Anda di halaman 1dari 16

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

GAMBARAN UMUM
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

MATA KULIAH : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


DOSEN : LUH KOMANG MERAWATI, SE, M.Si

OLEH :

KELOMPOK 1
KELAS A - REGULER MALAM
1. ANAK AGUNG KETUT PUTRI SANJIWANI ( 1902622010161 / 03 )
2. NI PUTU RINA WIDYASTUTI ( 1902622010182 / 24 )
3. I GUSTI AYU RAKA MAHOSADHI ( 1902622010189 / 31 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2021 / 2022
Gambaran Umum
Akuntansi Sektor Publik

A. Karakteristik Organisasi Sektor Publik


Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap
praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah, perusahaan milik
negara/daerah, dan berbagai organisasi publik lainnya dibandingkan dengan pada masa-
masa sebelumnya. Terdapat tuntutan yang lebih besar dari masyarakat untuk dilakukan
transparansi dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.
Dalam pemerintahan sendiri, sudah mulai ada perhatian yang lebih besar terhadap
penilaian kelayakan praktik manajemen pemerintahan yang mencakup perlunya dilakukan
perbaikan sistem akuntansi manajemen, sistem akuntansi keuangan, perencanaan
keuangan dan pembangunan, sistem pengawasan dan pemeriksaan, serta berbagai
implikasi finansial atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah. Jika diamati
secara lebih mendalam, akuntansi sektor publik memiliki peranan yang vital dan menjadi
subyek untuk didiskusikan baik oleh kalangan akademisi maupun praktisi sektor publik.
Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas
yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut menyebabkan akuntansi dapat dengan cepat
diterima dan diakui sebagai ilmu yang dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik.
Akuntansi sektor publik pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu
profesi yang relative kecil. Namun demikian, saat ini akuntansi sektor publik sedang
mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial
keberadaannya.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan
perlakuan
akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas
dan kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, akan tetapi juga
karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan pemerintahan
(pemerintah pusat dan daerah serta unit kerja pemerintah), perusahaan milik negara
(BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi massa, Lembaga

1
Swadaya Masyarakat (LSM), universitas, dan organisasi nirlaba lainnya. Jika dilihat dari
variabel lingkungan, sektor publik dipengaruhi oleh banyak faktor tidak hanya faktor
ekonomi semata, akan tetapi ſaktor politik, sosial, budaya, dan historis juga memiliki
pengaruh yang signifikan. Sektor publik tidak seragam dan sangat heterogen.
Istilah "sektor publik” sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal
tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin
ilmu (ekonomi, politik, hukum, dan sosial) memiliki cara pandang dan definisi yang
berbeda-beda Dari sudut pandang ilmu ekonomi, sektor publik dapat dipahami sebagai
suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang
dan pelayanan publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh
sektor swasta, misalnya tugas untuk menghasilkan beberapa jenis pelayanan publik,
seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi publik, dan
sebagainya. Akan tetapi, untuk tugas tertentu keberadaan sektor publik tidak dapat
digantikan oleh sektor swasta, misalnya fungsi birokrasi pemerintahan. Sebagai
konsekuensinya, akuntansi sektor publik dalam beberapa hal berbeda dengan akuntansi
pada sektor swasta.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks dan
turbulence. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi
faktor ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
1) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
 Pertumbuhan ekonomi
 Tingkat inflasi
 Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
 Struktur produksi
 Tenaga kerja
 Arus modal dalam negeri
 Cadangan devisa
 Nilai tukar mata uang
 Utang dan bantuan luar negeri
 Infrastruktur
 Teknologi

2
 Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
 Sektor informal
2) Faktor Politik
Faktor politik yang mempengaruhi sektor publik antara lain :
 Hubungan negara dan masyarakat
 Legitimasi pemerintah
 Tipe rezim yang berkuasa
 Ideologi negara
 Elit politik dan massa
 Jaringan internasional
 Kelembagaan
3) Faktor Kultural
Faktor kultural yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
 Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya
 Sistem nilai di masyarakat
 Historis
 Sosiologi masyarakat
 Karakteristik masyarakat
 Tingkat Pendidikan
4) Faktor Demografi
Faktor demografi yang mempengaruhi organisasi sektor publik antara lain :
 Pertumbuhan penduduk
 Struktur usia penduduk
 Migrasi
 Tingkat kesehatan

