin juga menyukai