Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RINGKASAN MATA KULIAH

CHAPTER 11

DEPRECIATION, IMPAIRMENTS, AND DEPLETION

Disusun oleh:

Nama : Alif Isyawatul


Darmawan

NIM : A031211043

Kelas Akuntansi Keuangan II – A

Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin
2022
A. Depresiasi – Metode Alokasi Biaya
Penurunan nilai dari suatu barang disebut dengan depresiasi
(penyusutan). Penyusutan adalah proses akuntansi untuk mengalokasikan
biaya aset berwujud ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional untuk
periode yang diharapkan mendapat manfaat dari penggunaan aset.
Adapun ketika perusahaan menghapus biaya aset berumur panjang
selama beberapa periode, mereka biasanya menggunakan istilah deplesi. Istilah
deplesi (penipisan) digunakan untuk menggambarkan pengurangan biaya
sumber daya mineral (seperti minyak, gas, dan batu bara) selama periode waktu
tertentu. Kedaluwarsa aset tidak berwujud, seperti paten atau hak cipta, disebut
amortisasi.

Dasar yang Dapat Disusutkan untuk Aset

Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan adalah fungsi dari dua faktor:
biaya awal (historical cost) dan nilai sisa. Nilai Sisa (salvage value/residual
value) adalah jumlah perkiraan yang akan diterima perusahaan ketika menjual
aset atau menghapusnya dari layanan.

Estimasi Kehidupan Layanan

Kehidupan pelayanan suatu aset sering kali berbeda dari kehidupan fisiknya.
Masa batas pemakaian aset terjadi karena dua alasan:

(1) Faktor fisik, adalah keausan, pembusukan, dan korban yang mempersulit
aset untuk bekerja tanpa batas waktu. Faktor fisik ini menetapkan batas luar
untuk masa pakai aset.
(2) Faktor ekonomi (usang), dibagi menjadi tiga kategori, antara lain:
ketidakcukupan, supersession, dan keusangan.

B. Metode Depresiasi/Penyusutan
Faktor ketiga yang terlibat dalam proses penyusutan adalah metode
pembagian biaya. Profesi mensyaratkan bahwa metode penyusutan yang
digunakan harus "sistematis dan rasional." Agar sistematis dan rasional,
metode penyusutan harus mencerminkan pola di mana manfaat ekonomi masa
depan aset diharapkan dikonsumsi oleh perusahaan.
Perusahaan dapat menggunakan sejumlah metode penyusutan, sebagai
berikut.
1. Metode Aktivitas (Activity Method), juga disebut pendekatan biaya
variabel atau unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah
fungsi penggunaan atau produktivitas, bukan berlalunya waktu.
Keterbatasan utama dari metode ini adalah bahwa metode ini tidak tepat
dalam situasi di mana penyusutan merupakan fungsi waktu dan bukan
aktivitas. Selain itu, jika faktor ekonomi atau fungsional mempengaruhi
suatu aset, terlepas dari penggunaannya, metode aktivitas kehilangan
banyak signifikansinya.
2. Metode Garis Lurus (Straight-line Method), menganggap penyusutan
sebagai fungsi waktu daripada fungsi penggunaan. Perusahaan banyak
menggunakan metode ini karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus
seringkali juga merupakan prosedur yang paling tepat secara konseptual.
Kelemahan utama terhadap metode garis lurus adalah bahwa metode ini
bertumpu pada dua asumsi yang lemah:
a. Kegunaan ekonomis aset adalah sama setiap tahun,
b. Biaya pemeliharaan dan perbaikan pada dasarnya sama setiap periode,
dan
c. Distorsi dalam analisis tingkat pengembalian (pendapatan/aset)
berkembang.
3. Diminishing (accelerated)-charge methods, atau Metode Biaya yang
Semakin Berkurang memberikan biaya penyusutan yang lebih tinggi di
tahun-tahun sebelumnya dan biaya yang lebih rendah di periode
selanjutnya. Karena metode ini memungkinkan biaya awal tahun yang lebih
tinggi daripada metode garis lurus, metode ini sering disebut metode
penyusutan dipercepat.
a. Alasan metode ini diterapkan adalah bahwa perusahaan harus
membebankan lebih banyak depresiasi di tahun-tahun sebelumnya
karena aset paling produktif di tahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya,
metode dipercepat memberikan biaya konstan karena biaya penyusutan
lebih rendah pada periode selanjutnya, pada saat biaya pemeliharaan dan
perbaikan sering kali lebih tinggi. Umumnya, perusahaan menggunakan
salah satu dari dua metode biaya yang semakin berkurang: metode
jumlah angka tahun (Sum-of-the-years'-digits) atau metode saldo
menurun (Declining-balance method).

