Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Akuntansi merupakan aktivitas manusia dan akan mempertimbangkan hal


seperti perilaku dan orang-orang. Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan
suatu dasar dalam memprediksikan dan menjelaskan perilaku serta kejadian-
kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai konsep, definisi, dan dalil yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena, dengan menjelaskan
hubungan antar variabel yang bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksikan
fenomena tersebut.
Telah disinggung sebelumnya bahwa pengertian teori didasarkan pada
gagasan bahwa akuntansi merupakan disiplin atau bidang pengetahuan teknologi.
Dengan demikian, teori akuntansi sebagai penalaran logis. Oleh karena itu, teori
akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan
penyediaan jasa secara nasional berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit
organisasi dalam suatu lingkungan Negara tertentu dan cara penyampaian
informasi tersebut kepada phak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan perekayasaan
tersebut harus diaplikasikan dalam suatu wilayah (Negara). Wujud aplikasi ini
adalah terciptanya suatu mekanisme pelaporan keuangan (financial
reporting) nasional yang dengannya unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan
kepemerintahann dalam suatu Negara menyediakan data dan menyampaikan
informasi keuangan kepada para pengambil keputusan yang dianggap paling
dominan dan berpengaruh dalam pencapaian tujuan Negara (khususnya tujuan
ekonomik dan sosial).
Salah satu tujuan ekonomik Negara adalah alokasi sumber daya ekonomik
(alam, manusia, dan keuangan) secara efektif dan efisien untuk mencapai tingkat
kemakmuran masyarakat yang optimal. Kebijakan dan regulasi pemerintah (dalam
berbagai bentuk Undang-Undang, ketetapan, dan peraturan) yang secara langsung
mempengaruhi para pelaku dan system ekonomi Negara merupakan wahana
dalam alokasi sumber daya ekonomik. Akuntansi dapat menjadi wahana dan

1
mempunyai peran yang nyata dalam alokasi tersebut kalau informasi yang
dihasilkan sengaja dirancang agar dapat mempengaruhi perilaku para pengambil
keputusan ekonomik dominan untuk menuju ke keefektifan dan efisiensi alokasi
sumber daya Negara.
Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan
ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi
berterima umum/ PABU (Generally Accepted Accounting Principles/GAAP)
termasuk di dalamnya standar akuntansi (accounting standards). PABU
akhirnya menentukan bentuk, isi, dan susunan laporan atau statemen
keuangan sebagai suatu medium utama atau ciri sentral (a central
feature) pelaporan keuangan.
1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu berkaitan dengan teori
akuntansi perekayasaan laporan keuangan. Adapun rumusan masalah ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian perekayasaaan pelaporan keuangan ?
2. Bagaimana proses perekayasaan?
3. Bagaimana konsep informasi akuntansi ?
4. Apa yang dimaksud dengan rerangka konseptual ?
5. Mengapa menggunakan prinsip akuntansi berterima umum ?
6. Bagaimana penyusunan struktur akuntansi ?
1.3. Tujuan Penulisan

Secara khusus makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori
Akuntansi secara umum sama dengan adanya rumusan masalah yang telah
dipaparkan, dengan membaca makalah ini kita dapat :
1. Mengetahui pengertian perekayasaan pelaporan keuangan.
2. Mengetahui proses perekayasaan.
3. Mengetahui konsep informasi akuntansi.
4. Mengetahui rerangka konseptual.
5. Mengetahui prinsip akuntansi berterima umum.
6. Mengetahui struktur akuntansi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Dengan seperangkat pengetahuan akuntansi sebagai teknologi, orang akan
mampu merekayasa suatu mekanisma pelaporan keuangan untuk suatu
Negara. Salah satu tujuan yang dapat dicapai dengan perekayasaan ini adalah
alokasi sumber daya ekonomik secara efektif dan efisien. Pelaporan keuangan
nasional harus direkayasa secara seksama untuk mengendalikan alokasi tersebut
secara automatis dengan mempengaruhi perilaku pengambil keputusan ekonomik
yang dominan melalui informasi keuangan. Agar terjadi pengendalian automatis,
penyedian informasi harus dilakukan dengan cara tertentu berupa prinsip
akuntansi berterima umum.
2.1.1. Pengertian Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses yang menggambarkan
bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai
tujuan pelaporan keuangan yang pada gilirannya akan membantu pencapaian
tujuan ekonomik dan social Negara. Pelaporan keuangan sebagai sistem
nasional merupakan hasil proses perekayasaan akuntansi. Pengertian ini lebih
luas dari pada apa yang dideskripsi oleh Financial Accounting Standards
Board (FASB) dalam Statements of Financial Accounting Concepts. FABS
mengartikan pelaporan keungan sebagai system dan sarana penyampaian
(means of communication) informasi tentang segala kondisi dan kinerja
perusahaan terutama dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat
disampaikan melalui statemen keuangan.
Stuktur akuntansi melukiskan unsur-unsur (pihak-pihak dan sarana-
sarana) yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh penentuan / penyediaan
informasi keunagan dan saling hubungan antara unsur-unsur tersebut.
Pengertian proses akuntansi dalam pelaporan keuangan adalah mekanisma
tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan berkerja dan
saling berinteraksi sehingga dihasilkan informasi keuangan yang diwujudkan
dalam bentuk laporan/statemen keuangan termasuk mekanisma untuk
menentukan kewajaran statemen keuangan. Prinsip Akuntansi Berterima

