Anda di halaman 1dari 13

Deplesi &

Revaluasi Aset Tetap

Moh. Luthfi Mahrus


Pokok Bahasan
1 Deplesi
o Pengertian Deplesi
o Penentuan Basis Deplesi
 Pre-exploratory Costs
 Exploratory & Evaluation Costs
 Development Costs
o Perhitungan Deplesi
o Estimasi Cadangan yang Dapat Dipulihkan
o Pengungkapan dalam Laporan Keuangan

2 Revaluasi Aset Tetap


o Ketentuan Umum Revaluasi
o Revaluasi Tanah
o Revaluasi Aset Tetap yang Disusutkan
o Isu Terkait Revaluasi
1. Deplesi
Pengertian Deplesi
o Sumber daya alam dapat dibagi menjadi dua:
1) aset biologis, seperti pohon
2) sumber daya mineral, seperti minyak, gas, dan pertambangan mineral
o Deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Dalam
arti lain, deplesi adalah proses pengalokasian biaya sumber daya mineral, seperti hasil tambang, minyak bumi, bijih
besi, dan lain-lain.

Penentuan Basis Deplesi


Tahapan Penambangan Sumber Daya Mineral

Pre-Exploratory Exploratory & Evaluation Development


1. Deplesi
Pre-Exploratory Costs
o Pre-exploratory costs pengeluaran yang dilakukan sebelum perusahaan memiliki izin resmi untuk mengeksplorasi suatu area tertentu sebagai
tempat penghasil sumber daya mineral.
o Contoh pre-exploratory costs adalah biaya untuk menguji apakah suatu area memiliki sumber daya mineral atau tidak.
o Pre exploratory cost pada umumnya dianggap bersifat spekulatif dan dicatat sebagai beban pada saat biaya tersebut terjadi

Exploratory & Evaluation Costs


o Menurut IFRS, perusahaan dapat memilih perlakuan akuntansi Berikut contoh biaya-biaya yang dapat dimasukkan dalam pengukuran
terkait biaya explorasi dan evaluasi atau exploratory and awal aset eksplorasi dan evaluasi.
evaluation (E&E) cost. 1. Biaya perolehan izin untuk mengeksplorasi.
o Biaya eksplorasi dan evaluasi dapat dialokasikan/dihapuskan 2. Biaya yang dibayarkan guna memperoleh hak untuk mencari dan
(write-off) pada saat munculnya biaya tersebut atau tetap menemukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau biaya yang
dikapitalisasi sampai dengan proses evaluasi. dikeluarkan untuk membayar sumber daya alam yang telah ditemukan.
o Terkait dengan kapitalisasi biaya ekplorasi dan evaluasi, terdapat 3. Biaya terkait studi topografi, geologi, geokimia, dan geofisika.
dua konsep, yaitu full-cost concept dan successful-efforts concept. 4. Biaya pengeboran eksplorasi.
o Dalam full-cost concept, seluruh biaya eksplorasi dan evaluasi 5. Biaya pemaritan.
dikapitalisasi, baik biaya tersebut menghasilkan sumber daya 6. Biaya pengambilan sampel.
mineral atau tidak menghasilkan. 7. Biaya restorasi, biaya ini ditambahkan ke dasar deplesi sebagai
o Sementara itu, dalam successful-efforts concept, hanya biaya perhitungan biaya deplesi per unit. Selanjutnya, setiap nilai sisa yang
yang menghasilkan sumber daya mineral yang dikapitalisasi, diterima dari ini dikurangi dari dasar deplesi.
sedangkan biaya yang tidak menghasilkan sumber daya mineral 8. Biaya aktivitas terkait uji kelayakan teknis (technical feasibility) dan
dicatat sebagai beban pada saat terjadinya. keberlangsungan bisnis (commercial viability) pada ekstrasi sumber
daya mineral.
1. Deplesi
Development Costs
o Ketika perusahaan telah melaksanakan uji kelayakan teknis (technical feasibility) dan keberlangsungan bisnis (commercial
viability), maka biaya eksplorasi dan evaluasi direklasifikasi menjadi biaya pengembangan (development cost).
o Perusahaan membagi biaya pengembangan (development cost) menjadi dua, yaitu 1) biaya peralatan berwujud (tangible
equipment cost) dan 2) biaya pengembangan tidak berwujud (intangible development cost).
o Biaya peralatan berwujud (tangible equipment cost) mencakup seluruh biaya terkait pengakutan dan peralatan berat yang
digunakan untuk mengesktraksi sumber daya mineral sehingga siap untuk dipasarkan.
o Mengingat perusahaan dapat memindahkan peralatan berat dari satu lokasi ke lokasi lain, maka perusahaan biasanya tidak
memasukkan tangible equipment cost ke dalam dasar perhitungan deplesi (depletion base).
o Tangible equipment cost biasanya diperlakukan sebagai komponen aset dan didepresiasikan secara terpisah. Namun
demikian, beberapa aset berwujud, seperti fondasi rig pengeboran, tidak dapat dipindahkan. Atas aset tersebut, perusahaan
mendepresiasikannya selama masa manfaat aset atau masa pakai sumber daya mineral, mana yang lebih pendek.
o Biaya pengembangan tidak berwujud (intangible development cost), adalah biaya-biaya seperti biaya pengeboran, gua,
sumur, dan terowongan yang tidak memiliki karakteristik berwujud, tetapi dibutuhkan dalam produksi sumber daya mineral.
o Biaya pengembangan tidak berwujud (intangible development cost) dimasukkan dalam dasar perhitungan deplesi
(depletion base).
o Setelah proses ekstraksi terjadi, terkadang perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mengembalikan
properti atau lahan tambang ke keadaan semula atau yang disebut dengan biaya restorasi (restoration costs).
o Perusahaan memasukkan biaya restorasi ke dalam dasar perhitungan deplesi (depletion base). Adapun jumlah yang
dimasukkan ke dalam dasar perhitungan deplesi adalah nilai wajar (fair value) dari kewajiban untuk memulihkan lahan
tambang setelah esktraksi.
1. Deplesi
Perhitungan Deplesi
o Secara normal, sebuah perusahaan menghitung deplesi Contoh 1: PT Sarana Tambang memperoleh izin untuk menggunakan 1.000
dengan unit of production method (activity approach). hektar tanah di Kalimantan untuk menambang emas. Biaya sewa tanah sebesar
o Deplesi merupakan sebuah fungsi dari jumlah unit yang Rp150.000.000 dan biaya eksplorasi lahan adalah Rp500.000.000. Biaya
diekstraksi pada periode tahun tersebut. pengembangan tidak berwujud yang dikeluarkan dalam pembukaan tambang
o Formula penghitungan deplesi aset sumber daya: adalah Rp850.000.000. PT Sarana Tambang memperkirakan bahwa tambang
tersebut akan menghasilkan sekitar 300.000 ounce emas. Jika pada tahun
pertama perusahaan berhasil menambang 30.000 ounce emas, maka jurnalnya:

Inventory 125.000.000* *5.000 x


Acc. Depletion 125.000.000 30.000
Total cost = 500 juta + 150 juta + 850 juta =1,5 miliar
Penyajian dalam Laporan Posisi Keuangan
Residual value =0
Total estimated units available = 300.000 ounce
Depletion cost per unit = 1,5 miliar/300.000 = Rp5.000 per ounce

Contoh 2: PT Ada Oil menyewa lahan yang berisi minyak bumi. Sumur minyak pada
lahan ini menghasilkan 18.000 barel minyak selama tahun lalu dengan harga jual Perhitungan cost per barrel
rata-rata €65 per barel. Total kandungan sumber minyak ini diperkirakan 250.000 Initial payment = €600.000/250.000 = $2,40
barel. Perusahaan membayar langsung (initial payment) sebesar €600.000 kepada Annual lease = €31.500/18.000 = $1,75
lessor sebelum pengeboran dimulai dan membayar sewa tahunan sebesar €31.500.
Perusahan juga membayar premi tahunan kepada lessor sebesar 5% dari harga jual Annual premium = 5% x €65 = $3,25
per barel minyak. Selain itu, PT Ada Oil wajib membersihkan semua limbah dan Reconditioning of land = €30.000/250.000 = $0,12
puing-puing pengeboran dan menanggung biaya pemulihan tanah agar bisa Total cost per barrel = $7,52
digunakan untuk lahan pertanian saat sumur ditinggalkan. Pada saat kontrak sewa,
estimasi nilai wajar biaya pembersihan dan pemulihan tanah sebesar € 30.000.
1. Deplesi
Estimasi Cadangan yang Dapat Dipulihkan (Estimating Recovable Reserves)
o Terkadang perusahaan perlu untuk mengubah estimasi cadangan sumber daya mineral
yang dapat dicover (dipulihkan).
o Perlakuan akuntansi terkait perubahan estimasi cadangan tersebut sama dengan
perubahan umur manfaat estimasi PPE, yaitu bersifat prospektif.
o Biaya yang masih tersisa dibagi dengan estimasi baru cadangan yang dapat dipulihkan.