C. Impairments
Impairment adalah penurunan nilai aset secara permanen. Aset berwujud
berumur panjang mengalami penurunan nilai ketika perusahaan tidak dapat
memulihkan nilai tercatat aset baik dengan menggunakannya atau dengan
menjualnya. Untuk menentukan apakah suatu aset mengalami penurunan nilai,
setiap tahun, perusahaan meninjau aset untuk indikator penurunan nilai—yaitu,
penurunan kemampuan aset menghasilkan kas melalui penggunaan atau
penjualan.
Tinjauan ini harus mempertimbangkan sumber internal (misalnya,
perubahan kinerja yang merugikan) dan sumber eksternal (misalnya,
perubahan yang merugikan dalam lingkungan bisnis atau peraturan) informasi.
Jika ada indikator penurunan nilai, maka tes penurunan nilai harus dilakukan.
Pengujian ini membandingkan jumlah terpulihkan aset dengan jumlah
tercatatnya. Jika nilai tercatat lebih tinggi dari jumlah terpulihkan, selisihnya
merupakan rugi penurunan nilai. Jika jumlah terpulihkan lebih besar dari nilai
tercatat, tidak ada penurunan nilai yang dicatat.

D. Deplesi
Akuntansi menggunakan istilah deplesi untuk proses pengalokasian
biaya sumber daya mineral. Deplesi adalah salah satu metode penyusutan pada
aset karena adanya pengurangan biaya karena pengelolaan sumber daya
menjadi bahan baku atau persediaan. Seperti misalnya penurunan pada nilai
pada barang tambang dan juga hutan kayu.
Perhitungan dasar deplesi dibagi berdasar tiga jenis pengeluaran:
1. Biaya Pra-Eksplorasi (Pre-exploratory costs).
Pengeluaran pra-eksplorasi adalah biaya yang dikeluarkan sebelum
perusahaan memperoleh hak legal untuk mengeksplorasi area tertentu.
Biaya-biaya ini (sering disebut sebagai prospecting costs) umumnya
dianggap bersifat spekulatif dan dibebankan pada saat terjadinya.
2. Biaya Eksplorasi dan Evaluasi (E&E) / Exploratory and Evaluation Costs
Contoh dari biaya ini adalah:
a. Perolehan untuk eksplorasi;
b. Kajian topografi, geologi, geokimia, dan geofisika;
c. Pengeboran eksplorasi;
d. Parit;
e. Pengambilan contoh (sample); dan
f. Aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan
kelangsungan usaha komersial atas penambangan sumber daya mineral.
Perusahaan memiliki pilihan terkait biaya E&E. Mereka dapat
menghapus biaya ini sebagai pengeluaran atau memanfaatkan biaya-biaya
ini sambil menunggu evaluasi. Oleh karena itu, IFRS menyediakan
perusahaan dengan fleksibilitas sebagai cara memperhitungkan biaya E&E
pada awalnya. Alasan fleksibilitas adalah bahwa akuntansi untuk jenis
pengeluaran ini kontroversial.
3. Biaya Pengembangan (Development Costs)
a. Biaya peralatan berwujud (tangible equipment costs)
Mencakup semua transportasi dan alat berat lainnya yang diperlukan
untuk mengekstraksi sumber daya dan menyiapkannya untuk pasar.
Perusahaan biasanya tidak memasukkan biaya peralatan berwujud
dalam basis deplesi. Sebaliknya, mereka menggunakan biaya
penyusutan terpisah untuk mengalokasikan biaya peralatan tersebut.
Namun, beberapa aset berwujud (misalnya, fondasi rig pengeboran)
tidak dapat dipindahkan. Perusahaan menyusutkan aset ini selama masa
manfaatnya atau umur sumber daya, mana yang lebih pendek.
b. Biaya pengembangan tidak berwujud (Intangible development costs)
Itemnya seperti biaya pengeboran, terowongan, poros, dan sumur.
Biaya ini tidak memiliki karakteristik nyata tetapi diperlukan untuk
produksi sumber daya mineral. Biaya pengembangan tidak berwujud
dianggap sebagai bagian dari basis deplesi.
c. Biaya restorasi
Perusahaan terkadang mengeluarkan biaya besar untuk memulihkan
properti ke kondisi alaminya setelah ekstraksi terjadi. Ini adalah biaya
restorasi. Perusahaan menganggap biaya restorasi sebagai bagian dari
dasar deplesi. Jumlah yang termasuk dalam basis deplesi adalah nilai
wajar kewajiban untuk memulihkan properti setelah ekstraksi.

E. Revaluasi
1. Revaluasi Tanah (revaluatin—land)
2. Revaluasi pada aset yang dapat Didepresiasi (revaluation—depreciable
assets)

Anda mungkin juga menyukai