Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Akuntansi sektor publik merupakan suatu proses pengumpulan, pencatatan,


pengklasifikasian, analisis, dan pembuatan laporan keuangan untuk sebuah organisasi publik
yang menyajikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Akuntansi
sektor publik digunakan sebagai alat pertanggungjawaban lembaga publik kepada
masyarakat, sehingga pengelolaan keuangan menjadi lebih transparan. Laporan keuangan
sebagai bentuk pertanggungjawaban ini akan digunakan sebagai informasi yang akan
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dan nantinya akan membantu proses
pengambilan keputusan yang tepat, cepat dan efisien. Aktivitas Akuntansi sektor publik
berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik yang bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan dan hak publik. Dalam beberapa hal, lembaga-lembaga sektor
publik memiliki kesamaan dengan sektor swasta. Keduanya sama-sama menggunakan
sumber daya yang sama dan proses pengendalian yang hampir mirip. Namun dalam tugas
tertentu, sektor publik tidak dapat digantikan oleh swasta seperti halnya pada fungsi
pemerintahan. Akuntansi sektor publik sangat berbeda dengan akuntansi sektor swasta.
Perbedaan ini dilihat dari jenis instansi atau lembaga yang menerapkan sistem akuntansi ini.
Akuntansi sektor publik lebih berkaitan dengan instansi atau lembaga pemerintahan.

ORGANISASI SEKTOR PUBLIK


Istilah “Sektor Publik” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952 dimana pada waktu itu
sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait
dengan pembangunan dan lembaga pelaksanaan pembangunan (Mardiasmo, 2009). Istilah
sektor publik tertuju pada sektor negara, usaha – usaha negara, dan organisasi nirlaba negara
(Joedono, 2000). Abdullah (1996) menyebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan sektor
publik adalah pemerintah dan unit organisasinya, yaitu unit – unit yang dikelola pemerintah
dan berkaitan dengan hajat hidup orang banyak atau pelayanan kepada masyarakat seperti
kesehatan,pendidikan dan keamanan. Organisasi sektor publik berfokus pada pelayanan
publik tanpa mengharapkan keuntungan finansial dan sangat berkaitan dengan kepentingan
umum dalam rangka penyediaan barang atau jasa serta pelayanan kepada publik yang
dibayar melalui pajak maupun pendapatan negara lainnya yang diatur dengan hukum.
Dengan adanya akuntansi sektor publik, organisasi sektor publik sebagai contoh pemerintah
dapat mempertanggungjawabkan transaksi ekonomi baik dari sisi pendapatan negara
maupun pengeluaran yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta
laporan pertanggungjawaban lainnya

Karakteristik organisasi sektor publik yaitu tidak mencari keuntungan dalam bentuk
finansial, bersifat mandiri, memiliki batasan dalam organisasi, tidak mempunyai kepemilikan
dalam bentuk saham, dimiliki secara kolektif oleh public, memiliki arah tujuan yang jelas,
pengambilan kebijakan serta keputusan didasarkan pada konsensus, mempunyai pola dalam
pertanggungjawaban, mempunyai sumber pembiayaan yang tersusun, memiliki aktivitas yang
terencana untuk pelayanan publik

Komponen yang Berpengaruh Pada Organisasi Sektor Publik


Ekonomi
 Tingkat inflasi  Tingkat pertumbuhan pendapatan per kapita
 Nilai kurs atau nilai tukar mata uang  Infrastruktur atau sarana prasarana
 Tenaga kerja produktif
Politik
 Legitimasi hukum pemerintah  Jaringan internasional
 Tipe pemerintah yang sedang berkuasa  Hubungan antar negara dengan warganya
 Ideologi atau dasar yang dianut  Hubungan antar lembaga
Kultural

 Nilai masyarakat  Kondisi sosiologis masyarakat


 Keragaman suku, ras, agama dan budaya  Tingkat pendidikan
 Sejarah atau historis  Karakteristik masyarakat dari berbagai daerah
Demografis

