Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN PEREKAYASAAN PELAPORAN KEUANGAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Accounting Theory
Dosen pengampu : Bpk. Mohammad Cholid

Disusun Oleh:
Annisa Maudhi Putri (22101082065)
Yusuf Ramadan (22101082070)
Iftitah Rizkiyani (22101082071)
Salwa Almira (22101082167)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021/2022
Agar manfaat akuntansi dapat dirasakan, pengetahuan perekayasaan harus diaplikasi
dalam suatu wilayah/negara. Wujud aplikasi ini adalah terciptanya suatu mekanisme
pelaporan keuangan nasional yang dengannya unit-unit organisasi bisnis, nonbisnis, dan
kepemerintahan dalam suatu negara menyediakan data dan menyampaikan informasi
keuangan kepada para pengambil keputusan yang dianggap dominan dan berpengaruh dalam
pencapaian tujuan negara.

Salah satu tujuan ekonomik negara adalah alokasi sumber daya ekonomik (alam,
manusia, dan keuangan) secaar efektif dan efisien untuk mencapai tingkat kemakmuran
masyarakat yang optimal. Akuntansi dapat menjadi tempat dan mempunyai peran nyata
dalam alokasi tersebut jika informasi yang dihasilkan sengaja dirancang agar dapat
mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan ekonomik dominan untuk menuju ke
keefektifan dan efisiensi alokasi sumber daya negara.

Dalam pelaporan keuangan, pengendalian secara automatis dicapai dengan


ditetapkannya suatu pedoman pelaporan keuangan, yaitu Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU). Bila PABU telah ditetapkan, mekanisme selanjutnya adalah menerapkan
PABU dalam lingkup mikro, yaitu peerusahaan secara individual. PABU merupakan cara
tertentu untuk melaporkan kejadian ekonomik yang berkaitan dengan suatu perusahaan.
PABU akan mewarnai praktik akuntansi dalam suatu negara.

Jadi, perekayasaan akuntansi dilakukan pada tingkat nasional dengan hasil berupa
rerangka konseptual yang berfungsi sebagai semacam konstitusi. Rerangka konseptual
tersebut memuat konsep-konsep pemikiran untuk dijadikan basis dalam menetapkan PABU
(terutama standar akuntansi) yang harus dilaksanakan pada tingkat perusahaan mikro.

A. PROSES PEREKAYASAAN
Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan
bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan
ekonomik dan sosial negara. FASB mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan
sarana penyampaian informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan terutama
dari segi keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui
pernyataan keuangan.
Struktur akuntansi melukiskan unsur-unsur (pihak-pihak dan sarana-sarana) yang
terlibat dalam dan terpengaruh oleh penyediaan informasi keuangan dan terdapat
hubungan antara unsur-unsur tersebut. Pihak yang terlibat (berkepentingan) meliputi
pelaku dan institusi, misalnya penyusun standar, profesi, pemerintah, badan pembina
pasar modal, dan sebagainya. Sarana-sarana yang membentuk struktur akuntansi,
meliptui peraturan pemerintah, standar akuntansi, laporan keuangan, dan konvensi
pelaporan.
Pengertian proses akuntansi dalam pelaporan keuangan adalah mekanisme
tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling
berinteraksi sehingga menghasilkan informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk
laporan keuangan termasuk mekanisme untuk menentukan kewajaran laporan keuangan.
Pelaporan keuangan sebaagi sistem nasional merupakan hasil perekayasaan akuntansi di
tingkat nasional. Perekayasaan akuntansi adalah proses pemikiran logis dan objektif
untuk membangun suatu struktur dan mekanisme pelaporan keuangan dalam suatu
negara untuk menunjang tercapainya tujuan negara.
Dalam perekayasaan tersebut, tujuan negara dijabarkan dalam tujuan pelaporan
keuangan. Harapannya adalah pencapaian tujuan akuntansi dengan sendirinya akan
membantu tercapainya tujuan negara. Proses tersebut merupakan manifestasi dari
pendefinisian akuntansi sebagai teknologi. Pada dasarnya, proses perekayasaan adalah
proses untuk menjawab pertanyaan mendasar, yaitu bagaimana suatu kegiatan operasi
perusahaan disimbolkan dalam bentuk laporan keunagan sehingga orang yang dituju
dapat membayangkan operasi perusahaan secara finansial tanpa harus menyaksikan
secara fisis operasi perusahaan, misalnya mengunjungi perusahaan secara langsung.
Sesuai dengan teori komunikasi, penyimbolan kegiatan fisis adalah menentukan objek-
objek fisis yang dianggap penting bagi yang dituju laporan dan menyimbolkannya dalam
bentuk elemen-elemen laporan keuangan beserta pengukurannya.

