Anda di halaman 1dari 4

MATERI 1

ASET TETAP BERUPA SUMBER DAYA ALAM

A. Karakteristik Aset Tetap Berupa Sumber Daya Alam


Sumber Daya Alam digolongkan ke dalam aset tetap. Aset Sumber Alam (wasting
asset) adalah aktiva yang memiliki karakteristik, sebagai berikut:
1. Habis digunakan melalui penambangan
2. Tidak dapat diganti, kecuali kayu
3. Penggantian sumber daya alam berlangsung secara ilmiah.
Contohnya mencakup bijih besi, minyak, gas alam, batu bara, dan kayu.
Sumber daya alam seperti tambang digolongkan dalam aset tetap bukan sebagai
persediaan karena yang diperdagangkan dalam lahan tambang adalah kandungan yang ada di
dalam tanah itu sendiri dan bukan tanahnya yang mengandung hasil tambang, dimana tanah
yang mengandung hasil tambang inilah yang dinilai dan nantinya akan dideplesikan. Tanah
yang mengandung tambang diakui sebagai aset tetap, sementara hasil tambang itu sendiri,
seperti batubara, barulah bisa dimasukkan ke dalam persediaan. Persediaan (cadangan)
adalah sumber daya alam yang sudah diketahui (identified) dan bernilai ekonomis. Sumber
daya alam bisa disebut cadangan apabila sudah diketahui baik dari segi jumlah atau besarnya
deposit yang sudah terukur dalam satu satuan seperti ton, dan telah diketahui manfaatnya.
Sumber daya alam itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui. Untuk SDA yang tidak dapat diperbaharui diatur
dalam PSAK 64 mengenai aktivitas eksplorasi dan evaluasi pada pertambangan sumber daya
mineral. Untuk SDA yang dapat diperbaharui diatur dalam PSAK 69 mengenai Agrikultur.

B. Harga Perolehan Aset Tetap Berupa Sumber Daya Alam


Pencatatan dan penilaian sumber daya alam yaitu prinsip harga pokok dan prinsip
mempertemukan (cost and matching principles). Prinsip harga pokok berarti bahwa pada saat
perolehannya sumber alam harus dinilai dan dicatat sebesar harga pokok. Dengan prinsip
mempertemukan, maka harga pokok sumber alam harus dideplesi. Deplesi adalah
berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam dengan proses alokasi
dan pembebanan harga pokok sumber alam secara rasional dan sistematis pada periode-
periode yang menikmati manfaat ekonomi dari sumber alam tersebut.
Pada dasarnya harga pokok sumber alam meliputi semua pengorbanan sumber ekonomi
yang terjadi dalam rangka perolehan sumber alam sampai berada pada kondisi siap
dieksploitasi. Harga pokok sumber alam terdiri atas tiga elemen, yaitu :
1. Harga Beli, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi dalam hubungannya dengan
perolehan hak untuk mencari dan menemukan sumber alam
2. Biaya Eksplorasi, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi dalam hubungannya dengan
usaha untuk mencari, meneliti dan menemukan barang tambang pada daerah tertentu
3. Biaya Pengembangan Nonfisik, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi dalam
hubungannya dengan usaha untuk mengembangkan sumber alam yang sudah ditemukan.
MATERI 2
DEPLESI ASET SUMBER DAYA ALAM

Besarnya beban deplesi untuk tiap-tiap periode tergantung pada jumlah produksi
periode yang bersangkutan. Beban deplesi adalah bagian dari biaya sumber daya alam yang
digunakan selama periode tertentu. Bagi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
deplesi berarti pengurasan sumber daya yang ada, sedangkan untuk sumber daya alam yang
dapat diperbaharui, deplesi walaupun dapat dengan usaha konservasi, namun dampaknya
terhadap lingkungan hidup masih tetap akan membekas dan membutuhkan waktu lama untuk
pemulihannya.
Perusahaan-perusahaan seperti pertambangan dan kehutanan memiliki jenis aset tetap
yang tidak dapat diperbarui dan harus dicari yang baru lagi jika ingin memilikinya. Harga
perolehan aset tetap yang berupa sumber daya alam seperti itu harus dialokasikan ke periode-
periode akuntansi yang memperoleh pendapatan dari aset tetap tersebut. Pengalokasian harga
perolehan inilah disebut dengan deplesi. Jumlah deplesi ditentukan dengan mengalihkan
kuantitas yang di tambang selama suatu periode dengan tarif deplesi. Tarif ini dihitung
dengan membagi biaya barang tambang dengan estimasi cadangannya.
Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan atau nilai sumber daya alam seperti
minyak, mineral, tambang, bijih besi dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan sumber
daya alam tersebut hingga menjadi persediaan (Rudianto 2012 : 268).