 Tingkat pertumbuhan penduduk  Penyebaran usia penduduk


 Migrasi, transmigrasi, imigrasi  Angka harapan hidup
 Kesehatan masyarakat

Perbandingan Akuntansi Sektor Publik Dan Swasta


Perbedaan
1. Tujuan Organisasi
Setiap organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan spesifikasi yang akan
dicapai. Begitu pula dengan akuntansi sektor publik dan akuntansi sektor swasta yang
memiliki tujuan yang berbeda. Perbedaan ini sangat menonjol terutama dalam pencapaian
perolehan laba. Pada akuntansi sektor publik bukan hanya meraih keuntungan semata-
mata melainkan menyediakan pelayanan publik sebaik mungkin. Sementara di sektor
swasta dalam pencapaian laba atau profit diraih secara maksimum.
2. Sumber Pembiayaan
Perbedaan pada akuntansi sektor publik dan sektor swasta selanjutnya dapat dilihat dari
sumber pendanaan atau struktur modal yang digunakan. Pada sektor publik sumber dana
berasal dari pajak, retribusi, utang, obligasi pemerintah, laba BUMN/BUMD, penjualan
aset negara dll. Sedangkan sektor swasta berasal dari pembiayaan internal yang meliputi
modal sendiri, laba ditahan, penjualan aktiva serta pembiayaan eksternal yang meliputi
utang bank, obligasi, penerbitan saham.
3. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban pada sektor publik berbeda dengan sektor swasta. Pada sektor
publik bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan untuk
memberikan pelayanan publik berasal dari masyarakat. Sedangkan pada sektor swasta
bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham dan kreditor atas
dana yang diberikan.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada akuntansi sektor publik bersifat birokratis, kaku dan hirarki.
Sementara pada sektor swasta lebih bersifat secara fleksibel.
5. Karakteristik Anggaran dan Stakeholder
Karakteristik anggaran pada sektor publik lebih dipublikasikan secara terbuka untuk
didiskusikan kepada masyarakat. Bagi pemerintah, anggaran bukan menjadi suatu
rahasia lagi yang harus ditutupi. Berbeda dengan sektor swasta yang lebih bersifat
tertutup dan sudah menjadi rahasia perusahaan.
6. Sistem Akuntansi
Akuntansi sektor swasta menerapkan akuntansi berbasis akrual (accrual accounting)
sementara akuntansi sektor publik masih menggunakan sistem akuntansi berbasis kas
menuju akrual (cash toward accrual).

Persamaan
Meskipun sektor publik memiliki karakteristik yang berbeda dengan sektor swasta, akan tetapi
dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber daya yang sama
untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor swasta dituntut untuk
menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya sama
di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang handal dan
relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian.
4. Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun swasta sama-sama bergerak di bidang transportasi massa,
pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5. Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

Selain itu Akuntansi sektor publik mempunyai ruang lingkup lembaga-lembaga tinggi negara
serta kementerian dibawahnya, pemerintahan daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi
dan organisasi-organisasi lainnya. Namun organisasi sektor publik sangat dibatasi hanya
untuk organisasi yang menggunakan dana masyarakat. Maka dari itu akuntansi sektor publik
hanya mencakup bidang utama sebagai berikut:
1. Akuntansi Pemerintah Pusat
2. Akuntansi Pemerintah Daerah
3. Akuntansi Partai Politik
4. Akuntansi LSM
5. Akuntansi Yayasan
6. Akuntansi Pendidikan
7. Akuntansi Kesehatan
8. Akuntansi Tempat Peribadatan
Dalam pelaksanaannya, setiap lembaga publik dituntut untuk melakukan pengelolaan biaya
sosial dan ekonomi yang lebih efisien. Apabila tuntutan lembaga publik mengenai
pertanggungjawaban publik lebih menguat, maka akuntansi sektor publik akan diakui sebagai
iilmu untuk mengelola keuangan publik. Akuntansi sektor publik juga dapat dikatakan sebagai
bentuk transparansi kepada publik dalam memenuhi hak-hak publik.

