Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN

ACCOUNTING THEORY

1. Pengertian Perekayasaan Pelaporan Keuangan


Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif membangun suatu
struktur dan mekanisma pelaporan keuangan dalam suatu negara untuk menunjang tercapainya
suatu tujuan negara.
 Langkah-Langkah Perekayasaan :

a. Penentuan konsep dasar atau postulat

b. Penatapan tujuan perlaporan

c. Pengidentifikasian pihak yang dituju oleh pelaporan

d. Pemilihina dan penentuan informasi yang diperlukan

e. Penentuan cara penyampaian informasi

f. Pengidentifikasian kendala-kendala pelaporan

g. Penyusunan dokumen resmi dalam bentuk pernyataan konsep

h. Penetapan standar akuntansi dan perencanaan sistem akuntansi dalam rangka


penerapan standar

2. Bila proses perekayasaan telah selesai serta di aplikasi, rerangka pedoman PABU telah
ditentukan, dan secara operasional pelaporan keuangan telah berlangsung, maka pengertian
akuntansi dan teori akuntansi secara luas dapat dilukiskan dalam suatu diagram yang disebut
dengan struktur akuntansi.
3. Proses Saksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan andal, proses perekayasaan harus dilakukan
melalui tahap - tahap prosedur yang saksama dan teliti. Berikut ini adalah proses saksama (due
process) yang dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi:
a. Mengevaluasi masalah
b. Mengadakan riset dan analisis
c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum)
d. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing)
e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum
Diskusi
f. Menerbitkan draf awal standard (Exposure Draft) yang diusulkan
g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tentang ED
h. Memutuskan menerbitkan statemen atau tidak
i. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
4. Aspek Semantik Dalam Perekayasaan
Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek- objek fisis
kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek statemen keuangan.
 Konsep informasi akuntansi
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keyakinan
pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-simbol (elemen-elemen) yang termuat dalam
seperangkat statemen keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna kalau tiap elemen di
interpretasi sebagai objek yang berdiri sendiri. Artinya, statemen keuangan berisii rangkaian
elemen-elemen baru dapat ditangkap maknanya kalau bentuk, isi dan susunannya diartikan
secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Informasi semantik ini harus ditangkap
secara kontekstual melalui tiga komponen sebagai satu kesatuan, yaitu elemen (objects), ukuran
dalam unit moneter (size), dan hubungan (relationship) antar elemen.
5. Proyek kerangka konseptual (Conceptual Framework Project)dapat dianggap mencerminkan
dalam pemikiran akuntansi. Tujuan sosial yang luas dalam Statement of Financial Accounting
Concepts adalah bahwa laporan keuangan harus mendorong keefektifan pasar modal dan uang
mengalokasikan sumber daya yang langka di antara berbagai penggunaan yang berkompetensi.
Hal ini akan dapat dicapai bila laporan keuangan memberikan informasi yang berguna bagi
mereka yang mengambil keputusan investasi dan pemberian pinjaman.

 Manfaat-manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:

1) Memberi pengarahan atau pedomen kepada badan yang bertanggungjawab dalam


penyususnan/penetap standar akuntansi.
2) Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-maslah akuntansi yang dijumpai
dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman spesifik.
3) Menentukan batas-batas pertimbangan (bounds for judgment) dalam penyusunan
statemen keuangan.
4) Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5) Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antarperusahaan.

 Komponen Kerangka Konsep

1) Tujuan pelaporan keuangan

Penentuan tujuan laporan keuangan merupakan langkah yang paling krusial dalam
perekayasaan akuntansi. Tujuan pelaporan menentukan konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang relevan yang akhirnya menentukan bentuk, isi, jenis, dan susunan statemen
keuangan. Most, menunjukkan dua pendekatan dalam menentukan tujuan penyediaan
informasi (pelaporan keuangan) yaitu:

a. Menyediakan informasi untuk sehimpunan pemakai umum yang mempunyai


bermacam-macam kepentingan keputusan.

b. Pelaporan keuangan diarahkan untuk menghasilkan satu set data (satu set
statemen keuangan) untuk berbagai pemakai dan kepentingan.

c. Menyediakan informasi untuk kelompok pemakai tertentu yang mempunyai


kepentingan tertentu yang diketahui (teridentifikasi).

d. Kelompok pemakai meliputi pemakai eksternal dan internal sehingga beberapa


laporan tidak harus berupa statemen.

2) Criteria kualitas informasi

Criteria yang menjadi pedoman kebijakan akuntansi sangat erat kaitannya dengan
masalah apakah informasi suatu objek bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi
pihak pemakai yang dituju. informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut terpaut
dengan keputusan yang menjadi sasaran informasi. Informasi juga akan bermanfaat kalau
pemakai mempercayai informasi tersebut.

3) Elemen-elemen statemen keuangan

Elemen statemen keuangan adalah makna (meaning) atau konstruk (construct) yang


sengaja ditentukan dalam perekayasaan akuntansi untuk menyimbolkan atau
mempresentasi realitas kegiatan usaha suatu badan usaha sehingga orang dapat
membayangkan realitas kegiatan tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan
sendiri secara fisis kegiatan tersebut.

4) Pengukuran dan pengakuan

Penentuan dan pendefenisisan elemen berkaitan dengan masalah apa yang harus
disajikan dalam statemen keuangan dan terdiri atas apa saja seperangkat penuh statemen
keuangan (a full set of financial statements). Elemen dan pos menjadi bahan penyusunan
seperangkat penuh statemen keuangan. Agar secara teknis penyususnan statemen
keuangan dapat dilaksanakan dengan mudah, diperlukan sarana (berupa buku besar atau
ledger ) untuk mencatat hasil pengukuran. Oleh karena itu, pos-pos yang harus disajikan
dalam statemen keuangan menjadi basis untuk menamai akun-akuan (accounts) dalam
buku besar. Bila suatu hasil pengukuran dicatat dalam system pembukuan, berarti
informasi tersebut dengan sendirinya akan disajikan via statemen keuangan (incorporated
into financial statements).

6. Ditingkat paling atas objektives merupakan penjelasan tentang tujuan laporan keuangan.
Tujuan ini ada 2 tujuan yaitu : tujuan laporan keuangan untuk perusahaan dan tujuan laporan
keuangan untuk organisasi nonprofit. Tujuan laporan keuangan untuk perusahaan terdapat dalam
SFAC NO.1 dan tujuan laporan keuangan untuk organisasi nonprofit terdapat dalam SFAC
No.4 . Dalam tingkatan kedua (dari atas) disebut fundamental yang mencakup ciri kualintatif dari
informasi akuntansi (SFAC No.2) dan elemen laporan (SFAC No.3). Dalam tingakatan III
(Operational) menggambarkan pedoman operasional yang digunakan dalam menyusun laporan
dan menerapkan prinsip akuntansi yang mencakup :
1. Kriteria pengakuan ( Recognition criteria)
2. Laporan keuangan VS pelaporan keuangan
3. Pengukuran
Pada lantai dasar (display) dicantumkan laporan tentang laba rugi, laporan perubahan dana dan
likuiditas, dan laporan posisi keuangan.
7. PABU atau prinsip akuntansi berterima umum adalah suatu kerangka pedoman operasional
yang terdiri dari standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunya secara
resmi (yuridis), teoritis, dan praktis. Sebagai pedoman operasional PABU akan menjadi kriteria
untuk menentukan apakah Laporan Keuangan telah menyajikan informasi keuangan dengan
baik, benar, dan jujur, atau yang secara teknis disebut menyajikan secara wajar (present fairly). 
 Perkembangan Prinsip Prinsip Akuntansi :
Terdapat Empat tahapan dari proses perkembangan prinsip akuntansi ini dapat diidentifikasikan
sebagai berikut :
a. Yang pertama di tahun (1900-1933), manajemen memiiiki kendali penuh atas pemilihan
dari informasi keuangan yang akan diungkapkan di dalam laporan tahunan; Pengaruh
manajemen ini muncul akibat meningkatnya jumláh pemegang saham dan peranan
ekonomi dominan yang dimainkan oleh perusahaan-perusahaan industri setelah tahun
1900. Intervensi yang dilakukan oleh manajemen ini dapat diartikan sebagai solusi ad hoc
untuk mengatasi masalah-masalah yang mendesak dan kontroversi. Berikut Konsekuensi
dari adanya ketergantungan kepada inisiatif manajemen ini yaitu:

1) kebanyakan teknik-teknik akuntansi yang kurang memiliki dukungan teoretis.

2) Fokusnya adalah menentukan laba kena pajak dan meminimalkan pajak penghasilan.

3) Teknik-teknik yang diadopsi dimotivasi oleh keinginan untuk meratakan laba (earnings
smooth).

4) Menghindari masalah-masalah yang kompleks dan mengadopsi solusi yang cepat.

5) Setiap perusahaan memiliki teknik akuntansi yang berbeda dalam mengatasi masalah
yang sama.
b. Selanjutnya pada tahap kedua (1933-1959) dan tahap ketiga (1959-1973) badan-badan
profesional memainkan peranan yang signifikan dalam pengembangan prinsip-prinsip
akuntansi; pada Tahap kedua ini ditandai dengan adanya pembuatan dan peningkatan
peranan institusi di dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi. Yang meliputi
pendirian Securities and Exchange Commission (SEC); persetujuan atas “prinsip-prinsip
umum” oleh AIA; dan peran baru yang dimainkan oleh Komite Prosedur Akuntansi
(Committee on Accounting Procedures atau CAP). Yang masing-masing akan ditinjau
sebagai berikut:

1. Pada tahun 1934, Kongres menciptakan SEC dengan tugas untuk mengelola beragam
hukum-hukum investasi federal, termasuk Undang-undang Sekuritas pada tahun 1933
yang mengatur penerbitan sekuritas di pasar-pasar antarnegara bagian dan Undang-
undang Sekuritas tahun 1934 yang mengatur perdagangan sekuritas.

2. adanya kritikan mengenai teknik- teknik pelaporan sebagai sesuatu yang


memperdayakan, sehingga George O. May, kebangsaan Inggris, mengusulkan agar
Institut Akuntan Publik Bersertifikat Amerika (American Institute of Certified Public
Accountant—AICPA) memulai sebuah usaha kerja sama dengan bursa efek sehingga
dapat ditetapkan standar bagi akun-akun neraca dan laba rugi, yang tentunya akan
diterima oleh banyak eksekutif perusahaan dan akuntan.

3. Setelah diterbitkannya ASR No. 4 oleh SEC, yang menantang profesi kuntan untuk
memberikan “dukungan substansial dari yang berwenang” bagi prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku, dan meningkatnya kecaman dari Asosiasi Akuntansi Amerika
(American Accounting Association) dan para anggotanya yang baru saja dibentuk,
sehingga Institut selanjutnya di tahun1938 memutuskan memberikan kuasa kepada
Komite Prosedur Akuntansi (Committee Accounting Procedure—CAP) untuk
mengumumkan keputusannya.

c. Tahapan yang ke tiga Kontribusi Professional (1959-1973).

Suatu Komite Khusus atas Program Riset yangdibuat di tahun 1957 dan 1958 mengusulkan
untuk melakukan pembubaran CAP dan departemen risetnya. AICPA menerima rekomendasi
dari komite dan mendirikan di tahun 1959, Dewan Prinsip Akuntansi (Accounting Principles
Board atau APB) dan Divisi Riset Akuntansi (Accounting Research Division) dengan misi untuk
memajukan pernyataan tertulis dari apa yang dinyatakan sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.

Kritikan dan kegagalan APB juga terjadi karena terlalu bergantung pada asosiasi professional
dimana
1. Asosiasi dan keagenan tersebut tidak bersandar pada kerangka kerja teoretis yang telah dibuat.
2. Wewenang atas pernyataan tidak dinyatakan dengan jelas.
3. Adanya perlakuan alternatif nvmungkinkan adanya fleksibilitas di dalam pemilihan teknik-
teknik akuntansi.
Ketidakpuasan akibat adanya intervensi profesional, seperti yang telah diungkapkan dalam
tulisan oleh Briloff, adalah suatu cara yang efektif dalam menarik perhatian masyarakat umum
akan adanya penyalahgunaan akuntansi yang mendominasi beberapa laporan tahunan tertentu.
dan pada tahap keempat, yang berlangsung sampai sekarang, yaitu Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (Financial Accounting Standards Board—FASB) Amerika Serikat dan berbagai
kelompok yang berpengaruh lainnya sedang bergerak ke arah politisasi akuntansi.

d. Tahapan yang ke 4 Politisasi (1973-Sekarang).

Keterbatasan yang dimiliki oleh baik asosiasi profesional maupun manajemen di dalam
memformulasikan suatu teori akuntansi telah mengarah kepada pengadopsian suatu pendekatan
yang lebih deduktif sekaligus melakukan politisasi atas proses penetapan standarnya atas sebuah
situasi yang diciptakan oleh pandangan yang berlaku umum bahwa angka-angka akuntansi
memengaruhi perilaku berekonomi dan, sebagai konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi
hendaknya dibuat di dalam arena politik. Dalam pandangan yang sama, Horngren menyatakan
bahwa “Penetapan dari standar akuntansi selain dari-produk logika yang tanpa cela atau temuan-
temuan empiris adalah juga suatu produk dari tindakan politis. Mengapa? Karena penetapan
standar adalah suatu keputusan sosial. Standar memberikan batasan pada perilaku; karenanya, ia
harus dapat diterima oleh pihak-pihak yang terkena akibatnya. Penerimaan dapat dipaksakan atau
secara sukarela atau sebagian dari keduanya. Di dalam sebuah masyarakat yang demokratis,
mendapatkan penerimaan adalah suatu proses yang luar biasa rumit dan membutuhkan keahlian
pemasaran di arena politik.”
Sejak awal, FASB telah menerapkan sebuah pendekatan deduktif dan quasi politik dalam
formulasi dari prinsip-prinsip akuntansi. Hal yang dilakukan oleh FASB mendapatkan nilai yang
lebih baik, pertama, dengan adanya usaha untuk mengembangkan suatu kerangka kerja teoretis
atau kesepakatan dalam akuntansi, dan kedua, dengan lahirnya berbagai kelompok yang
berkepentingan, yang kontribusinya diperlukan bagi penerimaan “umum” atas standar baru. Oleh
sebab itu, proses penetapan standar memiliki aspek politis di daiamnya

8. Struktur teori akuntansi merupakan elemen yang saling berkait yang menjadi pedoman
pengembangan teori dan penyusunan teknik teknik (standart) akuntansi.

NAMA KELOMPOK
1. Adinda Ragil D.T.W (22101082038)
2. Wulan Puspitasari (22101082051)
3. Ardalena Sri Putri I.S (22101082054)

Anda mungkin juga menyukai