3
Umum (PABU), terutama standar akuntansi, menentukan bentuk, isi, dan
susunan statement keuangan. Pedoman resmi yang membentuk PABU
ditetapkan dengan cara seksama.
Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis,
deduktif, dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideology, teori, konsep
dasar, teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis
untuk mencapai tujuan Negara melalui tujuan pelaporan keuangan dengan
mempertimbangkan faktor social, ekonomik, politik, dan budaya Negara. Hasil
perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen resmi yang disebut rerangka
konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan konstitusi.
2.1.2. Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan

Tujuan Ekonomik dan Sosial Negara

Tujuan Pelaporan Keuangan

Proses Pertimbangan

Rerangka Konseptual

Media Pelaporan

Informasi Akuntansi

Gambar 2.1. Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan (diambil dari


Suwardjono hal 103)

Berdasarkan bagan proses perekayasaan pelaporan keuangan diatas,


dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tujuan ekonomi dan sosial negara dijabarkan dalam pelaporan


keuangan dengan maksud agar tujuan akuntansi secara tidak langsung
juga akan membantu tercapainya tujuan negara.
b. Proses pertimbangan mencakup konsep dasar yang diperlukan untuk
menjamin agar tujuan pelaporan keuangan tercapai. Tujuan mendasar

4
proses pertimbangan tersebut adalah untuk memudahkan pengguna
informasi keuangan mengetahui kegiatan operasional perusahaan melalui
berbagai simbol dalam bentuk stataemen keuangan, tanpa harus
menyaksikan secara langsung sistem operasional perusahaan.
c. Setelah melakukan proses pertimbanagn logis melalui perekayasaan,
maka dituangkan dalam bentuk rerangka konseptual atau dokumen
resmi hasil perekayasaan. Hal ini sejalan dengan apa yang ditegaskan
FASB dalam Suwardjono, FASB banyak memanfaatkan rerangka
konseptual karena memberikan landasan umum dan penalaran dasar
untuk mempertimbangkan keunggulan dan kelemahan berbagai alternatif
pengembangan standar akuntansi (Suwardjono, 2006,114).
d. Media pelaporan hasil proses perekayasaan akuntansi adalah statemen
keuangan dan pelaporan keuangan.
e. Informasi akuntansi dapat bermanfaat oleh pengguna tanpa harus
menyaksikan secara langsung operasi fisis perusahaan.
2.1.3. Langkah-langkah Perekayasaan
1. Penentuan konsep dasar atau postulat
2. Penetapan tujuan pelaporan
3. Pengidentifikasian pihak yang dituju oleh pelaporan
4. Pemilihan dan penentuan informasi yang diperlukan
5. Penentuan cara menyampaikan informasi
6. Pengidentifikasian kendala-kendala pelaporan
7. Penyusunan dokumen resmi dalam bentuk pernyataan konsep
8. Penetapan standar akuntansi dan perancangan sistem akuntansi dalam
rangka penerapan standar
2.1.4. Hasil Perekayasaan
Didokumentasi dalam bentuk Rerangka Konseptual ( Conceptual
Framework) yang dapat dianalogi fungsinya dengan konstitusi.
2.1.5. Siapa Merekayasa

Proses perekayasaan bukan suatau upaya perseorangan (one-man


show) tetapi merupakan upaya tim yang melibatakan berbagai disiplin
intelektual dan kekuatan polotik mengingat perekayasaan tersebut merupakan

5
suatu proses yang serius yang hasilnya berdampak luas dan panjang. Badan
legislatif pemerintah (dalam hal ini DPR dan MPR) mempunyai peranan
penting dalam proses perekayasaan mengingat rerangka konseptual
mempunyai fungsi semacam undang-undang dasar (konstitusi). Badan
legislatif membentuk komite atau tim khusus yang anggotanya berwawasan
dan berpengetahuan akuntansi yang luas dan memadai.
Sebagai alternatif, penyediaan informasi diserahkan kepada profesi
dan pelaku bisnis (disebut dengan pengaturan sendiri-self regulation).
Mengasumsikan bahwa profesi dan pelaku bisnis adalah pihak yang paling
tahu akan kebutuhan pemakai informasi keuangan.

2.1.6. Aspek Semantik Dalam Perekayasaan


Persoalan yang harus dijawaboleh perekayasa adalah bagaimana suatu
kegiatan fisis perusahaan yang kompleks disimbolkan dalam bentuk statemen
keuangan sehingga pihak yang dituju dapat membayangkan operasi
perusahaan dari segi keuangan tanpa harus menyaksikan secara fisis operasi
perusahaan.
Proses semantik adalah memilih dan menyimbolkan objek-objek fisis
kegiatan perusahaan yang releven menjadi objek-objek statemen keuangan.
Model yang sekarang dikenal secara luas adalah menyimbolkan kegiatan fisis
perusahaan dalam sepuluh elemenyang akhirnya terefleksi dalam statemen
keuangan yaitu: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, untung, rugi,
investasi pemilik, distribusi ke pemilik, dan laba komprehensif.
Agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk informasi keuangan,
objek-objek fisis harus dikuantifikasi ke dalam satuan yang homogenus
sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan besarnya dan hubungan
antarobjek. Suatu statemen memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat
disahkan dan diterbitkan. Selain itu juga harus mengikuti prosedur saksama
tetapi tidak seketat statemen karena bentuk penerbitan yang lain umumnya
bersifat memodifikasi, mengklarifikasi atau memperluas arti tetapi tidak dapat
mengganti atau meniadakan suatu statemen.
Proses yang kira-kira sama juga diterapkan oleh IAI dalam penerbitan
suatu pernyataan. Sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga IAI, penerbitan

