Besarnya beban deplesi untuk tiap-tiap periode tergantung pada jumlah produksi
periode yang bersangkutan. Beban deplesi adalah bagian dari biaya sumber daya alam yang
digunakan selama periode tertentu. Bagi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
deplesi berarti pengurasan sumber daya yang ada, sedangkan untuk sumber daya alam yang
dapat diperbaharui, deplesi walaupun dapat dengan usaha konservasi, namun dampaknya
terhadap lingkungan hidup masih tetap akan membekas dan membutuhkan waktu lama untuk
pemulihannya.
Perusahaan-perusahaan seperti pertambangan dan kehutanan memiliki jenis aset tetap
yang tidak dapat diperbarui dan harus dicari yang baru lagi jika ingin memilikinya. Harga
perolehan aset tetap yang berupa sumber daya alam seperti itu harus dialokasikan ke periode-
periode akuntansi yang memperoleh pendapatan dari aset tetap tersebut. Pengalokasian harga
perolehan inilah disebut dengan deplesi. Jumlah deplesi ditentukan dengan mengalihkan
kuantitas yang di tambang selama suatu periode dengan tarif deplesi. Tarif ini dihitung
dengan membagi biaya barang tambang dengan estimasi cadangannya.
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai sumber daya alam seperti
minyak, mineral, tambang, bijih besi dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan sumber
daya alam tersebut hingga menjadi persediaan (Rudianto 2012 : 268).
Pada awal tahun itu juga, perusahaan dapat menghitung beban deplesi untuk tanah
pertambangan tersebut sebesar :
Diketahui : Harga Perolehan = Rp. 200.000.000
Nilai Sisa = Rp. 50.000.000
Estimasi Jumlah Unit = 100.000 m3
Jika pada tahun 2013 PT Payung Buana Berhasil menggali pasir sebanyak 20.000 m 3, maka
beban deplesi perusahaan untuk tahun 2013 adalah :
Rp. 1.500 x 20.000 m3 = Rp. 30.000.000