Anda di halaman 1dari 32

Perlakuan

Akuntansi untuk
Penghentian Asset
Tetap
Penghentian Aset Tetap

Pengentian aset tetap adalah memberhentikan pemakaian aset tetap dalam aktivitas
perusahaan. Suatu aset tetap dihentikan karena sudah dianggap semakin menurun atau
tidak bermanfaat sama sekali, umur ekonomisnya habis atau sudah ketinggalan zaman
yang membuatnya tidak efisien lagi. Hal-hal tersebut dapat terjadi dikarenakan
munculnya aset-aset tetap baru, seperti mesin-mesin baru, dll.
Ketika asset tetap tersebut dihentikan pengakuannya, maka akan dilaporkan dalam
laporan laba/ rugi. Laba atau rugi timbul karena pelepasan asset tetap tersebut
ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah netto hasil pelepasan dan jumlah tercatat
dari asset tersebut.
PSAK 16 (paragraf 67) revisi 2016 menyatakan, jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya :
Pada saat pelepasan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan dan pelepasannya.

Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

Disewakan dalam
Penjualan aset
1 sewa pembiayaan 2
tetap
atau disumbangkan

Penghapusan aset tetap Pertukaran aset


3 dari semua rekening tetap sejenis/ tidak 4
yang bersangkutan sejenis
1. Pelepasan dengan Melakukan Penjualan
Dalam pelepasan aset tetap melalui penjualan, perusahaan membandingkan antara nilai buku aset dan hasil
yang diterima. Apabila hasil penjualan lebih besar daripada nilai buku, perusahaan mendapat laba, dan
perusahaan akan mendapatkan kerugian karena nilai buku lebih besar dibandingkan nilai penjualan.
Rumus Ekonomi Praktis :
Harga Jual > Nilai Buku = Laba
Harga Jual < Nilai Buku = Rugi
Harga Jual ≠ Nilai Buku = Tidak Laba/Rugi
Contoh kasus :
Sebuah aset yang berbentuk Sepeda motor, pada tanggal 1 Juni 2017 telah disusutkan sebesar Rp. 7.500.000.
harga perolehan pada saat dibeli baru sebesar Rp. 12.500.000. seandainya motor tersebut dijual pada harga Rp.
6.000.000 apakah yang terjadi ? Ataukah laba, rugi atau impas? Berikut perhitungannya.
2. Pertukaran Aset Tetap
Pertukaran aset tetap dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
• Pertukaran Aset Tetap Sejenis yaitu pertukaran yang dilakukan antara aset tetap yang sejenis dan berfungsi
sama. Pertukaran aset sejenis apabila terjadi laba maka tidak akan diakui. Namun sebaliknya, bila terjadi rugi
maka harus diakui dalam perhitungan akuntansi.
Contoh :
Sebuah mesin dibeli pada bulan januari 2006 seharga Rp. 144.000.000 dan sampai tanggal 31 Desember 2010 telah
disusutkan Rp.37.000.000. Pada tanggal 8 januari 2011, ditukar dengan mesin baru yang sejenis dengan harga Rp.
190.000.000. Jika dalam pertukaran menambah uang sebesar Rp. 85.000.000, maka buatlah jurnalnya.
Jawab :
Selisih nilai buku = Harga beli mesin - (Harga mesin lama - Akumulasi penyusutan)
Selisih nilai buku = Rp. 190.000.000 - (Rp. 144.000.000 - Rp. 37.000.000)
Selisih nilai buku = Rp. 190.000.000 - Rp. 107.000.000
Selisih nilai buku = Rp. 83.000.000
Laba/Rugi pertukaran mesin = Selisih nilai buku - Tambahan uang tunai
Laba/Rugi pertukaran mesin = Rp. 83.000.000 - Rp. 85.000.000
Laba/Rugi pertukaran mesin = -Rp. 2.000.000
Maka jurnalnya :
Mesin (debet) Rp. 190.000.000
Akumulasi penyusutan mesin (debet) Rp. 37.000.000
Rugi pertukaran mesin (debet) Rp. 2.000.000
Mesin (kredit) Rp. 144.000.000
Kas (kredit) Rp. 85.000.000

