Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PERTEMUAN 3
PEREKAYASAN LAPORAN KEUANGAN
Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memiliki pemahaman tentang konsep
perekayasaan laporan keuangan serta mampu
mengaplikasikan kedalam entitas pelaporan yang
berlokasi disuatu wilayah
Sub Pokok Bahasan : 3.1. Latar Belakang
3.2. Perekayasaan Laporan Keuangan
3.3. Proses Perekayasaan Laporan Keuangan
3.4. Perekayasaan Laporan Keuangan Sebagai proses
Deduktif
3.5. Siapa Merekayasa Laporan Keuangan
3.6. Aspek Semantik Dalam Perekayasaan Laporan
Keuangan
3.7. Rerangka konsep
3.8. Struktur Akuntansi
3.9. Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Rangkuman
Latihan
th
Daftar Pustaka : 1. Ahmed, Rehai Belkoui Accounting Theory 7
Edition, Thomson South-Western, 2004
2. Suwarjono, Teori Akuntansi Edisi , 2010, Erlangga
3. Imam Gozhali, Chairi Teori Akuntansi 13th edition,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro 2014
4. Eldon S Hendriksen, Accounting Theory, 1997 4th
edition, Richard D. Irwin, Inc
5. Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori
Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
6. Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi,
Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta

28
3.1. Latar Belakang
Laporan keuangan menunjukkan kinerja dari sebuah entitas pelaporan,
kinerja entitas pelaporan disajikan secara wajar dan jujur. Dengan demikian, laporan
keuangan harus disusun dengan menjujung tinggi prinsip integritas. Integritas
laporan keuangan harus sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum
(PABU/istilah sekarang SAK) maupun standar-standar lainnya. Setiap entitas
pelaporan akan menyajikan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung jawaban
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
suatu posisi keuangan yang berada dalam entitas pelaporan, agar bisa bermanfaat
bagi para pemakainya dalam mengambil keputusan ekonomi (SAK). Informasi dalam
laporan keuangan harus disajikan secara benar dan jujur tanpa ada hal yang
ditutup-tutupi, serta laporan keuangan tersebut harus menyajikan laporan keuangan
yang sesuai dengan fakta sebenarnya yang menjadi kepentingan banyak pihak.
Dengan demikian, laporan keuangan dituntut untuk disajikan dengan integritas yang
tinggi. Financial Accounting Standar Board (FASB) dalam Statement of Financial
Accounting Concept No. 2 (SFAC NO.2) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai
informasi yang dapat disediakan melalui pelaporan keuangan dan berbagai
penjelasan yang bisa digunakan sebagai laporan. Informasi akuntansi merupakan
informasi keuangan yang dapat dipergunakan oleh beberapa pihak eksternal dari
entitas pelaporan sebagai pemegang saham, kreditur, investor, lembaga keuangan,
pemerintah, masyarakat umum dan pihak-pihak lainnya untuk menentukan
kepentingan mereka terhadap perusahaan. Informasi akuntansi dapat dibagi kealam
informasi akuntansi keuangan (laporan keuangan), informasi akuntansi manajemen,
dan informasi akuntansi operasional. Informasi akuntansi keuangan berupa laporan
keuangan yang berupa laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Informasi akuntansi
manajemen informasi dibutuhkan oleh manajemen dalam mengambil keputusan
kaitannya dengan operasional perusahaan yang sedang berjalan seperti laporan
harga pokok produksi, laporan titik impas dan sebagainya. Informasi akuntansi
operasional merupakan informasi akuntansi yang memiliki karakteristik rinci,
digunakan oleh manajemen tingkat bawah, periodenya singkat (harian, mingguan

29
atau bulanan) seperti laporan kas minggu ini, lapran penjualan hari ini dan
sebagainya. Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan perekayasaan
harus diaplikasi dalam suatu wilayah (negara). Wujud aplikasi ini adalah terciptanya
suatu mekanisme pelaporan keuangan (financial reporting) nasional yang dengannya
unit-unti organisasi, bisnis, nonbisnis,dan kepemerintahan dalam suatu negara
menyediakan data dan menyampaikan informasi akuntansi kepada para pengambil
keputusan yang dianggap paling dominan dan berpengaruh dalam pencapaian
tujuan negara (khususnya tujuan ekonomik dan sosial).

