Ketiga syarat tersebut diatas adalah kriteria aktiva tetap yang sifatnya umum
digunakan berbagai perusahaan baik dalam maupun luar negeri. Terdapat satu
kriteria lagi yang aplikasinya bisa berbeda di tiap perusahaan, atau dapat kita sebut
sebagai kriteria keempat yaitu Harga Perolehan Tertentu.
Sebagai contoh, (sebuah kalkulator untuk lebih mudah memahaminya). Bukankah
kalkulator memiliki wujud, umur ekonomis lebih dari satu tahun dan untuk
kegiatan perusahaan (kecuali diperdagangkan)? Jawabnya ya, namun apakah harga
pembelian sebuah kalkulator sederhana yang (relatif) murah sebanding dengan
tenaga, waktu, dan juga biaya yang dikeluarkan untuk mengelola kalkulator
tersebut? Boleh jadi tidak. Dengan pertimbangan ini beberapa perusahaan
membatasi kriteria aktiva tetap berdasarkan harga perolehannya, apakah minimum
1 juta rupiah, 500 ribu rupiah, 250 ribu rupiah atau harga perolehan lainnya,
tergantung masing-masing perusahaan menilai suatu aktiva tetap materil atau tidak.
Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-masing cara
perolehan akan mempengaruhi harga perolehan aset tetap tersebut yang akan
dicantumkan dalam Neraca.
Adapun cara memperoleh aset tetap sebagai berikut :
1) Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aktiva tetap dikapitalisasikan sebagai harga perolehan aktiva tetap.
Contoh :
Pada tanggal 1 Agustus 2017 dibeli tunai sebuah kendaraan
seharga Rp.30.000.000,00. Biaya balik nama, asuransi dan lain -
lain Rp.1.800.000,00, biaya bongkar muat, Rp. 600.000,00, .Dicatat dalam jurnal
berikut ;
2) Pembelian Angsuran
Aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian angsuran dalam harga perolehan aktiva
tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama angsuran baik jelas-jelas
dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan
sebagai biaya.
Contoh :
Pada tanggal 1 April 2007 dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan
Rp.500.000,00. Harga tunai mesin tersebut Rp.24.000.000,00
Jurnal yang di buat untuk mencatat pembelian secara kredit atau angsuran
Contoh :
PT Rendi menukar sebuah gedung dengan 1.000 lembar saham biasa nominal Rp
1.000.000,00. Pada saat penukaran , harga pasar saham per lembar adalah sebesar
Rp 1.100.000,00 .Pertukaran aktiva tetap ini dicatat dengan jurnal berikut.
PT Rendi
Jurnal Umum
Per Januari 2019
Tgl Keterangan ref Debet (Rp) Kredit (Rp)
2017 Gedung 1.100.000,00
Jan 3 Modal saham biasa - 1.000.000,00
Agio saham 100.000,00
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 20.000.000,00.telah disusutkan
Rp.12.000.000,00.Pada tanggal 15 Maret 2007 Mesin tersebut ditukarkan dengan
sebuah mesin baru seharga Rp. 30.000.000,00. Dalam pertukaran itu mesin lama
dihargai Rp. 6.000.000,00.
Jurnal untuk mencatat transaksi diatas adalah
Contoh :
Pada tanggal 1 Maret 2017 diterima hadiah dari pemerintah sebuah mesin senilai
Rp 12.500.000, Maka Jurnalnya :
Contoh :
PT Angkasa Pura memutuskan untuk membangun sendiri gedung kantor
perusahaan cabang di Ngawi. Biaya-biaya yang dikeluarkan antara lain biaya
bahan baku Rp 200.000.000,00, biaya tenaga kerja Rp 150.000.000,00 , dan biaya
lain-lain Rp 100.000.000,00. Jadi seluruh biaya yang dikeluarkan adalah sebesar
Rp 450.000.000,00
Pencatatan transaksi diatas adalah sebagai berikut.
PT Angkasa Pura
Jurnal Umum
Per Januari 2015
1) Tanah : Harga beli tanah dari pemilik, biaya survei, biaya perantara atau komisi,
biaya pematangan tanah, biaya balik nama di Agraria/BPN.
2) Gedung : Biaya perencanaan oleh arsitek, IMB, asuransi selama pembangunan,
bunga selama pembangunan atas uang pinjaman untuk pembiayaan
pembangunan gedung dan semua pengeluaran lainnya yang dibutuhkan
sehubungan dengan pembangunan gedung serta biaya pemilikannya.