Value For Money


Sektor publik merupakan bidang yang sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan,
sumber kebocoran dana, dan penuh dengan kerugian dari suatu institusi. Inilah yang
menyebabkan munculnya tuntutan baru agar organisasi sektor publik dapat lebih
memperhatikan Value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for Money
merupakan sebuah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for money adalah suatu
konsep penilaian kinerja dan indikator kinerja, khususnya dalam organisasi sektor publik, yang
dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilan suatu program kerja, Value for Money
memberikan informasi apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan menghasilkan suatu nilai
tertentu bagi masyarakatnya. Konsep pengelolaan organisasi sektor public yang
mendasarkan pada tiga elemen utama. Indikator value for money yang dimaksud adalah
ekonomi, efisien, dan efektif.
a. Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif
b. Efisiensi merupakan perbandingan output input yang dikaitkan dengan standar kinerja
atau target yang telah ditetapkan. Pencapaian output yang maksimum dengan input
yang terendah menunjukkan efisiensi
c. Efektivitas: tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan secara
sederhana, efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa pihak
berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain yaitu
keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality), Keadilan mengacu pada adanya
kesempatan sosial (sosial opportunity) yang sama untuk mendapatkan pelayanan publik yang
berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu dilakukan distribusi secara
merata (equity). Artinya, penggunaan uang public hendaknya tidak terkonsentrasi pada
kelompok tertentu saja melainkan secara merata
Implementasi analisis Value for Money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas sektor publik
dan memperbaiki kinerja sektor publik. Berbagai manfaat dari adanya konsep value for
money dalam pengukuran kinerja keuangan organisasi sektor publik nyatanya dapat
membantu suatu instansi agar dapat memberikan kesadaran akan uang publik (public costs
awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas publik. Manfaat implementasi konsep
Value for Money pada organisasi sektor publik antara lain sebagai berikut ini.
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran.
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik.
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input.
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik bukan golongan atau
kelompok tertentu, dan
5. Meningkatkan kesadaran akan dana publik (public cost awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

REGULASI SEKTOR PUBLIK

Regulasi di sektor publik dibagi dalam dua bagian besar, yaitu Perkembangan Regulasi yang
terkait dengan Organisasi Nirlaba dan Instansi Pemerintah. Kedua jenis perkembangan ini
perlu dibedakan mengingat sifat regulasi di sektor publik bersifat spesifik untuk setiap jenis
organisasi. Selain itu, di instansi pemerintah, regulasi yang digunakan juga cenderung lebih
rumit dan detail. Dengan adanya regulasi dari sektor publik yang mengatur sistem keuangan
publik, menjadi acuan berbagai sektor dalam menyusun laporan keuangan yang menjadi
gambaran dan dasar dalam menyusun kebijakan yang pro dengan kepentingan umum.
A. Perkembangan Regulasi Terkait Organisasi Nirlaba
1. Regulasi Tentang Yayasan
Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yayasan dapat melakukan kegiatan
usaha untuk mencapai maksud dan tujuannya dengan mendirikan badan usaha dan ikut
serta dalam suatu badan usaha dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Regulasi
yang terkait dengan yayasan adalah Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
yayasan. Undang-undang ini dimaksudkan untuk menjamin kepastian dan ketertiban
hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya
berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitaskepada masyarakat.
2. Regulasi Tentang Partai Politik
Regulasi tentang partai politik telah dikembangkan sejak lama, tetapi berkembangnya
dengan pesat sejak era reformasi dengan sistem multipartainya. Undang-undang yang
pertama ada setelah era reformasi adalah Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999
Tentang Partai Politik. Undang-undang ini diperbaharui dengan dikeluarkannya Undang-
undang (UU) Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2008 Tentang Partai Politik
3. Regulasi Tentang Badan Hukum Milik Negara dan Badan Hukum Pendidikan
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan hukum di indonesia
yang awalnya di bentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka
“privatisasi” lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat
non-profit meski berstatus sebagai badan usaha.
4. Regulasi Tentang Badan Layanan Umum
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa
yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya
BLU didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. Terdapat dalam Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaarn Negara. Level regulasi
dibawahnya yang secara khusus menjelaskan tentang BLU adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
B. Regulasi Terkait Keuangan Negara