• Pertukaran Aset Tetap Tidak Sejenis yaitu pertukaran aset tetap yang memiliki fungsi berbeda. Apabila terjadi
laba/rugi pertukaran harus diakui dan dicatat dalam perhitungan akuntansi.
Contoh :
Sebuah truk dengan harga perolehan Rp. 120.000.000 telah disusukan Rp. 60.000.000. Pada tanggal 5 januari 2011,
ditukarkan dengan sebuah kendaraan dengan harga Rp. 190.000.000. Jika harus menambah uang tunai sebesar
135.000.000 maka buatlah jurnalnya.
Jawaban :
Maka jurnlanya :
Kendaraan (debet) Rp. 190.000.000
Akumulasi penyusutan truk (debet) Rp. 60.000.000
Rugi pertukaran kendaraan (debet) Rp. 5.000.000
Truk (kredit) Rp. 120.000.000
Kas (kredit) Rp. 135.000.000
3. Penghentian Aset dengan Cara Dibuang
Disingkirkan karena tidak bermanfaat adalah maksud dari penghentian aset tetap dibuang
Contoh :
Suatu mesin dengan harga perolehan Rp. 94.000.000 rusak berat sehingga harus dihentikan pemakaiannya.
Akumulasi penyusutan berjumlah Rp. 92.000.000. Biaya untuk pemindahan sebesar Rp. 1.000.000 dibayar tunai.
Kerugian akibat penghentian mesin, dihitung sebagai berikut :
Harga buku mesin = Rp. 94.000.000 - Rp. 92.000.000 = Rp. 2.000.000
Kerugian = Harga buku mesin - Biaya pemindahan
Kerugian = Rp. 2.000.000 - Rp. 1.000.000
Kerugian = Rp. 1.000.000
Maka jurnalnya :
Akumulasi penyusutan mesin (debet) Rp. 92.000.000
Rugi penghentian aktiva tetap (debet) Rp. 3.000.000
Mesin (kredit) Rp. 95.000.000
Prosedur Penghentian Asset Tetap

• Fungsi pemakai asset tetap mengajukan permintaan penghentian asset tetap


denganmenggunakan surat permintaan penghentian asset tetap kepada direktur
utama

• Setelah diotorisasi, fungsi akuntansi (bagian kartu asset tetap) akan mencatat
buktimemorial.

• Setelah ada bukti memorial, fungsi akuntansi bagian jurnal mencatat pada jurnal
umumuntuk penghentian pemakaian asset tetap
Perlakuan Akuntansi untuk
Jenis Asset Sumber Daya
Definisi Aset Sumber Daya Alam
Sumber Daya Alam digolongkan ke dalam aktiva tetap. Aktiva Sumber Alam (wasting asset) adalah
aktiva yang memiliki karakteristik, (1) habis digunakan melalui penambangan, (2) tidak dapat
diganti, kecuali kayu, (3) penggantian sumber daya alam berlangsung secara ilmiah. Contohnya
mencakup bijih besi, minyak, gas alam, batu bara, dan kayu. Sumber daya alam seperti tambang
digolongkan dalam aset tetap bukan sebagai persediaan karena yang diperdagangkan dalam
lahan tambang adalah kandungan yang ada di dalam tanah itu sendiri dan bukan tanahnya yang
mengandung hasil tambang, dimana tanah yang mengandung hasil tambang inilah yang dinilai
dan nantinya akan dideplesikan. Tanah yang mengandung tambang diakui sebagai aset tetap,
sementara hasil tambang itu sendiri, seperti batubara, barulah bisa dimasukkan ke dalam
persediaan. Persediaan(cadangan) adalah sumber daya alam yang sudah diketahui (identified)
dan bernilai ekonomis. Sumber daya alam bisa disebut cadangan apabila sudah diketahui baik
dari segi jumlah atau besarnya deposit yang sudah terukur dalam satu satuan seperti ton, dan
telah diketahui manfaatnya.
Harga Perolehan
Harga perolehan sumber daya alam adalah harga tunai atau harga pasar
asset yang diserahkan atau diperoleh tergantung mana yang lebih
rendah untuk mendapatkan sumber daya alam dan menyiapkannya
sesuai dengan maksud pemilikan asset tersebut. Bila sumber daya alam
tersebut sudah ditemukan, misalnya tambang batu bara yang sudah ada,
maka harga perolehannya adalah sebesar harga yang dibayar untuk
mendapatkan tambang tersebut. Namun, perlakuan harga perolehan
berbeda untuk sumber daya alam yang baru dalam tahap eksplorasi.
Terdapat dua pendekatan mengenai penentuan harga perolehan sumber daya
alam, yaitu :