3.2 Perekayasaan Laporan Keuangan


Pengertian teori didasarkan pada gagasan bahwa akuntansi merupakan
disiplin atau bidang pengetahuan teknologi. Teori akuntansi dimaknai sebagai
penalaran logis. Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan
perekayasaan harus diaplikasikan dalam suatu wilayah (negara). Wujud aplikasi
adalah terciptanya suatu mekanisme pelaporan keuangan nasional yang dengannya
unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan kepemerintahan dalam suatu negara
menyediakan data dan menyampaikan informasi keuangan kepada para pengambil
keputusan yang dianggap paling dominan dan berpengaruh dalam pencapaian
tujuan negara.
Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik
secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran masyarakat yang
optimal. Kebijakan dan regulasi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi
para pelaku dan sistem ekonomi negara merupakan wahana dalam alokasi sumber
daya ekonomik. Akuntansi dapat menjadi wahana dan mempunyai peran yang nyata
dalam alokasi kalau informasi yang dihasilkan sengaja dirancang agar dapat
mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan ekonomik dominan untuk menuju
ke keefektifan dan efisiensi alokasi sumber daya negara. Teknologi yang diterapkan
harus dipilih dan dirancang dengan baik dan tidak selayaknya akuntansi dibiarkan
berkembang secara alamiah atau liar tanpa haluan yang jelas.
Pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara seksama untuk
pengendalian alokasi sumber daya secara automatis melalui mekanisme sistem
ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis

30
dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu prinsip
akuntansi berterima umum/PABU termasuk di dalamnya standar akuntansi. PABU
menentukan bentuk, isi, dan susunan laporan atau statemen keuangan sebagai
suatu medium utama atau ciri sentral pelaporan keuangan. Bila PABU diterapkan
selanjutnya menerapkan PABU dalam lingkup mikro yaitu perusahaan secara
individual. PABU merupakan cara untuk melaporkan kejadian ekonomik yang
berkaitan dengan perusahaan. PABU harus ditetapkan atas dasar “konstitusi” agar
akuntansi efektif sebagai teknologi untuk mencapai tujuan ekonomik negara.
Perekayasaan akuntansi harus memperhatikan faktor lingkungan sosial, politik,
ekonomi, dan budaya negara tempat akuntansi akan diterapkan. Perekayasaan
akuntansi dilakukan pada tingkat nasional dengan hasil berupa rerangka konseptual
yang berfungsi sebagai semacam konstitusi. Perekayasaan laporan keuangan
digambarkan sebagai berikut.

Akuntansi sebagi teknologi


Teori Akuntansi dimaknai sebagai penalaran logis
Menghasilkan Rerangka Konseptual

Prinsip-prinsip Akuntansi Berterima Umum


(PABU) didalamnya SAK

Informasi Akunatansi (informasi akuntansi


keuangan)

Pemakai informasi akuntansi

Gambar 3.1
Perekayasaan Informasi Akuntansi Keuangan

31
3.3 Proses Perekayasaan Laporan Keuangan
Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang
menggambarkan bagaimana informasi akuntansi keuangan disediakan dan
dilaporkan untuk memcapai tujuan ekonomik dan sosial negara. Financial Accounting
Standard Board (FASB) mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan sarana
penyampaian informasi akuntansi keuangan tentang segala kondisi dan kinerja
perusahaan terutama dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat
disampaikan melalui statemen keuangan. FASB membatasi pengertian pelaporan
keuangan untuk tujuan eksternal dan pelaporan keuangan disamakan dengan
pelaporan keuangan eksternal umum.
Pelaporan keuangan sebagai sistem nasional merupakan hasil perekayasaan
informasi akuntansi keuangan di tingkat nasional. Perekayasaan informasi akuntansi
keuangan adalah proses pemikiran logis dan objektif untuk membangun suatu
struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam negara untuk menunjang
tercapainya tujuan negara. Perekayasaan informasi akuntansi keuangan
berkepentingan dengan pertimbangan untuk memilih dan mengaplikasi ideologi,
teori, konsep dasar, dan teknologi yang tersedia secara teoristis dan praktis untuk
mecapai tujuan ekonomik dan sosial negara dengan mempertimbangkan faktor
sosial, ekonomik, politik, dan budaya negara.
Dalam perekayasaan tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan
keuangan untuk membantu tercapainya tujuan negara. Jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan perekayasaan melibatkan pertimbangan dan pemilihan berbagai gagasan
tentang ideologi, filosofi, paradigma, dan konsep dasar untuk menjamin agar tujuan
pelaporan tercapai. Proses perekayasaan pada dasarnya adalah untuk menjawab
pertanyaan mendasar bagaimana kegiatan perusahaan disimbolkan dalam bentuk
statemen keuangan sehingga orang yang dituju dapat membayangkan operasi
perusahaan secara finansial tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi
perusahaan. Dari uraian di atas proses perekayasaan laporan keuangan dapat
digambarkan sebagai berikut.

