Anda di halaman 1dari 13

AKTIVA TETAP

A. Pengertian
Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya
permanent dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang
serta mempunyai nilai yang cukup material.
Aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, artinya aktiva tersebut dimiliki untuk
digunakan, tidak untuk dijual kembali atau sebagai investasi.
2. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan.
3. Mempunyai nilai yang cukup material, artinya nilai/harga aktiva tersebut cukup tinggi.
Misalnya : Tanah, Bangunan, Mesin-mesin dan Kendaraan. Sedangka untuk aktiva
yang nilainya kecil, walaupun dapat digunakan dalam jangka panjang, tidak
digolongkan sebagai aktiva tetap. Misalnya Pulpen, Kalkulator dan Gunitng.

Berdasarkan Sifatnya, aktiva tetap dibagi atas :


1. Aktiva tetap berwujud (Tangible Fixed Assets)
2. Aktiva tetap tidak berujud (Intangible Fixed Assets)

Aktiva tetap bewujud seringkali disebut saja aktiva tetap, yaitu aktiva tetap yang
mempunyai bentuk fisik. Sedang aktiva tidak berwujud yaitu suatu hak tertentu untuk
jangka panjang yang tidak mempunyai bentuk fisik.

B. Harga Perolehan dan Cara Memperoleh Aktiva Tetap Berwujud


Harga perolehan aktiva tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan atau terjadi untuk
mendapatkan aktiva tersebut sehingga siap untuk dipakai dalam kegiatan normal
perusahaan.
Yang temasuk harga perolehan antara lain :
Harga beli aktiva yang bersangkutan, ditambah biaya angkut, biaya pemasangan, biaya
asuransi waktu mpengangkutan, biaya percobaan, biaya komisi, biaya balik nama dan
lain-lain.

Contoh Perhitungan Harga Perolehan :


Sebuah mesin dibeli dengan hargan (menurut Faktur) Rp. 8.000.000,-
Biaya pengangkutan....................................... Rp. 250.000,-
Biaya pemasangn ...........................................Rp. 150.000,-
Biaya instalasi .................................................Rp. 300.000,-
Biaya percobaan .............................................Rp. 300.000,-
Rp. 1.000.000,-
Harga perolehan/harga pokok ………………………. Rp. 9.000.000,-

Aktiva tetap dapat dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain :
1. Membeli tunai
2. Membeli secara kredit atau angsuran
3. Pertukaran
4. Mmbuat sendiri.
5. Diterima sebagai hadiah.
Contoh :
1. Dibeli tunai sebuah kendaraan, seharga Rp. 30.000.000,- baiya balik nama, asuransi,
dan lain-lain Rp. 1.800.000,-
Jurnalnya :

Kendaraan Rp. 31.800.000,-


Kas Rp. 31.800.000,-
2. Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsursan bulanan @ Rp. 500.000,- harga tunai
mesin tersebut Rp. 24.000.000,-
Jurnalnya :

Mesin Rp. 24.000.000,-


Bangunan yang ditangguhkan Rp. 6.000.000,-
Utang angsuran Rp. 30.000.000,-
Penjelasan :
Aktiva yang dibeli secara kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatata sebesar harga
tunainya. Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlukan sebagai
bunga, dan dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama
masa kontrak pembelian.

Dari saldo no.2 diatas, setiap angsuran dijurnal sebagai berikut :

Utang angsuran Rp. 500.000,-


Beban bunga Rp. 100.000,-
Bungan yang ditangguhkan Rp. 100.000,-
Kas Rp. 500.000,-

3. Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000,- telah disusutkan Rp.
12.000.000,- ditukarkan dengan sebuah mesin baru seharga Rp. 30.000.000,- dalam
pertukaran tersebut mesin lama diharga Rp. 6.000.000,-
Jurnalnya :

Mesin (baru) Rp. 30.000.000,-


Akuulasi penyusutan mesin Rp. 12.000.000,-
Rugi dari pertukaran mesin Rp. 2.000.000,-
Mesin (lama) Rp. 20.000.000,-
Kas Rp. 24.000.000,-

Penjelasan :
Harga mesin lama Rp. 20.000.000,-
Telah disusutkan Rp. 12.000.000,-
Nilai sisa Rp. 8.000.000,-
Penilaian pada waktu penukaran Rp. 6.000.000,-
Rugi atas pertukaran Rp. 2.000.000,-

(Masa pertukaran ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab Penghentian Aktiva Tetap).

4. Jika aktiva tetap diperoleh dengan membuat sendiri, maka harga perolehannya sama
dengan semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva yang bersangkutan siap
pakai.
Misalnya : Dalam pembangunan Gedung, harga perolehan gedung tersebut disamping
biaya pembangunanya sendiri, juga termasuk biaya pembuatan dan pengurusan IMB.

5. Jika aktiva tetap diperoleh sebagai hadiah, maka aktiva tersebut dicatat sebesar harga
pasar (harga yang wajar), disertai dengan mengkredit rekening modal
(modal/hadiah/sumbangan/donasi).
Contoh :
Diterima hadiah dari pemerintah, sebuah mesin sebesar Rp. 1.500.000,-
Jurnalnya :
Mesin Rp. 1.500.000,-
Modal Donasi Rp. 1.500.000,-
C. Pencatatan Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap selama Pemakaian
Pengeluaran biaya yang berhubungan dengan pemilikan atau penggunaan Aktiva tetap
dapat dicacat dengan dua cara yaitu :

1. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)


Dalam cara ini semua biaya yang dikeluarkan harus dikapitalisasikan pada aktiva tetap
(dicatat sebagai penambahan aktiva tetap yang bersangkutan).
Hal ini dilakukan jika penngeluaran biaya tersebut relative besar, dan memenuhi satu
atau lebih criteria berikut ini :
a. Memperpanjang masa manfaat atau umur ekonomis aktiva yang bersangkutan.
b. Menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur ekonomis.
c. Meningkatkan kapasitas produksi.
d. Meningkatkan mutu jasa yang diberikan oleh aktiva tetap yang bersangkutan.
Contoh :
Ddikeluarkan biaya perbaikan gedung Rp. 15.000.000,-
Buatlah jurnalnya, jika dengan perbaikan tersebut :
a. Memperpanjang umur ekonomis
b. Hanya menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur ekonomis.

Jawab :
a. Jika perbaikan memperpanjang umur ekonomis, berarti akumulasi penyusutan yang
sudah dicatat terlalu besar, maka biaya perbaikan tersebut dicatat sebagai pengurangan
akumulasi penyusutan yang sudah terjadi, dengan jurnal :

Akumulasi penyusutan gedung Rp. 15.000.000,-


Kas Rp. 15.000.000,-

b. Jika biaya perbaikan hanya menambah nilai aktiva, tetapi tidak memperpanjang umur
ekonomis, maka biaya tersebut dicatat disisi debit aktiva tetap yang bersangkutan,
sebagai penambah nilai aktiva, dengan jurnal :

Gedung Rp. 15.000.000,-


Kas Rp. 15.000.000,-

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)


Dalam cara ini pengeluaran biaya diperlukan sebagai beban pada periode terjadinya.
Hal ini dilakukan jika biaya yang dikeluarkan hanya memberikan manfaat dalam satu
periode yang berjalan atau dalam jumlah yang relative kecil.
Contoh ;
Dikeluarkan biaya pengecatan gedung Rp. 1.750.000,-.
Pengeluaran biaya tersebut dicatat sebagai pengeluara pendapatan dengan jurnal :

Biaya pemeliharaan gedung Rp. 1.750.000,-


Kas Rp. 1.750.000,-

D. Penyusutan Aktiva Tetap


Aktiva tetap pada umumnya mempunyai umur ekonomi yang terbatas. Sebagai contoh :
gedung lama-kelamaan akan rusak sehingga akhirnya tidak dapat dipakai lagi. Begitu
pula kendaraan dan mesin-mesin. Karena itu harga perolehan aktiva harus dialokasikan
sebagai beban periode-periode yang tercakup dalam umur ekonomi aktiva tetap yang
bersangkutan. Jumlah yang dialokasikan sebagai beban periode berjalan disebut
penyusutan.
1. Faktor-faktor yang menentukan besarnya penyusutan
Ada tiga factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya penusutan
aktiva tetap, yaitu :
a. Harga Perolehan (cost)
Yaitu semua biaya yang terjadi/dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap sehingga
setiap dipakai dalam kegiatan normal perusahaan

b. Nilai Sisa
Yaitu jumlah/nilai yang diperkirakan akan dapat diterima bilaaktiva yang
bersangkutan dijual atau ditukarkan ketika aktiva tersebutsudah tidk dapat digunakan
lagi secara ekonomis.
c. Taksiran Umur Kegunaan
Taksiran umur kegunaan suatu aktiva dipengaruhi oleh cara pemeliharaan dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi.
Taksirasn umum ini dapat dinyatakan dalam suatu periode waktu, satuan hasil
produksi, atau satuan jam kerjanya.

2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap


Ada beberapa cara/metode penyusutan aktiva tetap, antara lain :

2.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode ini sangat sederhana dan paling banyak digunakan. Besarnya penyusutan
setiap periode sama.
Rumus untuk menghitung penyusutan sebagai berikut :
HP − NS
=
Beban penyusutan UE
HP = Harga Perolehan
NS = Nilai Sisa/residu
UE = Umur Ekonomis
Contoh :
Harga perolehan sebuah kendaraan Rp. 32.000.000,-
Umur ekonomis kendaraan tersebut ditaksir 5 tahun, dan niali sisa ditaksir Rp.
8.000.000,-
Hitunglah :
a. Beban penyusutan setiap tahun
b. Tarif penyusutan setiap tahun
Jawab :
Rp. 32 .000.000 − Rp . 8.000 .000
=
a. Besarnya beban penyusutan setiap tahun 5
= Rp. 4.800.000,−
b. Tariff penyusutan tiap tahun
Rp . 4 .800.000
= x 100% = 20%
Rp. 32.000.000 − Rp. 8.0000.000
100
= = 20 %
Atau 5

2.2 Metode Saldo Menurun


Dalam metode ini penyusutan yang dibebankan setiap periode semakin menurun,
dengan anggapan bahwa semakin tua aktiva tetap yang bersangkutan kapasitasnya
semakin menurun. Metode saldo menurun ini terdiri dari dua cara yaitu :
1. Metode jumlah angka tahun (Sum Of The Years Digits Method)
2. Metode tariff tetap atas nilai buku (Double Dichining Balance Method)
2.2.1 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method)
Tariff penyusutan dalam metode ini merupakan suatu bilangan pecahan yang makin
lama makin kecil
Pembilang dalam pecahan tadi adalah angka-angka tahun yang ada selama umur
ekonomis aktiva yang bersangkutan.
Pembilang untuk tahun pertama adalah angka tahun terakhir, untuk tahun ke dua
angka tahun terakhir-1.
Dan pembilang untuk tahun terakhir adalah 1 (angka tahun pertama). Penyebunya
adalah angka-angka tahun yang ada.

Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 3.200.000,- umur ekonomis 5 tahun dan nilai
residu ditaksir Rp. 8.000.000,-
Maka penyusutan periodic dengan menggunakan metode jumlah angka tahun seperti berikut
ini :

Angka Tariff Harga Beban Peny. Akumulasi


Nilai Buku
Tahun Penyusutan Perolehan Periodik Penyusutan
5
1. Rp. Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000 Rp.24.000.000
15 32.000.000
4
2. Rp. 6.400.000 Rp. Rp.17.600.000
15 Rp. 14.400.000
3 32.000.000 Rp. 4.800.000
3. Rp.12.800.000
15 Rp.
2 Rp. 19.200.000
4. Rp. 3.200.000 Rp. 9.600.000
15 32.000.000
1 Rp.
5. Rp. 1.600.000 Rp. 8.000.000
15 Rp. 22.400.000
32.000.000
Rp.
Rp. 24.000.000
32.000.000

Penjelasan :
a. Tarif Penyusutan : - Pembilang menggunakan angka tahun dimulai tahun yang
terakhir/terbesar, ke tahun terkecil.
- Penyebut adalah jumlah angka-angka tahun (1 + 2
+ 3 + 4 + 5) = 15
Jumlah angka tahun dapat pula dihitung dengan rumus n = (1 + n )
(1 + 5 ) 2
= 5 = 15
2
n = Umur Ekonomis
b. Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)
c. Harga Perolehan – Nilai Sisa = Rp. 32.000.000 – Rp. 8.000.000
= Rp. 24.000.000.
5
= x Rp . 24 .000 .000 = Rp. 8.000.000
d. Beban Penyusutan Tahun I 15
4
= x Rp . 24 .000 . 000 = Rp. 6 .400 . 000
Tahun II 15
Contoh :
Sebuah mesin dibeli pada bukan Juni 2014 dengan harga Rp. 24.000.000,- Mulai
dioperasikan bulan Juli 2014, umur ekonomisnya ditaksir 6 tahun, dengan nilai residu Rp.
3.000.000.
Buatlah jurnal penyesuaian atas penyusutan mesin tersebut pada tanggal 31
Desember 2014 dan 2015.

Jawab :
6
x ( Rp . 24. 000. 000 − Rp. 3 .000.000 )
Penyusutan tahun I (pertama) 21
Rp. 6.000.000
6
= x Rp. 6.000 .000
Penyusutan tahun 2014 = 6 bulan 12 Rp. 3.000.000
5
x ( Rp . 24 .000.000 − Rp. 3 .000 .000 )
Penyusutan tahun II (kedua) 21
Rp. 5.000.000
1
= x Rp. 6. 000.000
Penyusutan tahun 2015 = Bulan Januari-Juni 2
Rp. 3.000.000
1
= x Rp. 5.000.000
Bulan Juli – Desember 2
Rp. 2.500.000
Rp. 5.500.000
Jurnal Penyesuaian :

TANGGAL KETERANGAN DEBIT KREDIT


2014
Des 31 Beban Penyusutan Mesin Rp. 3.000.000,- --
Akumulasi Penyusutan Mesin -- Rp. 3.000.000,-
2015
Des 31 Beban Penyusutan Mesin Rp. 5.500.000,- --
Akumulasi Penyusutan Mesin -- Rp. 5.500.000,-

2.2.2 Metode Tarif atas Nilai Buku (Double Dechining Balance Method)
Tariff penyusutan dalam metode ini sama dengan dua kali besarnya tariff penyusutan
menurut metode garis lurus.
Metode ini tidak menetapkan besarnya Nilai Sisa. Setiap akhir periode besarnya
taksiran nilai sisa sama dengan nilai buku.
Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai Buku (HP- akuntansi penyusutan)

Contoh :
Harga perolehan sebuah kendaraan Rp. 32.000.000. umur ekonomisnya ditaksir 5
tahun.
Tariff penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus = 20% pertahun dari jumlah
yang disusutkan.
Tariff penyusutan dengan metode ini = 2 x 20% = 40% dari nilai buku pada awal periode.
Maka penyusutan periodic dengan menggunakan metode tariff tetap atas nilai buku seperti
berikut ini :

Tariff Akumulasi
Tahun Beban Penyusutan Periodik Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan
0 - - - Rp.32.000.000
1 40% 40% x Rp.32.000.000 = Rp.12.800.000 Rp.12.800.000 Rp.19.200.000
2 40% 40% x Rp.19.200.000 = Rp. 7.680.000 Rp.20.480.000 Rp.11.520.000
3 40% 40% x Rp.11.520.000 = Rp. 4.608.000 Rp.25.088.000 Rp. 6.912.000
4 40% 40% x Rp. 6.912.000 = Rp. 2.764.800 Rp.27.852.800 Rp. 4.147.200
5 40% 40% x Rp. 4.147.000 = Rp. 1.658.880 Rp.29.511.680 Rp. 2.488.320

2.3 Metode Satuan Hasil Produksi


Menurut metode ini, besarnya pernyataan setiap periode ditentukan menurut satuan
hasil produksi jam kerja.

2.3.1 Metode Hasil Produksi


Dalam metode ini umur ekonomis suatu aktiva ditaksir dalam jumlah unit produksi,
dan beban penyusutannya dihitung dengan dasar satuan hasil produksi.
Rumus penyusutan per unit produksi

H arga Perolehan−Nilai Sisa


=
Taksiran produksi selama umur ekonomis
Beban penyusutan tiap tahun

= Jumlah produksi sesungguhnya x tarif penyusu tan pada unit produksi


Jumlah produksi sesungguhnya selama 1 tahun
atau= x ( H arg a perolehan nilai sisa )
Taksiran produksi selama umur ekonomis
Contoh :
Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 23.000.000 Nilai residu ditaksir Rp. 3.000.000
Taksiran produksi selama umur ekonomis 4.000.000 unit produksi. Selama tahun 2014
produksi yang dihasilkan 600.000 unit, dan tahun 2015 800.000 unit.
Hitunglah beban penyusutan tahun 2014 dan 2015.

Jawab :
Rp. 23 .000 .000 − Rp . 3.000 .000
= = Rp . 5
Tariff Penyusutan per unit (satuan) 4.000 .000
Beban Penyusutan : Tahun 2014 = Rp. 600.000 x Rp. 5 Rp. 3.000.000,-
Tahun 2015 = Rp. 800.000 x Rp. 5 Rp. 4.000.000,-

2.3.2 Metode Jam Kerja (Service House Method


Dalam metode ini umur ekonomi suatu aktiva ditaksir dalam jumlah jam kerja.
Tariff penyusutan untuk setiap jam kerja dihitung dengan rumus :

Harga Perolehan – Nilai sisa


Jam kerja selama umur ekonomis
Beban penyusutan = Jam kerja sesungguhnya x tariff per jam
Atau
Jam sesungguhnya
= x (HP – NS)
Taksiran jam kerja
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 23.000.000,- Taksiran jam kerja selama umur
ekonomis 10.000 jam. Selama tahun 2014 mesin tersebut dipakai selama 1.800 jam.
Maka besarnya penyusutan dihitung sebagai berikut :
Rp. 23.000.000 – Rp. 3.000.000
Tariff penyusutan jam kerja = = Rp. 2.000
10.000
Beban penyusutan tahun 2014 = 1.800 x Rp. 2.000 = Rp. 3.600.000

E. Penghentian Pemakaian Suatu Aktiva Tetap


Jika aktiva tetap yang sudah kurang bermanfaat lagi karena habis unur ekonominya atau
tidak layak lagi untuk dipakai terus karena sudah ketinggalan jaman dengan munculnya
mesin-mesin baru yang dapat memproduksi barang yang mutunya lebih baik, lebih
menghemat biaya dan kapasitasnya lebih tinggi, maka aktiva lama tersebut harus
dihentikan pemakaiannya.
Jika suatu aktiva tetap sudah tidak terpakai lagi, untuk menghentikan pemakaian aktiva
tersebut dapat dilakukan dengan cara : dibuang, dijual atau ditukarkan dengan aktiva
yang baru.
1. Dibuang atau disingkirkan
Dengan dibuangnya aktiva tetap berarti aktiva tersebut harus dikeluarkan dari
pembukuan, dengan jurnal :
a. Jika sudah habis umur ekonomisnya :

Akumulasi penyusutan mesin X Rp. xx


Mesin X Rp. xx

b. Jika belum habis umur ekonomisnya :

Akumulasi penyusutan mesin X Rp. xx


Rugi karena pembuangan Rp. xx
Mesin X Rp. xx

2. Dijual
Dalam penjualan aktiva tetap memungkinkan timbulnya laba atau rugi.
a. Jika timbul laba, dicatat dengan jurnal :

Kas Rp. xx
Akumulasi penyusutan mesin X Rp. xx
Laba penjualan aktiva tetap (mesin X) Rp. xx
Mesin X Rp. xx

b. Jika rugi, dicatat dengan jurnal :

Kas Rp. xx
Akumulasi penyusutan mesin X Rp. xx
Rugi penjualan aktiva tetap Rp. xx
Mesin X Rp. xx

3. Ditukar dengan mesin/aktiva tetap yang baru (tukar-tambah)


Dalam pertukaran memungkinkan timbulnya laba atau rugi atas pertukaran.
a. Apabila aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap yang sejenis, maka laba atas
pertukaran tidak diakui, sedangkan jika rugi atas pertukaran tersebut harus diakui
(prinsip konservatisme).
b. Apabila aktiva tetap ditukarkan sengan aktiva tetap lain yang tidak sejenis, maka laba
atau rugi atas pertukaran diakui.
Contoh soal 1 (pertukaran aktiva tetap yang sejenis)
Sebuah mesin dibeli pada bulan Januari 1987 seharga Rp. 42.000.000,- sampai dengan 31
Desember 2014 telah disusutkan Rp. 32.000.000,-.
Pada tanggal 8 Januari 2015 ditukar dengan mesin baru yang sejenis, dengan harga Rp.
60.000.000,-
Dinyatakan :
a. Hitunglah Rugi/Laba atas pertukaran, jika dalam pertukaran tersebut :
1. Menambah uang tunai Rp. 55.000.000,-
2. Menambah uang tunai Rp. 47.000.000,-
b. Buatlah jurnalnya

Jawab :
a. Menghitung Rugi/Laba atas pertukaran :
Harga beli mesin baru Rp. 60.000.000
Harga mesin lama Rp 42.000.000
Penyusutan Rp. 32.000.000 (-)
Nilai buku mesin lama Rp. 10.000.000 (-)
Selisih nilai buku Rp. 50.000.000
1) Tambahan uang tunai Rp. 55.000.000 (-)
Rugi pertukaran mesin Rp. 5.000.000
2) Selisih nilai buku Rp. 50.000.000
Tambahan uang tunai Rp. 47.000.000 (-)
Laba pertukaran mesin Rp. 3.000.000
b. Jurnal
1) Tambahan uang tunai Rp. 55.000.000,- (timbul rugi)

Mesin (baru) Rp. 60.000.000


Akumulasi penyusutan mesin Rp. 32.000.000
Rugi pertukaran mesin Rp. 5.000.000
Mesin (lama) Rp. 42.000.000
Kas Rp. 55.000.000

2) Tambahan uang tunai Rp. 47.000.000,- (timbul laba)

Mesin (baru) Rp. 57.000.000


Akumulasi penyusutan mesin Rp. 32.000.000
Mesin (lama) Rp. 42.000.000
Kas Rp. 47.000.000

Catatan :
Laba tidak diakui, maka nilai aktiva baru dicatat sebesar nilai pengorbanannya (harga beli
– laba yang tidak diakui)
= Rp. 60.000.000 – Rp. 3.000.000 = Rp. 57.000.000
Atau
Sama dengan nilai buku aktiva lama + tambahan uang tunai
= Rp. 10.000.000 + Rp. 47.000.000 = Rp. 57.000.000
Dalam hal ini penyusutan atas mesin baru dihitung dari harga perolehannya, yaitu Rp.
57.000.000
Contoh soal 2 (pertukaran aktiva tidak sejenis)
Sebuah truk dengan harga perolehan Rp.100.000.000 telah disusutkan Rp.70.000.000 pada
tanggal 5 Juni 2015 ditukar dengan sebuah Bus, dengan harga Rp. 150.000.000.
Buatlah jurnalnya, jika dalam pertukaran tersebut :
a) Menambah uang tunai Rp. 130.000.000
b) Menambah uang tunai Rp. 115.000.000

Jawab :
a) Menambah uang tunai Rp. 130.000.000 (timbul rugi Rp. 10.000.000)

Bus Rp. 150.000.000


Akumulasi penyusutan truk Rp. 70.000.000
Rugi pertukaran kendaraan Rp. 10.000.000
Truk Rp. 100.000.000
Kas Rp. 130.000.000

b) Menambah uang tunai Rp. 115.000.000 (timbul laba Rp. 5.000.000)

Bus Rp. 150.000.000


Akumulasi penyusutan truk Rp. 70.000.000
Laba pertukaran kendaraan Rp. 5.000.000
Truk Rp. 100.000.000
Kas Rp. 115.000.000

F. Deplesi (Depletion)
Nilai sumber alam, seperti : tambang emas, tambang batu bara, tambang besi, tambang
minyak tanah, tanah yang digunakan sebagai objek/bahan baku tertentu, akan
berkurang, pengurangan nilai sumber ala mini disebut Deplesi.
Perhitungan besarnya deplesi berdasarkan atas harga perolehan sumber alam,
banyaknya cadangan/kandungan sumber alam tersebut serta jumlah yang telah
dieksploitasi selama periode tertentu.

Contoh :
Harga perolehan hak atas tambang Rp. 80.000.000 taksiran cadangan/kandungan bijih besi
sebesar 4.000.000 ton.
Maka tariff deplesi tiap ton = Rp. 80.000.000.000 : 4.000.000 = Rp. 20.000
Jika dalam setahun telah ditambang 150.000 ton, maka besarnya deplesi adalah 150.000 x
Rp. 20.000.000 = Rp. 3.000.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat deplesi tersebut adalah :

Biaya Deplesi Rp. 3.000.000.000


Akumulasi Deplesi Rp.3.000.000.000

Rekening Akumulasi Deplesi adalah suatu rekening lawan terhadap cadangan barang
tambang yang bersangkutan, maka dalam neraca disajikan sebagai penguirangan terhadap
harga perolehan cadangan barang tambang yang bersangkutan. (seperti halnya aktiva tetap
dengan akumulasi penyusutannya).

G. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets)


1. Pengertian
Aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva yang umurnya panjang dan memberikan
manfaat bagi operai perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini
mencerminkan hak-hak istimewa atau memberikan posisi yang menguntungkan
perusahaan dalam memperoleh pendapatan.

Yang termasuk aktiva tidak berwujud antara lain :


- Hal Paten adalah hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah melalui direktorat
paten kepada perorangan atau suatu badan untuk memanfaatkan suatu penemuan
tertentu.
Hak perolehan hak paten meliputi :
- Biaya peneliltian
- Biaya percobaan
- Biaya pengembangan
- Biaya pendaftaran dan lain-lain.
- Hak Cipta/Copy Right adalah hak tunggal yang diberikan kepada orang atau suatu
badan untuk memperbanyak dan menjual barang-barang hasil karya seni atau karya
intelektual. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada penulis buku pencipta lagu dan
lain-lain.
Hak cipta dapat diperoleh dengan penemuan sendiri dapat pula dengan membeli.
Jika diperoleh karena penemuan sendiri maka biaya untuk memperoleh hak cipta
tidak begitu besar, sehingga bisa diperlakukan sebagai beban pada periode
perolehan.
Jika diperoleh dengan cara membeli dari pihak lain harga perolehannya cukup besar,
maka perlu dikapitalisasikan sebagai aktiva tetap tidak berwujud dan dimortisasikan
selama umur ekonomisnya.
- Merek Dagang/Trade Mark adalah hak tunggal yang diberikan kepada orang atau
suatu badan usahan untuk menggunakan cap, nama atau lambing usaha.
Apabila biaya untuk memperoleh merek dagang tidak material (tidak besar), maka
biaya itu bisa diperlukan sebagai beban pada periode diperolehnya. Tetapi jika biaya
cukup besar, maka dikapitasisasikan sebagai aktiva tetap tak berwujud dan
dimortisasikan setiap tahun.
- Franchise adalah hak tunggal yang diperoleh suatu perusahaan dari perusahaan lain
untuk mengkomersialkan produk, proses, teknik atau resep tertentu.
Misalnya franchise yang dijual oleh Kentucky Friend Chicken, Mac Donald
(hamburger, pizza dan sebagainya).
Hak itu diberikan dalam jangka waktu tertentu dan dengan persyaratan atau ikatan
tertentu. Maka setiap tahun harus diadakan amortisasi.
Untuk mengadakan amortisasi aktiva tidak berwujud dicatat dalam jurnal
penyesuaian (misalnya paten).

Beban amortisasi paten Rp. xx


Paten Rp. xx

Goodwill adalah nilai lebih yang dimilliki suatu perusahaan sebagai akibat adanya
nama baik, letak yang strategis, manajer yang baik dan sebagainya.
Goodwill hanya bisa diakui atau dicatat bila pindah dari perusahaan lain, melalui
pembelian perusahaan lain pada harga yang lebih tinggi dari nilai wajar aktiva
netonya. Kelebihan harga diatas nilai wajar itulah yang diakui sebagai harga
perolehan Goodwill.

Contoh :
PT. Astina membeli PT. Alengka dengan harga Rp. 1.500.000.000
Nilai wajar aktiva PT. Alengka pada saat transaksi Rp. 2.400.000.000 dan nilai seluruh
utangnya Rp. 1.000.000.000
Maka nilai Goodwill dapat dihitung sebagai berikut :
Harga beli PT. Alengka Rp. 1.500.000.000
Nilai wajar aktiva neto Rp. 2.400.000.000
Nilai utang Rp. 1.000.000.000
Total modal PT. Alengka Rp. 1.400.000.000
Nilai goodwill Rp. 100.000.000
Transaksi tersebut dicatat dalam jurnal sebagai berikut :

Macam-macam aktiva Rp. 2.400.000.000


Goodwill Rp. 100.000.000
Macam-macam utang Rp. 1.000.000.000
Kas Rp. 1.500.000.000

Goodwill dimortisasi selama umur ekonomisnya.


Misalnya dimortisasikan selama 20 tahun, maka setiap tahun :
Rp. 100.000.000 : 20 = Rp. 5.000.000,-
Maka jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi adalah :

Biaya amortisasi goodwill Rp. 50.000.000


Goodwill Rp. 5.000.000

Soal-soal Latihan :
1. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
a. Sebutkan karakteristik aktiva tetap.
b. Jealskan bersamaan dengan perbedaan antara aktiva tetap berwujud dengan aktiva
tidak berwujud.
c. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi harga perolehan aktiva tetap.
d. Sebutkan 5 cara pemilikan aktiva tetap.
e. Sebutkan 4 metode/cara untuk menetapkan besarnya penyusutan.
f. Jelaskan perbedaan antara pengeluaran modal dengan pengeluaran pendapatan
dalam pemilikan aktiva tetap.
g. Sebutkan criteria yang mengakibatkan pengeluaran biaya harus dikapitalisasikan.
h. Jelaskan prinsip pencatatan pada saat aktiva tetap ditukarkan dengan :
1. Aktiva lain yang sejenis.
2. Aktiva lain yang tidak sejenis
i. Apakah yang dimaksud dengan depleksi.
j. Sebutkan dan jelaskan macam-macam aktiva tetap tidak berwujud.

2. Pada bulan Desember 2013 PT. Jatayu membeli sebuah mesin dengan harga
Rp.15.500.000,- sebelum dioprasikan secara normal, dikeluarkan biaya-biaya berikut ini :
a. Biaya pengangkutan Rp. 400.000,-
b. Biaya pemasangan Rp. 150.000,-
c. Biaya percobaan dan service Rp. 700.000,-
mesin tersebut mulai dioprasikan tanggal 2 Januari 2014 dengan taksiran unsure
ekonomis 6 tahun dan nilai sisa Rp. 1.000.000,-
Ditanyakan :
a. Besarnya harga perolehan mesin tersebut.
b. Buatlah jurnal untuk pencatat pembelian serta pengeluaran yang berhubungan dengan
mesin tersebut.
c. Buatlah daftar penyusutan periodic dengan menggunakan :
1. Metode garis lurus
2. Metode jumlah angka tahun
3. Metode tariff tetap atas buku.

3. Pada bulan Juni 2014 PT. Bima membeli sebuah mesin dengan harga Rp.
8.500.000,- biaya pengangkutan Rp. 300.000,-
Biaya pemasangan Rp. 200.000,- biaya perobahan dan lain-lain Rp. 500.000,-
Mesin tersebut mulai dioperasikan bulan Juli 2014.
Umur ekonomis ditaksir 5 tahun , dan nilai residu Rp. 2.000.000,-
Ditanyakan :
a. Besarnya harga perolehan mesin tersebut.
b. Menghitung penyusutan untuk tahun 2015 jika menggunakan :
1. Metode garis lurus
2. Metode jumlah angka tahun
3. Metode tariff tetap atas buku.

4. Tanggal 2 Januari 2014 dibeli sebuah kendaraan seharga Rp. 28.000.000,- biaya balik
nama Rp. 1.500.000,- Umur ekonomis kendaraan tersebut ditaksir 10 tahun dengan nilai
residu Rp. 7.500.000,-
Ditanyakan :
a. Jurnal pada saat pembelian kendaraan jika :
1. Pembelian tersebut dibayar tunai
2. Pembelian tersebut dibayar dengan 60 kali angsuran bulanan @ Rp. 600.000,-
b. Jurnal pada saat pembayaran angsuran
c. Membuat jurnal penyesuaian atas penyusutan kendaraan pada tanggal 31 Desember
2014 jika menggunakan metode jumlah angka-angka tahun.
5. Sebuah mesin dibeli dengan harga Rp. 13.000.000,- biaya pengangkutan, pemasangan
dan lain-lain Rp. 750.000,- nilai sisa taksir Rp. 1.750.000,-
Mesin tersebut ditaksir dapat bekerja selama 15.000 jam dengan kapasitas 400 unit
setiap jam.
Ditanyakan besarnya penyusutan mesin tersebut untuk tahun 2014 dengan
menggunakan :
a. Metode hasil produksi, jika diketahui tahun 2014 produk yang dihasilkan 800.000
unit.
b. Metode jam kerja, jika selama tahun 2014 mesin tersebut dipakai selama 2.400 jam.

6. PT. Buana Jaya pada bulan Januari 1992 membeli sebuah mesin dengan harga Rp.
7.500.000,- taksiran umur ekonomis 10 tahun, dengan nilai residu Rp.
1.500.000,-
Buatlah jurnal pada tanggal 4 Juli 2015 apabila pada tanggal tersebut mesin dihentikan
pemakaiannya, dengan anggapan sebagai berikut :
a. Dijual tunai sebesar Rp. 5.000.000,-
b. Dijual tunai seharga Rp. 5.500.000,-
c. Dibuang sebagai rongsokan karena rusak berat.
d. Ditukar dengan mesin baru yang sejenis, dengan harga Rp. 10.000.000,- dengan
tambahan uang tunai Rp. 5.200.000,-
e. Ditukar dengan mesin baru yang sejenis, dengan harga Rp. 10.000.000,- dengan
tambahan uang tunai Rp. 4.000.000,-
f. Ditukar dengan mesin baru yang tidak sejenis, dengan harga Rp. 11.000.000,-
dengan tambahan uang tunai Rp. 6.000.000,-
g. Ditukar dengan mesin baru yang tidak sejenis, dengan harga Rp. 11.000.000,-
dengan tambahan uang tunai Rp. 5.000.000,-

Anda mungkin juga menyukai