Pengungkapan dalam Laporan Keuangan


Pengungkapan yang terkait dengan pengeluaran Exploratory & Evaluation (E&E) harus
mencakup:
o kebijakan akuntansi untuk pengeluaran eksplorasi dan evaluasi, termasuk pengakuan aset
E&E dan
o Besaran aset, kewajiban, pendapatan dan beban, serta arus kas operasi yang timbul dari
kegiatan eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral
2. Revaluasi
Ketentuan Umum Revaluasi Aset Tetap
o Setelah perolehan atau akuisisi aset, suatu perusahaan dapat menilai aset berwujud jangka panjang (long-lived tangible asset) pada harga
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan (cost model) atau pada nilai wajar (revaluation model).
o Jika perusahaan memilih nilai wajar sebagai basis penilaian (model revaluasi), maka perusahaan melakukan revaluasi aset dengan
menyesuaikan nilai aset sesuai dengan nilai wajarnya.
o Standar tidak mengharuskan revaluasi dilakukan setiap tahun. Frekuensi revaluasi tergantung pada pergerakan nilai wajar aset tetap.
o Perusahaan dapat memilih untuk merevaluasi hanya satu kelas aset, misalnya bangunan, dan tidak merevaluasi aset lain seperti tanah atau
peralatan.
o Jika misalnya perusahaan hanya memilih gedung untuk direvaluasi, maka:
 Revaluasi berlaku untuk semua aset dalam kelas aset tersebut.
 Kelas aset adalah pengelompokan item yang memiliki sifat dan penggunaan serupa dalam operasi perusahaan.
 Perusahaan juga harus melakukan segala upaya untuk menjaga nilai aset tetap mutakhir
o Beberapa ketentuan umum terkait revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut.
1) Ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dan nilai wajar aset tetap di atas nilai tercatat, maka keuntungan yang belum
direalisasi (unrealized gain) dicatat pada pendapatan komprehensif lainnya (Other Comprehensive Income/OCI).
2) Ketika perusahaan melakukan revaluasi aset tetap dan nilai wajar aset tetap di bawah nilai tercatat, maka kerugian atas penurunan nilai
(loss on impairment) dicatat pada other income and expense sehingga mengurangi net income dan retained earnings.
3) Jika pada revaluasi tahun sebelumnya perusahaan telah mencatat adanya penurunan nilai (loss on impairment) kemudian pada tahun
berikutnya perusahaan mencatat adanya kenaikan nilai (surplus revaluasi), maka perusahaan akan mengkredit kenaikan nilai tersebut
pada akun Recovery of Impairment Loss sampai sejumlah loss on impairment yang telah dicatat sebelumnya. Jika masih terdapat
kelebihan atas kenaikan nilai tersebut, maka kelebihan tersebut dicatat pada akun Unrealized Gain on Revaluation.
4) Jika pada revaluasi tahun sebelumnya perusahaan telah mencatat adanya kenaikan nilai (unrealized gain) kemudian pada tahun
berikutnya perusahaan mencatat adanya penurunan nilai (loss on impairment), maka perusahaan akan mendebit akun Unrealized Gain
on Revaluation yang telah dicatat sebelumnya. Jika masih terdapat kelebihan atas penurunan nilai tersebut, maka kelebihan tersebut
dicatat pada akun Loss on Impairment.
2. Revaluasi
Revaluasi Tanah
Contoh: Pada 2 Januari 2019 PT Segar Jaya membeli tanah dengan 31 Des Land 400.000.000
harga perolehan Rp1.500.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2019, 2019 Unrealized Gain on Revaluation-Land 400.000.000
tanah tersebut mempunyai fair value sebesar Rp1.900.000.000.
Akun unrealized gain on revaluation selanjutnya ditutup pada akun AOCI

Pada tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar tanah perusahaan turun 31 Des Unrealized Gain on Revaluation-Land 400.000.000
menjadi Rp1.300.000.000 (di bawah harga perolehan) atau turun 2020 Loss on impairment 200.000.000
sebesar Rp600.000.000 (Rp1.900.000.000 - Rp1.300.000.000). Land
600.000.000
Pada tanggal 31 Desember 2021 nilai wajar tanah perusahaan naik 31 Des Land 350.000.000
menjadi Rp1.650.000.000 atau naik sebesar Rp350.000.000 2021 Recovery of impairment loss 200.000.000
(Rp1.650.000.000 - Rp1.300.000.000). Unrealized Gain on Revaluation-Land 150.000.000
Pada tanggal 2 Januari 2022 PT Segar Jaya menjual tanahnya dengan
2 Jan Cash 1.650.000.000
harga jual Rp1.650.000.000.
2022 Land 1.650.000.000

Mengingat tanah milik PT Segar Jaya sudah dijual, maka PT Segar


Jaya mempunyai opsi untuk mentransfer saldo AOCI ke Retained
Earnings dengan membuat jurnal sebagai berikut.

2 Jan AOCI 150.000.000


2022 Retained Earnings 150.000.000
2. Revaluasi
Revaluasi Aset Tetap yang Didepresiasi
Contoh: Pada 3 Januari 2019 PT Sip membeli equipment seharga 31 Des Acc. Depreciation 100.000.000
Rp600.000.000. Masa manfaat 6 tahun dan disusutkan dengan garis 2019 Equipment 20.000.000
lurus tanpa nilai sisa. Per 31 Desember 2019, equipment tersebut
memiliki carrying amount sebesar Rp500.000.000 (Rp600.000.000- Unrealized Gain on Revaluation-Equip 80.000.000
Rp100.000.000) dan fair value sebesar Rp580.000.000
Penyajian Revaluasi pada Laporan Keuangan 2019
Tahun 31 Des Unrealized Gain on Revaluation-Equip 80.000.000
2019 AOCI
Statement of Comprehensive Income
Other Comprehensive Income 1 80.000.000
Setelah dilakukan revaluasi pada akhir tahun 2019, pada tahun 2020
Unrealized Gain on Revaluation-Equipment 80.000.0000
perusahaan tetap melakukan depresiasi berdasarkan carrying value
Statement of Financial Position terbaru (Rpp580.000.000) sehingga diperoleh carrying value per 31
Non-Current Asset Desember 2020 untuk kemudian dibandingkan lagi dengan FV 31
Equipment 580.000.0000 Desember 2020.
Accumulated Depreciation-Equipment 0

Diasumsikan bahwa tidak ada perubahan masa manfaat equipment, maka


depresiasi equipment pada tahun kedua (2020) setelah revaluasi adalah
sebesar Rp116.000.000 (580.000.000/5). Jumlah beban depresiasi pasca
Tahun 2
revaluasi (Rp116.000.000) lebih besar Rp16.000.000 dibandingkan beban
depresiasi semula, yaitu Rp100.000.000 (600.000.000/6). Dengan demikian, 31 Des AOCI 16.000.000
laba bersih menurut revaluasian lebih kecil Rp16.000.000 daripada laba 2020 Retained Earnings 16.000.000
bersih menurut harga perolehan. Atas hal tersebut, menurut IFRS, PT Sip
dapat mentransfer kelebihan beban depresiasi sebesar Rp16.000.000 dari
AOCI ke akun Retained Earnings dengan membuat jurnal sebagai berikut.
2. Revaluasi
Revaluasi Aset Tetap yang Didepresiasi
Lanjutan tahun ke-2 Tahun
Sebelum dilakukan revaluasi pada tanggal 31 Desember 2020, nilai
equipment dan saldo AOCI PT Sip adalah sebagai berikut. 2
Misalnya, pada 31 Desember 2020 diketahui nilai wajar equipment
sebesar Rp350.000.000, maka perusahaan menderita kerugian 31 Des Acc. Depreciation 116.000.000
sebesar Rp114.000.000 (464.000.000-350.000.000). Kerugian 2020 Loss on Impairment 50.000.000
tersebut dicatat dengan mendebit jumlah saldo keuntungan Unrealized Gain on Revaluation-Equip 64.000.000
revaluasi yang telah diakui sebelumnya melalui akun Unrealized Equipment
Gain on Revaluation – Equipment (Rp64.000.000) dan sisanya 230.000.000
sebesar Rp50.000.000 dicatat sebagai Loss on impairment).
Akun Unrealized Gain on Revaluation-Equipment di atas selanjutnya
ditutup ke akun AOCI sehingga saldo AOCI per tanggal 31 Desember 31 Des AOCI 64.000.000
2020 menjadi nol. 2020 Unrealized Gain on Revaluation-Equip 64.000.000

Diasumsikan bahwa tidak ada perubahan masa manfaat equipment, maka


depresiasi equipment pada tahun ketiga (2021) setelah revaluasi adalah
sebesar Rp87.500.000 (350.000.000/4). Jumlah beban depresiasi pasca
Tahun 3
revaluasi (Rp87.500.000) lebih kecil Rp12.500.000 dibandingkan beban
depresiasi semula, yaitu Rp100.000.000 (600.000.000/6). Dengan demikian, 31 Des Retained Earnings 12.500.000
laba bersih menurut revaluasian lebih besar Rp12.500.000 daripada laba 2021 AOCI
bersih menurut harga perolehan. Atas hal tersebut, menurut IFRS, PT Sip 12.500.000
dapat mentransfer kekurangan beban depresiasi sebesar Rp12.500.000 dari
Retained Earnings ke akun AOCI dengan membuat jurnal sebagai berikut.
2. Revaluasi
Revaluasi Aset Tetap yang Didepresiasi
Lanjutan tahun ke-3 Tahun
Sebelum dilakukan revaluasi pada tanggal 31 Desember 2021,
nilai equipment dan saldo AOCI PT Sip adalah sebagai berikut. 3
Misalnya, pada 31 Desember 2021 diketahui nilai wajar equipment
sebesar Rp320.000.000, maka perusahaan mengalami keuntungan 31 Des Acc. Depreciation 87.500.000
sebesar Rp57.500.000 (320.000.000-262.500.000). Kerugian 2021 Unrealized Gain on Revaluation-Equip 7.500.000
tersebut dicatat dengan memulihkan loss on impairment yang telah Equipment 30.000.000
diakui sebelumnya (Rp50.000.000) melalui akun Recovery of Loss Recovery of Loss on Impairment 50.000.000
on Impairment dan sisanya sebesar Rp7.500.000 dicatat sebagai
Unrealized Gain on Revaluation-Equipment.
Akun Unrealized Gain on Revaluation-Equipment di atas selanjutnya
ditutup ke akun AOCI sehingga saldo AOCI per tanggal 31 Desember 31 Des Unrealized Gain on Revaluation-Equip 7.500.000
2020 menjadi Rp20.000.000. 2021 AOCI
7.500.000

Misalnya, pada tanggal 2 Januari 2022 PT Sip menjual 2 Jan Cash 320.000.000
Tahun peralatan miliknya dengan harga Rp320.000.000. Atas 2022 Equipment
hal tersebut, PT Sip membuat sebagai berikut. 320.000.000
4 Mengingat tanah milik PT Sip sudah dijual, maka PT Sip
mempunyai opsi untuk mentransfer saldo AOCI ke
2 Jan AOCI (12.500.000+7.500.000) 20.000.000
2022 Retained Earnings 20.000.000
Retained Earnings dengan membuat jurnal sebagai
berikut.
2. Revaluasi 31 Des
2019
Acc. Depreciation
Equipment
100.000.000
20.000.000
Revaluasi Aset Tetap yang Didepresiasi Unrealized Gain on Revaluation-Equip 80.000.000
Awal Tahun 2020 Awal Tahun 2021 31 Des Unrealized Gain on Revaluation-Equip 80.000.000
2019 AOCI
80.000.000
31 Des AOCI 16.000.000
Ringkasan Pencatatan Revaluasi Equipment 2019-2021 2020 Retained Earnings 16.000.000

31 Des Acc. Depreciation 116.000.000


2020 Loss on Impairment 50.000.000
Unrealized Gain on Revaluation-Equip 64.000.000
Equipment
230.000.000
31 Des AOCI 64.000.000
2020 Unrealized Gain on Revaluation-Equip 64.000.000

31 Des Retained Earnings 12.500.000


2021 AOCI
12.500.000
31 Des Acc. Depreciation 87.500.000
2021 Unrealized Gain on Revaluation-Equip 7.500.000
Equipment 30.000.000
Dari tabel di atas, terlihat bahwa fungsi “Transfer from AOCI” dan
Recovery of Loss on Impairment 50.000.000
“Transfer to AOCI” adalah untuk menjaga pencatatan agar transaksi yang
masuk/memengaruhi ke RE adalah transaksi depresiasi, loss on
impairment, dan recovery on impairment. Adapun keuntungan yang 31 Des Unrealized Gain on Revaluation-Equip 7.500.000
berasal dari revaluasi dijaga agar tetap dicatat di OCI  AOCI. 2021 AOCI
7.500.000

Anda mungkin juga menyukai