B. Perbandingan Organisasi Sektor Publik dan Swasta


Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat
dengan membandingkan beberapa hal, yaitu :
1) Tujuan Organisasi
Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Perbedaan yang menonjol terletak pada tujuan untuk memperoleh laba. Pada sektor

3
swasta terdapat semangat untuk memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan
pada sektor publik tujuan utama organisasi bukan untuk memaksimumkan laba tetapi
pemberian pelayanan publik (public service), seperti pendidikan, kesehatan
masyarakat, keamanan, penegakan hukum, transportasi publik, dan penyediaan barang
kebutuhan publik (misalnya : penyediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat).
Meskipun tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, tidak
berarti organisasi sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang bersifat
finansial. Organisasi sektor publik juga memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal
tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual, dan operasionalnya dengan tujuan
profitabilitas pada sektor swasta. Usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan
negara, peningkatan laba pada perusahaan-perusahaan milik negara atau milik daerah
(BUMN/ BUMD), upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Derahnya (PAD) adalah contoh adanya tujuan finansial pada organisasi sektor publik.
Jika pada sektor swasta tujuan finansial diorientasikan pada maksimisasi laba untuk
memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham, maka pada sektor publik tujuan
finansial diorientasikan untuk maksimisasi pelayanan publik, karena untuk mem-
berikan pelayanan publik diperlukan dana.
2) Sumber Pembiayaan
Perbedaan sektor publik dengan sektor swasta dapat dilihat dari sumber
pendanaan organisasi atau dalam istilah manajemen keuangan disebut struktur modal
atau struktur pembiayaan. Struktur pembiayaan sektor publik berbeda dengan sektor
swasta dalam hal bentuk, jenis, dan tingkat risiko. Pada sektor publik sumber
pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for services, laba perusahaan
milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi pemerintah,
dan lain-lain pendapatan yang sah yang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang telah ditetapkan. Sumber pembiayaan pada sektor swasta lebih
fleksibel dan memiliki variasi yang lebih banyak. Pada sektor swasta sumber
pembiayaan dipisahkan menjadi sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan
ekternal. Sumber pembiayaan internal terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan
kembali ke perusahaan (retained earnings) dan modal pemilik. Sedangkan sumber
pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi, dan penerbitan saham
baru untuk mendapatkan dana dari publik. Kebijakan permilihan struktur modal pada
sektor swasta lebih banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi, seperti tingkat suku
bunga, nilai tukar, dan tingkat inflasi. Sedangkan pada sektor publik, keputusan

4
pemilihan struktur pembiayaan tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi
semata, tetapi juga pertimbangan politik dan sosial.

3) Pola Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban manajemen sektor publik berbeda dengan sektor swasta.
Manajemen pada sektor swasta bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan
(pemegang saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik
manajemen bertanggung jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang
digunakan organisasi sektor publik dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal
dari masyarakat (public funds). Pola pertanggungjawaban di sektor publik bersifat
vertikal dan horisontal. Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi,
misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah daerah atasan
atau kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada parlemen.
Pertanggungjawaban horisontal (horizontal accountability) adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban sektor
publik tersebut merupakan elemen penting dari proses akuntabilitas publik.
4) Struktur Organisasi
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor
swasta. Struktur organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hierarkis,
sedangkan struktur organisasi pada sektor swasta lebih fleksibel. Struktur organisasi
pada sektor swasta dapat berbentuk datar, piramid, lintas fungsional (cross
functional), dan lainnya sesuai dengan pilihan organisasi. Struktur organisasi sangat
erat hubungannya dengan fungsi, strategi, dan tujuan organisasi. Salah satu faktor
utama yang membedakan sektor publik dengan sektor swasta adalah adanya pengaruh
politik yang sangat tinggi pada organisasi sektor publik. Tipologi pemimpin, termasuk
pilihan dan orientasi kebijakan politik, akan sangat berpengaruh terhadap pilihan
struktur birokrasi pada sektor publik. Sektor publik memiliki fungsi yang lebih
kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Kompleksitas organisasi akan
berpengaruh terhadap struktur organisasi. Sebagai contoh, pemerintah memiliki fungsi
yang lebih beragam dibandingkan fungsi sektor swasta. Fungsi sektor swasta adalah
penyediaan barang dan jasa yang menjadi kebutuhan dan permintaan konsumen.
Sementara itu, pemerintah memiliki fungsi yang lebih luas meliputi :