32
Proses Perekayasaan
dilakukan secara

Logis
Obyektif

Mekanisme dan
struktur pelaporan

Tujuan Negara
1. Ekonomi dan
2 sosial

Gambar 3.2
Proses Perekayasaan Informasi Akuntansi Keuangan

Penjelasan
1. Dalam melakukan proses perekayasaan informasi akuntansi keuangan para
pelaku harus bertindak obyektif dalam arti tidak dipengaruhi oleh kepentingan
kepentingan lain kecuali kepentingan negara. Berpikir logis dalam arti
menggunakan penalaran yang dapat diterima oleh umum khususnya dibidang
akuntansi.
2. Hasil proses perekayasaan adalah mekanisme dan stuktur pelaporan
keuangan. Mekanisme merupakan sistem pelaporan keuangan seperti
sekarang ini, untuk perusahaan yang terbuka laporan keuangan disusun dan
merupakan tanggungjawab manajemen, sebelum dipublikasikan harus
diperiksa lebih dulu oleh Kantor Akuntan Publik. Struktur adalah susunan dari
laporan keuangan yang harus dipublikasikan, misal stuktur laporan posisi
keuangan dimulai dari aktiva lancar, diikuti aktiva tetap, dan aktiva lainnya.
Laporan yang harus dipublikasikan misal laporan posisi keuangan, laporan

33
laba/rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas, dan catatan atas laporan
keuangan.
3. Tujuan negara adalah sosial dan ekonomi. Sosial dimaksudkan bahwa
perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis didalamnya terdiri dari
sumber daya manusia yang bekerja, dan produk yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, jika hal ini tidak dikontrol oleh negara
dapat menimbulkan persoalan sosial, seperti terjadi konflik dilingkungan
pabrik dengan warga sekitar, dan sebagainya. Ekonomi dimaksudkan bahwa
perusahaan sebagai penyumbang pajak bagi negara, pajak yang terkumpul
selanjutnya untuk melakukan pembangunan atau melaksanakan aktivitas
ekonomi oleh negara sehingga roda ekonomi secara makro akan bergerak
sebagai konsekuensi masyarakat pada bekerja sesuai dengan bidang masing
masing.

3.4 Perekayasaan sebagai Proses Deduktif


Tujuan sosial dan ekonomik negara dianggap telah disepakati atau sesuatu
yang berlian dan menjadi premis dalam penalaran. Validitas konklusi yang dimuat
dalam rerangka konseptual dapat dievaluasi atas dasar kelogisan atau penalaran.
Sebagai penalaran deduktif-normatif, Hendriksen menguraikan aspek-aspek yang
harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk menghasilkan rerangka
teoristis akuntansi yaitu:
1. Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-unit usaha dan
lingkungannya.
2. Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari pernyataan
postulat.
3. Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju dan kemampuan
pemakai untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis informasi yang
disajikan.
4. Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan.
5. Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untuk mengkomunikasi
informasi tentang perusahaan dan lingkungannya.
6. Penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran dan deskripsi

34
unit usaha beserta lingkungannya.
7. Pengembangan dan penyususnan pernyataan umum yang menjadi pedoman
umum dalam menyusun standar akuntansi.
8. Perancangbangunan struktur dan format sisitem informasi akuntansi untuk
menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan menyajikan informasi
sesuai dengan standar atau prinsip akuntansi berterima umum.

Berdasarkan uraian di atas bahwa perekayasaan pelaporan keuangan sebagai proses


deduktif adalah;
1. Didasarkan konsep entitas bisnis, bahwa badan usaha berdiri sendiri terpisah
dengan pemilik/ pendiri, sebagai konsekuensinya pengelola entitas bisnis
mempertanggungjawabkan pengelolaannya.
2. Untuk mempertanggungjawabkan pengelolaannya menyusun laporan keuangan.
3. Entitas bisnis menyusun laporan keuangan untuk mencapai tujuan sosial dan
ekonomi.
4. Semua Entitas bisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyusun laporan
keuangan dan membayar pajak.
5. Sebagai konklusinya bahwa tujuan negara dalam kaitannya dengan entitas bisnis
tercapai.

3.5. Siapa Merekayasa Laporan Keuangan


Proses perekayasaan bukan suatu upaya perseorangan tetapi merupakan
uapaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual dan kekuatan politik
mengingat perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yang serius hasilnya
akan berdampak luas dan jangka panjang. Badan legislatif pemerintah mempunyai
peran penting dalam hal ini mengingat rerangka konseptual mempunyai fungsi
semacam undang-undang dasar (konstitusi). Badan legislatif membentuk komite
atau tim khusus yang ada di bawah kendalinya untuk perekayasaan di tingkat
nasional. Walaupun perekayasaan tingkat nasional diserahkan oleh badan legislatif
kepada profesi atau badan khusus untuk tujuan itu, tetapi badan legislatif
mempunyai kekuatan yuridis dan politik untuk menentukan hasil akhir perekayasaan.

35
Karena pentingnya perekayasaan ini, badan legislatif atau pelaksana yang
terlibat harus mempunyai wawasan dan pengetahuan teoretis di bidang masing-
masing yang cukup memadai. Perekayasa akuntansi harus merupakan tim multi-
disipliner agar hasilnya dapat diandalkan sebagai wahana untuk menjamin
tercapainya tujuan sosial dan ekonomik negara. Sebagai alternatif, penyedia
informasi tidak dikendalikan oleh pemerintah tetapi diserahkan kepada profesi dan
pelaku bisnis. Alternatif ini beramsusi bahwa profesi dan pelaku bisnis adalah pihak
yang paling tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan. Pihak pemakai atau
calon pemakai merupakan pihak yang benar-benar mengetahui akan kebutuhan
informasinya. Tidak terjadi apa yang disebut asimetri informasi antara pihak
penyedia dan pihak yang dituju. Dengan memperhatikan uaraian di atas yang
memiliki wewenamg untuk merekayasa laporan keuangan adalah Badan Legislatif
(Dewan Perwakilan Rakyat). Dalam pelaksanaannya biasanya diserahkan kepada
suatu tim yang dibentuk dan melibatkan berbagai elemen/unsur yang memiliki
kompeten seperti pengusaha, kamar dagang indonesia, asosiasi profesi IAI, IKPI,
HIPMI, akademisi dan pemerintah (kementerian pendidikan, dan keuangan). Setelah
tim menyelesaikan rerangka konseptual dan prinsip-prinsip berterima umum/standar
diajukan kepada pihak Legislatif untuk disahkan.
3.6 Aspek Semantik Dalam Perekayasaan Laporan Keuangan
Persoalan yang harus dijawaboleh perekayasa adalah bagaimana suatu
kegiatan fisis perusahaan yang kompleks disimbolkan dalam bentuk statemen
keuangan sehingga pihak yang dituju dapat membayangkan operasi perusahaan dari
segi keuangan tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi perusahaan.
Proses semantik adalah memilih dan menyimbolkan objek-objek fisis
kegiatan perusahaan yang releven menjadi objek-objek statemen keuangan. Model
yang sekarang dikenal secara luas adalah menyimbolkan kegiatan fisis perusahaan
dalam sepuluh elemenyang akhirnya terefleksi dalam statemen keuangan yaitu:
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, untung, rugi, investasi pemilik,
distribusi ke pemilik, dan laba komprehensif. Agar dapat diolah dan disajikan dalam
bentuk informasi keuangan, objek-objek fisis harus dikuantifikasi ke dalam satuan
yang homogenus sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan besarnya dan
hubungan antarobjek. Suatu statemen memerlukan waktu yang cukup lama untuk