1) Perekayasaan sebagai Proses Deduktif


Sebagai penalaran deduktif-normatif, Hendriksen menguraikan aspek-aspek
yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk menghasilkan
rerangka teoritis akuntansi.
Aspek pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-unit
usaha dan lingkungannya. Aspek ini menghendaki agar perekayasa
mengidentifikasi dan mempertimbangkan karakteristik operasi perusahaan beserta
lingkungan politik, ekonomi, budaya, dan sosial tempat akuntansi diterapkan.
Aspek pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan mengarahkan
perekayasa agar menentukan siapa pihak yang dituju oleh informasi dalam
lingkungan negara yang dipostulatkan. Dalam hal ini, pengambil keputusan
ekonomik yang paling dominan/berpengaruh biasanya menjadi fokus pelaporan.
Aspek evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak pemakai, biasanya
dipertimbangkan sebagai pihak yang mempunyai tingkat kecanggihan tertentu
dan bukan pihak yang awam. Menurut FASB, pemakai adalah orang yang
mempunyai pengetahuan tentang kegiatan bisnis dan ekonomik dan bersedia
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang layak.
Aspek penentuan dan pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan,
berkaitan dengan penentuan objek-objek dan kegiatan-kegiatan fisis perusahaan
dan lingkungannya yang harus dilaporkan beserta maknanya yang relevan dengan
pencapaian tujuan pelaporan keuangan.
Aspek evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian informasi,
berkaitan dengan masalah bagaimana kegiatan fisis perusahaan diterjemahkan
dalam mata uang yang bermakna. Dengan kata lain, aspek ini membahas
pengembangan dan pendefinisian elemen laporan yang menjadi sarana untuk
mengkomunikasi informasi tentang operasi suatu unit perusahaan dan
lingkungannya.
Aspek penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran,
adalah identifikasi keunggulan dan kelemahan berbagai alternatif pendefinisian,
pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan.
Aspek pengembangan dan penyusunan pernyataan umum, merupakan
penghubung antara proses pada tingkat makro dan mikro. Dalam langkah ini,
hasil pemikiran dalam bentuk pernyataan umum yang dituangkan dalam bentuk
dokumen. Atas dasar dokumen ini, suatu badan, komite, atau dewan dapat
dibentuk dan diserahi trugas untuk menjabarkannya dalam bentuk standar
akuntansi.
Apek perancangbangunan struktur dan format sistem informasi akuntansi,
yang dipertimbangkan dalam proses pelaksanaan hasil perekayasaan di tingkat
perusahaan mikro bila standar akuntansi telah tersusun. Aspek ini mengenai
penyusunan sistem dan prosedur akuntansi untuk penciptaan dan penyajian data
akuntansi.

2) Siapa yang Merekayasa ?


Proses perekayasaan bukan suatu upaya perseorangan tetapi merupakan
upaya tim yang melibatkan berbagai disiplin intelektual dan kekuatan politik
mengingat perekayasaan tersebut merupakan suatu proses yang serius, dimana
hasilnya akan berdampak luas dan jangka panjang. Walaupun dalam
kenyataannya, perekayasaan di tingkat nasional secara teknis diserahkan oleh
badan legislatif ke profesi atau badan khusus untuk tujuan tertentu, tetapi badan
legislatif mempunyai kekuatan yuridis dan politis untuk menentukan hasil akhir
perekayasaan (dalam bentuk hak veto atau amandemen).
Karena pentingnya perekayasaan ini, para anggota badan legislatif atau
pelaksana yang terlibat dan berkepentingan dalam hal ini harus mempunyai
wawasan dan pengetahuan teoritis di bidang masing-masing yang cukup
memadai. Sebagai alternatif, penyediaan informasi tidak dikendalikan oleh
pemerintah, tetapi diserahkan kepada profesi dan pelaku bisnis.