1) Pendekatan harga perolehan penuh (full cost approach)


Pendekatan ini biasanya digunakan dalam perusahaan industry minyak. Hal ini
dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk eksplorasi sumber minyak tidaklah
sedikit. Di mana untuk menemukan suatu sumber minyak, perusahaan harus
melakukan penggalian sumur secara berulang-ulang dan pada tempat yang
berbeda. Dalam pendekatan ini, harga perolehan dihitung dengan
mengkapitalisasi seluruh biaya eksplorasi, baik yang berhasil maupun yang
tidak berhasil. Kemudian, harga perolehan tersebut akan dihapus secara
bertahap menjadi biaya selama masa produktif sumur minyak yang berhasil.
2) Pendekatan usaha berhasil (successful effort approach)

Pendekatan ini muncul akibat adanya pendapat para ahli yang menyarankan
agar hanya pengeluaran eksplorasi untuk sumur yang berhasil saja yang
dikapitasisasi. Sebagai contoh, jika dalam 50 kali penggalian sumur terdapat
satu sumur yang berhasil, maka tidaklah logis jika pengeluaran untuk menggali
49 sumur yang tidak berhasil harus diperhitungkan sebagai harga perolehan
dari satu buah sumur yang berhasil.
Pencatatan dan penilaian sumber daya alam
Pencatatan dan penilaian sumber daya alam yaitu prinsip harga pokok dan
prinsip mempertemukan (cost and matching principles). Prinsip harga pokok
berarti bahwa pada saat perolehannya sumber alam harus dinilai dan dicatat
sebesar harga pokok. Dengan prinsip mempertemukan, maka harga pokok
sumber alam harus dideplesi. Deplesi adalah berkurangnya harga perolehan
(cost) atau nilai sumber-sumber alam dengan proses alokasi dan pembebanan
harga pokok sumber alam secara rasional dan sistematis pada periode-periode
yang menikmati manfaat ekonomi dari sumber alam tersebut.
Pada dasarnya harga pokok sumber alam meliputi semua pengorbanan sumber
ekonomi yang terjadi dalam rangka perolehan sumber alam sampai berada pada
kondisi siap dieksploitasi. Harga pokok sumber alam terdiri atas tiga elemen,
yaitu :
(1) Harga Beli, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi dalam hubungannya
dengan perolehan hak untuk mencari dan menemukan sumber alam,

(2) Biaya Eksplorasi, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi dalam


hubungannya dengan usaha untuk mencari, meneliti dan menemukan barang
tambang pada daerah tertentu,

(3) Biaya Pengembangan Nonfisik, semua pengorbanan ekonomi yang terjadi


dalam hubungannya dengan usaha untuk mengembangkan sumber alam yang
sudah ditemukan.
Deplesi
Deplesi merupakan kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang
bersifat alami dan tidak dapat diperbarui. Secara umum deplesi adalah penghapusan
harga perolehan sumber daya alam secara sistematis. Adapun dalam ilmu akuntansi,
deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang diperoleh dari sumber-sumber alam
selama periode pemanfaatan sumber tersebut. Nilai sumber daya alam, seperti
tambang emas, batu bara, biji besi, dan minyak tanah yang digunakan sebagai
objek/bahan baku tertentu akan berkurang, sehingga pengurangan nilai sumber daya
alam ini disebt sebagai deplesi.
Penghitungan Deplesi
Deplesi digunakan untuk asset tetap yang tidak dapat diganti langsung
dengan asset yang sama jika sudah habis. Perhitungan besarnya deplesi
berdasarkan atas harga perolehan sumber alam, banyaknya cadangan/
kandungan sumber daya alam tersebut serta jumlah yang telah dieksploitasi
selama periode tertentu. Dalam penghitungan deplesi, terdapat 4 factor yang
mempengaruhi yaitu : Biaya Akuisisi, Biaya Eksplorasi, Biaya Pengembangan,
Biaya Restorasi
Menghitung biaya deplesi
Contoh:

Harga perolehan tambang Rp80.000.000.000, taksiran cadangan/kandungan bijih


besi sebesar Rp4.000.000 ton. Berdasarkan ilustrasi tersebut, maka:
Tarif deplesi tiap ton = Rp80.000.000.000 : 4.000.000 = Rp20.000.

