Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN

O
L
E
H

FEAR CHRISTA SONOPA’A


SMK NEGERI 1 KUPANG
XII AKUNTANSI 1
2015
AKUNTANSI ASET TETAP

A. Pengertian Aset Tetap


Berdasarkan SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan Entitas Terhadap
Akuntabilitas Publik) Aset Tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untukk
disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administrartif, dan diharapakan
akan digunakan lebih dari satu periode.
Aset tetap dinilai berdasarkan harga perolehan. Dimana harga
perolehan adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh asset
tetap tersebut samapi dengan asset tersebut siap digunakan.

B. Faktor-Faktor Perhitungan Penyusutan


1. Umur Manfaat
Kemampuan kapasitas produksi dari suatu aset yang digunakan dalam
operasi disebut sebagai umur manfaat. Umur manfaat dan umur fisik
memiliki perbedaan mendasar, dimana seperangkat mesin mungkin secara
fisik mempu memproduksi suatu produk tetentu selama bertahun-tahun
diluar umur manfaat.
2. Nilai Sisa(Nilai Residu)
Taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik
dari penggunaannya bias di sebut nilai disposal aset. Aset harus
dikurangkan nilainya atau disussutkan sampai sejumlah itu selama umur
kegunaannya.

C. Metode-Metode Penyusutan
Metode yang digunakan dalam penyusutan yaitu:
1. Metode Aktivitas/Unit Produksi
Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari
produktivitas aset, bukan dari berlalunya waaktu yang dilewati oleh aset.
Umur manfaat diperhitungkan dari satuan keluaran produksi atau
masukann seperti jumlah jam dalam berproduksi.
Rumus untuk metode ini:

(𝐻𝑟𝑔.𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎)
Penyusutan= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 x jumlah jam tahun ini

Soal:
31 Desmber 2013 merupakan periode penyusunan laporan keuangan
PT. Ian Jaya mempunyai mesin yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2013
dengan harga perolehan Rp 500.000.000,- mesin ini mempunyai
kemampuan produksi sebesar 30.000 jam. Dalam tahun 2013 telah
digunakan selama 4.000 jam. Dan nilai sisa mesin Rp 50.000.000.
Penyusutan dengan menggunakn metode aktivitas.

Penyelesaian:
(𝑅𝑝 500.000.000−𝑅𝑝 50.000.000)
Penyusutan = 𝑥 4.000 𝑗𝑎𝑚
30.000 𝑗𝑎𝑚
= Rp 60.000.000 dalam tahun 2013

Jurnal:
Beban Pnytn. Mesin Rp 60.000.000

2. Metode Garis Lurus/ Straght Line Method


Metode ini menggunakan waktu sebagai pertimbagan dalam penyusutan,
bukan dari manfaat produksi. Metode ini biasanya digunakan kebanyakan
perusahan karena dianggap lebih sederhana.
Rumus:
(𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑖𝑠𝑎)
Penyusutan= 𝑇𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑈𝑚𝑢𝑟 𝐸𝑘𝑜𝑛𝑜𝑚𝑖𝑠

Soal:
Tanggal 31 Dwswmber 2014 Cv. Chara memiliki 2 buah kendaraan
yang dibeli pada tanggal 1 januari 2013 dengan haraga Rp 400.000.000,-
umur ekonomis 5 tahun. Nilai sisa Rp 40.000.000,-
Penyelesaian:
Penyusutan= (Rp 400.000.000-Rp 40.000.000)
5 tahun
= Rp 75.000.000
Jurnal:
31 Des’14,
Beban Pnytn Kendaraan Rp 75.000.000
Akum Pnystn. Kendaraan Rp 75.000.000

3. Metode Jumlah Angka Tahun


Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurunberdasarkan
peahen yang menurun dari dasar penyusutan( biaya semula dikurangi nilai
sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai penyebut
(5+4+3+2+1=15) atau juga dapat menggunakan rumus n(n+1)/2. Sedangkan
jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun digunakan
sebagai pmbilang. Pembilang menuran tahun demi tahun meskipun
pembilang tetap konstan ( 5/15, 4/15, 3/15, 2/15, 1/15). Pada akhir
kegunaan umur aset tersebut saldo tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Cara perhitungan:
Penyusutan= (Harga perolehan-nilai sisa) x Umur
Total Jumlah Thn. Umur Aset
Soal:
1 januari 2012 Cv. Charta membeli 3 unit mesin fotocopy dengan
total harga perolehan Rp 45.000.000,-. Mesin ini mempunyai umur
ekonomis 4 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,-.
Penyelesaian:
Penyusutan=(Rp 45.000.000-Rp 5.000.00) x 4
10
= Rp 16.000.000

4. Metode Saldo Menurun(Declining Balance Method)


Metode ini menggunakan tariff penyusuan yang dinyatakan dengan
(%)prosentase, yang merupakan kelipatan dari garis lurus (misalnya 1/10
disebut 10%. Tarif saldo menurun tetap konstan, dan diterapkan pada nilai
buku yang menurun setiap tahun, dan nilai sisa tidak dikurangkan dalam
menghitungkan dasar penyusutan.
Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai buku aset itu pada awal setiap
periode, karena nilai buku dari aset itu dikurangi dengan beban penyusutan
setiap periode. Tarif saldo menurun konstan diterapkan pada nilai buku
yang terus menurun dan menghasilkan beban penyusutan yang makin
rendah setiap tahunnya. Proses ini berlangsung terus sampai nilai buku aset
itu berkurang sampai taksiran nilai sisanya.
PENGELUARAN MODAL DAN PENGELUARAN PENDAPATAN

Pengeluaran terbagi atas dua macam, yakni:


1. Pengeluaran Modal(Capital Expenditure)
a. Pengeluaran yang bersifat menambah kekuatan fisik harta kekayaan
perusahaan, misalnya menambah atau memperluas bangunan,
penempatan tambahan mesin baru.
b. Pengeluaran yang tidak menambah kuantitas fisik tetapi bersifat
meningkatkan efesiensi, produktivitas, umur,atau keawetan fasilitas
pabrik (meningkatkan kualitas harta kekayaan perusahaan) misalnya
mengganti atap bangunan dengan bahan yang lebih awet.
c. Pengeluaran untuk reparasi berat dan penggantian spare-part yang
bersifat memperpanjang umur pemakaian aset tetap atau
meningkatkan efesiensi, produktivitas, atau kegunaannya, misalnya
spare-part lama dengan spare-part baru yang lebih baru.

Contoh:

1. Pengeluaran Modal
Dikeluarkan biaya perbaikan gedung Rp 20.000.000. Jika dengan
perbaikan tersebut:
a. Memperpanjang umur ekonomis
b. Hanya menambah nilai aset, tetapi tidak memperpanjang umur
ekonomis

Jawab:

a. Jika perbaikan memperpanajang umur ekonomis, berarti


akumulasi penyusutan yang sudah dicatat sebagai pengurangan
akumulasi penyusutan yang sudah terjadi.
Jurnal:
Akumulasi Pnystn Gedung Rp 20.000.000
Kas Rp 20.000.000
b. Jika biaya perbaikan hanya menambah nilai aset, tetapi tidak
memperpanjang umur ekonomis, maka biaya tersebut dicatat
disebeleh debet aset yang bersangkutan, sebagai penambah
nilai aset.
Jurnalnya:
Gedung Rp 20.000.000
Kas Rp 20.000.000

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)


a. Pengeluaran yang bersifat mempertahankan efesiensi aset tetap,
misalnya reparasi kecil, seperti membeli oli mesin, mengecat,
reparasi kecil agar mesin tetap berjalan baik.
b. Pengeluaran yang jumlahnyarelatif sedikit, manfaat dimasa yang
akan datang tidak begitu berarti, atau sulit mengukur manfaatnya
dimasa yang akan datang
Contoh:
Dikeluarkan biaya pengecatan gedung Rp 1.950.00,- pengeluran
biaya tersebut dicatat sebagai pengeluran pendapatan.
Jurnalnya:
Biaya pemeliharaan gedung Rp 1.950.000
Kas Rp 1.950.000
CARA PENGHENTIAN ASET TETAP

Penghentian aset tetap dapat dikarenakan


1. Dihentikan dari pemakaian: aset tetap dijadikan barang yang tidak dipakai lagi
Misalnya: CV. Guntur menghentikan pemakaian mobil yang memiliki harga Rp
60.000.000. Akumulasi penyusutan aset tetap berjumlah Rp 60.000.000 dan aset tetap
tersebut sudah disusutkan penuh.
Sehingga jurnal yang dapat dibuat untuk menghentikan aset tetap(mobil) adalah sebagai
berikut:
Akumulasi Pnystn. Mobil Rp 60.000.000
Mobil Rp 60.000.000

Misalnya: PT. Mecan Abadi menghentikan sebuah pemakaian mesin Colt Diesel seharga
Rp 40.000.000 pada saat di hentikan mesin Colt Diesel disusutkan sebesar Rp
35.000.000
Sehingga jurnal yang dapat dibuat untuk menghentikan aset tetap(mesin Colt Diesel)
adalah sebagai berikut:
Akumulasi Pnystn. Mesin Colt Diesel Rp 35.000.000
Rugi Rp 5.000.000
Mesin Colt Diesel Rp 40.000.000

2. Dijual: aset tetap dijual kepada pihak lain


Bila dalam penjualan, perusahaan mengalami laba penjualan aset tetap. Contoh kasus:
Tgl. 1 Juli 2014, PT. Baper menjual sebuah Mobil Kijang dengan harga Rp
25.000.000. Mobil tersebut dibeli dengan harga perolehan Rp 60.000.000, dan
sampai tanggal 1 januari 2015 telah disusutkan sebesar Rp 39.000.000. Biaya
penyusutan selama 6 bulan adalah Rp 5.000.000

Jurnal:
1 Juli 2014:
Beban Pnystn. Mobil Kijang Rp 5.000.000
Akum. Pnystn. Mobil Kijang Rp 5.000.000
Kas Rp 25.000.000
Akum. Pnystn. Mobil Kijang Rp 44.000.000
Mobil Rp 60.000.000
Laba penjualan Mobil Kijang Rp 9.000.000
Perhitungan:
Harga perolehan mobil Rp 60.000.000
Akumulasi penyusutan (Rp 44.000.000)

Nilai buku pd tgl pnjualan Rp 16.000.000


Nilai penjualan Mobil Kijang Rp 25.000.000
Laba penjualan Mobil Kijang Rp 9.000.000

Bila dalam penjualan, perusahaan mengalami rugi


Misalnya (berdasarkan contoh diatas) PT. Mecan Abadi menjual mobil tersebut dengan
harga Rp 10.000.000
Perhitungannya:
Harga perolehan mobil Rp 60.000.000
Akumulasi penyusutan (Rp 44.000.000)

Nilai buku pd tgl pnjualan Rp 16.000.000


Nilai penjualan Mobil Kijang Rp 10.000.000
Rugi penjualan Mobil Kijang Rp 6.000.000
Jurnalnya:
Kas Rp 10.000.000
Akum. Pnystn. Mobil Kijang Rp 44.000.000
Rugi Penjualan Mobil Kijang Rp 6.000.000
Mobil Rp 60.000.000

3. Ditukarkan: aset tetap ditukarkan dengan aset tetap yang sama atau yang tidak sama.
a. Pertukaran Aset Tetap yang Serupa
Laba atas pertukaran aset tetap yang serupa tidak diakui untuk keperluan pelaporan
keuangan, laba diakui jika kas diterima. Hal ini didasarkan pada teori bahwa
pendapatan berasal dari produksi dan penjualan barang yang diproduksi oleh aset
tetap, dan bukan dari pertukaran aset tetap yang serupa. Rugi atas pertukaran aset
tetap yang serupa diakui dan biaya yang dicatat untuk aset baru harus merupakan
harga pasar(harga Katalog).
Saat penyisihan pertukaran melebihi nilai buku aset yang dipertukarkan dan tidak
ada laba yang diakui, biaya yang dicatat untuk aset baru dapat ditentukan degan
salah satu dari dua cara berikut ini:
1. Biaya aset baru = Harga catalog untuk aset baru – laba yang tidak diakui
2. Biaya aset baru = kas yang diserahkan (atau asumsi kewajiban) + nilai buku
aset tetap
Contoh:
Sebuah truk pengiriman dengan harga catalog Rp 75.000.000 diperoleh dengan
mempertukarkan truk pengiriman yang lama dan kas sebesar Rp 63.000.000. Harga
perolehan truk yang lama adalah Rp 50.000.000 dengan akumulasi penyusutan
sebesar Rp 39.500.000
Perhitungannya:
Harga catalog truk lama Rp 75.000.000
Kas yang dibayarkan (Rp 63.000.000)
Harga pasar truk lama Rp 12.000.000
Nilai buku truk baru
(Rp 50.000.000 – Rp 39.500.000) (Rp 10.500.000)
Laba pertukaran yang tidak diakui Rp 1.500.000

Biaya truk baru:


Harga catalog truk baru Rp 75.000.000
Laba pertukaran yang tidak diakui (Rp 1.500.000)
Harga perolehan truk baru Rp 73.500.000

Jurnal:
Truk(Baru) Rp 73.500.000
Akum. Pnystn. Truk(lama) Rp 39.500.000
Truk(Lama) Rp 50.000.000
Kas Rp 63.000.000

b. Pertukaran Aset Tetap tidak Serupa


Pertukaran aset yang tidak serupa dihitung dengan harga pasar wajar aset yang
dipertukarkan.
Contoh:
Tanggal 1 Febuari 2014, PT. Nia Jaya mengadakan transaksi pertukaran tanah
seluas 1.000 𝑚2 dengan mobil seharga Rp 200.000. Untuk pertukaran ini PT. Nia
Jaya menerima kas sebesar Rp 20.000.000.

Jurnal:
1 febuari 2014, Mobil Rp 200.000.000
Kas Rp 20.000.000
Tanah Rp 220.000.000
ASET TETAP BERUPA SDA & ASET TETAP TIDAK BERWUJUD

ASET TETAP BERUPA SDA


Aset tetap perusahaan yang mungkin berupa kayu hutan, biji besi, mineral, dan sumber
alam lainnya, Biaya yang di peroleh untuk memperoleh hak penguasaan dialokasikan selama
masa eksploitasi dengan metode unit produksi. Proses memindahan sumber daya alam ke
perkiraan beban dinamakan deplesi(depletion). Tarif deplesi dihitung dengan cara membagi
biaya yang dikeluarkan dengan estimasi cadangan.

Aset tetap berupa SDA juga memiliki karakteristik yaitu:


1. Secara fisik merupakan hasil aktivitas operasional
2. Hanya dapat digantikan oleh kekuatan alam

Harga perolehan aset sumber daya alam adalah harga yang dikeluarkan untuk memperoleh aset
tersebut dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut siap digunakan.

Contoh:
Sebuah perusahaan membayarkan Rp 2.500.000.000 untuk mendapatkan hak
penambagan barang tambang yang diestimasikan memiliki cadagan sebanyak 500.000
ton. Jika tahun pertama ditambang sebanyak 75.000 ton. Tentukan beban deplesi untuk
tahun pertama!
Penyelesaian:
Tarif deplesi per unit = Rp 2.500.000.000
500.000
= Rp 5.000
Beban deplesi selama satu tahun Rp 5.000 x 75.000 ton = Rp 1.875.000.000
Jurnal:
Beban Deplasi Rp 1.875.000.000
Akumulasi Deplasi Rp 1.875.000.000

ASET TETAP TIDAK BERWUJUD


Aset tetap tidak berwujud adalah aset yang tidak bias dilihat oleh pancaindra karena
sifatnya yang abstrak.
Karakteristik aset tetap tidak berwujud adalah memiliki sifat yang abstrak, hanya dapat
dirasakan manfaatnya namun tidak dapat disentuh/dipegang/dilihat.
Dua jeni aset tetap tidak berwujud:
1. Aset tidak berwujud yang manfaatnya dibatasi oleh UU
a. Hak Paten
Hak dari pemerintah kepada seseorang atas sebuah penemuan untuk digunkan
sendiri. Masa penggunaan hak paten adalah 17 tahun, bila masa tersebut sudah
berakhir maka dapat diperpanjang.
b. Hak Cipta
Hak yang diberikan pemerintah kepada pengarang atau pencipta/seniman, untuk
menerbitkan, menjual, dan mengawasi ciptaanya, batas waktu dari hak cipta
adalah 28 tahun dan dapat diperpanjang.
c. Hak Monopoli
Hak yang diberikan pemerintah kepada suatu pihak untuk menggunakan fasilitas
Negara. Misalnya penjualan produk tertentu di suatu daerah tertentu.
2. Aset tidak berwujud yang manfaatnya tidak dibatasi
a. Merek Dagang
Bagi pihak konsumen, merek dagang membuat barang dagang tersebut menjadi
dampak berbeda dengan produk-produk lainnya.
b. Goodwill
Merupakan nilai lebih yang dimiliki suatu perusahaan karena adanya kelebihan.
Contohnya: nama yang terkenal seperti staf dan personalia yang kemampuannya
tinggi, lokasi tempat, dan hal lainnya yang membuat perusahaan tersebut
mempunyai nilai lebih dari perusahaan yang lain.
Harga perolehan aset tetap tidak berwujud yaitu:
1. Aset tetap tak berwujud yang diperoleh dengan cara pembelian, seperti hak paten
dan hak cipta
2. Yang dikembangkan sendiri seperti formula rahasia
3.
Metode yang digunakan untuk pencatatan amortisasi adalah
1. Metode saldo menurun
2. Metode garis lurus
METODE & PENCATATAN AMORTISASI
PENJUALAN BARANG KONSIYASI

Anda mungkin juga menyukai