5
 Pertahanan dan keamanan (Hankam)
 Perlindungan sumber daya alam dan sosial
 Penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia
 Hubungan luar negeri
 Manajemen ekonomi makro (kebijakan moneter dan fiskal)
 Regulasi sektor swasta
 Pemberian barang dan pelayanan publik
 Distribusi pendapatan dan kekayaan
 Stabilisasi ekonomi dan politik
5) Karakteristik Anggaran dan Stakeholder
Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran
dipublikasikan kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.
Anggaran bukan sebagai rahasia negara. Sementara itu, anggaran pada sektor swasta
bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan rahasia perusahaan. “Publik”
dalam organisasi sektor publik memiliki makna yang berbeda dengan yang dipahami
oleh organisasi sektor swasta. Pengertian publik terkait dengan stakeholder
organisasi. Sektor publik memiliki cakupan yang lebih luas dibandingkan sektor
swasta, sehingga stakeholder pada sektor publik lebih beragam dibandingkan dengan
sektor swasta.
6) Sistem Akuntansi
Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Sistem
akuntansi yang biasa digunakan pada sektor swasta adalah akuntansi berbasis akrual
(accrual accounting), sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan
sistem akuntansi berbasis kas (cash accounting).
Meskipun terdapat perbedaan di antara kedua sektor tersebut, yang perlu
ditekankan bukan pada mencari perbedaan dan mempertentangkan antara sektor publik
dengan sektor swasta. Fokus perhatian hendaknya lebih ditekankan pada upaya untuk
memajukan sektor publik yang dianggap kurang efisien dan kurang menarik agar tidak
tertinggal jauh dengan sektor swasta yang dipandang lebih maju dan efisien.

C. Tujuan Akuntansi Sektor Publik


American Accounting Association menyatakan bahwa tujuan akuntansi pada
organisasi sektor publik adalah untuk :

6
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management control).
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaann tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas (accountability).
Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyediaan informasi
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat
informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen
mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja,
dan pelaporan kinerja.
Informasi akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk
membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya. Informasi akuntansi dapat
digunakan untuk menentukan biaya suatu program, proyek, atau aktivitas serta
kelayakannya baik secara ekonomis maupun teknis. Dengan informasi akuntansi,
pemerintah dapat menentukan biaya pelayanan (cost of services) yang diberikan kepada
publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan dibebankan kepada publik atas
suatu pelayanan (charging for service)
Selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan
program yang efektif dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Pemilihan program
yang tepat sasaran, efektif, dan ekonomis akan sangat membantu dalam proses
penganggaran. Pada sektor publik, penganggaran merupakan tahap yang membutuhkan
keahlian khusus karena penganggaran pada sektor publik merupakan proses politik,
sehingga manajer sektor publik dituntut untuk memiliki political skill disamping
pemahaman teknis akuntansi. Untuk melakukan pengukuran kinerja, pemerintah
memerlukan informasi akuntansi terutama untuk menentukan indikator kinerja
(performance indicator) sebagai dasar penilaian kinerja. Manajemen akan kesulitan untuk
melakukan pengukuran kinerja apabila tidak ada indikator kinerja yang memadai.
Indikator kinerja tersebut dapat bersifat finansial maupun nonfinansial. Informasi
akuntansi memiliki peran utama dalam menentukan indikator kinerja sektor publik.

7
Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan
dalam pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa laporan surplus/defisit pada
pemerintahan, laporan rugi/laba dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan
anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik
merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik
hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja, akan tetapi juga
akuntabilitas value for money, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik.

D. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik


Berbagai kritik mengenai peran organisasi sektor publik dalam pembangunan
telah mengalami perubahan yang dramatis. Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik
memainkan peran utama sebagai pembuat dan pelaksana strategi pembangunan. Istilah
“sektor publik” mulai dipakai pertama kali pada tahun 1952. Pada waktu itu, sektor
publik sering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen ekonomi makro yang terkait
dengan pembangunan dan lembaga pelaksana pembangunan.
Pada tahun 1970-an, adanya kritikan dan serangan dari pendukung teori
pembangunan radikal menunjukkan kesan ingin mempertanyakan kembali peran sektor
publik dalam pembangunan. Berbagai kritik muncul terhadap sektor publik yang
keberadaannya dianggap tidak efisien dan jauh tertinggal dengan kemajuan dan
perkembangan yang terjadi di sektor swasta. Sektor publik dianggap lebih rendah
kedudukannya dibandingkan dengan sektor swasta dan bahkan dianggap mengganggu
pembangunan ekonomi dan sosial itu sendiri dengan alasan sektor publik sering dijadikan
sebagai sarang pemborosan dan inefisiensi ekonomi. Kedudukan sektor publik bertambah
lemah karena orientasi pembangunan lebih diarahkan pada pembangunan sektor swasta
dan cenderung mengabaikan pembangunan sektor publik.
Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara
industri maju sebagai jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan
dilakukan misalnya dengan mengadopsi pendekatan New Public Management (NPM) dan
reinventing government di banyak negara terutama negara Anglo-Saxon. NPM berakar
dari teori manajemen yang pada dasarnya beranggapan bahwa praktik bisnis komersial
dan manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik dan
manajemen pada sektor publik. Oleh karena itu untuk memperbaiki kinerja sektor publik,
perlu diadopsi beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta

8
ke dalam sektor publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender
(Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan privatisas perusahaan-perusahaan publik.
Dengan adanya perubahan pada sektor publik tersebut, terjadi pula perubahan
pada
akuntansi sektor publik. Akuntansi sektor publik kemudian mengikuti dan menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai contoh adalah terjadinya
perubahan sistem akuntansi dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis
akrual. Perubahan akuntansi dari basis kas menjadi akuntansi berbasis akrual merupakan
bagian penting dari proses refor masi sektor publik di negara-negara Anglo-Saxon.
Pemerintah New Zcaland yang dianggap paling maju dan sukses dalam menerapkan
akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem akuntansi tersebut sejak tahun 1991
yang kemudian diikuti oleh Jepang, Itali, dan negara-negara Eropa lainnya, meskipun di
Itali sistem tersebut kurang efektif dan kurang sukses. Tujuan memperkenalkan sistem
akuntansi akrual adalah untuk membantu meningkatkan transparansi dan memperbaiki
efisiensi dan efektivitas sektor publik.
Anggapan bahwa lembaga sektor publik telah mengalami kebangkrutan di banyak
negara terutama negara-negara berkembang, tidak sepenuhnya benar. Memang tidak
dapat disangkal bahwa kinerja sektor publik dinilai buruk, akan tetapi hal tersebut tidak
dialami oleh semua negara berkembang. Negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Malaysia,
dan Thailand memiliki pelayanan publik dan perusahaan-perusahaan publik yang baik
kinerjanya yang dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan nasional
dan stabilitas politik.
Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan yang luas untuk memperbaiki
kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Memperbaiki kinerja sektor publik memang bukan sekedar masalah teknis belaka, akan
tetapi akuntansi sektor publik sebagai alat untuk menciptakan good public and corporate
governance memiliki peran yang sangat vital dan signifikan. Akuntansi sektor publik
akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya tuntutan dilakukannya transparansi
dan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga sektor publik.
Dalam dua dasawarsa terakhir, telah terjadi perkembangan (akuntansi) sektor
publik yang pesat. Istilah “akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik,
privatisasi, good public governance," telah begitu cepat masuk ke dalam kamus sektor
publik. Isu yang muncul dalam sektor publik merupakan suatu rangkaian yang akarnya
merupakan tuntutan diciptakannya good public and corporate governance. Isu tersebut

9
kemudian diikuti dengan munculnya isu-isu baru, misalnya tuntutan dilakukannya
reformasi sektor publik yang diorientasikan pada pembentukan organisasi sektor publik
yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif, dan memiliki akuntabilitas publik
yang tinggi.
Munculnya isu perlunya dilakukan reformasi akuntansi, auditing, sistem
manajemen keuangan publik, privatisasi perusahaan-perusahaan publik, dan tuntutan
dibuatnya laporan keuangan eksternal merupakan percabangan dari isu besar dalam sektor
publik. Isu-isu utama sektor publik yang akan dibahas dalam buku ini adalah tuntutan
akuntabilitas publik, value for money, privatisasi, dan isu-isu seputar reformasi akuntansi
dan auditing dalam sektor publik.