6
standar oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan atau standar profesi oleh
Dewan Standar Profesional Akuntansi Publik harus mengikuti prosedur
berikut:
a) Sebelum suatu standar diputuskan untuk diberlakukan, konsep usulan
materi yang akan dijadikan standar tersebut harus disebarluaskan secara
umum, termasuk kepada cabang-cabang dan anggota untuk dimintakan
tanggapan, sekurang-kurangnya selama tiga bulan.
b) Dengan mempertimbangkan tanggapan yang diterima dari masyarakat,
komite dalam rapatnya dapat mengambil keputusan untuk mengusulkan
kepada Pengurus Pusat agar memberlakukan/mengesahkan standar
tersebut.
c) Berdasarkan usulan ini, Pengurus Pusat memutuskan untuk
memberlakukan atau mengesahkannya.
d) Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Dewan Standar Profesional
Akuntansi Publik berwenang untuk menentukan materi-materi yang akan
dibahas dan diusulkan untuk menjadi standar yang akan diberlakukan di
Indonesia. Dewan Standar Akuntansi Keuangan dapat pula menentukan
prosedur-prosedur tertentu yang dipandang perlu dalam rangka
penyusunan pernyataan standar dengan persetujuan Pengurus Pusat.
2.1.7. Proses Seksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan
harus dilakukan melalui tahap-tahap dan prosedur yang saksama dan teliti.
Hal ini diperlukan mengingat dokumen yang dihasilkan akan mempunyai
status sebagai pernyataan resmi atau statemen (statements) yang mempunyai
tingkat keautoritafifan tinggi. Prosedur ini berlaku dalam penyusunan baik
rerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berstatus statemen.
Berikut ini adalah proses-proses saksama (due process) yang dilaksanakan
FASB dalam menyusun pernyataan resmi.
a. Mengevaluasi masalah (preliminary evaluation). Dalam tahap ini FASB
mengidentifikasi masalah akuntansi dan pelaporan.
b. Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf
teknis FASB dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar

7
FASB yang ditunjuk atau dikomisi oleh FASB. Hasil analisis diterbitkan
dalam bentuk laporan Riset (Research Reports).
c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi (Discussion
Memorandum) kepada setiap pihak yang berkepentingan. Memorandum
ini berisi analisis terinci semua aspek masalah yang telah disidangkan
pada tingkat awal (early deliberation).
d. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas
masalah yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi.
e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas
Memorandum Diskusi (baik dari dengar pendapat maupun dari
tanggapan tertulis).
f. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan
nama Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam
waktu 30 hari setelah penerbitan.
g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
h. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atua tidak.
Statemen dapat diterbitkan kalau majoritas anggota menyetujui.
i. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
Simbol-simbol (elemen-elemen) yang termuat dalam seperangkat
statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen
diinterpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Artinya, satu elemen dan
jumlah rupiahnya belum memberi informasi kalau tidak dihubungkan dengan
elemen lainnya. Semua elemen harus diinterpretasi sebagai satu kesatuan.
2.2. Konsep Informasi Akuntansi
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-
simbol ( elemen-elemen ) yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan
sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen di interpretasi sebagai
objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen keuangan berisii rangkaian elemen-
elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan susunannya
diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Informasi semantik
ini harus ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai satu

8
kesatuan, yaitu elemen (objects), ukuran dalam unit moneter ( size ), dan
hubungan ( relationship ) antar elemen.
2.3. Rerangka Konseptual
Rerangka konseptual merupakan beberapa tujuan dan hal mendasar yang
saling berkaitan yang membentuk suatu sistem/ rerangka terpadu yang melandasi
penyusunan standar akuntansi yang konsisten dan yang menetapkan sifat, fungsi,
dan keterbatasan pelaporan keuangan dan statement keuangan.
Sasarannya yaitu melayani kepentingan publik dengan menyediakan struktur
dan haluan pelaporan akuntansi dan keuangan untuk memfasiltasi penyediaan
informasi keuangan dan yang berkaitan secara objektif yang bermanfaat dalam
membantu bekerjanya pasar modal dan lainnya secara efisien dalam rangka
alokasi sumber ekonomik (langka) dalam perekonomian masyarakat (negara).
2.3.1. Manfaat atau Fungsi
1. Pedoman bagi penyusun standar
2. Acuan pemecahan masalah praktik akuntansi
3. Batas pertimbangan penyusunan statement keuangan
4. Pendidikan dalam pemahaman dan peningkatan keyakinan
5. Peningkatan keterbandingan antarperusahaan
2.3.2. Komponen-komponen
1. Tujuan pelaporan keuangan
2. Kriteria kualitas informasi
3. Elemen-elemen statement keuangan
4. Pengukuran dan pengakuan

Empat komponen tersebut membentuk satu kesatuan yang saling


berkaitan. FASB menuangkan empat komponen tersebut dalam beberapa
dokumen resmi berupa pernyataan (Statement of Financial Accounting
Concept/SFAC) Yaitu :
SFAC No. 1 : Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises
SFAC No. 2 : Qualitative Characteristics of Accounting Information
SFAC No. 3 : Elements of Financial Statement of Business Enterprises
SFAC No.4 : Objectives of Financial Reporting by Nonbusiness
Organizations

9
SFAC No.5 : Recognition and Measurement in Financial Statements of
Business Enterprises
SFAC No. 6 : Elements of Financial Statements
2.3.3. Rerangka Konseptual versi FASB

Model rerangka konseptual yang digunakan sebagai aspek


pembelajaran dan pendidikan adalah yang dikembangkan oleh FASB dan
diwujudkan dalam SFAC.

