Anda di halaman 1dari 15

KARAKTERISTIK DAN LINGKUNGAN SEKTOR PUBLIK

A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


1. Pengertian Sektor Publik
Pengertian Sektor Publik sangat luas karena masing-masing disiplin ilmu mempunyai definisi
sendiri.
Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik sering didefinisikan sebagai suatu entitas yang
aktivitasnya berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan
hak publik (Mardiasmo)
OSP adalah Sebuah entitas ekonomi yang menyediakan barang dan atau jasa publik untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan bukan untuk mencari keuntungan financial (Dedi
Nordiawan)
(Omar Othman :2005) Public sector is a component in economy that consist of variouse entities
that is control by nation or government
(IFAC:2012) Public sector is the federal government entities such as the federal, the state, and
the local government and other entities like agencies, commissioners,public corporation and so
on
Dalam arti luas sector public disebut bidang yang membicarakan metode manajemen Negara.
Dalam arti sempit, diartikan sebagai pungutan oleh Negara. (Indra Bastian)
Istilah sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam, hal ini merupakan
konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu (politik, ekonomi
hukum dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda. Selain itu dalam
praktiknya definisi organisasi sector public di Indonesia adalah organisasi yang menggunakan
dana masyarakat, seperti : organisasi pemerintah pusat, Pemerintah daerah , parpol dan lsm,
yayasan, pendidikan dan kesehatan, dan tempat peribadatan.
2. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Sejalan dengan perkembangan maka di negara kita Akuntansi Sektor Publik
didefinisikan sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembagalembaga tinggi negara dan departemen dibawahnya,
pemerintah daerah, BUMN,BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek
kerjasama sektor publik dan suasta (Dr Indra Bastian).
Secara umum dapat didefinisikan bahwa akuntansi sector publik adalah suatu proses
pengumpulan, pencatatan, pengklasifikasian, penganalisaaan dan pelaporan transaksi
keuangan suatu organisaasi public yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai
laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan.
3. Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari
suatu profesi yang relatif kecil. Dan saat ini sedang mengalami proses untuk menjadi disiplin
ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaannya.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan
dengan sektor swasta. Domain publik meliputi badan-badan pemerintahan, perusahaan milik
negara (BUMN dan BUMD), yayasan organisasi politik dan massa, LSM, universitas , bdan
organisasi nirlaba lainnya.
Sektor publik bersifat heterogen dan dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, politik,
sosial, budaya dan historis.
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh sektor
suasta misalnya untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik seperti layanan
komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik dll, akan tetapi untuk
tugastertentu tugas sekotr publik tidak dapat digantikan oleh sektor suasta, misalnya fungsi
birokrasi pemerintahan. Sebagai konsekuensinya akuntansi sektor publik dalam beberapa hal
bebeda dengan akuntansi padasektor suasta.

B. SIFAT DAN KARAKTERISTIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Akuntansi digunakan pada sektor swasta maupun sektor publik untuk tujuan-tujuan yang
berbeda. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan adanya perbedaan
lingkungan yang mempengaruhi. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor
publik meliputi faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
Faktor ekonomi meliputi antara lain :
o Pertumbuhan ekonomi
o Tingkat inflasi
o Tenaga kerja
o Nilai tukar mata uang
o Infrastruktur
o Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
o Struktur produksi
o Arus modal dalam negeri
o Cadangan devisa
o Utang dan bantuan luar negeri
Faktor politik meliputi antara lain :
o Hubungan negara dan masyarakat
o Legitimasi pemerintah
o Tipe rezim yang berkuasa
o Ideologi negara
o Elit politik dan massa
o Jaringan Internasional
o Kelembagaan
Faktor kultural meliputi antara lain :
o Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya
o Sistem nilai di masyarakat
o Historis
o Sosiologi masyarakat
o Karakteristik masyarakat
o Tingkat pendidikan
Faktor demografi meliputi antara lain :
o Pertumbuhan penduduk
o Struktur usia penduduk
o Migrasi
o Tingkat kesehatan
C. VALUE for MONEY
Tuntutan baru muncul agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money
dalam menjalankan aktivitasnya, dimana value of money merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada 3 elemen utama, yaitu :

Ekonomi :Pemerolehan input dengan kualitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan
perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.
Efisiensi : Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau
penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
Efektivitas : Tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan atau
perbandingan outcome dengan ouput. Efektiviutas merupakan outcome dengan
output.
Ketiga hal tersebut merupakan pokok value for money, namun beberapa pihak berpendapat
perlu ditambah 2 elemen yaitu keadilan (equity) mengacu pada adanya kesempatan social yang
sama untuk mendapatkan pelayanan public yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi.
Pemerataan (equalit) penggunaan uanga public tidak terkonsentrasi pada kelompok tertentu
melainkan secara merata.
Manfaat implementasi value for money.
1. Meningkatkan pelayanan publik
2. Meningkatkan efektifitas pelayanan public, pelayanan tepat sasaran
3. Menurunkan biaya pelayanan public karena hilangnya inefisiensi dan penghematan dalam
penggunaan input.

D. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SEKTOR PUBLIK DAN SWASTA


a. Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
Perbedaan sifat dan karakteristik organisasi sektor publik dengan sektor swasta
Perbedaan Sektor Publik Sektor swasta
Tujuan organisasi Nonprofit motive Profit motiive
Sumber pendanaan Pajak,retribusi,utang,obl Pembiayaan internal: modal
igasi pemerintah,laba sendiri, laba ditahan, penjualan
BUMN/ aktiva
BUMD,penjualan aset Pembiayaan eksternal: utang
negara, dsb bank, obligasi, penerbitan
saham
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban kepada
kapada masyarakat dan pemegang saham dan kreditor
parlemen
Struktur organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel, datar, piramid, lintas
hierarkis fungsional, dsb
Karakteristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
anggaran
Sistem akuntansi Cash accounting Accrual accounting

Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dengan
membandingkan beberapa hal, yaitu :

1. Tujuan Organisasi
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan menonjol terletak pada tujuan memperoleh laba. Pada sektor swasta terdapat tujuan
untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada sektor publik adalah pemberian
pelayanan publik, dan penyediaan pelayanan publik.
2. Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber pendanaan
organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal atau sumber
pembiayaan. Sumber pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor swasta dalam hal
bentuk, jenis dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan
retribusi, charging for service, laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa
utang luar negeri dan obligasi pemerintah, dan pendapatan lain-lain yang sah dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundangan yang ditetapkan. Sedangkan untuk sektor swasta
sumber pembiayaan dipisahkan menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Sumber pembiayaan
internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings)
dan modal pemilik. Sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi,
dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik.

3. Pola Pertanggungjawaban
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik manajemen
bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan organisasi sektor
publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari masyarakat (public funds). Pola
pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban
vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
ototritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada
pemerintah pusat. Pertanggungjawaban horisontal (horisontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

4. Struktur Organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor swasta. Struktur
organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hirarkis, sedangkan struktur
organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel.

5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder


Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran
bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta bersifat tertutup bagi
publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan. Dari sisi stakeholder, pada sektor
publik stakeholder dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal, pada stakeholder internal
antara lain adalah lembaga negara (kabinet, MPR, DPR, dan sebagainya), Kelompok politik
(partai politik), manajer publik (gubernur BUMN, BUMD), pegawai pemerintah. Stakeholder
eksternal pada sektor publik seperti masyarakat pengguna jasa publik, masyarakat pembayar
pajak, perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan publik sebagai
input atas aktivitas organisasi, Bank sebagai kreditor pemerintah, Badan-badan internasional
(IMF, ADB, PBB, dan sebagainya), investor asing, dan generasi yang akan datang. Pada sektor
swasta, stakeholder internal terdiri dari manajemen, karyawan, dan pemegang saham.
Sedangkan stakeholder eksternal terdiri dari bank, serikat buruh, pemerintah, pemasok,
distributor, pelanggan, masyarakat, serikat dagang dan pasar modal.

6. Sistem Akuntansi yang Digunakan


Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor swasta sistem
akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis akrual (accrual accounting).
Sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi berbasis kas (cash
basis accounting).
b. Persamaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta,
akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:
1. Bagian dari Sistem Ekonomi Negara
Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor swasta merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Kelangkaan Sumber Daya
Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya (scarcity
of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk menggunakan
sumber daya organisasi secara ekonomis, efektif dan efisien.
3. Proses Pengendalian Manajemen
Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama di
kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan relevan untuk
melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
4. Produk
Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik pemerintah
maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi massa, pendidikan, kesehatan,
penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Peraturan Perundangan
Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang disyaratkan.

E. TUJUAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


American accounting association (1970) dalam glynn (1993) menyatakan bahwa tujuan
akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk :
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisen dan ekonomis
atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan pada organsasi. Tujuan ini
terkait dengan pengendalan managemen.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bag manager untuk melaporkan pelaksanaan
tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektf program dan penggunaan sumber daya yang
menjadi wewenangnya dan memungknkan bag pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada
publik atas hasil operas pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan
akuntabilitas.
F. PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Sejarah organisasi sektor publik sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu.
Dalam bukunya,Vernon Kam (1989) menjelaskan bahwa praktik akuntansi sektor publik
sebenarnya telah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Kemunculannya lebih dipengaruhi
pada interaksi yang terjadi pada masyarakat dan kekuatan sosial di dalam masyarakat.
Setelah datang banyak kritikan dan serangan dari teori perkembangan radikal, di negara-
negara indusri sektor publik mengalami reformasi. Reformasi tersebut tampak dalam
adopsi New Public Management (NPM) dan reinventing goverment di banyak negra terutama
Anglo-Saxon. Dengan adanya perubahan pada sektor tersebut, terjadi pula perubahan pada
akuntansi sektor publik. Contohnya perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas
menjadi akuntansi berbasis akrual. Pemerintah New Zeland yang dianggap berhasil dalam
menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejk tahun
1991.
Kini muncul isu bahwa akuntansi sektor publik di negara berkembang mengalami
kebangkrutan. Namun hal tersebut dapat disangkal dengan negara-negara yang memiliki
kepercayaan publik tinggi seperti Malaysia, Taiwan, Thailand dan Korea Selatan.
Kontribusi sektor publik dapat memantu pembangunan nasional dan stabilitas publik.
Oleh karena itu perbaikan kinerja sektor publik terus dilakukan agar dapat tercipta good publik
and corporate govermance. Seiring dengan perbaikan sektor publik, akuntansi publik pun ikut
berkembang dengan pesat. Hal ini tampak pada dua dasawarsa terakhir, istilah akuntabilitas
publik, value for money, reformasi sektor publik, privatisasi, good publik governance. yang
begitu cepat masuk ke kamus sektor publik.
Isu-isu sektor publik masih terus bermunculan misalnya isu perlunya dilakukan reformasi
akuntansi, auditing, sistem anajemen keuangan pubik, privatisasi perusahaan-perusahaan
publik, dan tuntutan dibuatnya laporan laporan keungan eksternal.

G. AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN GOOD GOVERNANCE


1. Pengertian Good Governance
Good governance adalah suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang
diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan swasta. Good governance juga
merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola perusahaan), pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang
kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak atau kewajiban mereka,
atau dengan kata lain suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

2. Maksud dan Tujuan


Menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif agar
dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep good governance
harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah (government),
swasta (private) dan masyarakat (society).

3. Dasar-dasar Hukum / Prinsip


Berikut adalah dasar-dasar hukum atau prinsip dalam good governance
Akuntabilitas: Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang
yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Pengawasan: Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas
Daya Tanggap: Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan terhadap
aspirasi masyarakat tanpa kecuali.
Profesionalisme: Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan agar
mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau.
Efisiensi & Efektivitas: Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab.
Transparansi: Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi.
Kesetaraan: Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraannya.
Wawasan Ke Depan: Membangun daerah berdasarkan visi & strategis yang jelas &
mengikuti-sertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa
memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya.
Partisipasi: Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan
pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat,
baik secara langsung mapun tidak langsung.
Penegakan Hukum: Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa
pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat.