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara adalah tonggak


sejarah penting yang mengawali reformasi keuangan negara Indonesia menuju
pengelolaan keuangan yang efisien dan modern. Berikut beberapa hal penting yang
diatur dalam UU ini.
1. kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
2. Penyusunan dan Penetapan APBN
3. Penyusunan dan Penetapan APBD
4. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah
Daerah, serta Pemerintah/lembaga Asing
5. Hubungan Keuangan antara Pemerintah dan Perusahaan Negara, Perusahaan
Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat
6. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Perbendaharaan Negara dalam UU ini adalah penegelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan yang ditetapkan
dalam APBN dan APBD. Sesuai dengan pengertian tersebut, UU Nomor 1 Tahun 2004
ini mengatur :
1. Ruang lingkup dan asas umum pembendaharaan negara
2. Kewenangan pejabat perbendaharaan negara
3. Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara
4. Pengelolaan uang negara/daerah
5. Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah
6. Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah
7. Penata usahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD
8. Pengendalian intern pemerintah
9. Penyelesaian kerugian negara/daerah
10. Pengelolaan keuangan badan layanan umum
3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
jawab Keuangan Negara
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan negara dan
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) yang melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Pemeriksaan terdiri atas pemeriksaan keuangan, yaitu
pemeriksaan atas laporan keuangan; pemeriksaan kinerja yaitu pemeriksaan atas
pengendalian keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektifitas; dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Ketiga pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan yang
disusun oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.

STANDAR KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Standar akuntansi sektor publik adalah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan organisasi sektor public. Perumusan
standar akuntansi oleh suatu komite independen bisa mempengaruhi banyak aspek. Banyak
sekali faktor-faktor yang harus dipertimbangkan agar suatu standar tidak menyimpang jauh
dari kerangka konseptual akuntansi dan tetap memperhitungkan konsekuensi ekonomi.
Standar Akuntansi Publik yang berlaku di Indonesia yaitu

A. Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik/IPSAS (International Public Sector


Accounting Standards). IPSAS adalah standar akuntansi bagi organisasi sektor publik
yang berlaku secara internasional dan dapat menjadi acuan oleh negara-negara diseluruh
dunia untuk mengembangkan standar akuntansi khusus sektor public. IPSAS bertujuan
untuk :
1. Meningkatkan kualitas dari tujuan utama dalam melaporkan keuangan sektor publik,
2. Menginformasikan secara lebih jelas pembagian alokasi sumber daya yang dilakukan
oleh entitas sektor publik,
3. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas entitas sektor publik.
4. Cakupan yang diatur dalam IPSAS meliputi seluruh organisasi sektor publik, termasuk
lembaga pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah regional (provinsi),
pemerintah daerah (kabupaten/kota), maupun komponen komponen kerjanya (dinas-
dinas).
B. ISAK 35

ISAK 35 tentang Pelaporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba berlaku sejak 1


Januari 2020. PSAK 45 dicabut dan digantikan oleh ISAK 35 Penyajian Laporan
Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba. Penerbitan ISAK 35 menjadikan penerapan
keseluruhan SAK untuk pelaporan keuangan entitas berorentasi nonlaba menjadi jelas
dengan pengecualian seperti dijelaskan dalam ISAK 35. Keberadaan PSAK sendiri untuk
entitas berorientasi nonlaba sering menimbulkan anggapan hanya PSAK 45 yang relevan
digunakan.

C. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)


SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, baik di pemerintah pusat maupun di pemerintah
daerah. Penerapan SAP diyakini akan berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. Ini berarti informasi keuangan pemerintahan
akan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di pemerintah serta terwujudnya
transparansi dan akuntabilitas.

D. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

SPKN ini mengatur mengenai hal-hal yang belum diatur oleh standar profesional akuntan
publik (SPAP) yang merupakan standar audit bagi perusahaan, aturan-aturan tambahan
tersebut diperlukan mengingat karakteristik organisasi pemerintahan yang berbeda
dengan organisasi lainnya. SPKN memuat persyaratan profesional yang harus dipenuhi
oleh setiap pemeriksa/auditor, mutu pelaksanaan pemeriksaan/audit kepada SPKN,
kredibilitas informasi dilaporkanoleh entitas yang diperiksa. SPKN ini berlaku untuk :

a. Badan Pemeriksa Keuangan RI


b. Akuntan publik/pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK-RI,
c. Aparat Pengawas Internal Pmerintah (APIP) termasuk satuan pengawas intern
(SPI) BUMN/BUMD sebagai acuan dalam menyusun standar pemeriksaan sesuai
dengan kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing masing,
d. Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN.
Daftar Pustaka

Mardiasmo. 2018. “ Akuntansi Sektor Publik “. Jakarta: Andi Offset

Binus. 2007. “ Standar Akuntansi Pemerintah “ Ikatan Akuntan Indonesia. (2010).


PSAK 45: Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Yuesti, Anik dkk. 2020. “ Akuntansi Sektor Publik “. Bali: CV. Noah Aletheia

Anda mungkin juga menyukai