A. Penetapan Dasar Deplesi


Perusahaan pertambangan memerlukan pengeluaran yang besar untuk menemukan
sumber daya alam ini, dan dalam setiap penemuan yang sukses terdapat banyak “kegagalan”.
Lebih lanjut, penundaan yang terlalu lama sering dihadapi antara waktu biaya terjadi dan
manfaat yang diperoleh dari sumber daya yang ditambang. Akibatnya, perusahaan dalam
indrustri tambang seringkali menggunakan kebijakan yang konservatif dalam akutansi untuk
pengeluaran yang terjadi dalam menemukan dan menambang sumber daya alam.
Perhitungan dasar deplesi melibatkan empat faktor, yaitu :
1. Biaya Akuisisi
Biaya akuisisi (acquisition cost) adalah harga yang perusahaan pertambangan guna
memperoleh hak properti untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum
ditemukan atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang telah ditemukan. Dalam
beberapa kasus, properti dilease dan pembayaran khusus dibayar kepada pemilik jika
sumber daya alam produktif ditemukan dan secara komersial menguntungkan.
2. Biaya Eksplorasi
Biaya eksplorasi sering kali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam. Dalam
banyak kasus, biaya ini di bebankan ketika terjadi. Apabila biaya ini berjumlah substansial
dan risiko menemukan sumber daya tidak pasti (seperti dalam industri minyak dan gas),
maka kapitalisasi dapat dilakukan.
3. Biaya Pengembangan
Perusahaan membagi biaya pengembangan (development cost) menjadi dua bagian:
a. Biaya peralatan berwujud
Peralatan berwujud termasuk semua transportasi dan peralatan berat lainnya yang
diperlukan untuk menambang sumber daya serta menyiapkannya untuk pasar.
b. Biaya pengembangan tidak berwujud.
Biaya pengembangan tidak berwujud, disisi lain, seperti biaya pengeboran, terowongan,
gua, dan sumur. Biaya ini memiliki karakteristik berwujud tetapi diperlukan untuk
produksi sumber daya alam. Biaya pengembanagn tidak berwujud dianggap sebagai
bagian dari dasar deplesi.
4. Biaya Restorasi
Perusahaan kadang-kadang mengeluarkan biaya yang substansial untuk merestorasi
properti kembali seperti pada kondisi semula setelah dilakukan penambangan. Ini
dinamakan biaya restorasi. Biaya restosi ini adalah bagian dari dasar deplesi. Jumlah yang
dimasukkan dalam dasar deplesi ini adalah nilai wajar kewajiban untuk meresterasi
properti setelah dilakukannya penambangan.

Segera setelah perusahaan menentukan dasar deplesi, masalah berikutnya menentukan


bagaimana biaya sumber daya alam harus dilokasikan ke periode akuntansi. Biasanya deplesi
dihitung dengan metode unit produksi (pendekatan aktivitas), yang berarti bahwa depresi
merupakan fungsi dari jumlah unit yang ditambang selama periode berjalan. Dalam
pendekatan ini, total biaya sumber daya alam dikurang nilai sisa dibagi dengan estimasi
jumlah unit yang berada dalam deposit sumber daya alam, untuk memperoleh biaya perunit
produk. Biaya per unit ini lalu dikalikan dengan jumlah unit yang di tambang untuk
menghitung deplesi.

B. Contoh Perhitungan Deplesi Aset Sumber Daya Alam


PT. Payung Buana adalah sebuah perusahaan penambangan pasir yang berlokasi di
Cirebon, Jawa Barat. Pada awal tahun 2013, perusahaan itu membeli sebidang tanah yang
akan dijadikan lokasi penambangan pasir seharga Rp. 200.000.000. tanah seluas 50.000 m 2
tersebut diperkirakan mengandung pasir sebanyak 100.000 m3 pasir. Diperkirakan setelah
seluruh pasir berhasil digali, tanah sisa pertambangan tersebut akan dapat dijual seharga Rp.
50.000.000. Selama tahun 2013, perusahaan berhasil menggali pasir dari tanah pertambangan
tersebut sebanyak 20.000 m3. Bagaimanakah jurnal yang berhubungan dengan aktivitas
pembelian dan pemanfaatan tanah pertambangan serta berapakah beban deplesi dari tanah
pertambangan tersebut ?
Jawab :
Pada awal tahun 2013, saat perusahaan membayar transaksi pembelian tanah pertambangan
secara tunai, jurnal yang perlu dibuat adalah :
Tanah Pertambangan (D) 200.000.000
Kas (K) 200.000.000

Pada awal tahun itu juga, perusahaan dapat menghitung beban deplesi untuk tanah
pertambangan tersebut sebesar :
Diketahui : Harga Perolehan = Rp. 200.000.000
Nilai Sisa = Rp. 50.000.000
Estimasi Jumlah Unit = 100.000 m3

Deplesi = 200.000.000 – 50.000.000


100.000
= Rp. 1.500/m3

Jika pada tahun 2013 PT Payung Buana Berhasil menggali pasir sebanyak 20.000 m 3, maka
beban deplesi perusahaan untuk tahun 2013 adalah :
Rp. 1.500 x 20.000 m3 = Rp. 30.000.000

Jurnal untuk pencatatan deplesi perusahaan adalah :


Beban Deplesi (D) 30.000.000
Akumulasi Deplesi (K) 30.000.000

Penyajian dalam Neraca :


Tanah Petambangan 200.000.000
Dikurangi Akumulasi Deplesi 30.000.000 (-)
170.000.000

Anda mungkin juga menyukai