36
dapat disahkan dan diterbitkan. Selain itu juga harus mengikuti prosedur saksama
tetapi tidak seketat statemen karena bentuk penerbitan yang lain umumnya bersifat
memodifikasi, mengklarifikasi atau memperluas arti tetapi tidak dapat mengganti
atau meniadakan suatu statemen.
Proses yang kira-kira sama juga diterapkan oleh IAI dalam penerbitan suatu
pernyataan. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga IAI, penerbitan standar oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan atau standar profesi oleh Dewan Standar
Profesional Akuntansi Publik harus mengikuti prosedur berikut:
a) Sebelum suatu standar diputuskan untuk diberlakukan, konsep usulan materi
yang akan dijadikan standar tersebut harus disebarluaskan secara umum,
termasuk kepada cabang-cabang dan anggota untuk dimintakan tanggapan,
sekurang-kurangnya selama tiga bulan.
b) Dengan mempertimbangkan tanggapan yang diterima dari masyarakat, komite
dalam rapatnya dapat mengambil keputusan untuk mengusulkan kepada
Pengurus Pusat agar memberlakukan/mengesahkan standar tersebut.
c) Berdasarkan usulan ini, Pengurus Pusat memutuskan untuk memberlakukan
atau mengesahkannya.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Dewan Standar Profesional
Akuntansi Publik berwenang untuk menentukan materi-materi yang akan dibahas
dan diusulkan untuk menjadi standar yang akan diberlakukan di Indonesia. Dewan
Standar Akuntansi Keuangan dapat pula menentukan prosedur-prosedur tertentu
yang dipandang perlu dalam rangka penyusunan pernyataan standar dengan
persetujuan Pengurus Pusat. Dengan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa proses
perekayasaan sebagai proses semantik, ditunjukkan adanya sepuluh simbol yaitu;
aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, untung, rugi, investasi pemilik,
distribusi ke pemilik, dan laba komprehensif yang diterapkan kedalam laporan
keuangan. Sepuluh simbol tersebut diukur dengan unit pengukur yang homogen
yaitu nilai mata uang.
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-simbol
yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai
makna kalau tiap elemen diinterpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Dalam

37
teori komunikasi, informasi semantiklah yang sebenarnya ingin disampaikan kepada
pemakai sehingga akan terjadi efek pemengaruhan. Karena model akuntansi yang
dikenal luas saat ini menempatkan investor dan kreditor sebagai pihak dominan,
informasi simantik yang ingin disampaikan adalah likuiditas, solvensi, profitabilitas,
dan sebagainya. Informasi semantik ini harus ditangkap secara kontektual melalui
tiga komponen sebagai satu kesatuan yaitu elemen atau objek, ukuran dalam unit
moneter, dan hubungan antarelemen. Dengan demikian konsep informasi
menjelaskan bahwa informasi akuntansi khususnya informasi akuntansi keuangan
merupakan hubungan antara sepuluh kelompok akun yang diukur dengan unit
moneter/mata uang dapat membeikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, likuiditas, solvabilitas dan sebagainya.

3.7 Rerangka Konseptual


Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas dasar pertanyaan
perekayasaan akan menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam
dokumen resmi yang di Amerika disebut rerangka konseptual. Rerangka konseptual
sebagai dokumen resmi hasil perekayasaan sering disebut pula sebagai seperangkat
prinsip umum, seperangkat doktrin, atau suatu struktur konsep-konsep yang
terpadu atau saling berkaitan.
Sebagai semacam konstitusi bagi profesi, rerangka konseptual akan menjadi
landasan untuk memecahkan masalah-masalah perlakuan akuntansi. Tanpa
rerangka konseptual sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi penyusun standar
untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam
menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi
tertentu lebih efektif daripada perlakuan yang lain dalam rangka mencapai tujuan
sosial atau ekonomik. Tanpa rerangka konseptual, tidak dapat dihindari
kemungkinan penyusun standar untuk menggunakan konsep-konsep menurut selera
sendiri tanpa suatu haluan yang jelas sehingga ada kemungkinan “ganti dewan ganti
standar”. akibatnya standar akuntansi yang diterbitkan tidak pernah konsisten.
Tanpa kerangka konseptual dapat mengakibatkan penyusun standar akuntansi
diperalat oleh pihak tertentu untuk menghasilkan standar yang menguntungkan
pihak tersebut. Rerangka konseptual melindungi profesi akuntansi dari politisasi

38
untuk kepentingan pihak yang tidak semestinya sehingga kepentingan umum
dikorbankan karena akuntansi merupakan alat untuk mencapai tujuan nasional,
akuntansi tidak akan netral atau steril dari politisasi dalam arti kebijakan politik
ekonomi negara.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep koheren yang menetapkan sifat dan
fungsi pelaporan keuangan, Kam (1990) menguraikan manfaat-manfaat rerangka
konseptual sebagai berikut:
1. Memberi pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggung jawab
dalam penyusunan/penetap standar akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang dijumpai
dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antarperusahaan.
Yang dikemukakan Kam di atas sejalan dengan apa yang ditegaskan oleh
FASB dalam tiap pengantar pernyataan konsep, FASB menegaskan bahwa FASB
sendiri yang akan banyak memanfaatkan rerangka konseptual akan memberi suatu
landasan umum dan penalaran dasar untuk mempertimbangkan keunggulan dan
kelemahan alternatif-alternatif dalam pengembangan standar akuntansi. Penalaran
ini dapat digunakan untuk mengevaluasi standar dan praktik yang berjalan dan
mengembangkan standar dan praktik di masa datang. Pemahaman ini akan mampu
meningkatkan kebermanfaatan dan keyakinan terhadap laporan dan pelaporan
keuangan terutama dalam masalah-masalah yang standar atau aturan resminya
belum ada atau belum ditentukan secara tegas.

3.8 `Struktur Akuntansi


Salah satu model yang banyak dikenal saat ini adalah rerangka konseptual
yang dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen konsep penting
yaitu:

39
1. Tujuan pelaporan keuangan
2. Kriteria kualitas informasi
3. Elemen-elemen statemen keuangan
4. Pengukuran dan pengakuan

Rerangka konseptuan versi IASC


Rerangka konseptual versi International Accounting Standards Committee
(IASC), yang diterjemahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, mempunyai komponen konsep
yang mirip dengan komponen konsep versi FASB yaitu:
· The Objective of Financial Statements
· Underlying Assumptions
· Qualitative Characteristics of Financial Statement
· The Elements of Financial Statement
· Recognition of the Elements of Financial Statements
· Measurement of the Elements of Financial Statements
· Concepts of Capital Maintenance and the Determination of Profit
IASC menyebutkan tujuan statemen keuangan bukan tujuan pelaporan
keuangan sebagaimana FASB menyebutkan meskipun IASC menegaskan bahwa
statemen keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Karena
lingkup penerapan standar IASC internasional, karakteristik lingkuangan negara
menjadi tidak relevan. Karena memperhatikan faktor lingkungan dalam
penyusunannya, rerangka konseptual versi FASB lebih menggambarkan suatu hasil
proses perekayasaan yang merupakan konsekuensi dari pengertian akuntansi
sebagai teknologi. Oleh karena itu, rerangka konseptual versi FASB sebenarnya lebih
cocok untuk dijadikan suatu model perekayasaan dalam pengembangan rerangka
konseptual untuk suatu negara. Rerangka konseptual FASB banyak memuat
penalaran dan argumen untuk memilih konsep-konsep yang relevan.