3) Aspek Semantik Dalam Perekayasaan


Proses semantik ini tidak lain adalah memilih dan menyimbolkan objek-
objek fisis kegiatan perusahaan yang relevan menjadi objek-objek laporan
keuangan. Model yang sekarang dikenal secara luas adalah menyimbolkan
kegiatan fisis perusahaan dalam sepuluh elemen, yang akhirnya terefleksi dalam
laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, biaya, untung, rugi,
investasi pemilik, distribusi ke pemilik, dan laba komprehensif.
Elemen-elemen itu sendiri belum bermakna dan menjadi informasi sebelum
diukur dengan cara tertentu agar besar-kecilnya elemen dapat dirasakan manfaat
atau pengarunya. Agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk informasi
keuangan, objek-objek fisis harus dikuantifikasi ke dalam satuan yang
homogenus sehingga satuan tersebut dapat menggambarkan besarnya dan
hubungan antar objek. Dari segi akuntansi, aliran fisis perusahaan akhirnya
direpresentasi dalam bentuk satuan uang hasil pengukuran elemen yang menjadi
bahan olah dan data dasar akuntansi. Jumlah rupiah sebagai hasil pengukuran ini
disebut dengan cost.
Sebagai bahan olah akuntansi, data cost harus ditangkap dalam suatu sistem
informasi akuntansi agar dapat diolah dan disajikan dalam bentuk laporan
keuangan atau laporan manajerial untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban secara internal atau eksternal. Bila laporan keuangan
disusun dengan cara melekati elemen-elemen laporan dengan cost yang tercatat
dalam sistem, maka akan dihasilkan laporan keuangan berbasis cost. Prinsip
penilaian seperti ini, disebut dengan prinsip historis cost.

4) Proses Seksama
Untuk mencapai kualitas yang tinggi dan handal, proses perekayasaan harus
dilakukan melaui prosedur yang seksama dan teliti. Hal ini diperlukan karena
dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai pernyataan resmi yang
mempunyai tingkat keakuratan tinggi. Prosedur ini berlaku dalam penyusunan,
baik rerangka konseptual maupun standar akuntansi yang berstatus statement.
FASB menyusun pernyataan resmi dengan proses seksama, seperti
mengevaluasi masalah karena standar harus diterbitkan atas dasar kenyataan,
mengadakan riset dan analisis yang hasilnya berupa laporan riset, menyusun dan
mendistribusi Memorandum Diskusi yang berisi analisis terinci aspek masalah
yang telah disidangkan pada tingkat awal, mengadakan dengar pendapat umum
untuk membahas masalah yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi,
menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas Memorandum
Diskusi, menerbitkan draf awal standar yang diusulkan (ED) untuk mendapat
tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari setelah penerbitan, menganalisis dan
mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED, memutuskan apakah jadi
menerbitkan suatu laporan atau tidak, dan menerbitkan statement yang
bersangkutan jika semua anggota menyetujui.
Proses yang kira-kira sama, juga diterapkan oleh IAI dalam penerbitan
suatu pernyataan. Penerbitan standar oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
atau standar profesional oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik harus
mengikuti prosedur, seperti konsep usulan materi yang akan dijadikan standar
tersebut harus disebarluaskan secara umum, mempertimbangkan tanggapan yang
diterima masyarakat yang harus didiskusikan oleh Komite untuk pengambilan
keputusan, dan Pengurus Pusat memutuskan untuk melakukan atau
mengesahkannya.
B. KONSEP INFORMASI AKUNTANSI
Simbol-simbol atau elemen-elemen yang termuat dalam seperangkat statement
keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna jika tiap elemen diinterpretasi sebagai
objek yang berdiri sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum memberi
informasi kalau tidak dihubungkan dengan elemen lainnya. Dalam teori komunikasi,
informasi semantik yang sebenarnya ingin disampaikan kepada pemakai sehingga akan
terjadi suatu pengaruh. Dalam akuntansi, pedoman yang dimaksud adalah prinsip
akuntansi berterima umum (PABU), terutama standar akuntansi.
Informasi semantik ini harus ditangkap secara kontekstual melalui tiga komponen
sebagai satu kesatuan, yaitu elemen/objek, ukuran dalam unit moneter, dan hubungan
antar elemen. Hubungan harus dikenali tidak hanya secara vertikal tetapi juga secara
horizontal bahkan antar perusahaan. Dalam konteks akuntansi, cost merupakan ukuran
elemen dalam laporan keuangan. Berbagai hubungan yang menunjukkan informasi
semantik dapat dinyatakan dalam bentuk rasio keuangan. Gabungan antara elemen,
ukuran, dan hubungan akan menghasilkan makna bila diinterpretasikan atas dasar prinsip
akuntansi berterima umum (PABU).