4. Penerapan
Penerapan good government pernah terjadi di Indonesia yaitu saat pemerintahan Kabinet
Persatuan Nasional Gus Dur Mega baik dalam pembentukan maupun dalam pelaksanaannya
ada pengaruh besar dari pemikiran good government.

5. Manfaat
Manfaat dari good governance adalah :
1) Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan
pada asa transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kesetaraan dan
kewajaran.
2) Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat
dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
3) Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional sehingga
meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.

6. Keuntungan Penggunaan E-Government


Masyarakat di kota besar yang sibuk dan kadang-kadang lokasi tempat tinggalnya cukup
jauh dengan kantor pelayanan. maka dengan diimplementasikannya e-government, masyarakat
tetap dapat mengakses informasi dan layanan publik. Dengan adanya fasilitas tersebut,
masyarakat diharapkan akan menjadi lebih produktif karena masyarakat tidak perlu antri dalam
waktu lama hanya untuk menyelesaikan sebuah perizinan seperti saat ini. Suatu hal yang perlu
diingat adalah, bahwa menerapkan e-government sama sekali tidak sama dengan menjadikan
kantor-kantor pemerintahan sebagai lingkungan high-tech (teknologi tinggi). Melainkan e-
government bertujuan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk membuat
layanan pemerintah lebih dekat pada orang-orang yang menggunakan layanan-layanan
tersebut, yaitu masyarakat.
Dengan adanya on line system ini, masyarakat dapat memanfaatkan banyak waktunya
untuk melakukan aktivitas yang lain sehingga diharapkan produktifitas pun dapat meningkat,
baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. Dapat dikatakan bahwa secara garis besar e-
government mempunyai banyak keuntungan, antara lain: (1) Peningkatan kualitas pelayanan.
Pelayanan publik dapat dilakukan selama 24 jam, berkat adanya teknologi internet. (2) Dengan
menggunakan teknologi online, banyak proses yang dapat dilakukan dalam format digital, hal
ini akan banyak mengurangi penggunaan kertas (paper work) proses akan menjadi lebih efisien
dan hemat. (3) Database dan proses terintegrasi (akurasi data lebih tinggi. mengurangi
kesalahan identitas dan Iain-lain). (4) Semua proses dilakukan secara trans-paran, karena
semua proses berjalan secara online.
Selain keuntungan di atas. keuntungan lain-nya adalah, masyarakat dapat mengakses
pemerintah dengan cepat, dan linkage antardaerah bisa mudah terkontrol. Bahkan ada
kesempatan untuk saling promote, bagaimana bisa mengontrol daerahnya dengan lebih cepat.
Hanya saja, e-government untuk negara sebesar Indonesia, dengan lebih dari 14 ribu pulau,
sulit menciptakan satu platform yang baku. Satu platform tidak bisa digeneralisasi untuk
semua. Misalnya yang diterapkan untuk Jakarta mungkin tidak akan pas untuk Papua ataupun
Sulawesi. Jadi, setiap daerah punya satu pandangan yang bisa mendaiam terhadap daerahnya.
Untuk masyarakat, selain kemudahan akses, keuntungan lain yang didapat masih banyak.
Contoh di Malaysia. Ada KTP yang bentuknya seperti kartu kredit. Ini disebut kartu pintar.
Di sini ada chip yang berisi semua data mengenai pemegang kartu, dari nama, golongan darah.
nama ibu dan saudara kandung, sampai data-data lainnya. Keuntungannya bagi masyarakat,
dia cukup memiliki satu kartu untuk mengakses semuanya. Misalnya waktu mengisi bensin
tapi tidak membawa uang. kartu ini bisa digunakan sebagai kartu kredit atau kartu debit. Jadi,
tak perlu bawa KTP, SIM, kartu kredit, atau kartu ATM yang berbeda-beda. Satu kartu untuk
semuanya. Keuntungan lain, umpamanya untuk membuat surat kelakuan baik, tak perlu repot-
repot harus membuat surat mulai RT, RW, kelurahan, dan baru kemudian ke kepolisian. Cukup
satu kartu ini saja.
Keberhasilan penerapan e-government dipengaruhi beberapa hal, antara lain peran peme-
rintah pusat, hasil uji coba e-government dengan meniru praktek terbaik dari pemerintahan
daerah lain, dan adanya organisasi pelatihan independen yang bertugas mempelajari
implementasinya. Demikian hasil studi yang dilakukan oleh perusahaan aplikasi SAP dengan
dua organisasi nirlaba asal Inggris, yaitu Improvement and Development Agency (IDeA) dan
Society of IT Management. Indonesia sebagai negara kesatuan memiliki sumberdaya alam
yang berlimpah dan tersebar, dan dihuni oleh lebih dari 210 juta penduduk dari berbagai suku,
agama dan budaya. Indonesia juga mempunyai posisi geopolitik yang sangat strategis karena
berada di antara dua benua dan dua samudera. Berbagai potensi tersebut harus dikelola secara
baik bagi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Untuk itu pemerintah perlu meningkatkan
kewenangan pemerintah daerah melalui pemberianotonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab. Penanganan sangat sentralistik selama lebih dari 30 tahun ternyata hanya mencipiakan
ketidakadilan. Sumberdaya nasional hanya dimanfaatkan oleh kelompok tertentu. Akibatnya
tumbuh kecemburuan sosial antar daerah yang mengancam kesatuan dan persatuan nasional.
Salah satu tujuan pemberian otonomi adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
masyarakat. Untuk itu pemerintah daerah dituntut memahami secara lebih baik kebutuhan
masyarakat yang terdiri dari berbagai lapisan. Pemerintah daerah harus melibatkan seluruh
unsur masyarakat dalam proses pembangunan. Tata-pemerintahan di daerah harus
diselenggarakan secara partisipatif. Penyelenggaraan pemerintahan yang eksklusif hanya
melibatkan unsur pemerintah dan/atau legislative akan membuat masyarakat tidak peduli pada
pembangunan. Hal ini lebih lanjut akan menyebabkan keberlanjutan pembangunan menjadi
sangat rapuh dan rentan.
Partisipasi masyarakat dapat terwujud seiring dengan tumbuhnya rasa percaya
masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan di daerah. Rasa percaya ini akan tumbuh
apabila masyarakat memperoleh pelayanan dan kesempatan yang setara (equal). Tidak boleh
ada perlakuan yang didasari atas dasar perbedaan pria-wanita, kaya-miskin, kesukuan dan
agama. Pembedaan perlakuan atas dasar apapun dapat menumbuhkan kecemburuan dan
mendorong terjadinya konflik sosial di masyarakat.
Otonomi daerah juga bertujuan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan kreatifitas
local, agar daerah dapat lebih mandiri dan mampu berkompetisi secara sehat. Prakarsa
masyarakat termasuk prakarsa dunia usaha dapat berkem-bang jikaada situasi kondusif, situasi
yang memberikan rasa aman dan kepastian hukum. Untuk itu penyelenggara pemerintahan
dituntut taat hukum secara konsisten dan sungguh-sungguh. Ketidakpastian hukum mendorong
masyarakat bersikap apatis. Bagi dunia usaha tiadanya kepastian hukum dan rasa aman dapat
mengurangi minat berinvestasi, sesuatu yang sangal diperlukan bagi pembangunan daerah.
Kewenangan otonomi daerah harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Artinya
sebagai konsekuensi dari pemberian hak dan kewenangan, penyelenggara pemerintahan
dituntut melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional agar tujuan otonomi daerah
dapat terwujud penuh. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya penyelenggara
pemerintahan harus sadar untuk tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada kebenaran
dan kewajaran dalam proses pencapaiannya. Setiap upaya yang menggunakan sumberdaya
masyarakat, perlu diselenggarakan secara transparan. Penyelenggaran pemerintahan daerah
yang bertanggung jawab dan transparan akan menumbuhkan rasa percaya masyarakat pada
pemerintah daerah.

H. AKUNTABILITAS PUBLIK
1) Pengertian Akuntabilitas publik
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak yang memberikan amanah (principal)
2) Macam macam Akuntabilitas publik
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
a. akuntabilitas vertikal (vertical accountability), Vertical accountability adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
b. akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Horizontal accountability adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
3) Dimensi Akuntabilitas publik
Akuntabilitas publik yang dilakukan organisasi sektor publik terdiri atas empat dimensi
akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood, 1993).
1) Accountability for probity and legality (akuntabilitas kejujuran dan hukum). Akuntabilitas
hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diterapkan.
2) Process accountability (akuntabilitas proses). Akuntabilitas proses terkait dengan apakah
prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan
sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi.
Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan
murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap akuntabilitas proses,
untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan nepotisme.

a. Program accountability, akuntabilitas program, untuk pertimbangan apakah tujuan yang


ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil
maksimal dengan biaya minimal.
b. Policy accountability (akuntabilitas kebijakan). Terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
I. Study kasus
1. Mengapa keberadaan organisasi sector public menjadi cukup penting bagi masyarakat ?
2. Bagi organisasi yang mencari laba menjadikan pengukuran kinerja lebih mudah sedangkan
ketiadaan pengukuran hasil yang tepat dalam organisasi sector publik menyebabkan
pengukuran kinerja menjadi lebih sulit?
Pendapat :

1. Beberapa alasan, mengapa organisasi sector publik menjadi cukup penting bagi masyarakat
atau dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Untuk menjamin bahwa pelayanan public seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi,
perlindungan hokum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan merata tanpa
memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.
Untuk memastikan bahwa layanan public tertentu ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, misalnya museum, perpustakaan, tempat parker dan sebagainya.
Untuk menjamin bahwa public goods and services disediakan dengan harga yang relative lebih
murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta, misalnya perusahaan
transportasi, rumah sakit , sekolah dan perusahaan jasa lainnya yang menyediakan layanan
yang serupa.
Untuk menciptakan persatuan dan kesatuaan bangsa karena adanya perbedaan agama maupun
suku.
Untuk mellindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan
perundangan yang kuat dan jelas.
2. Pengukuran kinerja bagi organisasi yang berorientasi laba lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan organisasi sector publik. Pada organisasi bisnis, kinerja
penyelenggaranya dapat dilakukan dengan cara misalnya melihat tingkat laba yang berhasil
diperolehnya. Apabila pengukurannya ingin ditingkatkan lagi, hal ini dapat dilihat dengan
menilai berbagai hal lainnya seperti solvabilitas, rentabilitas, return on investment dan
sebagainya. Pada organisasi sector public, pengukuran keberhasilannya lebih kompleks, karena
hal-hal yang dapat diukur lebih beraneka ragam dan kadang-kadang bersifat abstrak sehingga
pengukuran tidak dapat dilakukan hanya dengan menggunakan satu variable saja. Misalnya
kepuasan akan pelayanan social belum tergambar dengan memadai jika hanya diungkapkan
dengan satu variable saja, karena kepuasan akan pelayanan menyangkut banyak aspek.
Dengan kata lain tidaklah mudah melakukan pengukuran kinerja pada organisasi sector publik
terutama yang pure non profit seperti pemerintah. Khusus untuk organisasi pemerintah, selama
ini pengukuran keberhasilannya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya sulit dilakukan
secara obyektif. Selama ini pengukuran kinerja suatu instansi pemerintah lebih ditekankan pada
kemampuan instansi pemerintah tersebut dalam menyerap anggaran. Dengan kata lain, suatu
instansi akan dikatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran pemerintah, meskipun
hasil serta dampak yang dicapai dari pelaksanaan program tersebut masih berada jauh dibawah
standar. Pengukuran kinerja pada organisasi sektor public menjadi sulit dan kompleks.
Sehingga suatu system pengukuran kerja yang dapat memberikan informasi atas efektifitas dan
efisiensi pencapaian kinerja suatu organisasi sektor publik sudah sangat perlu untuk disusun.

Anda mungkin juga menyukai