3) Mesin : Harga mesin menurut faktur pembelian, biaya angkutan, bea masuk PPN,
bongkar dan angkut ke dalam pabrik, pasang dan stel mesin dan percobaan mesin
4) Kendaraan : Harga kendaraan menurut faktur pembelian, bea balik nama.
Jenis harta Nilai Taksiran (Rp) Perhitungan Alokasi Jumlah Alokasi (Rp)
Tanah 28,000 28/100 x 160,000 44,800
Bangunan 60,000 60/100 x 160,000 96,000
Peralatan 12,000 12/100 x 160,000 19,200
Jumlah 100,000 160,000
Jika suatu aset tetap dapat digunakan lebih dari satu tahun maka aktiva tersebut
bermanfaat untuk memperolah pendapatan selama umurnya. Untuk menghubungkan
cost aktiva tetap dengan revenue yang diperoleh maka cost tersebut dicatat dan
dilaporkan sebagai beban pada tahun-tahun manfaatnya. Proses ini disebut depresiasi.
Dengan demikian depresiasi adalah alokasi secara sistematis dan rasional atas cost dari
aktiva tetap ke tahun-tahun manfaatnya.
Jurnal yang dibuat untuk melakukan depresiasi setiap tahunnya adalah mendebet akun
Beban Depresiasi dan mengkredit akun Akumulasi Penyusutan. Misalkan untuk tahun
2005, perusahaan menyusutkan mesin sebesar Rp 5,000, maka jurnal yang dibuat
adalah:
Karena setiap akhir tahun ada penyusutan, maka perkiraan Akumulasi Penyusutan
akan selalu bertambah sepanjang masa manfaat aktiva.
Depresiasi bukanlah teknik untuk menilai aktiva tetap dan dengan melakukan
depresiasi tidaklah otomatis perusahaan menyisihkan uang untuk membeli aktiva
tetap. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiasi/penyusutan adalah:
Dengan metode ini penyusutan tahunan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
Contoh :
Sebuah Mesin dibeli tanggal 2 Januari 2016 dengan harga Rp 16.000.000 dan ditaksir
dapat digunakan selama 5 tahun. Penyusutan tahun 2016, 2017, dan 2018 dapat
dihitung sebagai berikut:
Tarif/prosentase penyusutan = 2 x (100% : 5) = 40%
Penyusutan tahun 2016 = 40% x Nilai Buku
= 40% x Rp 16.000.000
= Rp 6.400.000
Alokasi Harga Perolehan aset tetap dilakukan berdasarkan angka tahun penggunaan.
Jika umur aktiva tetap adalah 5 tahun, maka tahun penggunaannya adalah tahun ke
1,2,3,4,5. Jumlah dari angka-angka tersebut akan dijadikan penyebut. Sementara itu
pembilangnya adalah sisa umur dari masing awal tahun penggunaan. Pada awal
penggunaan sisa umurnya masih lima tahun, oleh karenanya pembilangnya adalah 5.
Setelah digunakan 1 tahun, maka pada awal tahun kedua sisa umurnya adalah empat
tahun sehingga pembilangnya adalah 4. Demikian seterusnya untuk tahun ketiga,
keempat, dan seterusnya.
Contoh :
Misalkan ada sebuah mesin dibeli tanggal 2 Januari 2014 dengan harga Rp
16.000.000 ditaksir masa manfaat 5 tahun dengan nilai residu Rp 1.000.000.
Penyusutan tahun 2014, 2015, 2016, 2017, dan 2018 dapat dihitung sebagai berikut:
Jurnalnya:
a. Dijual dengan harga Rp 2.250.000,00
a. Pengertian
Pengertian dari aktiva tak berwujud (intangible aset) ini menunjuk pada aset dari
perusahaan yang tidak berbentuk fisik dan memiliki sifat aset jangka panjang. Artinya,
aktiva tidak berwujud milik perusahaan ini tidak ditujukan untuk dijual suatu hari nanti.
Seluruh aktiva tidak berwujud akan dikelola untuk menghasilkan keuntungan untuk
operasional perusahaan. Berdasarkan definisi dari aktiva tidak berwujud ini, maka
dapat dimengerti bahwa keberadaannya sangat penting untuk perusahaan. Namun ada
beberapa bentuk dan jenis berbeda dari aktiva tidak berwujud (intangible aset) ini.
b. Karakteristik aset tetap tak berwujud
Pada dasarnya ada 3 karakteristik aktiva tidak berwujud, yaitu:
1) Kurang memiliki eksistensi fisik, mendapatkan nilai dari hak dan keistimewaan
yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
2) Bukan merupakan instrumen keuangan, menghasilkan nilainya dari klaim untuk
menerima kas atau ekuivalen kas di masa mendatang.
3) Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, menyediakan jasa dalam
kurun waktu bertahun-tahun.
2) Hak Paten
Diberikan kepada pihak yang melakukan penelitian dan menemukan hal baru untuk
memproduksi, menjual, atau mengawasi temuannya dalam kurun waktu tertentu.
Harga perolehannya meliputi semua pengeluaran yang mencakup biaya penelitian,
pengembangan, pembuatan gambar, percobaan, dan pengurusan hak paten hingga
diterbitkannya sertifikat hak paten.
4) Hak Franchise
Menggunakan fasilitas tertentu dari suatu pihak ke pihak lain sebagai franchisee.
Pihak franchisee hanya diperkenankan menggunakan hak franchise sesuai dengan
kesepakatan, tidak berhak menjual hak franchise kepada pihak lain. Bagi pihak
franchisor harga perolehan hak franchise sebesar dana yang dikeluarkan untuk
mendapatkan izin hak franchise, sedangkan bagi franchisee harga perolehan
sebesar harga yang diberikan kepada franchisor.
5) Hak Sewa
Menggunakan aset tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian sewa menyewa.
Pencatatan akuntansi terhadap pengeluaran berkenaan dengan mendapatkan hak
sewa ditentukan dari cara pembayaran sewa yang dilakukan. Perolehan hak sewa
mencakup pembayaran sewa kepada pihak pemilik aset dan pengeluaran lain untuk
persiapan aset agar siap digunakan.
6) Hak Eksklusif
Hak khusus yang diberikan negara kepada suatu lembaga atau instansi untuk
mengelola fasilitas atau sumber daya alam milik negara. Harga perolehan dari hak
ini meliputi biaya survei, riset, pemetaan, eksplorasi, pembangunan fasilitas,
perjanjian dan biaya lainnya hingga hak tersebut dinyatakan siap.
4) Penilaian Goodwill
Penilaian dari aset tak berwujud seperti goodwill dihitung melalui transaksi
pembeliannya dari perusahaan lain. Nilai beli ini adalah nilai beli perusahaan
secara bersih mencakup aset dan kewajiban dalam perusahaan tersebut. Lalu terkait
dengan nilai amortisasinya, goodwill di Indonesia diakui masa kegunaannya hingga
tidak lebih dari 5 tahun. Namun ada kemungkinan untuk memperpanjangan
amortisasi hingga tidak lebih dari 20 tahun dengan alasan yang dapat diterima.
Pembelian Amortisasi
(D) Aset Tak Berwujud (D) Biaya Amortisasi
(K) Kas (K) Aset Tak Berwujud
j. Amortisasi
Nilai suatu asset tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga
harga perolehan asset tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama
taksiran masa manfaat dan tidak boleh dibebankan sekaligus pada periode perolehan.
Metode yang digunakan dalam amortisasi asset tetap tak berwujud menurut akuntansi
komersial pada umumnya menggunakan metode garis lurus, yaitu dihitung dengan
jalan mengalikan persentase amortisasi dengan harga perolehan asset tetap tak
berwujud, kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan.
Kemungkinan dapat terjadi masa manfaat asset tetap tak berwujud tidak tercantum
pada kelompok masa manfaat, sehingga wajib pajak menggunakan masa manfaat
terdekat
Contoh:
Untuk memperoleh hak paten perusahaan telah mengeluarkan uang per kas
sebesar Rp.150.000.000. masa manfaat hak paten tersebut 4 tahun.
3) Ketentuan Lain
Ketentuan lain ini mengatur masalah sebagai berikut:
a) Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu
perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi
sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Amortisasi terhadap pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan
minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan
produksi.Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari
yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk
memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka dibebankan sekaligus dalam
tahun pajak yang bersangkutan.
Contoh:
PTabadi mengeluarkan biaya untuk memperoleh hak penambangan minyak dan
gas bumi sebesar Rp.800.000.000 taksiran jumlah kandungan minyak sebesar
200.000.000 barel prodiksi sebenarnya 50.000.000 barel.
Hitunglah amortisasinya !
i. Tarif amortisasi =(50.000.000/200.000.000) ×100% = 25%
Amortisasi tahun 1 =25% × Rp.800.000.000 =Rp.200.000.000