3.9 Prinsip Akuntansi Berterima Umum


Rerangka konseptual yang berfungsi semacam konstitusi hanya memuat
konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai “konstitusi

40
akuntansi” di suatu negara. Konstitusi tersebut harus dijabarkan dalam bentuk
ketentuan atau pedoman operasional, teknis atau praktis agar mempunyai pengaruh
langsung terhadap praktik dan perilaku. Pedoman dapat ditentukan secara resmi
oleh badan yang berwenang dalam berbentuk standar akuntansi atau pedoman-
pedoman baik dan telah banyak dipraktikkan dapat digunakan sebagai acuan bila hal
tersebut tidak bertentangan dengan rerangka konseptual atau didukung berlakunya
secara autoritatif. Kedua pedoman tersebut membentuk rerangka pedoman
operasional yang disebut generally accepted accounting principles/GAAP (prinsip
akuntansi berterima umum/PABU)
PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk menentukan apakah statemen
keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah menyajikan informasi keuangan
dengan baik, benar, dan jujur yang secara teknis disebut menyajikan secara wajar.
Standar akuntansi hanya merupakan salah satu kriteria untuk menentukan
kewajaran. Seperti kaidah atau aturan perbuatan dalam rerangka pedoman etika,
standar akuntansi keuangan hanya merupakan bagian dari kriteria luas yang disebut
denagn prinsip akuntansi berterima umum.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah
atau konsep penting yang sangat berbeda maknanya yaitu: prinsip akuntansi,
standar akuntansi, dan prinsip akuntansi berterima umum. Prinsip akuntansi adalah
segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, dan teknik
akuntansi yang tersedia baik secara teoretis maupun praktis yang berfungsi sebagai
pengetahuan. Tersedia secara teoretis artinya prinsip tersebut masih dalam bentuk
gagasan akademik yang belum dipraktikkan tetapi mempunyai manfaat dan potensi
yang besar untuk di terapkan.
Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya yang
sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar untuk
diberlakukan dalam suatu lingkungan/negara dan dituangkan dalam bentuk
dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut. Standar
akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama dalam memperlakukan suatu
objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan
sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis), teoretis, dan

41
praktis. Dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan standar akuntansi dan
keduanya juga harus dibedakan dengan pengertian prinsip akuntansi. Ketiga
pengertian tersebut saling berkaitan dan membentuk pengertian PABU sebagai suatu
rerangka pedoman. Dari tiga istilah/konsep yaitu, prinsip akuntansi, standar
akuntansi dan prinsip akuntansi berterima umum, pada dasarnya adalah untuk
melakukan pengukuran, pengakuan, dan penyajian transaksi ekonomi yang terjadi
pada suatu entitas pelaporan. Pengukuran (measurement) adalah penentuan jumlah
rupiah yang harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi
keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam
penyusunan statemen keuangan. Pengukuran sering pula disebut penilaian
(valuation). Pengakuan (recognition) adalah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos)
ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos
dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi, pengakuan berhubungan dengan
masalah apakah suatu transaksi dicatat (dijurnal) sebagai pos pendapatan atau
asset dan sebagainya atau tidak perlu dicatat.Penyajian (presentation) menetapkan
tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statemen
keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif. Pengungkapan
(disclosure) berkaitan dengan cara penjelasan hal-hal informatif yang dianggap
penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui
statemen keuangan utama. Salah satu contoh penyajian yang diatur PABU misalnya
saja bahwa utang disajikan di statemen keuangan dengan cara mengurutkan atas
dasar jangka waktu pelunasan, yaitu yang paling pendek diletakkan paling atas.
Dengan hal-hal pokok yang diatur dalam rerangka PABU seperti diuraikan diatas,
diharapkan bahwa statemen keuangan ditafsirkan dengan benar atau tidak
menyesatkan pemakaianya.Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, dapat
dijelaskan dengan pendekatan struktur akuntansi. Struktur akuntansi
menggambarkan pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan
terpengaruh oleh perekayasaan informasi keuangan dan saling-hubungan antara
berbagai pihak dan sarana tersebut. Sarana-sarana yang membentuk struktur
akuntansi meliputi peraturan pemerintah, standar akuntansi, laporan keuangan, dan
konveksi pelaporan. Struktur tersebut dapat dipandang menggambarkan pengertian
pelaporan keuangan sebagai mekanisma tentang bagaimana pihak-pihak dan

42
sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan
informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan termasuk
fungsi auditor untuk menentukan kewajaran statemen keuangan.
Untuk menjelaskan pengertian akuntansi, struktur tersebut menggambarkan
luas lingkup (scope) akuntansi sebagai seperangkat pengetahauan sekaligus
mengaitkannya dengan pengertian akuntansi sebagai praktik dan profesi proses dan
kegiatan yang dilukiskan diatas PABU merupakan proses dan kegiatan perekayasaan
yang melibatkan pengetahuan teori akuntansi sebagai penalaran logis. Jadi, proses
dan kegiatan dibawah PABU merupakan praktik pelaksanaan hasil perekayasaan
ditingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingan dengan bagaimana entitas
pelapor (reporting entities) yang berada dalam suatu wilayah negara menyediakan
dan menyampaikan informasi keuangan dengan cara tertentu sesuai PABU.

Berikut ini disajikan model gambar struktur akuntansi sebagai berikut;

Akademisi,
Pemerintah, Asosiasi
Profesi dan Praktisi DPR dan Pemerintah
Menghasilkan Menghasilkan Standar
Akuntansi
rerangka konseptual
akuntansi (prinsip
akuntansi)

Para pengguna laporan Praktisi Akuntasi; Entitas


keuangan dari entitas pelaporan di suatu wilayah
pelaporan (investor, Negara menghasilkan PABU,
kreditor, pemerintah, Auditor, Akuntan
auditor
Menghasilkan PABU
Gambar 3.3
Struktur Akuntansi

43
Rangkuman
Bidang akuntansi dapat dipandang sebagai ilmu dan teknologi, dari dua pendekatan
ini akan memunculkan teori akuntansi positif dan normative. Kedua teori ini saling
terkait satu sama lain dalam menghasilkan informasi akuntansi keuangan. Dengan
demikian produk yang dihasilkan oleh ilmu akuntansi berupa informasi akuntansi
keuangan. Untuk sampai pada menghasilkan informasi akuntansi keuangan
memerlukan proses yang cukup panjang. Pertama diawali dari hasil hasil penelitian
yang bersumber dari teori akuntansi positif maupun normative oleh para pihak yang
berkepentingan seperti, akademisi, pemerintah, praktisi, dan asosiasi profesi
melakukan analisis dan evaluasi untuk menghasilkan kerangka konseptual akuntansi
(prinsip akuntansi). Kedua didasarkan prinsip akuntansi tersebut asosiasi profesi,
praktisi, akademisi, dan pemerintah melakukan analisis dan evaluasi untuk
menghasilkan draf standar akuntansi yang selanjutnya dimintakan persetujuannya
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ketiga didasarkan standar akuntansi ini
pihak entitas pelaporan (perusahaan) memilih dan memilah standar standar, metode
atau teknik akuntansi yang diterima secara umum yaitu yang sesuai dan
diperbolehkan oleh pemerintah yang bersangkutan, dengan demikian tahap ketiga
ini akan menghasilkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), sebagai dasar
untuk menyusun informasi akuntansi keuangan.

Latihan
1. Semua bidang ilmu harus memberikan manfaat bagi masyarakt melalui produk
yang dihasilkan. Jelaskan produk dari ilmu akuntansi serta manfaatnya
2. Dalam perekayasaan laporan keuangan melibatkan teori akuntansi normatf.
Berikan penjelasan seperti apa keterlibatannya.
3. Dalam perekayasaan laporan keuangan melibatkan teori akuntansi positif.
Berikan penjelasan seperti apa keterlibatannya.
4. Sebutkan dan jelaskan 10 elemen elemen informasi akuntansi keuangan
(laporan keuangan).
5. Buatlah proses terbentuknya laporan keuangan dengan model struktur
akuntansi selanjutnya jelaskan.

44
6. Dalam proses perekayasaan informasi akuntansi keuangan para pelaku harus
bertindak logis dan obyektif, jelaskan.
7. Dalam akuntasi agar laporan keuangan (informasi akuntansi keuangan) dapat
diterima para penggunanya disusun sesuai PABU, jelaskan yang dimaksud
PABU
8. Sebutkan dan jelaskan komponen rerangka knseptual menurut FASB.
9. Sebutkan komponen rerangka konsptual yang dianut oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
10. Berikan penjelasan anda mengapa PABU sebagai konstitusinya akuntansi di
Indonesia.

45

Anda mungkin juga menyukai