Tujuan Pelaporan Keuangan (SFAC No 1 dan SFAC No 4)

Kriteria Kualitas Informasi (SFAC No 2)

Pengukuran dan Pengakuan (SFAC No 5 dan SFAC No 7)

Memenuhi
kriteria

Elemen statemen Keuangan (SFAC


No 6)

Informasi lain-lain
Media pelaporan Statemen keuangan Informasi
keuangan pelengkap
lainnya
Catatan statemen keuangan

Gambar 4.1 Rerangka konseptual versi FASB (diambil dari Suwarjono hal
116)

Berdasarkan gambar diatas, tujuan pelaporan keuangan merupakan


proses yang paling menentukan dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan
pelaporan keuangan menentukan konsep dan prinsip yang relevan dalam
penyusunan statemen laporan keuangan. Selaian itu tujuan pelaporan
keuangan diharapkan mampu memberikan informasi kepada para pemakai
dengan berbagai kepentingan, serta mencapai tujuan ekonomik sosial negara.

10
Sehingga, dengan adanya informasi tersebut dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan.

Informasi tentunya akan dipakai bila terdapat kebermanfaatan


keputusan bagi si pemakai. FASB telah merumuskan kualitas mengenai
kriteria informasi yang terdiri dari dua unsur utama yaitu keberpautan
(relevance) keterandalan (reliability). Kualitas informasi akan jauh lebih
bernialai lagi apabila terdapat unsur-unsur (1) keterpahaman, (2)keberpautan,
(3) nilai prediktif, (4) nilai balikan, (5) ketepatwaktuan, (6) keterandalan, (7)
ketepatan penyimbolan, (8) keterujian, (9) kenetralan, (10) keterbandingan,
dan (11) materialitas.

Elemen statemen keuangan merupakan bahan pembentuk informasi


yang dikandung dalam statemen keuangan. Penyajian elemen statemen
keuangan tidak cukup hanya memenuhi definisi tetapi harus memenuhi
kriteria pengakuan dan pengukuran. Terdapat sepuluh elemen pelaporan
keuangan yang didefinisikan dalam rerangka konseptual yaitu aset,
kewajiban, ekuitas, investasi, distribusi ke pemilik, laba komprehensif,
pendapatan, biaya, untung dan rugi.

Pelaporan keuangan dan statemen keuangan meruapakan dua definisi


yang memiliki tujuan yang sama, namun memiliki komponen yang berbeda.
Pelaporan keuangan (financial reporting) adalah penyampaian informasi yang
wajib dan suka rela. Wajib disini mempunyai implikasi bahwa pelaporan harus
mengandung statemen keuangan (financial statement) yaitu media utama
pelaporan keuangan serta suka rela mencakup segala informasi yang yang
diberikan oleh manajer agar bermanfaat bagi pemakai pelaporan keuangan.

Elemen dalam statemen keuangan tersebut kemudian akan menjadi


lingkup pengukuran dan pengakuan. Atribut pengukuran yang harus
dilekatkan pada suatu elemen untuk merepresenatsikan secara tepat yang ingin
diungkapakan dalam pelaporan keuangan misalnya penggunaan kos historis,
kos sekarang, nilai pasar sekarang, nilai terealisasi, nilai diskunan. Sedangkan
pengakuan berarti bahwa pencatatan resmi (penjurnala) suatu entitas (jumlah

11
rupiah) hasil pengukuran dalam sautu sistem akuntansi, sehingga jumlah
rupiah tersebut dapat mempengaruhi statemen keuangan. FASB menetapkan
empat criteria pengakuan meliputi definis, keterukuran, keberpautan dan
keterandalan.

2.3.4. Aspek Kependidikan

Karena FASB mencanangkan agar rerangka konseptual mengandung


aspek kependidikan kepada pemakai (educational aspect), FASB
memasukkan deskripsi argument dan penalaran yang cukup rinci dalam tiap
uraian konsep. Aspek kependidikan atau pembelajaran ini telah disinggung
sebelumnya dalam manfaat rerangka konseptual. Secara spesifik, FASB
menyebutkan :

. . . . knowledge of the objectives and concepts the Board will use in


developing standards should also enable those who are affected by or
interested in financial accounting standardfs to understand better the
purpose, content, and characteristics of information provided by financial
accounting and reporting. That knowledge is expect to enhance the usefulness
of and confidence in financial accounting and reporting.

Dengan demikian penalaran dan argument yang melekat dalam tiap


penjelasan konsep-konsep dalam rerangka konseptual versi FASB
membentuk seperangkat pengetahuan (knowledge) yang dapat dipandang
sebagai suatu teori deduktif, normative untuk memahami lebih baik (to
understand better) mengapa konsep tertentu dipilih bukan yang lain dan apa
implikasinya. Validitas teori ini dapat dievaluasi /diverifikasi atas dasar
penalaran logis yang melandasi tiap argument. Oleh karena itu, sebagai suatu
pengetahuan untuk pembelajaran atau sebagai teknologi berpikir untuk
pengembangan rerangka konseptual baru disuatu Negara, rerangka konseptual
FASB lebih unggul dibanding rerangka konseptual versi IASC. Dengan kata
lain bila transfer teknologi (dalam pengertian penalaran logis) untuk
pembelajaran teori akuntansi harus dipilih, rerangka konseptual versi FASB
merupakan sumber yang tepat.

12
2.4. Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)

Rerangka konseptual yang berfungsi semacam konstitusi hanya memuat


konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai
Konstitusi Akuntansi disuatu Negara. Sebagaimana dilukiskan dalam
gambar dibawah ini konstitusi tersebut harus dijabarkan dalam bentuk ketentuan
atau pedoman operasional, teknik atau praktis agar mempunyai pengaruh
langsung terhadap praktik dan perilaku. Pedoman dapat ditentukan secara resmi
oleh badan yang berwenang dalam bentuk standar akuntansi (accounting
standards) atau dapat juga pedoman-pedoman yang baik dan telah banyak
dipraktikan (sound accounting practices) dapat digunakan sebagai acuan bila hal
tersebut tidak bertentangan dengan rerangka konseptual atau didukung berlakunya
secara autoritatif (mempunyai authoritative support). Kedua pedoman tersebut
secara keseluruhan membentuk rerangka pedoman operasional yang
disebutgenerally accepted accounting principles /GAAP (Prinsip akuntansi
berterima /PABU).

Sebagai pedoman operasional PABU akhirnya akan menjadi criteria untuk


menentukan apakah statemen keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah
menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar dan jujur yang secara
teknis disebut menyajikan secara wajar (present fairly). Standar akuntansi hanya
merupakan salah satu kriteria (meskipun utama) untuk menentukan kewajaran.
Itulah sebabnya laporan auditor standar tidak menggunakan frasa standar
akuntansi untuk menegaskan adanya kewajaran tetapi frasa prinsip akuntnasi
berterima umum Auditing Standards Board (ASB) misalnya memberi contoh
ungkapan paragraph pendapat dalam laporan audit standar sebagai berikut :

In our opinion. The financial statemtens refered to above present fairly, in


all material respects, the financial position of X Company as of (at) December 31,
19xx , and the results of its operations and its cash flows for the year then ended,
in conformity with generally accepted accounting principles.

Menurut pendapat kami, statement keuangan yang disebut diatas


menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, posisi keuangan

13
perusahaan X pada 31 Desember 19xx, dan hasil operasinya dan aliran kasnya
untuk tahun yang terakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.

Mengapa kriteria kewajaran penyajian statemen keuangan adalah PABU


bukan Standar Akuntansi Keuangan (untuk laporan auditor di Indonesia) atau
Financial Accounting Standar (untuk laporan auditor di Amerika. Berikut ini
beberapa alasan yang dapat menjelaskan hal ini.

Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau telah


dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga harus
dievaluasi secara luas atas dasar ketentuan-ketentuan lain yang mengikat.
Termasuk dalam ketentuan lain adalah peraturan perundang-undnagan dan
ketentuan-ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap standar (misalnya
BAPEPAM).

Kedua, bila standar akuntasi secara eksplisit dijadikan criteria dan


dinyatkaan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajabaran
hanyak bersifat formal (teknis) bukan bersifat substantive. Artinya standar akunsi
akan memenuhi standar minimal dan ada kemungkinan evaluator atau
auditor hanya memenuhi standar minimal tersebut untuk
menentukan kewajaran. Dapat terjadi hal-hal penting yang tidak diatur dalam
standar akuntansi tidak dipertimbangkan secara seksama atau bahkan diabaikan.

Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran


harus merupakan suatu rerangka pedoman (a framework of guidelines) yang
cukup komprehensif meliputi aspek teknis dan konseptual (subtantif atau ideal).
Pedoman semacam itu mirip dengan apa yang terjadi dalam penentuan
criteria perbuatan etis (ethical conduct). Apakah suatu perbuatan dikatan etis
secara professional harus dinilai atas dasar rerangka pedoman yang di
Amerika dikenal sebagai kode etik /perbuatan professional (code of professional
conduct) yang komprehensif. Rerangka pedoman ini terdiri atas standar ideal
(principles), kaidah atau aturan perbuatan (rules of conduct), penjelasan resmi
(interpretations) dan petunjuk teknik (ethical rulings) yang keseluruhannya

14
membentuk hierarki. Kaidah perbuatan merupakan standar minimal yang harus
dipernuhi agar secara professional suatu perbuatan akuntan dapat dikatakan etis
atau tidak (substandard). Kaidah ini dapat dipaksakan penegakannya oleh profesi
dan pelanggaran terhadapnya dikenai sanksi etis.

Seperti kaidah atau aturan perbuatan dalam rerangka pedoman etika,


standar akuntansi keuangan hanya merupakan bagian dari kriteria luas yang
disebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Makna rerangka pedoman
sebagai criteria kewajaran ini sejalan dengan apa yang dikemukakan AICPA
berikut dalam standar profesionalnya.

The independent auditor, judgement concerning the fairness of the overall


presentation of financial statements should be applied within the framework of
generally accepted accounting principles. Without that framework the auditor
would have no uniform standard for judging the presentation of financial position,
results of operations, and cash flows in financial statements.

2.4.1. Kaitan Antara Standar Akuntansi, Prinsip Akuntansi, dan PABU

Prinsip Akuntansi Praktek yang tiak diatur dalam standar


akuntansi

Standar Praktek Sehat


Akuntansi

Prinsip Akuntansi berterima


umum (PABU)

Gambar 4.1. Kaitan Prinsip Akuntansi, Standar Akuntansi, dan


PABU
(diambil dari Suwardjono hal 123)

15
Dari bagan kaitan antara prinsip akuntansi, standar akuntansi dan PABU
diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau konsep
penting yang sangat berbeda maknanya yaitu: prinsip akuntansi, standar
akuntansi, dan prinsip akuntansi berterima umum.

Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep,


postulat, kaidah, prosedur, dan teknik akuntansi yang tersedia baik secara
teoretis maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia secara
teoretis artinya prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan akademik yang
belum dipraktikkan tetapi mempunyai manfaat dan potensi yang besar untuk di
terapkan.

Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya


yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun
standar untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan/negara dan dituangkan
dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan
negara tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama
dalam memperlakukan suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.

PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi
dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis),
teoretis, dan praktis. Dapat disimpulkan bahwa PABU tidak sama dengan
standar akuntansi dan keduanya juga harus dibedakan dengan pengertian
prinsip akuntansi. Ketiga pengertian tersebut saling berkaitan dan membentuk
pengertian PABU sebagai suatu rerangka pedoman.

Berlaku atau Berterima, Istilah berterima digunakan sebagai padan kata


accepted dalam istilah generally accounting principles. Sementara itu, IAI
menggunakan istilah berlaku dan bahkan GAAP diterjemahkan dalam laporan
auditor menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Makna berlaku jelas tidak tepat kalau digunakan sebagai padan kata
accepted dalam konteks GAAP. Berterima berarti dalam keadaan diterima dan
dipakai. Berbeda dengan diterimayang bermakna proses atau kejadian pada
saaat tertentu, kata berterima mempunyai makna sebagai keadaan menerima

16
atau menyetujui. Jadi pemaknaan yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip
akuntansi berterima umum (PABU). GAAP merupakan jargon penting dan
strategik sehingga penerjemahannya harus benar-benar tepat. Bila harus diberi
pewatas lingkup penerapan istilah yang tepat adalah prinsip akuntansi
berterima umum Indonesia (PABUI).

2.4.2. Isi PABU Sebagai Rerangka Pedoman

Kriteria kewajaran penyajian informasi dalam bentuk statemen keuangan


adalah suatu rerangka pedoman dan bukan semata-mata standar akuntansi.
Rerangka pedoman ini berisi komponen-komponen yang tersusun secara
hierarkis baik atas dasar tingkat konseptualitas maupun autoritas dan
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebutuhan praktik dan
profesi.

a) PABU Versi APB

APB sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar penting penyusunan


dokumen yang sekarang dikenal dengan rerangka konseptual. APB
menyebutkan sebagai Basic Cpncepts and Accounting Principles
Underlying Financial Statements of Business Enterprises. PABU yang
didefinisi APB merupakan bagian dari dokumen tersebut. GAAP versi
APB merupakan pedoman operasional dalam praktik akuntansi.

Prinsip mendasar berisi prinsip tentang pengukuran dan pengakuan


suatu elemen statemen keuangan atau objek pelaporan lainnya. Dalam
prinsip operasi umum merupakan penjabaran lebih lanjut penerapan
prinsip mendasar untuk elemen atau pos-pos statemen keuangan. Dengan
kata lain mendeskripsi tentang perlakuan akuntansi untuk tiap elemen atau
pos pelaporan keuangan. Dalam prinsip terinci berisi pedoman teknis
untuk menjalankan prinsip mendasar dan prinsip operasi umum. Pedoman
ini berisi teknik dan prosedur untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
dan menjanjikan transaksi atau kejadian finansial secara spesifik untuk
suatu perusahaan

17
b) PABU Versi Rubin

Dapat disimpulkan PABU bukan merupakan satu buku atau


dokumen tetapi lebih merupakan rerangka pedoman yang terdiri atas
berbagai tingkat keautoritatifan yang membentuk suatu hierarki. Steven
Rubin menganalogi hierarki tersebut dengan suatu bentuk bangunan
rumah (disebut The House of GAAP).

Gambar tersebut sebenarnya merupakan cara menyajikan secara


visual pengertian PABU sebagai rerangka pedoman yang dideskripsikan
oleh AICPA dalam SAS No. 43 yang sekarang sudah diganti dengan SAS
No. 69. Hierarki dilukiskan sebagai lantai rumah bertingkat denagn
fundasi berupa landasan konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat
keautoritatifan dengan lantai paling bawah berisi sumber yang paling
autoritatif. Makin ke atas, suatu sumber makin berkurang tingkat
keautoritatifannya.

c) PABU Versi SAS No. 69

Dibentuklah Govermental Accounting Standards Boards (GASB)


yang bertanggungjawab untuk menentukan PABU (terutama standar
akuntansi) untuk kepentingan entitaskepemerintahan. Dengan kata lain,
entitas nonkepemerintahan berada dibawah jurisdiski (lingkup/kekuasaan
hukum). FASB dan entitas kepemerintahan dibawah jurisdksi GASB.
Financial Accounting Foundation (FAF) , yaitu badan yang
membawahkan FASB dan GASB, meminta untuk mengubah hierarki
GAAP sehingga FASB dan GASB masing-masing mempunyai
tanggungjawab utama dalam peyusunan standar untuk entitas yang berada
dibawah jurisdiksinya. Dengan pemisahan tanggung jawab ini, suatu
entitas yang berada dibawah jurisdiksi GASB tidak harus mengubah
prinsip pelaporannya sebagai akibat dari standar yang dikeluarkan oleh
badan yang lain (FASB) , demikian pula sebaliknya. Tuntutan ini
melahirkan SAS No.69 (pengganti SAS No.43) yang mendeskripsikan

18
GAAP sebagai dua hierarki paralel , satu untuk entitas
nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas kepemerintahan.

d) PABU Versi SPAP

Dengan adanya rerangka pedoman versi SPAP, makna PABU


hanya dibatasi untuk entitas nonkepemerintahan , sehingga ukuran
kewajaran penyajian statemen keuangan untuk entitas kepemerintahan
belum jelas. Artinya, belum jelas apakah frasa menyajikan secara wajar
...sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia masih
dapat dipakai.

Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan pedoman untuk


memperlakukan suatu objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-
hal berikut ini.

2.4.3. Pedoman Tentang Apa?


Sebagai rerangka pedoman, PABU menetapkan untuk memperlakukan
suatu objek yang harus dilaporkan yang menyangkut hal-hal berikut ini
2.4.3.1. Definis

PABU memberi batasan atau definisi (definition) berbagai


elemen, pos, atau objek statemen keuangan atau istilah yang digunakan
dalam pelaporan keuangan agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh
penyusun dan kesalahan interpretasi oleh pemakai. Definisi akan
sangat kritis untuk elemen atau pos statemen keuangan. Batasan
tersebut diperlukan karena laporan keuangan banyak menggunakan
istilah atau nama-nama yang digunakan sehari-hari yang sudah
terlanjur mempunyai arti umum. Hal ini sering menimbulkan salah arti
di pihak pemakai karena pemakai cenderung mengartikan istilah
dengan pengertian umum yang acapkali berbeda dengan arti yang
dimaksudkan dalam laporan keuangan.

Dengan pendefinisian elemen, pos, atau istilah dengan cermat,


diharapkan pemakai laporan mengartikan symbol-simbol tersebut

19
sesuai dengan pengertian yang didefinisi dalam standar akuntansi.
Sebagai contoh, PABU mendefinisi asset sebagai manfaat masa
datang yang cukup pasti, dikuasai suatu entitas, dan timbul akibat
transaksi yang telah terjadi Demikian juga, pos kas didefinisi sebagai
uang tunai atau alat-alat lain yang disamakan dengan uang tunai
Pengertian ini berbeda dengan pengertian umum kas yang disamakan
dengan uang tunai. Dengan definisi tersebut dapat ditentukan apakah
suatu objek dapat diklasifikasi sebagai elemen asset atau pos kas.

2.4.3.2. Pengukkuran/penilaian
Pengukuran (measurement) adalah penentuan jumlah rupiah yang
harus dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi
keuangan. Jumlah rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan data dasar
dalam penyusunan statement keuangan. Pengukuran lebih
berhubungan dengan masalah penentuan jumlah rupiah (kos) yang
dicatat pertama kali pada saat sutau transaksi terjadi. Berkaitan dengan
hal ini misalnya adalah bahwa kos asset tetap adalah semua
pengeluaran dalam rangka memperoleh aset tetap tersebut sampai siap
digunakan.
Pengukuran sering pulang disebut penilaian (valuation). Akan
tetapi, penilaian lebih ditujukan untuuk penentuan jumlah rupiah yang
harus dilekatkan pada sutau elemen atau pos pada saat dilaporkan
dalam statemen keuangan. Penilaian berkaitan dengan masalah apakah
misalnya sediaan dilaporkan sebesar kos atau harga pasar. Teori
akuntansi menawarkan beberapa pendekatan penilaian antara lain : kos
historis, kos pengganti, kos likuidasi, harga masukan, harga keluaran,
dan daya beli konstan yang akan dibahas di bab lain buku ini.
2.4.3.3. Pengakuan
Pengakuan (recognition) ialah pencatatan suatu jumlah rupiah
(kos) ke dalam system akuntansi sehingga jumlah tersebut akan
mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi,
pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi
dicatat (dijurnal) atau tidak. PABU memberi pedoman tentang

20
pengakuan ini dengan menetapkan beberapa criteria pengakuan agar
suatu jumlah rupiah (kos) suatu objek transaksi dapat diakui serta saat
pengakuanya. Misalnya, PABU (dalam rerangka konseptual) memberi
pedoman tentang criteria yang harus dipenuhi untuk mengakui
pendapatan atau biaya.
2.4.3.4. Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian (presentation) menetapkan tentang cara-cara
melaporkan elemen atau pos dalam seperangkat statement keuangan
agar elemen atau pos tersebut cukup informative. Pengungkapan
(disclosure) berkaitan dengan cara pembeberan atau penjelasan hal-hal
informative yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai
selain apa yang dapat dinyatakan melalui statement keuangan utama.
Standar akuntansi biasanya memuat ketentuan tentang apakah suatu
informasi atau objek harus digabung dengan pos statemen yang lain,
apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup
disajikan dalam bentuk catatan kaki (foot-note). Termasuk dalam
pengertian pengungkapan ini ialah masalah penentuam masuk-
tidaknya informasi yang bersifat kualitatif ke dalam seperangkat
statemen keuangan. Standar akuntansi mengatur cara-cara
mengungkapkan iniformasi tersebut. Salah satu contoh penyajian yang
diatur PABU misalnya saja bahwa utang disajikan di statemen
keuangan dengan cara mengurutkan atas dasar jangka waktu
pelunasan, yaitu yang paling pendek diletakkan paling atas.
Dengan hal-hal pokok yang diatur dalam rerangka PABU seperti
diuraikan diatas, diharapkan bahwa statemen keuangan ditafsirkan
dengan benar dan tidak menyesatkan pemakaiannya. Sebaliknya agar
memperoleh pesan yang benar dari statemen keuangan, pemakai harus
menggunakan tata bahasa yang baik dan benar sesuai dengan
rerangka pedoman PABU. Dengan deikian komunikasi yang efektif
akan terjadi dan tujuan pelaporan keuangan akan tercapai.

21
2.5. Struktur Akuntansi
Bila proses perekayasaan telah selesai serta diaplikasi, rerangka pedoman
PABU telah ditentukan, dan secara operasional pelaporan keuangan telah
berlangsung maka pengertian akuntansi dan teori akuntansi secara luas dapat
dilukiskan dalam suatu diagram yang dapat disebut sebagai struktur akuntansi.

Faktor Faktor Lingkungan

(Sosial, budaya, ekonomik, dan politik)

Tujuan Pelaporan Keuangan

Diturunkandari tujuan sosial dan ekonomik


Perekayasaan
Rerangka Konseptual Pelaporan
Keuanangan

Prinsip Akuntansi Berterima Umum terutama Standar Akuntansi

Menyusun & Mengaudit apakah laporan Menganalisis &


menyajikan sesuai keuangan menyajikan secara wajar menginterpretasikan
dengan sesuai dengan sesuai dengan

Auditor StaPBU
Manajemen Independen
Investor
System Informasi
Laporan
Keuangan Kreditor
Auditor

Pemerintah
Statemen
Keuangan Pelanggan

Masyarakat
Kesamaan interpretasi terhadapa pesan informasi
Umum
Praktik
Tujuan Pelaporan Keuangan tercapai

Gambar. 2.5. Sruktur Akuntansi dalam Bentuk Diagram

22
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut
menggambarkan pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan
terpengaruh oleh perekayasaan informasi keuangan dan saling hubungan antara
berbagai pihak dan sarana tersebut. Walaupun tidak semuanya tampak dalam
gambar, pihak yang terlibat meliputi individual dan institusi misalnya penyusunan
standar, profesi, pemerintah, badan Pembina pasar modal, perusahaan sebagai
entitas, analis, manajer, akuntan publik, dan pemakai laporan. Sarana-sarana yang
membentuk struktur akuntansi meliputi misalnya peraturan pemerintah, standar
akuntansi, laporan keuangan, dan konvensi laporan. Struktur tersebut dapat
dipandang menggambarkan pengertian pelaporan keuangan sebagai mekanisme
tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling
berinteraksi sehingga dihasilkan informasi keuanggan yang diwujudkan dalam
bentu statement keuangan termasuk fungsi auditor untuk menentukan kewajaran
statement keuangan.

Untuk menjelaskan pengertian akuntansi, struktur tersebut menggambarkan


luas lingkup (scope) akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan sekaligus
mengaitkannya dengan pengertian akuntansi sebagai praktik dan profesi. Proses
dan kegiatan yang dilukiskan diatas PABU merupakan proses dan kegiatan
perekayasaan yang melibatkan pengetahuan teori akuntansi sebagai penalaran
logis. Tensu saja proses ini tidak berhenti bila rerangka konseptual telah tersusun.
Rerangkan konseptual harus terbuka untuk dievaluasi dan diperbaiki (amended)
sesuai dengan perkembangan ekonomi dan bisnis. Kegiatan di bawah PABU
meluskikan praktik akuntansi termasuk fungsi auditor dalam system pelaporan
keuangan dengan standar pengauditan berterima umum (StaPBU) sebagai
rerangka pedoman pelaksanaan audit.
Jadi, proses dan kegiatan di bawah PABU merupakan praktik pelaksanaan
hasil perekayasaan di tingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingan dengan
bagaimana entitas pelapor (reporting entities) yang berada dalam suatu wilayah
negara menyediakan dan menyampaikan informasi keuangan dengan cara tertentu
sesuai PABU. Oleh karena itu, bagian ini sebenarnya menggambarkan definisi
akuntansi secara sempit sebagai suatu proses dengan cara tertentu cara tertentu
tersebut tidak lain adalah PABU sebagai suatu rerangka pedoman.

23
2.5.1. Manfaat Struktur Akuntansi
1. Acuan dalam penyusunan kurikulum program studi atau program
pendidikan akuntansi.
2. Acuan dalam pemilihan bidang profesi yang memerlukan akuntansi
sebagai pengetahan prasyarat.
3. Menunjukkan kedudukan auditor independen dalam kaitannya dengan
tanggung jawab managemen untuk menyusun statemen keuangan.

24
BAB III

PENUTUP
3.1. Simpulan

Perekayasaan pelaporan keuangan adalah proses pemikiran logis, deduktif,


dan objektif untuk memilih dan mengaplikasi ideology, teori, konsep dasar,
teknik, prosedur, dan teknologi yang tersedia secara teoritis dan praktis untuk
mencapai tujuan Negara. Hasil perekayasaan dituangkan dalam suatu dokumen
resmi yang disebut rerangka konseptual yang fungsinya dapat dianalogi dengan
konstitusi.
Rerangka konseptual merupakan beberapa tujuan dan hal mendasar yang
saling berkaitan yang membentuk suatu sistem/ rerangka terpadu yang melandasi
penyusunan standar akuntansi yang konsisten dan yang menetapkan sifat, fungsi,
dan keterbatasan pelaporan keuangan dan statement keuangan.
Tujuan pelaporan keuangan merupakan proses yang paling menentukan
dalam perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan keuangan menentukan konsep
dan prinsip yang relevan dalam penyusunan statemen laporan keuangan. Selaian
itu tujuan pelaporan keuangan diharapkan mampu memberikan informasi kepada
para pemakai dengan berbagai kepentingan, serta mencapai tujuan ekonomik
sosial negara. Sehingga, dengan adanya informasi tersebut dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan.
Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan
ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi
berterima umum/ PABU (Generally Accepted Accounting Principles/GAAP)
termasuk di dalamnya standar akuntansi (accounting standards).

25
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2013. Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFF.


Yogyakarta.

http://www.fasb.org/home

http://keuanganlsm.com/financial-accounting-standards-board-fasb-2/

https://cacingkurcaci.blogspot.co.id/2017/07/teori-akuntansi-perekayasaan-
pelaporan.html

26

Anda mungkin juga menyukai