E. Value for Money


Sektor publik sering dinilai sebagai sarang inefisiensi, pemborosan, sumber
kebocoran dana, dan institusi yang selalu merugi. Tuntutan baru muncul agar organisasi
sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan aktivitasnya. Value for
money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada
tiga elemen utama, yaitu :
1. Ekonomi : pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.
2. Efisiensi : pencapain output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan
input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan
perbandingan output / input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang
telah ditetapkan.
3. Efektivitas : tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.
Ketiga hal tersebut merupakan elemen pokok value for money, namun beberapa
pihak berpendapat bahwa tiga elemen saja belum cukup. Perlu ditambah dua elemen lain
yaitu keadilan (equity) dan pemerataan atau kesetaraan (equality). Keadilan mengacu
pada adanya kesempatan sosial (social opportunity) yang sama untuk mendapatkan
pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi. Selain keadilan, perlu
dilakukan distribusi secara merata (equality). Artinya, penggunaan uang publik

10
hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok tertentu saja, melainkan dilakukan
secara merata.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output yang optimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kampanye implementasi konsep value for money pada organisasi sektor
publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas publik dan
pelaksanaan good governance. Implementasi konsep value for money diyakini dapat
memperbaiki akuntabilitas sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat
implementasi konsep value for money pada organisasi sektor publik antara lain :
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat
sasaran
2. Meningkatkan mutu pelayanan publik
3. Menurunkan biaya pelayanan publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya
penghematan dalam penggunaan input
4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik
5. Meningkatkan kesadaran akan uang publik (public costs awareness) sebagai akar
pelaksanaan akuntabilitas publik.

F. Good Govermance dan Akuntabilitas


1) Good Govermance
Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan
publik. World Bank memberikan definisi governance sebagai "the way state power is
used in managing economic and social resources for development of society". Sementara
itu, United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan governance sebagai
"the exercise of political, economic, und administrative authority to manage a nation's
affair at all levels". Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada cara pemerintah
mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat,
sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif
dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada proses pembuatan
kebijakan (policy/strategy formulation). Economic governance mengacu pada proses
pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan,
penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance
mengacu pada sistem implementasi kebijakan.

11
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan
sektor publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance
sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementara itu, World Bank
mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi
dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan
korupsi baik secara politik maupun administratif menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. UNDP
memberikan beberapa karakteristik pelaksanaan good governance, meliputi:
1. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu.
3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh
oleh mereka yang membutuhkan.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder
5. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas.
6. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
7. Efficiency and Effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
8. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang
dilakukan.
9. Strategic vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi
jauh kedepan.
Dari delapan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat diperankan
oleh akuntansi sektor publik yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas publik, dan value
for money (economy, efficiency, dan effectiveness).
Untuk mewujudkan good public and corporate governance dalam rangka
menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka diperlukan serangkaian reformasi di sektor
publik (public sector reform). Dimensi reformasi sektor publik tersebut tidak saja sekedar

12
perubahan format lembaga, akan tetapi mencakup pembaharuan alat-alat yang digunakan
untuk mendukung jalannya lembaga-lembaga publik tersebut secara ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel.
Untuk mewujudkan good governance diperlukan reformasi kelembagaan
(institutional reform) dan reformasi manajemen publik (public management reform).
Reformasi kelembagaan menyangkut pembenahan seluruh alat-alat pemerintahan di
daerah baik struktur maupun infrastrukturnya. Selain reformasi kelembagaan dan
reformasi manajemen sektor publik, untuk mendukung terciptanya good governance,
maka diperlukan serangkaian reformasi lanjutan utama yang terkait dengan sistem
pengelolaan keuangan pemerintah daerah, yaitu:
1. Reformasi Sistem Penganggaran (budgeting reform),
2. Reformasi Sistem Akuntansi (accounting reform),
3. Reformasi Sistem Pemeriksaan (audit reform),
4. Reformasi Sistem Manajemen Keuangan Daerah (financial management reform).
Tuntutan pembaharuan sistem keuangan tersebut adalah agar pengelolaan uang
rakyat (public money) dilakukan secara transparan dengan mendasarkan konsep value for
money sehingga tercipta akuntabilitas publik (public accountability).
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horisontal (horizontal accountability)
Pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) adalah pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban
unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban
horisontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat
luas.
Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik.
Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih
menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) bukan
hanya pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability). Tuntutan yang kemudian

13
muncul adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan
kinerja lembaga sektor publik. Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi
sektor publik terdiri atas beberapa dimensi. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi
oleh organisasi sektor publik, yaitu:
1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (uccountibility for probity and
legulily)
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
3. Akuntabilitas program (program accountability)
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)

14
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. 2009. Yogyakarta : Penerbit ANDI.

15

Anda mungkin juga menyukai