DISUSUN
Universitas Hasanuddin
1. TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Suatu teori perlu didukung dari berbagai riset yang didalamnya terdapat hipotesa -
hipotesa yang di uji kebenaranya. Teori memiliki 3 karakteristik, yaitu:
a. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability to
explain).
b. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
c. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Pada dasarnya terdapat 3 tujuan dalam mempelajari teori akutansi, yaitu:
1. Untuk memahami praktek akuntansi yang ada saat ini.
2. Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktek akuntansi yang saat ini di lakukan,
3. Memperbaiki praktek akuntansi yang akan datang.
Suatu disiplin ilmu dapat di klasifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu : ilmu murni
atau abstrak (abstract sciences), ilmu deskriptif (general descriptive sciences), ilmu
derivative (special derivative sciences), ilmu sipnotis (synoptic sciences), dan ilmu terapan
(appliend sciences).
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat di
andalkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1. Obyektivitas
Obyektivitas merupakan kendala utama dalam menghasilkan laporan keuangan yang relevan.
Sering kali terjadi masalah obyektivitas laporan kinerja disebabkan oleh adanya benturan
kepentingan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan stakeholder. Masalah
obyektifitas juga dapat dijelaskan melalui teori kontrak, menajemen menggunakan variable
artivisial misalnya dengan pemilihan teknik akuntansi yang bisa menujukkan kinerja yang
lebih baik dan menggunakan variabel rill (transaksional) yang dilakukan dengan cara
melakukan manipulasi transaksi. Oleh karena itu, teknik akuntansi yang di gunakan
manajemen harus memiliki derajat obyektivitas yang dapat diterima semua pihak yang
menjadi stakeholder.
2. Konsistensi
Konsistensi mengacu pada penggunaaan metode atau teknik akuntansi yang sama untuk
menghasilkan laporan keuangan organisasi selama beberapa periode waktu secara berturut –
turut. Tujuannya adalah agar laporan keuangan dapat di bandingakan kinerjanya dari tahun
ketahun.
3. Daya banding
Kendala daya banding terkait dengan obyektivitas arena semakin obyektif suatu laporan
keuangan maka akan semakin tinggi daya bandingnya, karena dengan dasar yang sama akan
dapat dihasilkan laporan yang berbeda. Adanya alternative penggunaan akuntansi juga dapat
menyulitkan tercapainya daya banding.
4. Tepat waktu
Laporan keuangan harus disajikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik serta untuk menghindari tertundanya
keputusan tersebut. Permasalahnya adalah semakin banyak kebutuhan informasi maka
semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan informasi tersebut.
5. Ekonomis dalam penyajian laporan
Kendala ekonomis dalam penyajian laporan keuangan bisa berarti bahwa manfaat yang
diperoleh harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan laporan tersebut.
6. Materialitas
Suatu informasi di anggap material apabila mempengaruhi keputusan atau jika informasi
tersebut dihilangkan akan menghasilkan keputusan yang berbeda.
2. PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang
menyangkup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan, dan pelaporan
atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas, serta penafsiran terhadap hasil-
hasilnya.
Masis (1978) dalam Glynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan
sebagai berikut :
1. Identifikasi kegiatan operasi yang relevan, hanya kejadian dan kegiatan ekonomi yang
relevan saja yang akan dicatat dalam system akutansi keuangan.
2. Pengklasifikasi kegiatan operasi secara tepat. Penentuan waktu pengakuan untuk setiap
jenis operasi (timing of recognition ). Pada prinsipnya, suatu operasi dapat dicatat /diakui
pada tahan tertentu dari proses transaksi.
3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin reliabilitas. Sistem pengendalian ini
memiliki dua komponen ,yaitu :
a. Komponen Formal
Komponen formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) :
kesalahan akuntansi akan dapat diketahui dan dilacak ketika jumlah sisi kredit tidak
sama dengan sisi debit.
b. Komponen Sub Stansial
Merupakan mekanisme konflik kepentingan (conflict of interest) : kesalahan
akuntansi muncul ketika mempengaruhi secara negatif pihak ketiga.
4. Menghitung pengaruh masing-masing operasi
Terdapat beberapa kesamaan akuntansi keuangan baik pada sektor publik maupun
swasta. Sebagai contoh, pada kedua sektor tersebut direkomendasikan untuk menggunakan
sistem pembukuan berpasangan dalam mencatat akun - akun transaksi.
Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan eksternal
dan penghitungan biaya pelayanan. Oleh karena itu, akuntansi keuangan sektor publik pada
dasarnya berbicara masalah tujuan laporan keuangan sektor publik, jenis laporan keuangan
sektor publik, sistem akuntansi, standar akuntansi keuangan sektor publik, jenis laporan
keuangan sektor publik, standar akuntansi keuangan sektor publik dan akuntansi biaya sektor
publik. Akuntansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari akuntansi keuangan
sektor publik. Akutansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari akutansi
keuangan sektor publik. Akutansi biaya sektor publik merupakan hybrid dari akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen sektor publik.
2. Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian proses ataupun prosedur,
baik manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah
daerah. Berdasarkan Permendagri No 13/2006, sistem akuntansi pemerintah daerah
dikoordinasikan oleh Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah (Kepala SKPKD). Pejabat ini bertugas untuk
melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD).
Dalam sistem ini, PPKD dibantu oleh PPK-SKPD melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD. Pejabat ini bertugas mengloordinasikan pelaksanaan sistem dan prosedur
penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran di tingkat SKPD. Sistem
akuntansi pemerintah daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu :
1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari
pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan, hingga
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang berkaitan
dengan penerimaan kas pada SKPD atau SKPKD.
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Dalam prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi,
mulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan,
hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang
berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD atau SKPKD.
3. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai dari
pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan, hingga
pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang berkaitan
dengan transaksi dan kejadian keuangan selain kas pada SKPD atau SKPKD.
4. Prosedur Akuntansi Aset
Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi,
mulai dari pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, hingga pemeliharaan,
rehabilitasi, penghapusan, pemindahan, perubahan klasifikasi dan penyusutan terhadap aset
yang dikuasai/digunakan SKPKD dan/atau SKPD. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat
pengendalian dalam pengelolaan aset yang dikuasai/digunakan SKPD dan atau SKPKD.
3. STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1. Definisi Standar Akuntansi Publik
Standar akuntansi sektor publik memberikan kerangka demi berjalannya fungsi -
fungsi tahapan siklus akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi
anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan pertanggungjawaban publik.
2. Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik
Tujuan penyusunan pedoman akuntansi :
Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang berlaku dewasa
ini.
Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan
klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan
dengan siklus kegiatan organisasi sektor publik, yang mencakup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporannya.
3. Ragam dan Hubungan Antar standar Akuntansi Sektor Publik
Secara umum terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sektor publik :
1. Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar perkiraan / akun buku besar yang ditetapkan
dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran,
pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
2. Standar Akuntansi Sektor Publik (SSAP)
a. PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi bisnis. Ukuran kinerja
organisasi sektor publik penting bagi pengguna. Para pengguna laporan keuangan organisasi
sektor publik memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan organisasi bisnis,
yakni untuk menilai :
Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tersebut.
Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya.
Aspek kinerja pengelola.
Pertanggungjawaban pengelola mengenai kemampuannya mengelolah sumber daya
organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan
laporan arus kas.
b. Laporan Keuangan yang Dihasilkan
Laporan Posisi Keuangan
Laporan Aktivitas
Laporan Arus Kas
Posisi Keuangan
3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN merupakan acuan bagi auditor dalam melakukan kegiatan pemeriksaan atau
audit, yang merupakan suatu proses yang sistematis. Tujuan standar pemeriksaan keuangan
Negara ini adalah membantu pemerintah, termasuk instansi dan para pejabatnya, dalam
menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban keuangan Negara, yang
semakin baik.
SPKN membagi standar audit / pemeriksaan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Standar Pemeriksan Keuangan
b. Standar Pemeriksaan Kinerja
c. Standar Pemeriksaan untuk tujuan tertentu
Hubungan antara SAP dan SPKN
Sebagai suatu proses, auditing berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi yang
digunakan oleh organisasi. Untuk melaksanakan audit tersebut auditor harus berpedoman
pada SPKN. Auditor akan mengeluarkan opini atas laporan keuangan suatu entitas, yang
merupakan hasil dari sistem akuntansi dan diputuskan atau dibuat oleh pihak pengelola.
Pengelola suatu entitas menggunakan data mentah akuntansi yang kemudian dialokasikan ke
masing - masing laporan surplus - defisit dan neraca, serta menyajikan hasilnya dalam bentuk
laporan yang dipublikasikan. Dalam melaksanakan proses akuntansi tersebut, akuntan sektor
publik berpedoman pada SAP.
4. Standar Akuntansi Biaya (SAB)
Standar akuntansi biaya sektor publik merupakan perangkat aturan, regulasi, dan persyaratan
organisasi sektor publik yang sulit.
Definisi standar pada tiga area akuntansi biaya :
a. Pengukuran biaya termasuk metode dan teknik yang digunakan dalam
mendefinisikan komponen biaya, menentukan dasar pengukuran biaya, dan
menetapkan kriteria untuk menggunakan teknik pengukuran biaya sector public
alternative.
b. Penetapan biaya selama periode akuntansi biaya menunjuk pada metode yang
digunakan ketika menentukan jumlah biaya yang ditetapkan selama periode akuntansi
biaya tersendiri.
c. Alokasi biaya ke tujuan biaya menunjuk pada penetapan alokasi biaya langsung dan
tidak langsung.