Menurut penyelidikan para ahli, sejarah akuntansi sudah dimulai ketika manusia telah
mengenal uang sebagai alat tukar atau pembayaran yang sah dalam transaksi ekonominya
dan melaksanakannya dengan pencatatan. Hal ini telah dilakukan berabad-abad sebelum
masehi di Babilonia, Mesir dan Yunani Kuno dan dibuktikan dengan masih tersimpannya
ribuan catatan akuntansi dalam kulit kayu yang dibuat pada 3600 SM (pada
artikel Accounting in Ancident Times). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa pada awal
kerajaan mesir, seorang manajer mencatat transaksi harian, system ini cukup efisien
sehingga ia mampu mengamati kapal-kapal pengangkut barang dari tokonya melalui sungai
nil. Namun Pencatatannya belum dilakukan secara sistematis dan sering tidak lengkap.
Pada awal tahun 3200 SM telah dikenal dua macam teknik akuntansi, pertama koin
dengan bentuk tertentu disimpan dan ditandai kemudian dimasukkan dalam sebuah amplop.
Teknik yang kedua menggunakan token yang disimpan dalam bentuk yang lebih besar
dengan berbagai variasi yang lebih kompleks. Perbedaan ini memisahkan transaksi cash
(Utang, Piutang, dll) dan transaksi noncash (Persediaan, peralatan, tanah, dll).
Namun, tonggak permulaan ilmu akuntansi dimulai dari pedagang Genoa, Italia, pada
abad ke-14. Mereka mempraktekkan akuntansi dengan cara membandingkan nilai kekayaan
mereka pada saat pergi dari pelabuhan untuk berdagang dengan saat kembali ke pelabuhan
setelah berdagang ke luar wilayah mereka. Maka dari perbandingan tersebut, akan terdapat
selisih kenaikan maupun penurunan dan mereka akan mencatatnya sebagai keuntungan dari
hasil perdagangan mereka
Tonggak sejarah akuntansi tersebutpun direalisasikan dengan diterbitkannya
buku Summa de Arithmatica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita oleh Lucas
Pacioli tahun 1494. Buku ini berisi 36 bab yang diterbitkan di Florence, Italia yang berisikan
tentang pelajaran ilmu pasti. Pada buku ini, dia gencar mensosialisasikan pembukuan
berpasangan metode venesia atau metode italia.
Meskipun Lucas Pacioli bukanlah seorang akuntan melainkan pendeta yang ahli
matematika dan pengajar pada beberapa universitas terkemuka di italia, namun beliaulah
yang pertama kali mempublikasikan prinsip-prinsip dasar double entry system ke khalayak
umum. Pada buku ini, dibahas secara lengkap tentang pembukuan bagi para pengusaha pada
sub bab berjudul Tractacus de Computis et Scriptonia.
Dalam buku tersebut dijelaskan tentang pembukuan berpasangan atau disebut double
entry bookkeeping (sering juga disebut sistem kontinental). Pada sistem ini, dilakukan
pencatatan akuntansi secara lebih lengkap setelah dikenal angka-angka desimal arab.
Pencatatan ini berdasarkan tuntutan perkembangan zaman dan usaha atas perdagangan yang
dilakukan pedagang-pedagang venesia (Kota perdagangan terkenal di Italia pada saat itu)
yang terkenal dan ulung pada saat itu. Pencatatan ini secara menyeluruh menyatakan bahwa
pencatatan seluruh transaksi dibagi ke dalam dua aspek, yaitu debet dan kredit, yang
orientasinya selalu dalam keadaan seimbang.
Banyak ahli sejarah ekonomi yang berpendapat dan mengatakan bahwa prinsip dasar
double entry system bukanlah ide murni dari Luca namun dia hanya menyatujan praktek
akuntansi yang berlaku pada saat itu dan kemudian mempublikasikannya dalam satu buku.
Sejalan dengan itu,
Pembukuan ala Italia tersebutpun kemudian beralih ke Jerman untuk membantu para
pedagang zaman Fugger dan kelompok Hanseatik. Pada saat bersamaan juga, filsuf bisnis
Belanda mempertajam cara menghitung pendapatan periodic dan pemerintah Prancis
menerapkan keseluruhan sistem dalam perencanaan dan akuntabilitas pemerintah.
4. Kerangka Kerja Konseptual adalah sebuah konsep yang mendasari pelaporan keuangan.
Kerangka tersebut merupakan sistem yang saling menghubungkan konsep yang mengalir dari
sebuah tujuan pelaporan keuangan seperti mengidentifikasi batas-batas pelaporan keuangan,
memilih transaksi, peristiwa, bagaimana itu seharusnya diakui dan diukur, dan bagaimana itu
seharusnya disimpulkan dan dilaporkan.
Perlunya kerangka kerja konseptual:
1. Pembuatan standar seharusnya berlandasan dan berhubungan pada sebuah pendirian
serangkaian konsep dan tujuan.
2. Memungkinkan IASB untuk mengeluarkan pernyataan yang lebih berguna dan konsisten
dari waktu ke waktu serta menghasilkan suatu standar yang saling berhubungan.
3. Tanpa kerangka standar yang jelas ini maka setiap orang akan membangun konsep individu
yang berbeda-beda.
4. Kerangka kerja mampu meningkatkan kemampuan memahami dan kepercayaan pengguna
laporan keuangan terhadap laporan keuangan
5. Meningkatkan kemampuan membandingkan laporan keuangan perusahaan
6. Para profesional mampu memecahkan secara cepat praktik permasalahan yang baru dan
mendadak dengan mengacu pada kerangka kerja sebagai teori dasarnya.
3. Penjelasn hirarki
Tujuan : sesuatu yang arahnya upaya diarahkana, suatu arahan atau akhir tindakan,
suatu sasaran.
Informasi yang dibutuhkan : mencakup identifikasi kategori yang luas dari informasi
akuntansi keuangan yang dibutuhkan oleh pemakai.
Karakteristik kualitatif adalah ciiri-ciri informasi akuntasi yang cenderung untuk
menambah kegunaannya. Karakteristik kualitatif diharapkan dapat :
1. Dapat bertahan pengujian waktu
2. Pervasif – yaitu, berlaku bagi semua suatu usaha akuntansi
3. Dapat diterapkan – yaitu, mampu diterapkan dan peka terhadap
pengujian tujuan
Interpretasi : menjernihkan, menjelaskan atau menguraikan secara lebar standar
akuntansi dan pelaporan sebagai tujuan alat bantu bagi penerapannya dalam praktik
akuntansi
Praktik : sarana untuk mencapai tujuan dasar dalam laporan keuangan
4.