Jika dalam setahun setelah ditambang 150.000 ton, maka besarnya deplesi adalah
150.000 x Rp20.000 = Rp3.000.000.000

Ayat jurnal untuk mencatat deplesi tersebut adalah:


Biaya Deplesi Rp3.000.000.000
Akumulasi Deplesi Rp3.000.000.000
Revisi Perhitungan Deplesi
Terkadang pembangunan tambang/sumber alam juga terjadi dalam masa
eksploitasi sedangkan biayanya ditaksir di muka pada waktu akan
menghitung beban deplesi. Jika kenyataannya biaya pembangunan berbeda
dengan yang sudah ditaksir, maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu
juga jika ditaksir, maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Begitu juga jika
ditaksir, maka perhitungan deplesi perlu direvisi. Jika taksiran isi tambangnya
berbeda dengan taksirann isi tambang yang dipakai dalam menghitung
deplesi, maka pehitungan deplesi perlu direvisi.
Koreksi terhadap deplesi dapat dilakukan pada kasus deplesi berikut.

1) Deplesi tahun-tahun yang lalu yang sudah dicatat atau dikoreksi, begitu
juga untuk deplesi yang akan datang.

2) Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi


deplesi yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir. Koreksi
dilakukan seperti halnya dalam asset tetap. Pada saat diketahui adanya
perubahan, dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi.
Akuntansi Aset
Tak Berwujud
Pengertian
Aset tak berwujud adalah harta tak terlihat/tak berwujud yang memberikan manfaat.
Menurut Kieso aset tak berwujud adalah aset teridentifikasi non-moneter yang tidak
dapat disentuh/diukur secara fisik. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa aset
tak berwujud adalah harta tak terlihat yang memberikan manfaat.

Contoh aset tak berwujud dalam bisnis/perusahaan adalah dapat dicontohkan sebagai
berikut:
• Hak paten
• Hak cipta
• Merek dagang/ trade mark
• Franchise
• Goodwill
Pengakuan Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud diakui pada saat diperoleh, dengan ketentuan:

1) Individu/Perusahaan berpotensi akan mendapatkan manfaat ekonomi


di masa yang akan datang dari aset tersebut.

2) Biaya-biaya dalam perolehannya bisa diukur dengan handal.


Penilaian / Pengukuran Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud dinilai/diukur sesuai dengan harga perolehannya. Biaya
perolehan aset tidak berwujud terdiri dari:

1) Harga beli termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat;

2) Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan aset
tersebut sehingga siap untuk digunakan
Pencatatan Aset Tak Berwujud
Pencatatan akuntansi untuk pembelian dan amortisasi aset tak berwujud secara
sederhana adalah sebagai berikut :
Pelaporan Aset Tak Berwujud

Aset tak berwujud disajikan dalam neraca pada kolom aktiva, dan dicatat sesuai
dengan nilai bersih setelah dikurangi oleh akumulasi amortisasi.
Contoh Soal
PT Maju Mundur mengeluarkan biaya jasa hukum sebesar Rp. 180.000 pada tanggal 1
Januari 2019 untuk mempertahankan paten. Umur manfaat dari paten tersebut adalah 20
tahun, dan diamortisasikan secara garis lurus. Buatlah pencatatan pada tanggal 1 Januari
2019 dan 31 Desember 2019!
Contoh Soal
PT Maju membeli PT Jaya dengan harga Rp. 1.500.000.000. Nilai wajar aktiva pada PT Jaya
ketika terjadi transaksi adalah Rp. 2.400.000.000 dan nilai semua utangnya adalah Rp.
1.000.000.000. Goodwill ini berlaku selama 20 tahun. Berapakah nilai goodwill nya dan
buatlah jurnal saat pembelian serta saat amortisasi!
Jurnal bagi PT Maju pada saat terjadi transaksi :

Goodwill ini akan diamortisasikan selama masa manfaatnya.


Rp. 100.000.000 : 20 = Rp. 5.000.000
LAPORAN KEUANGAN
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai