Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENGELOLA ASET (AKTIVA) TETAP

Disusun Oleh :

Nama : Ryu Hadji Zukhruf


Kelas : XI AK 3
No. Absen : 35
DAFTAR ISI
Daftar Isi

1. Pengertian Aktiva Tetap

1.1 Sifat Aktiva Tetap

2. Harga Perolehan dan Cara Memperoleh Aktiva Tetap Berwujud

2.1 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pembelian Tunai

2.2 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pembelian Kredit

2.3 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Gabungan

2.4 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pertukaran

2.5 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Sumbangan

3. Pencatatan Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap Selama Pemakaian

3.1 Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

3.2 Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

4. Penyusutan Aktiva Tetap

4.1 Faktor-Faktor yang Menentukan Besarnya Penyusutan

4.2 Metode Penyusutan Aktiva Tetap

4.2.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

4.2.2 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Year Digit Method)

4.2.3 Metode Tarif Tetap Atas Nilai Buku (Double Dechining Balance Method)

4.2.4 Metode Hasil produksi (Produtive Output Method)

4.2.5 Metode Jam Kerja (Service House Method)

5. Menghentikan Pemakaian Suatu Aktiva Tetap

5.1 Jika Umur Ekonomisnya Habis

5.2 Jika Dijual

5.3 Ditukar Dengan Aktiva Baru/Tukar Tambah


1. Pengertian Aktiva Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk tujuan administratif dan diharapkan akan
digunakan lebih dari satu periode (SAK-ETAP, 2009).

Sementara itu, dalam perpajakan, sebagaimana tertuang dalam Pasal 11 UU


PPh Nomor 36 Tahun 2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan
dan terletak atau berada di Indonesia , dimiliki, ddan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
serta mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

1.1 Sifat Aktiva Tetap

1. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau diperjualbelikan


sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam kegiatan operasi
perusahaan.

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

3. Jumlahnya cukup material.

2. Harga Perolehan dan Cara Memperoleh Aktiva Tetap Berwujud

Secara umum, harga perolehan didefinisikan sebagai keseluruhan biaya yang


digunakan oleh seseorang untuk memperoleh aset tetap. Biaya ini timbul akibat
adanya transaksi yang dilakukan berupa pembelian yang nantinya siap digunakan
dan dioperasikan.

2.1 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pembelian Tunai

Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai
dicatat dalam bentuksiap pakai diatat sejumlah harga beli ditambah dengan
biaya-biaya yang terjadi pada saat perolehan.

Contoh Kasus :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1 Jan 2017 Kendaraan Rp 220.000.000  
Kas/Bank   Rp 220.000.000
Pada 1 Januari 2017, PT Maju Jaya membeli kendaraan operasional seharga
Rp. 200.000.000,00 (belum termasuk PPN 10%). Jurnal yang dibuat oleh PT
Maju Jaya adalah sebagai berikut.
2.2 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pembelian Kredit

Aset tetap yang dibeli secara kredit dicatat dalam akun aset yang
bersangkutan sejumlah harga tunainya. Selisih antara harga tunai dan harga
kredit diatat sebagai Beban Bunga.

Contoh Kasus :

Pada 5 Januari 2017, CV Ina Mebel membeli sebuah kendaraan dengan


harga kredit sebesar Rp. 225.000.000,00. Faktur No. 867. Pembayaran
pertama sebesar Rp. 50.000.000,00 dibayar dengan Cek, BKK No. 286.
Sisanya dibayar dalam 5 kali angsuran bulanan. Harga tunai kendaraan yang
bersangkutan Rp. 200.000.000,00.

Berdasarkan transaksi di atas, Anda sebagai tenaga akuntansi diminta :

a. Membuat jurnal untuk mencatat pembelian kendaraan.

b. Pembayaran pertama sebesar Rp. 50.000.000,00 diccatat dalam jurnal


pengeluaran kas.

Jurnal Umum :

Januari 5 F. 867 Kendaraan 1206 Rp 200.000.000  


    Beban Bunga 5301 Rp 25.000.000  
    Utang Dagang 2101   Rp 225.000.000

Catatan pembayaran pertama sebesar Rp. 50.000.000,00 dalam buku jurnal


pengeluaran kas tampak seperti dibawah ini :

Jurnal Pengeluaran Kas :

Debit Kredit
Dibayarkan Lain-Lain
Tanggal No. Bukti Utang
Untuk No. Kas
Dagang No Jumlah
Akun
Utang
Jan 5 BKK 286 Rp 50.000.000       Rp 50.000.000
Dagang

2.3 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Gabungan

Harga perolehan aset tetap yang diperoleh secara gabungan didasarkan


pada alokasi harga perolehan gabungan dengan perbandingan yang wajar.

Contoh Kasus :
Pada 1 Februari 2017, PT Abadi membeli beberapa aset (tanah, rumah,
kendaraan) seharga Rp 800.000.000,00. Aset tersebut mempunyai nilai buku
dan harga pasar wajar sebagai berikut :

Nilai Buku Harga Pasar Wajar


Tanah Rp 800.000.000 Rp 250.000.000
Truk Rp 200.000.000 Rp 250.000.000
Rumah Rp 300.000.000 Rp 500.000.000
Rp 800.000.000 Rp 1.000.000.000

Berdasarkan identifikasi nilai buku dan harga pasar wajar dari ketiga aset
tersebut, maka nilai yang dapat ditetapkan sebagai harga perolehan aset
adalah sebagai berikut :

Rp 300.000.000
Tanah x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
Rp 1.000.000.000
Rp 250.000.000
Truk x Rp 800.000.000 = Rp 200.000.000
Rp 1.000.000.000
Rp 500.000.000
Rumah x Rp 800.000.000 = Rp 400.000.000
Rp 1.000.000.000

2.4 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pertukaran

Harga perolehan aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran ditetapkan


berdasarkan harga pasar aset yang diserahkan atau harga pasar aset yang
diterima, tergantung harga mana yang dipandang lebih wajar. Situasi
berkaitan dengan pertukaran aset yang sejenis adalah sebagai berikut :

a. Akuntansi pertukaran untuk aset yang sejenis dengan menambah.

pertukaran ini dicatat pada nilai wajar dari aset yang diserahkan keuntungan
atau kerugian diakui. Nilai wajar dari harta yang diterima harus digunakan
hanya jika lebih jelas daripada nilai wajar harta yang dierahkan.

b. Pertukaran aset tetap memungkinkan timbulnya laba atau rugi.

1.) Apabila aset tetap ditukar dengan aset tetap yang sejenis, maka laba atas
pertukaran tidak diakui; sebaliknya jika rugi, harus diakui (prinsip
konservatisme).

2.) Apabila aset tetap ditukarkan dengan aset tetap yang tidak sejenis, maka
laba atau rugi atas pertukaran diakui.

Contoh Kasus :
PT Sinar Jaya membeli sebuah bus mini dengan harga perolehan Rp
250.000.000,00. Akumulasi penyusutan Rp 5.000.000,00. Pada 5 April 2017
ditukar dengan sebuah Innova dengan harga Rp 280.000.000,00.

Berdasarkan transaksi di atas, Anda sebagai tenaga akuntansi diminta :

Membuat jurnal jika pertukaran tersebut menambah uang tunai Rp


85.000.000,00.

Jurnal untuk mencatat transaksi tanggal 5 April 2017 sebagai berikut :

Mobil Innova Rp 280.000.000  


Akum. Peny. Bus Mini Rp 50.000.000  
Kerugian Pertukaran Kendaraan Rp 5.000.000  
Bus Mini   Rp 250.000.000
Kas   Rp 85.000.000
(mencatat pertuakaran Bus Mini dengan mobil Innova)    

2.5 Mencatat Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Sumbangan

Aset tetap yang diperoleh dari sumbangan pihak lain dicatat sebesar
harga taksiran atau sebesar harga pasar, yaitu dengan mendebit akun aset
tetap yang bersangkutan dan mengkredit akun Modal Sumbangan.

Contoh Kasus :

Pada 5 Maret 2017, suatu koperasi menerima sumbangan seperangkat


peralatan kantor dari perusahaan rekannya. Harga pasar wajar peralatan
kantor yang besangkutan Rp 15.000.000,00. Transaksi tersebut dicatat dalam
Jurnal Umum. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


5 Maret 2017 Peralatan Kantor Rp 15.000.000  
  Modal Sumbangan   Rp 15.000.000

3. Pencatatan Pengeluaran Terhadap Aktiva Tetap Selama Pemakaian

Pengeluaran yang berhubungan dengan aset tetap mencakup pengeluaran


yang berhubungan dengan pengembangan aset tetap dan pengeluaran yang
berhubungan dengan pemeliharaan aset tetap.
3.1 Pengeluaran Modal (Capital Expenditure)

Yaitu pengeluaran yang menimbulkan manfaat ekonomi dalam jangka


waktu lebih dan satu periode akuntansi. Pengeluaran jenis ini menakup :

a. Pengeluaran untuk penambahan (addition)

Bertujuan untuk perluasan atau peningkatan fasilitas yang sudah ada,


misalnya untuk menambah bangunan sayap dan sebuah pabrik, perluasan
tempat parkir kendaraan, dan sebagainya.

Contoh Kasus :

PT Indofood Sukses Makmur bergerak dalam industri makanan dan


minuman. Sehubungan dengan permintaan yang terus meningkat dalam 1
bulan terakhir, perusahaan memutuskan untuk menambah kapasitas yang
dimiliki saat ini. Pada tanggal 8 Juni 2017, PT Indofood Sukses Makmur
mengeluarkan kas untuk pembelian mesin Rp 25.000.000,00 dan biaya
lainnya Rp 2.5000.000,00.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


8 Juni 2017  Mesin Rp 27.500.000  
  Kas   Rp 27.500.000

b. Pengeluaran untuk perbaikan (betterment)

Bertujuan untuk meningkatkan kapasitas atau untuk memperpanjang usia


penggunaan aset tetap.

Contoh Kasus :

PT Indofood memiliki mesin yang dibeli 5 Mei 2009 dengan harga Rp


300.000.000,00. Estimasi umur ekonomis 10 tahun dengan menggunakan
metode penyusutan Garis Lurus. Pada tanggal 12 Juli 2017 dilakukan turun
mesin dengan biaya Rp 20.000.000,00. Umur ekonomis diperkirakan akan
mampu berproduksi hingga 5 tahun ke depan.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


 12 Juli 2017 Akum. Penyusutan Mesin Rp 20.000.000  
  Kas   Rp20.000.000
Keterangan :

Sebelum Turun Mesin :


Harga Perolehan Rp 300.000.000
Umur Ekonomis 10 Tahun
Biaya Peny. Per Tahun Rp 30.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 187.500.000
Nilai Tutup Buku Rp 112.500.000
Setelah Turun Mesin :
Akumulasi Penyusutan Rp 167.500.000
Nilai Buku Rp 132.500.000
Tambahan Umur Ekonomis 1 Tahun

3.2 Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure)

Yaitu pengeluaran yang hanya memberikan manfaat ekonomi pada


periode saat terjadinya pengeluaran, atau tidak memberikan manfaat ekonomi
di masa yg akan datang. Adapun pengeluaran yang berhubungan dengan
pemeliharaan aset tetap meliputi :

a. Pengeluaran untuk pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharaan (maintenance) aset tetap adalah tindakan yang bertujuan untuk


mempertahankan aset tetap berfungsi normal pada kondisi tetap baik. Segala
bentuk pengeluaran dicatat beban pada periode tersebut dikeluarkan.

Contoh Kasus :

PT Indofood Sukses Makmur tanggal 15 Maret 2017 membeli Oli untuk mesin
produksinya sebesar Rp 600.000,00 serta memersihkan mesinnya untuk
menjaga agar mesin produksinya bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


15 Maret 2017  Beban Pemeliharaan Rp 600.000  
  Kas   Rp 600.000

b. Pengeluaran untuk reparasi (repair)

Perbaikan (repair) adalah tindakan perbaikan terhadap aset tetap dengan


tujuan untuk mengembalikan kondisi aset tetap pada kondisi semula.
Pengeluaran ini diatat debit akun Beban Reparasi.

Contoh Kasus :
PT Indofood Sukses Makmur pada tanggal 25 Maret 2017 diketahui
komponen saluran oli mesin bocor. PT Indofood Sukses Makmur mengelas
mesin tersebut dengan biaya sebesar Rp 750.000,00.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


 25 Maret 2017 Beban Reparasi Rp 750.000  
Kas   Rp 750.000

c. Pengeluaran untuk mengganti komponen yang rusak (replacement)

Bertujuan untuk mengganti sebagian atau seluruh komponen aset tetap yang
rusak berat. Pengeluaran ini biasanya mengakibatkan penambahan terhadap
usia penggunaan aset tetap yang bersangkutan.

Contoh Kasus :

PT Indofood Sukses Makmur pada tanggal 5 April 2017 diketahui bahwa


wiper kaca mobil rusak. Maka, PT Indofood Sukses Makmur melakukan
penggantian terhadap komponen yang sudah tidak berfungsi. Harga wiper
kaca mobil Rp 150.000,00.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


 25 Maret 2017 Beban Pemeliharaan Rp 150.000  
Kas   Rp 150.000

d. Pengeluaran untuk perbaikan (betterment)

Bertujuan untuk meningkatkan kapasitas atau untuk memperpanjang usia


penggunaan aset tetap.

Contoh Kasus :

PT Indofood memiliki mesin yang dibeli 8 Mei 2009 dengan harga Rp


300.000.000,00. Estimasi umur ekonomis 10 tahun dengan menggunakan
metode Penyusutan Garis Lurus. Pada tanggal 12 Juli 2017 dilakukan turun
mesin dengan biaya Rp 20.000.000,00. Umur ekonomis diperkirakan akan
mampu berproduksi hingga 5 tahun ke depan.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


 12 Juli 2017 Akum. Penyusutan Mesin Rp 20.000.000  
Kas   Rp 20.000.000
Keterangan :
Sebelum Turun Mesin :

Harga Perolehan Rp 300.000.000

Umur Ekonomis 10 Tahun

Biaya Peny. Per Tahun Rp 30.000.000

Akumulasi Penyusutan Rp 187.500.000

Nilai Tutup Buku Rp 112.500.000

Setelah Turun Mesin :

Akumulasi Penyusutan Rp 167.500.000

Nilai Buku Rp 132.500.000

Tambahan Umur Ekonomis 1 Tahun

e. Pengeluaran untuk penambahan (addition)

Bertujuan untuk perluasan atau peningkatan fasilitas yang sudah ada,


misalnya untuk menambah bangunan sayap dan sebuah pabrik, perluasan
tempat parkir kendaraan, dan sebagainya.

Contoh Kasus :

PT Indofood Sukses Makmur bergerak dalam industri makanan dan minuman.


Sehubungan dengan permintaan yang terus meningkat dalam 1 bulan terakhir,
perusahaan memutuskan untuk menambah kapasitas yang dimiliki saat ini.
Pada tanggal 8 Juni 2017, PT Indofood Sukses Makmur mengeluarkan kas
untuk pembelian mesin Rp 25.000.000,00 dan biaya lainnya Rp
2.5000.000,00.

Pengeluaran ini dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


8 Juni 2017  Mesin Rp 27.500.000  
  Kas   Rp 27.500.000

4. Penyusutan Aktiva Tetap


Penyusutan aset tetap (depresiasi) adalah pengalokasian harga perolehan aset
tetap sebagai beban pada periode akuntansi dalam masa manfaat aset tetap
tersebut.

4.1 Faktor-Faktor yang Menentukan Besarnya Penyusutan

1. Biaya (cost). Biaya yang dimaksud di sini adalah biaya perolehan. Biaya
perolehan menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang
harus dialokasikan per periode akuntansi.

2. Masa Manfaat (useful life). Masa manfaat merupakan estimasi umur


produktif aktiva yang kita harapkan. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam
tahun, unit aktivitas, unit output. Masa manfaat merupakan estimasi. Dalam
menentukan estimasi tersebut, manajemen mempertimbangkan faktor-faktor
seperti tujuan penggunaan aktiva, pemeliharaan dan perbaikan, kerentanan
atas kerusakannya.

3. Nilai Sisa (residual value). Nilai sisa merupakan estimasi dari nilai aktiva
di akhir masa manfaatnya. Seperti masa manfaat, nilai sisa juga merupakan
estimasi. Dalam menentukan estimasi ini, manajemen mempertimbangkan
bagaimana perusahaan merencanakan melepaskan aktiva tersebut.

4.2 Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Pola penggunaan aktiva berpengaruh terhadap tingkat keausan aktiva


untuk mengakomodasi situasi ini biasanya dipergunakan metode penyusutan
yang paling sesuai. Berikut adalah beberapa metode penyusutan aktiva tetap.

4.2.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Menurut Metode Garis Lurus, jumlah eban penyusutan aset tetap


tiap tahun sama. Penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut :

Harga Perolehan – Nilai Residu


Penyusutan
Usia Ekonomis

Contoh Kasus :

Sebuah gedung dibeli pada 1 Januari 2017 dengan harga Rp 750.000.000,00.


Estimasi masa manfaat gedung tersebut menurut akuntansi adalah 25 tahun.
Jurnal yang dibuat perusahaan untuk mencatat beban penyusutan gedung
tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31 Des 2017  Beban Penyusutan Gedung   Rp 30.000.000  
    Akum. Penyusutan Gedung   Rp 30.000.000 

4.2.2 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the Years Digit Method)

Dengan metode ini, Jumla beban penyusutan aset tetap tiap tahu
menurun. Biasanya penyusutan tiap tahun dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

Penyusuta Sisa usia aset pada tahun penggunaannya


x Jumlah yang harus disusutkan
n Jumlah angka tahun usia aset tetap

Contoh Kasus :

PT Panca Jaya pada tanggal 2 Januari 2017 membeli sebuah mesin dengan
harga Rp 315.000.000,00 dan langsung dioperasikan pada bulan Januari
2017. Taksiran usia penggunaan adalah 5 tahun dengan nilai residu Rp
15.000.000,00. Mesin tersebut disusutkan dengan Sum of the Year Digit
Method.

Depresiasi tiap tahun penggunaan mesin dihitung sebagai berikut :

Angka Tahun Sisa Usia Perhitungan Penyusutan Jumlah Depresiasi


4 5 5/15 x Rp300.000.000 Rp 100.000.000

2 4 4/15 x Rp300.000.000 Rp 80.000.000

3 3 3/15 x Rp300.000.000 Rp 60.000.000

4 2 2/15 x Rp300.000.000 Rp 40.000.000

5 1 1/15 x Rp300.000.000 Rp 20.000.000

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat beban penyusutan mesin
tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2017  Beban Penyusutan Mesin   Rp 100.000.000  
    Akum. Penyusutan Mesin   Rp 100.000.000 

4.2.3 Metode Tarif Tetap Atas Nilai Buku (Double Dechining Balance
Method)
Dengan metode ini, depresiasi aset tetap tiap tahun ditentukan
berdasarkan persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada
tahun yamg bersangkutan. Persentase depresiasi ditetapkan sebesar
dua kali persentase penyusutan menurut metode Garis Lurus.

Contoh Kasus :

Sebuah kendaraan mulai dioperasikan pada 1 Desember 2017. Kendaraan


tersebut diperoleh dengan harga Rp 165.000.000,00 dan ditaksir dapat
dioperasikan selama 10 tahun. Perhitungan penyusutan kendaraan
menggunakan metode Saldo Menurun Ganda. Dari data tersebut , besarnya
penyusutan kendaraan tiap tahun penggunaannya dihitung sebagai berikut :

Persentase penyusutan tiap tahun menurut metode Garis Lurus 100%/10 =


10%

Persentase penyusutan tiap tahun menurut metode Menurun Ganda 2 x 10%


= 20%

Berdasarkan besarnya persentase penyusutan diatas, beban depresiasi


mesin tiap periode akuntansi dihitung seperti tampak dalam tabel berikut :

Perhitungan Beban Beban


Akumulasi Nilai Buku
No Periode Depresiasi Tahun Depresiasi
Depresiasi Aset
Berjalan Tahun Berjalan
1 2017 1/12 x 20% x 165.000.000 2.750.000 2.750.000 162.250.000
2 2018 20% x 162.250.000 32.450.000 35.200.000 129.800.000
3 2019 20% x 129.800.000 25.960.000 61.160.000 103.840.000
4 2020 20% x 103.840.000 20.768.000 81.928.000 83.072.000
5 2021 20% x 83.072.000 16.614.400 98.542.400 66.457.600
6 2022 20% x 66.457.600 13.291.520 111.833.920 53.166.080
7 2023 20% x 53.166.080 10.633.216 122.467.136 42.532.864
8 2024 20% x 42.532.864 8.506.573 130.973.709 34.026.291
9 2025 20% x 34.026.291 6.805.258 137.778.967 27.221.033
10 2026 20% x 27.221.033 5.444.207 143.223.174 21.776.826
11 2027 11/12 x 20% x 21.776.826 4.355.365 147.215.592 17.784.408

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat beban penyusutan


kendaraan tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2017  Beban Penyusutan Kendaraan   Rp 2.750.000  
    Akum. Penyusutan Kendaraan   Rp 2.750.000 
4.2.4 Metode Hasil produksi (Produtive Output Method)

Metode ini sama dengan metode Satuan jam Kerja (jasa), yaitu
didasarkan pada faktor penggunaan. Dengan metode ini, beban
penyusutan ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan. Beban penyusutan
produk = jumlah satuan produk yang dohasilkan x tarif penyusutan per
satuan

Tarif depresiasi per satuan produk

Harga Perolehan - Nilai Residu


= Taksiran jumlah produk yang
dihasilkan

Contoh Kasus :

PT Usaha Makmur mempunyai sebuah mesin yang dibeli pada 1 Januari


2017 dengan harga perolehan Rp 125.000.000,00. Mesin ini ditaksir
mempunyai kemampuan produksi sebesar 40.000 unit. Dalam tahun 2017
telah digunakan selama 8.000 unit. Nilai sisa mesin Rp 5.000.000,00.
Depresiasi dengan metode Satuan Produksi. Perhitungan atas transaksi di
atas sebagai berikut :

(Harga Perolehan - Nilai Sisa)


Penyusutan =
Taksiran jumlah produk yang dihasilkan

(Rp 125.000.000,00 - Rp 5.000.000)


=
40.000 unit

= Rp 3.000,00 per unit

Periode Harga Pokok Nilai Sisa Jam Nilai Penyusutan


2017 80.000.000 5.000.000 8.000 24.000.000.000
2018 80.000.000 5.000.000 7.500 22.500.000.000
2019 80.000.000 5.000.000 7.000 21.000.000.000
2020 80.000.000 5.000.000 6.500 19.500.000.000
2021 80.000.000 5.000.000 6.000 18.000.000.000
2022 80.000.000 5.000.000 5.000 15.000.000.000
TOTAL 40.000 120.000.000.000
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat bebam penyusutan
mesin tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2017  Beban Penyusutan Mesin   Rp 24.000.000  
    Akum. Penyusutan Mesin   Rp 24.000.000 

4.2.5 Metode Jam Kerja (Service House Method)

Dengan metode ini, beban pernyusutan ditetapkan berdasarkan


jam kerja yang dicapai dalam periode yang bersangkutan. Untuk suatu
periode dihitung dengan cara sebagai berikut :

Beban Penyusutan = Jam kerja yang dapat dipakai x tarif penyusutan tiap jam kerja

Harga Perolehan - Nilai Residu


Tarif Penyusutan tiap tahun = Taksiran jumlah kerja yang dapat
dipakai selama masa penggunaan aset
tetap

Contoh Kasus :

PT Sukses Makmur mempunyai sebuah mesin yang dibeli pada 1 Januari


2017 dengan harga perolehan Rp 80.000.000,00. Mesin ini ditaksir
mempunyai kemampuan produksi sebesar 30.000 jam. Dalam tahun 2017
telah digunakan selama 9.000 jam. Nilai sisa mesin Rp 5.000.000,00.
Penyusutan dengan menggunakan metode Satuan Jam Kerja. Perhitungan
atas transaksi di atas adalah sebagai berikut :

(Harga Perolehan - Nilai Sisa) x Jumlah jam tahun ini


Penyusutan =
Taksiran total jam

(Rp 800.000.000,00 - Rp 5.000.000) x 9.000


=
30.000 jam

= Rp 2.500,00 per jam


Periode Harga Pokok Nilai Sisa Jam Nilai Penyusutan
2017 80.000.000 5.000.000 9.000 22.500.000.000
2018 80.000.000 5.000.000 8.000 20.000.000.000
2019 80.000.000 5.000.000 7.000 17.500.000.000
2020 80.000.000 5.000.000 6.000 15.000.000.000
TOTAL 30.000 75.000.000.000

Jurnal yang dibuat oleh perusahaan untuk mencatat bebam penyusutan


mesin tersebut pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


31 Des 2017  Beban Penyusutan Mesin   Rp 22.500.000  
    Akum. Penyusutan Mesin   Rp 22.500.000 

Anda mungkin juga menyukai