C. RERANGKA KONSEPTUAL
Dalam perekayasaan akuntansi, jawaban atas pertanyaan perekayasaan akan
menjadi konsep-konsep terpilih yang dituangkan dalam dokumen resmi, dimana di
Amerika disebut rerangka konseptual. Rerangka konseptual sebagai dokumen resmi hasil
perekayasaan sering disebut pula sebagai seperangkat prinsip umum, seperangkat
doktrin, atau suatu struktur konsep-konsep yang saling berkaitan.
Sebagai semacam “konstitusi” bagi profesi, rerangka konseptual akan menjadi
landasan untuk memecahkan masalah-masalah perlakuan akuntansi. Tanpa rerangka
konseptual sebagai “konstitusi” akan sangat sulit bagi penyusun standar untuk
mengevaluasi argumen bahwa perlakuan akuntansi tertentu lebih baik dalam
menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai bahwa perlakuan akuntansi tertentu
lebih efektif daripada perlakuan yang lain dalam rangka mencapai tujuan sosial atau
ekonomik.
Tanpa rerangka konseptual, tidak dapat dihindari kemungkinan para penyususn
standar untuk menggunakan konsep-konsep secara subjektif yang berakibat standar
akuntansi yang diterbitkan tidak pernah konsisten. Tiadanya rerangka konseptual dapat
menyebabkan penyusun standar akuntnasi diperalat oleh pihak tertentu untuk
menghasilkan standar yang menguntungkan pihak tersebut.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep yang koheren yang menetapkan sifat dan
fungsi pelaporan keuangan, Kam menguraikan manfaat rerangka konseptual, yaitu
memberi pedoman kepada badan yang bertanggung jawab dalam penyusunan standar
akuntansi, menjadi acuan dalam memecahkan masalah akuntansi yang dalam praktiknya
perlakuannya belum diatur secara spesifik dalam standar, menentukan batas-batas
pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan, meningkatkan pemahaman pemakai
laporan keuangan, dan meningkatkan keterbandingan laporan keuangan antar
perusahaan.
Fundasi (berupa konsep-konsep) dan penalaran-penalaran yang melekat pada
rerangka konseptual itulah yang sebenarnya membentuk teori akuntansi sebagai
penalaran logis. Penalaran ini dapat digunakan untuk mengevaluasi standar dan praktik
yang berjalan dan mengembangkan standar dan praktik di masa yang akan datang.

1) Model
Salah satu model yang banyak dikenal saatg ini adalah rerangka konseptual
yang dikembangkan oleh FASB yang membuat 4 komponen konsep penting,
yaitu :
1) Tujuan pelaporan keuangan
2) Kriteria kualitas informasi
3) Elemen-elemen laporan keuangan
4) Pengukuran dan pengakuan
Pelaporan keuangan lebih luas daripada laporan keuangan. Menurut FASB,
pelaporan keuangan tidak hanya menghasilkan informasi yang dapat dituangkan
dalam laporan keuangan, tetapi informasi lain yang mengandung kebermanfaatan
dalam keputusan. Menurut FASB, beberapa informasi penting lain lebih baik
disediakan melalui laporan keuangan dan beberapa informasi penting lain lebih
baik bahkan hanya dapat disediakan melalui media selain laporan keuangan.
Informasi yang dituangkan dalam laporan keuangan (finansial atau
nonfinansial) dapat disediakan dalam berbagai cara dan media. Informasi lain-
lain, meliputi laporan analisis keuangan dan pasar modal, statistik ekonomik,
artikel tentang perusahaan dalam media massa, dan informasi dari jumpa pers
manajer
Rerangka konseptual versi International Accounting Standards Committee
(IASC) disebut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
yang mempunyai komponen konsep hampir mirip dengan versi FASB. Untuk
komponen tujuan, IASC menyebutkan sebagai tujuan statement keuangan bukan
tujuan pelaporan keuangan. Karena lingkup penerapan standar IASC adalah
Internasional, karakteristik lingkungan negara menjadi tidak relevan. Hal ini yang
menyebabkan IASC tidak lagi menggunakan istilah pelaporan keuangan.
Karena memperhatikan faktor lingkungan dalam penyusunannya, rerangka
konseptual menurut FASB lebih menggambarkan suatu hasil proses perekayasaan
yang merupakan konsekuensi dari pengertian akuntansi sebagai teknologi. Lebih
dari itu, rerangka konseptual FASB banyak memuat penalaran dan argumen
untuk memilih konsep-konsep yang relevan.

2) Aspek Kependidikan
Karena FASB mencanangkan agar rerangka konseptual mengandung aspek
kependidikan kepada pemakai, FASB memasukkan deskripsi, argumen, dan
penalaran yang cukup rinci dalam tiap uraian konsep. Dengan demikian,
penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan konsep-konsep dalam
rerangka konseptual versi FASB membentuk seperangkat pengetahuan yang
dapat dipandang sebagai suatu teori deduktif-normatif.
Validitas teori ini dapat dievaluasi atas dasar penalaran logis yang
melandasi tiap argumen. Oleh karena itu, sebagai suatu pengetahuan untuk
pembelajaran atau sebagai teknologi berpikir untu pengembangan rerangka
konseptual baru di suatu negara. Rerangka konseptual FASB lebih unggul
dibanding rerangka konseptual menurut IASC. Dengan kata lain, bila transfer
teknologi untuk pembelajaran teori akuntansi harus dipilih, rerangka konseptual
versi FASB lebih tepat untuk digunakan.
Sebagai alat, akuntansi dan rerangka konseptualnya bukan merupakan
sesuatu yang steril terhadap perubahan. Rerangka konseptual sebagai hasil
perekayasaan harus selalu dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, perubahan dan modifikasi selalu harus dilakukan bila
perubahan tersebut memang menempatkan akuntansi menjadi lebih efektif
sebagai alat.
Perubahan dapat terjadi pada rerangka konseptual dan strandar akuntansi
yang telah diterbitkan. Kebutuhan untuk evaluasi ini akan banyak memicu
penelitian di bidang akuntansi untuk menguji apakah tujuan pelaporan keuangan
telah tercapai dengan adanya standar akuntansi tertentu.

D. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM


Rerangka konseptual yang berfungsi semacam “konstitusi” hanya memuat
konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai “konstitusi
akuntansi” di suatu negara. Pedoman dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang
berwenang dalam bentuk standar akuntansi atau pedoman-pedoman yang baik dan telah
banyak dipraktikkan yang dapat digunakan sebagai acuan bila hal tersebut bertentangan
dengan rerangka konseptual.
Sebagai pedoman operasional, PABU akan menjadi kriteria untuk menentukan
apakah statement keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah menyajikan
informasi keuangan dengan baik, benar, dan jujur yang secara teknis disebut
menyajikan secara wajar. Ada beberapa alasan mengenai kriteria kewajaran penyajian
statement keuangan berdasarkan versi PABU dan bukan berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan atau Financial Accounting Standard yang seperti diterapkan di Amerika.
Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau telah dituangkan
dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga harus dievaluasi secara luas
atas dasar ketentuan-ketentuan lain yang mengikat. Yang termasuk dalam ketentuan lain
adala peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan oleh badan selain
penyusun/penetap standar, misalnya (BAPEPAM).
Kedua, bila standar akuntansi secara eksplisit dijadikan kriteria dan dinyatakan
dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran hanyalah bersifat formal
bukan substantif. Artinya, standar akuntansi akan dijadikan standar minimal dan ada
kemungkinan auditor hanya memenuhi standar minimal tersebut untuk menentukan
kewajaran.
Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran harus
merupakan suatu rerangka pedoman yang cukup komprehensif, meliputi aspek teknis dan
konseptual. Pedoman semacam itu mirip dengan apa yang terjadi dalam penentuan
kriteria perbuatan etis. Rerangka pedoman ini terdiri atas standar ideal, kaidah/aturan
perbuatan, penjelasan resmi, dan petunjuk teknis, yang keseluruhannya membentuk
hirarki.

1) Tiga Pengertian Penting


Terdapat tiga istilah atau konsep penting yang sangat berbeda maknanya,
yaitu prinsip akuntansi, standar akuntansi, dan prinsip akuntansi berterima
umum (PABU).
Prinsip akuntansi adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep,
postulat, kaidah, prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang tersedia, baik
secara teoritis maupun praktis yang berfungsi sebagai pengetahuan. Tersedia
secara teoritis artinya prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan akademik
yang belum dipraktikkan tetapi mempunyai manfaat dan potensi yang besar untuk
diterapkan. Tersedia secara praktis artinya prinsip tersebut telah dipraktikkan dan
dianggap praktik yang baik dan bermanfaat.
Standar akuntansi adalah konsep, prinsip, metode, teknik, dan lainnya
yang sengaja dipilih atas dasar rerangka konseptual oleh badan penyusun standar
untuk diberlakukan dalam suatu lingkungan dan dituangkan dalam bentuk
dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara tersebut.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terdiri atas standar akuntansi
dan sumber-sumber lain yang didukung berlakunay secara resmi, teoritis, dan
praktis. PABU tidak sama dengan standar akuntansi dan prinsip akuntansi.

2) Isi PABU sebagai Rerangka Pedoman


Kriteria kewajaran penyajian informasi dalam bentuk statement keuangan
adalah suatu rerangka pedoman dan bukan semata-mata standar akuntansi.
Rerangka pedoman ini berisi komponen-komponen yang tersusun secara
hierarkis, baik atas dasar tingkat konseptualitas maupun autoritas.
PABU versi APB, memuat komponen-komponen rerangka konseptual yang
disebut GAAP, yaitu prinsip mendasar, prinsip operasi umum, dan prinsip terinci.
Prinsip Mendasar berisi prinsip tentang pengukuran dan pengakuan suatu elemen
statement keuangan atau objek pelaporan lainnya. Prinsip Operasi Umum
merupakan penjabaran lebih lanjut penerapan prinsip mendasar untuk elemen
atau pos-pos statement keuangan. Dengan kata lain, kategori ini mendeskripsi
tentang perlakuan akuntansi untuk tiap elemen atau pos pelaporan keuangan
berupa pengukuran, pengakuan, penilaian, dan penyajian dalam statement
keuangan beserta pengungkapannya dalam bentuk standar akuntansi. Prinsip
Terinci berisi pedoman teknis untuk menjalankan prinsip mendasar dan prinsip
operasi umum.
PABU versi Rubin bukan merupakan satu buku atau dokumen tetapi lebih
merupakan rerangka pedoman yang terdiri atas berbagai sumber dengan berbagai
tingkat keautoritatifan yang membentuk suatu hierarki yang digambarkan dengan
suatu bentuk bangunan tumah (disebut The House of GAAP). Hierarki dilukiskan
sebagai lantai rumah bertingkat dengan fundasi berupa landasan konseptual. Tiap
lantai menggambarkan tingkat keautoritatifan, dengan lantai paling bawah berisi
sumber paling autoritatif. Makin ke atasm suatu sumber makin berkurang tingkat
keautoritatifannya.
PABU versi SAS No. 69 bahwa entitas bisnis dan non bisnis diacu sebagai
entitas non kepemerintahan. Karena tujuan, karakteristik, dan jurisdiksi operasi
entitas kepemerintahan yang berbeda, diperlukan pelaporan keuangan yang
berbeda pula. GASB bertanggungjawab untuk menentukan PABU untuk entitas
kepemerintahan. Dengan kata lain, entitas non kepemerintahan berada di bawah
FASB dan entitas kepemerintahan berada di bawah GASB.
PABU versi SPAP bahwa rerangka pedoman PABU Indonesia secara
struktural diadopsi oleh sumber SAS No. 69, tetapi hanya diambil untuk entitas
non kepemerintahan. Rerangka ini mungkin tidak akan berlaku lagi atau berubah
jika profesi di Indonesia mengadopsi secara penuh standar akuntansi
internasional. Jadi, adopsi tersebut sebenarnya belum lengkap karena belum
memasukkan sumber-sumber pedoman untuk organisasi kepemerintahan. IAI
sebenarnya sudah dilengkapi dengan kompartemen akuntansi sektor publik yang
berkepentingan dengan penentuan rerangka konseptual dan standar akuntansi
untuk entitias sektor publik. Dengan rerangka pedoman tersebut, makna PABU
hanya dibatasi untuk entitas non kepemerintahan sehingga ukuran kewajaran
penyajian statement keuangan untuk enetitas kepemerintahan belum jelas.

E. PEDOMAN TENTANG APA ?

1) Definisi
PABU memberikan batasan atau definisi berbagai elemn, pos, atau objek
statement keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar
tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh
pemakai. Dengan pendefinisian elemen, pos, atau istilah dengan cermat,
diharapkan pemakai laporan mengartikan simbol-simbol tersebut sesuai dengan
pengertian yang didefinisi dalam standar akuntansi.

2) Pengukuran atau Penilaian


Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang melekat pada suatu objek
yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Pengukuran lebih berhubungan
dengan masalah penentuan jumlah rupiah yang dicatat pada saat suatu transaksi
terjadi. Pengukuran sering pula disebut penilaian. Akan tetapi, penilaian lebih
ditujukan untuk penentuan jumlah rupiah yang melekat pada suatu elemen atau
pos pada saat dilaporkan dalam statement keuangan. Penilaian berkaitan dengan
masalah apakah persediaan yang dilaporkan sebesar harga pada saat pembelian
atau menggunakan harga pasar.

3) Pengakuan
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi
dalam laporan keuangan. Jadi, pengakuan berhubungan dengan masalah apakah
suatu transaksi dijurnal atau tidak.

4) Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam
seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif.
Pengungkapan berkaitan dengan cara penjelasan hal-hal informatif yang dianggap
penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui
statement keuangan utama.

F. AUTORITAS RERANGKA KONSEPTUAL


Sebelum dibentuk badan penyusun standar, AICPA banyak mengeluarkan
penerbitan yang dianggap dapat dijadikan sumber prinsip akuntansi. Karena dirasakan
perlunya standar, maka dibentuklah APB yang ada di bawah AICPA untuk merumuskan
standar akuntansi. Penerbitan APB sering dianggap menguntungkan auditor dan kliennya
karena tidak ada wakil dari pemakai laporan yang duduk dalam keanggotaan APB.
Kemudian badan tersebut diganti dengan FASB yang tidak berada di bawah
AICPA sehingga kedudukannya lebih netral. Karena rerangka konseptual dirancang
untuk perbaikan masa dean, penyusunannya tidak memperhatikan standar akuntansi yang
telah diberlakukan. Jadi, dapat diantisipasi bahwa akan banyak standar akuntansi yang
tidak sesuai lagi dengan diberlakukannya rerangka konseptual.
FASB sebenarnya menetapkan agar para akuntan dan auditor tidak begitu saja
meniadakan standar yang bertentangan dengan rerangka konseptual dengan memanfaat
ketentuan 203 dari kaidah perbuatan dalam kode etika profesional AICPA. Ketentuan
203 menggariskan bahwa dalam situasi yang sangat luar biasa, akuntan publik tetap
dapat menyatakan bahwa suatu statement keuangan disajakan secara wajar sesuai GAAP
meskipun statement keuangan mengandung penyimpangan dari ketentuan yang
dikeluarkan badan yang berwenang mengeluarkan standar asalkan anggota dapat
menjelaskan dan menunjukkan secara meyakinkan bahwa mengikuti standar yang ada.
Jadi, secara teoritis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fundasi rerangka
pedoman PABU dan harus direkayasa dahulu sebelum standar. Oleh karena itu, standar
yang digunakan harus konsisten, baik dengan rerangka konseptual maupun antarstandar.
Penurunan standar tentunya harus dilakukan oleh badan yang berwenang secara seksama.
Konflik hanya terjadi jika standar sudah terlanjut berkembang tanpa rerangka konseptual.
Dalam hal ini, konflik harus segera diselesaikan agar tercapai suatu situasi yang di
dalamnya tidak lagi ada konflik. Dalam situasi seperti itu, kedudukan rerangka
konseptual dapat dikuatkan menjadi fundasi atau landasan konseptual paling autoritatif.
Walaupun demikian, penurunannya menjadi standar, harus tetap dilakukan oleh
badan yang berwenang. Dalam keadaan tidak ada petunjuk spesifik dalam bentuk
standar, akuntan publik dapat menginterpretasi seacar profesional rerangka konseptual
untuk mendapatkan dasar yang layak dalam memperlakukan suatu kejadian atau pos.
Penalaran seperti ini telah terefleksi dalam rerangka pedoman versi SPAP.

G. STRUKTUR AKUNTANSI
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut harus
menggambarkan pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dan terpengaruh oleh
perekayasaan informasi keuangan dan saling berhubungan antara berbagai pihak dan
sarana tersebut. Struktur tersebut dapat dipandang menggambarkan pengertian pelaporan
keuangan sebagai mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana
pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan informasi keuangan yang
diwujudkan dalam bentuk statement keuangan, termasuk fungsi auditor untuk
menentukan kewajaran statement keuangan.Proses dan kegiatan yang dilukiskan di atas
PABU merupakan proses dan kegiatan perekayasaan yang melibatkan pengetahuan teori
akuntansi sebagai penalaran logis. Tentu saja proses ini tidak berhenti bila rerangka
konseptual telah tersusun.
Rerangka konseptual harus terbuka untuk dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan bisnis. Kegiatan di bawah PABU melukiskan praktik
akuntansi termasuk fungsi auditor dalam sistem pelaporan keuangan dengan standar
pengauditan berterima umum (StaPBU) sebagai rerangka pedoman pelaksanaan audit.
Jadi, proses dan kegiatan di bawah PABU merupakan praktik pelaksanaan hasil
perekayasaan di tingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingangan dengan
bagaimana entitas pelapor yang berada dalam suatu negara menyediakan dan
menyampaikan informasi keuangan dengan cara tertentu sesuai PABU. Selain
menggambarkan pengertian akuntansi dalam arti luas dan sempit, struktur juga
mempunyai beberapa manfaat di bidang studi, bidang profesi, dan fungsi auditor
independen.

1. Bidang Studi
Struktur akuntansi dapat dijadikan rerangka untuk menyusun kurikulum inti
program studi akuntansi. Bila kesatuan usaha diarahkan untuk entitas
kepemerintahan, struktur akuntansi dapat dijadikan basis untuk mendeskripsikan
lingkup akuntansi kepemerintahan.

2. Bidang Profesi
Bila dipandang dari profesi yang ditawarkan oleh akuntansi, struktur
akuntansi juga dapat menggambarkan kesempatan karir bagi mereka yang
menguasai pengetahuan akuntansi. Struktur akuntansi juga dapat menunjukkan
bahwa orang dapat terjun ke layanan publik dengan menjadi akuntan publik,
konsulat manajemen, dan penyusun sistem informasi akuntansi dan manajemen.

3. Fungsi Auditor Independen


Hal penting yang dapat digambarkan oleh struktur akuntansi adalah fungsi
auditor independen dalam pelaporan keuangan. Karena pihak pemakai biasanya
terpisah dengan pihak manajemen, baik secara administratif maupun secaar
operasional. Keterpisahan kedua pihak ini menempatkan pemakai statement
sebagai pihak luar yang tidak dapat secara langsung ikut dalam proses penyediaan
data dan penyusunan statement keuangan. Peran auditor independen sangat
diperlukan untuk mengaudit apakah statement keuangan benar-benar telah
disajikan sesuai dengan PABU.
Dalam melaksanakan audit, auditor independen harus memenuhi kriteria
dan standar kualitas pengauditan yang disebut standar pengauditan berterima
umum (StaPBU). StaPBU merupakan suatu rerangka pedoman yang terdiri atas
landasan konseptual dan operasional.
Dalam laporan auditor bentuk baku, IAI telah mereduksi makna standar
pengauditan berterima umum dengan digunakannya frasa “Standar Auditing”
yang ditetapkan oleh IAI. StaPBU (GAAS) meliputi pula landasan konseptual
yang di dalamnya memuat konsep tentang independensi sikap mental. Sikap
mental ini dideskripsi secara rinci dalam etika profesi. Dengan reduksi tersebut,
dapat terjadi bahwa akuntan publik hanya akan memenuhi standar sebatas yang
diatur secara operasional tetapi tidak berusaha untuk mencapai kualitas dan etika
tinggi yang dituju oleh landasan konseptual.
REFERENSI:
Suwardjono. Teori Akuntansi. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai