Anda di halaman 1dari 47

AKUNTANSI KOMBINASI

BISNIS

2
Tujuan Bab
1. Mengidentifikasi laba antarperusahaan dalam hubungan
induk-anak.
2. Memahami keterkaitan laba antarperusahaan dengan
pendapatan investasi.
3. Membedakan dampak laba antarperusahaan downstream dan
upstream terhadap pendapatan investasi.
4. Menghitung pendapatan investasi pada tahun transaksi aset
antarperusahaan dan tahun setelah transaksi.
5. Membedakan laba antarperusahaan atas persediaan, aset
tetap yang memiliki umur yang tidak terbatas, dan aset tetap
yang disusutkan.
6. Menyusun kertas kerja konsolidasi bila terdapat aset
antarperusahaan.
METODE KOMBINASI BISNIS

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara


yang memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya
direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara
dalam entitas yang berbentuk peseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan
saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan penerapan metode
pembelian (purchase) atau metode akuasisi untuk perolehan ekuitasentitas
yang dimaksud. Pembahasan selanjutnya mengasumsikan bahwa kombinasi
bisnis terjadi diantara entitas yang berbentuk peseroan terbatas melalui akuisisi
saham biasa kecuali disebut khusus.
Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas
pengakuisisi memiliki hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar
saham entitas target memberikan hak pengendalian bagi entitas pengankuisisi,
sehingga terjadi kombinasi bisnis.
LANJUTAN >>

Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam


masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal
Company), untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari
entitas target. Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian
yang di Indonesia di sebut setandar penilaian Indonesia (SPI). Profesi prusahaan
penilai ini diatur dalam undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan
penilai memiliki peran penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena
nilai wajar ini diperlukan sebagi informasi wajib mematuhi prosedur dan tatacara
yang dipersiapkan serta dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam
menentukan dan melaporkan nilai wajar asset entitaas dimaksud.
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama
entitas yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh
entitas pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham
dilakukan dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan
menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau
pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target.
LANJUTAN >>

Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas


target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas
pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi,
(investor). Walaupun secara hokum entitas pengakuisisi dan entitas target
merupakan entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi keduanya adalah
satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap
memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung sebagi
pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak
memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.
LANJUTAN >>

Sebagai contoh, PT. Pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa


PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas yang beredar berjumlah 1 juta lembar
dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp 200 per lembar saham,
dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar
saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. Pinokio menerbitkan 1 juta lembar
saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar
perlembar adalah Rp 1.500. PT. Pinokio mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000


Model Saham Rp 1.000.000.000
Tambahan Modal Disetor Rp. 500.000.000
HARGA AKUISISI

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan.


Biaya terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi
dalam rangka kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum,
akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta
biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen
akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus
biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai
dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK
55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
LANJUTAN >>

Contoh:

Pada tanggal 1 januari 2012, PT. Intiseka mengakuisisi saham biasa


PT. Andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400.
pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut
antara lain.

_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang


terlibat akuisisi Rp 200 juta
_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. Intiseka sebanyak


2 juta lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per
lembar. Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham
PT. Andaika.biaya konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas
tunai.
LANJUTAN >>

Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per


saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari
2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000


Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp4.0000.0000
Tambahan modal disetor Rp 1.00.000.000
Kas Rp 215.000.000
LANJUTAN >>

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham
pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket
dengan harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi
akuisisi diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam
transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya
Rp 100 juta per kas, PT. Intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100 juta


Kas Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. Intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta
akibat pencatatan saham PT. Andaika yang diakuisisi tersebut.
ALOKASI HARGA AKUISISI

Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar


perusahaan S
Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100%
kekayaan PT Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun
kepentingan nonpengendali.
Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas
80% bank suara PT Andika. Karena kepentingan nonpengendali juga
harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga
diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk
20% kepentingan nonpengendali. Jika harga wajar untuk 80% hak suara
adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar
(Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4
miliar (20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan
nonpengendali ini bukan satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat
bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain untuk
kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan
nonpengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.
GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN

Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang
diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali
(perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai
goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan
harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan
entitas yang diakuisisi:

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx


Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx
Total harga wajar xxx
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)
Goodwill xxx
LANJUTAN >>

Dalam khasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar


kepentingan nonpengendali merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi
PT Intiseka, sehingga total harga wajar adalah Rp 7 miliar yang
mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6 miliar), dan 20%
harga wajar berkepentingan nonpengendali (Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan
goodwill adalah:

Harga akuisisi 100% hak suara Rp.7.000.000.000


Total nilai wajar 6.800.000.000
Total goodwill Rp. 200.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi 80% 160.000.000
Goodwill kepentingan nonpengendali Rp. 40.000.00
LANJUTAN >>

Misalakan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar,


sehingga goodwill dihitung sebagai berikut:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000


Harga wajar kepentingan nonpengendali 1. 360.000.000
Total harga wajar Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Goodwill Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M) 160.000.000
Goodwill nonpengendali Rp 0
LANJUTAN >>

Dalam khasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam


akuisisi adalah milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan
nonpengendali sebesar Rp 1,36 miliar sama dengan nilai wajar kekayaan
yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp 1,36 miliar. Sementar itu, harga
akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar
yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8 miliar)

PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi


untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh
dalam kombinasi bisnis. Pihak pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah
yang diakui pada tanggal akusisi dikurangi akumulasi rugi penurunan nilai
(impairment). PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset mengatur akutansi
untuk rugi penurunan nilai.
DISKON PEMBELIAN

Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu


suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi
dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total
ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang
menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak


pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh
aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset
atau liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali
tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali
prosedur yang digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi
bagi hal-hal berikut:

a. Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:


b. Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
c. Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
d. Imbilan yang dialihkan
LANJUTAN >>

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi
mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal
akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga
akuisisi, adalah Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali
berdasarkan penilaian appraisal company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon
pembelian adalah:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp5.420.000.000


Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.360.000.000
Total harga wajar Rp6.780.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Keuntungan diskon Rp 20.000.000
LANJUTAN >>

Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau


timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan
karena aturan pemerintah). Kondisi ini membuat bargaining power pihak
pengakuisisi lebih tinggi sehingga kentungan bagi pihak pengakisisi saja.
PT Intiseka akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi
sebagai berikut:

Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh 9.450.000.000


Kas 5.420.000.000
Liabilitas yang diaambil-alih 2.650.000.000
Keuntungan dari pembelian dengan diskon 20.000.000
Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000
PEMBUKUAN ENTITAS PENGKUISISI
SETELAH KOMBINASI BISNIS

Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi


menjadi induk dan pihak yang diakuisisi sebagai anak. Hal ini akan
dibahas secara khusus dalam Bab 3. Entitas

Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas


entitas yang diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan
PSAK 15 (revisi 2009): Investasi dalam entitas asosiasi yang
mensyarakat penerapan metode ekuitas. Menurut metode ekuitas,
investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan jumlah
tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian
investor, yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau
rugi invesestee (entitas yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh.
Bagian investor atas laba/rugi investee dicacat sebagai pendapat
investasi, dengan ayat jurnal berikut:

Investasi dalam ekuitas xxx


Pendapat investasi xxx
LANJUTAN >>

Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee
mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:

Piutang Dividen xxx


Investasi dalam ekuitas xxx

Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai
dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:

Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee

PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat investasi
jika pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan
comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:

Investasi dalam ekuitas xxx


Pendapatan comprehenside lainnya xxx
LANJUTAN >>

Misalkan PT Intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas


laba sebesar Rp 200 juta dan dividen tunai sbesar Rp100 juta. PT Intiseka
mencatat pengumuman laba PT Andaika sebagai berikut:

Investasi dalam saham (80%xRp200 juta) Rp 160 juta


Pendapatan investasi Rp 160 juta

Karena PT intiseka memiliki 80% saham PT Andaika, maka haknya atas laba
PT Andaika adalah 80% x Rp200 juta = Rp160 juta.

Pengumuman dividen PT Andaika sebesar Rp100 juta merupakan


pengurangan herta investor dalam perusahaan investee sesuai dengan
proporsi kepemilikan (80%). Catatan PT Intiseka atas pengumumman
dividen tersebut adalah:

Pitung dividen (80% x Rp 100.000.000) Rp80.000.000


Investasi dalam saham Rp80.000.000
Buat QUIS DI BAWAH INI

Selisih Harga Akuisisi


Dalam penentuan harga akuisisi, kombinasi bisnis PT Intiseka dan PT Andaika
diperhitungkan undervalue atas penilaian indevenden berdasarkan nilai wajar
sebesar Rp300.000.000, dan Googwil Rp200.000.000. keterangan mengenai
informasi nilai wajar tersebut disajikan dalam peraga 2-2
PERAGA 2-2
Informasi Tahun 2012 PT Andika
Nama Akun Jumlah Keterangan
Piutang usaha – overvalue Rp(500.000.000)
Persedian – overvalue (350.000.000) Telah terjual tahun 2012
Bangunan – undervalue 500.000.000 Umur 10 tahun, metode garis lurus
Tanah – undervalue 800.000.000 Penurunan nilai tahun 2012
Utang pajak – overvalue (150.000.000) Rp12,5 jt
Goodwill 200.000.000
Jumlah 500.000.000
LANJUTAN >>

Nilai investasi PT Intiseka sebesar Rp5.600.000.000 dapat dijelaskan sebagai


berikut:

Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp6,5 M) Rp 5.200.000.000


Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp500 jt) 400.000.000
Nilai investasi Rp 5.560.000.000

Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai
berikut:

Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.


LANJUTAN >>

Informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi


pada tanggal dimaksud. Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset,
liabilitas, dan goodwill penyebab harga akuisisi (investasi) berbeda dari
nilai buku kekayaan entitas yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT
andaika pada tanggal akuisisi telah terjual selama tahun 2012, hal ini
menunjukan bahwa selisih investasi yang disebabkan oleh overvalue
persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh aset lainnya
seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya,
dan tanah yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi,
sementara goodwill akan mengalami pernurunan nilai. PSAK 15
mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi investee disesuaikan dengan
perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan yang terjual,
bangunan yang disusutkan, dan penurunan nilai goodwill kombinasi bisnis
akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi) PT Intiseka yang
harus disesuaikan.
LANJUTAN >>

Terjualnya persediaan oleh PT Andaika akan menyebabkan overvalue persediaan


harus dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi (nilai
investasi), maka PT Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp280 juta
(80% x Rp 350 juta) dengan jurnal sebagai berikut:

Investasi Rp 280.000.000
Pendapatan investasi Rp 280.000.000

Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar Rp
400 juta (80% x Rp 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi.
Bangunan merupakan aset tetap yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti
persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi normal perusahaan. Nilai
bangunan PT Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur ekonomisnya.
Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp 40 juta (Rp
400 juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut
dengan ayat jurnal berikut:

Pendapatan investasi Rp 40 juta


Investasi dalam saham Rp 40 juta
LANJUTAN >>

Sementara itu, goodwill akan menyebabkan harga akuisisi naik sebesar Rp 160
juta (80% x 200 juta). Penurunan nilai goodwill sebesar Rp 12,5 juta
mengharuskan PT Intiseka menurunkan nilai investasi sebesar Rp 10 juta (80% x
12,5 juta), dengan ayat jurnal pada akhir tahun 2012 sebagai berikut:

Pendapatan investasi Rp 10 juta


Investasi dalam saham biasa Rp 10 juta

Pendapatan investasi PT Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal


penyesuain (adjustment) di atas adalah:

Laba investee (80% x Rp 200 juta) Rp 160.000.000


Amortisasi selisih investasi

Overvalue persediaan 280.000.000


Undervalue bangunan ( 40.000.000)
Goodwill di-impair ( 10.000.000)
Total pendapatan investasi Rp 390.000.000
LANJUTAN >>

Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir


tahun dapat disajikan sebagai berikut:

Investasi awal Rp 5.600.000.000


Pendapatan investasi 2012 390.000.000
Dividen yang diumumkan (80.000.000)
Investasi 31/12/2012 Rp5.910.000.000

Perhitungan investasi berdasarkan komponennya juga dapat dilakukan seperti


berikut:

Kekayaan investee yang dimiliki (80% x 6.600.000) Rp 5.280.000.000


Selisih investasi (lihat peraga 2-3) 630.000.000
Investasi 31 Desember 2012 Rp 5.910.000.000
LANJUTAN >>

Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp 6.6 miliar berasal dari:

Kekayaan 1 januari Rp 6.500.000.000


Laba tahun 2012 200.000.000
Dividen yang diumumkan pada akhir tahun (100.000.000)
Nilai kekayaan 31 Desember 2012 Rp 6.600.000.000

Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan, dan


penurunan nilai goodwill tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih
investasi itu membesar dari Rp 400 juta menjadi Rp 630 juta setelah amortisasi
selisih investasi, karena akun yang diamortisasi lebih besar dari akun yang
overvalue (Rp 280 juta), yakni persediaan, disbanding amortisasi akun yang
undervalue.
LANJUTAN >>

PERAGA 2-3
1/1/2012 Amortisasi 31/12/2012

Piutang usaha Rp (400.000.000) - Rp (400.000.000)


Persediaan-overvalue (280.000.000) 280.000.000 -
Bangunan 400.000.000 40.000.000 360.000.000
Tanah 640.000.000 - 640.000.000
Utang pajak – overvalue (120.000.000) - (120.000.000)
Goodwill 160.000.000 10.000.000 150.000.000
Jumlah Rp 400.000.000 Rp630.000.000

Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol
melalui proses penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang,
atau ditarik dari operasi karena teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu,
utang akan menjadi nol melalui proses pelunasan atau pembebasan utang.
LANJUTAN >>

Apabila aset atau utang yang menjadi factor penyebab selisih investasi pada
saat akuisisi menjadi nol, investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila
selisih investasi menjadi nol, maka

Investasi = jumlah kekayaan investasi yang dimilki investor

Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi.


Apabila kekayaan pemegang saham PT Andaika sebesar Rp 10 miliar, maka
nilai investasi adalah 80% x Rp10 miliar = Rp 8 miliar.

Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai
kekayaan yang diperoleh, atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai
buku kekayaan investee yang diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang
dimiliki mencerminkan nilai investasi dan tidak ada amortisasi selisih investasi
yang mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.
LANJUTAN >>

Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT Andaika pada tanggal 1


januari 2012 adalah Rp 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama
dengan jumlah kekayaan PT Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp 6.5
miliar = Rp 5,2 miliar. Apabila pada tahun 2012 PT Andaika laba sebesar Rp 200
juta dan membagi dividen Rp 100 juta, kekayaan PT Andaika per 31 Desember
2012 adalah sebesar Rp 6.500.000.000 + Rp 100.000.000 = Rp 6.600.000.000.
karena itu, nilai investasi PT Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp 6,6 miliar = Rp
5,28 miliar atau meningkat Rp 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.
Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi
adalah sebagai berikut:

Laba investasi x % kepemilikan xxx


Amotisasi/impairment selisih investasi
Undervalue (xxx)
Overvalue xxx
Aset tidak berwujud (goodwill dll) (xxx)
Total pendapatan investasi xxx
LANJUTAN >>

Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan impairment,
pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee kecuali terjadi kasus lain
yang akan dibahas dalam bab 5 dan 6. Misalkan pada tahun 2040 setelah semua selisih
investasi menjadi nol, PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp400 juta. Jadi,
pendapatan investasi PT Intiseka adalah 80% x Rp 400 juta = Rp 320 juta.
Pendapatan Invetasi – Diskon pembelian

PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian investor atas
nilai wajar dan liabilitas yang teridentifikasi dari entitas asosiasi terhadap biaya perolehan
investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam menentukan bagian investor atas laba
atau rugi entitas asosiasi pada periode investasi diperoleh. Dalam kasus kombinasi bisnis
PT Intiseka dan PT Andaika, jika terdapat diskon pembelian sebesar Rp 20 juta seperti
yang telah dijelaskan, maka perhitungan pendapatan investasi adalah sebagai berikut:

Laba investee (80% x Rp 200juta) Rp 160.000.000


Amortisasi selisih investasi
Overvalue persediaan 280.000.000
Undervalue bangunan (40.000.000)
Untung diskon pembelian 20.000.000
Total pendapatan investasi Rp 420.000.000
PENDAPATAN INVESTASI DALAM
LAPORAN KEUANGAN INDIVIDU
Walaupun pihak pengakuisisi setelah kombinasi bisnis diharuskan mencatat
dan menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi
2009, tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan
metode biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam
batas sebagai informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan:
pengakuan dan pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai
investasi sebesar harga perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi
dalam entitas anak.

Metode cost disebut juga metode pendaptan. Metode cost berpandangan


bahwa perusahaan investee adalah sumber pendaptan investor. Bila investee
mengumumkan laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan
investor. Berdasarkan teori akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan
adanya aliran masuk kas atau bukti akan menerima kas (piutang). Pengumuman
laba entitas investee tidak serta merta menjadi tanda aliran masuk bagi investor
kecuali investee berniat membagikan laba tersebut kepada pemegang saham
(dividen). Jadi, laba entitas investee tidak boleh diakui sebagai pendapatan oleh
investor. Karena itu, tidak ada ayat jurnal penyesuaian yang dibuat entitas investor
atas pengumuman laba investee.
LANJUTAN >>

Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti


pendapatan bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat
pengumuman dividen tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh
berdasarkan jumlah kepemilikan atas saham, dengan ayat jurnal sebagai
berikut:

Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham) xxx


Pendapatan Dividen xxx

Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan
oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan
dengan alasan-alasan tertentu, yakni:
1) Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan
anak dibeli dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2) Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga
mempengaruhi secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana
perusahaan induk.
3) Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan –
alasan tertentu.
LANJUTAN >>

Misalkan PT Andaika membagi dividen setelah PT Intiseka menjadi pemilik saham


perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT Intiseka mencatat investasinya dengan
menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai
pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp 80 jt
Pendapatan investasi Rp 80 jt

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang diumumkan
investee.

Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara hak
investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada tahun
2012 PT Andaika mengumumkan laba sebesar Rp 200 juta, sehingga hak PT Intiseka
atas dividen PT Andaika maksimum sebesar 80% x 200 juta = Rp 160 juta. Apabila PT
Andaika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau PT Intiseka mendapat 80%
x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui hak PT Intiseka sebesar Rp
180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas pendapatan ini diperlakukan sebagai
pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman dividen investee dicatat oleh PT
Intiseka sebagai berikut:
LANJUTAN >>

Piutang dividen Rp 180 juta


Pendapatan investasi Rp 160 juta
Investasi dalam saham Rp 20 juta

Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT Intiseka berkurang sebesar Rp 20


juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta = Rp
5.580.000.000.
Apabila PT Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta sebelum
tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT Intiseka
mencatat pendapatan sebagai berikut:
Piutang dividen Rp 180 juta
Pendapatan dari PT Andaika Rp 180 juta

Apabila laba yang diumumkan PT Andaika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka PT
Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena
pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:
Pendapatan dari PT Andaika Rp 20 juta
Investasi dalam saham PT Andaika Rp 20 juta
PERTANYAAN
1) Apa yang dimaksud dengan nilai buku dan nilai wajar dalam kombinasi
bisnis?
2) Jelaskan komponen harga akuisisi (biaya perolehan) dalam kombinasi
bisnis!
3) Jelaskan penyebab terjadinya selisih harga akuisisi dan nilai buku kekayaan
investee yang diperoleh investor dalam kombinasi bisnis!
4) Jelaskan komponen pendapatan investor atas laba/rugi investee jika
terdapat selisih harga akuisisi dengan nilai wajar entitas yang diakuisisi!
5) Jelaskan perhitungan nilai investasi dalam akuitas investee dalam ekuitas
investee yang dibukukan investor!
6) Jelaskan jumlah maksimum hak investor atas dividen yang diumumkan
investee dalam metode cost. Bagaimana jika dividen yang diterima melebihi
hak atas dividen yang tersebut. Berikan contoh perhitungannya!
7) Apa yang dimaksud dengan diskon pembelian dalam kombinasi bisnis dan
bagaimana perlakuannya bagi pihak pengakuisisi?
8) Jelaskan dua kondisi berlakunya persamaan investasi bahwa nilai investasi
adalah sama dengan nilai kekayaan investee yang dimiliki oleh investor.
PILIHAN BERGANDA
1. Diskon pembelian terjadi karena….
a. Overlue aset nonmoneter investee sehingga aset nonmoneter harus
dikurangi.
b. Kondisi di mana harga akuisisi lebih rendah dari nilai wajar saham yang
diakuisisi.
c. Nilai wajar entitas yang diakuisisi lebih rendah dari nilai bukunya.
d. Nilai wajar entitas yang akuisisi lebih tinggi dari nilai bukunya.

2. Apabila harga akuisisi saham biasa sama dengan nilai buku kekayaan
investee yang dimilki, maka
a. Nilai investasi dalam saham biasa sama dengan jumlah kekayaan
perusahaan investee.
b. Nilai investasi dalam saham biasa sama dengan jumlah kekayaan
investee yang dimilki oleh investor.
c. Kenaikan nilai investasi dalam saham biasa sebesar laba investee
dikurangi dividen investee.
d. Nilai investasi dalam saham jumlahnya akan tetap sepanjang
perusahaan investee tidak membagi laba.
LANJUTAN >>
3. Selisih harga akuisisi yang disebabkan oleh penilaian yang overlue atas
nilai wajar investee….
a. Mengurangi pendapatan investasi jika diamortisasi
b. Menambah pendapatan investasi jika diamortisasi
c. Menambah nilai aset dalam neraca konsolidasi
d. Harus diamortisasi setiap tahun

4. Perusahaan induk memiliki 100% saham perusahaan anak per 1 januari


2011 pada harga di atas nilai buku yang dimiliki sebesar Rp 50 juta akibat
adanya goodwill. Pada tanggal 31/12/2014 kekayaan pemegang saham
perusahaan anak adalah Rp 5 miliar dan seluruh goodwill telah di-impair.
Berapakah nilai investasi perusahaan induk dalam saham perusahaan
anak menurut metode ekuitas?
a. Rp 5.000.000.000.
b. Rp 5.050.000.000.
c. Rp 5.010.000.000.
d. Semua jawaban salah.
LANJUTAN >>

5. Manakah pernyataan yang salah mengenai selisih harga akuisisi dengan nilai
buku perusahaan target yang dimiliki yang disebabkan undervalue atau
overvalue atas aset yang disusutkan?
a. Diamortisasi pada saat aset tersebut disusutkan.
b. Diamortisasi pada saat aset tersebut dijual.
c. Tidak diamortisasi jika aset tersebut tidak digunakan.
d. Tidak diamortisasi pada tahun setelah masa penyusutan berakhir.
LATIHAN
1. PT A membeli 40% saham PT B tanggal 2 januari 2012 pada harga yang sama
dengan nilai buku yang diperoleh.
a. Bila laba PT B saham periode 2012 sebesar Rp 100 juta, berapakah pendapatan
investasi?
b. Apabila kekayaan PT Y pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 1 miliar,
berpakah nilai investasi atas saham PT B yang dicatat dalam neraca PT A?
c. Apabila nilai investasi PT A atas saham PT B sebesar Rp 500 juta pada tanggal
31 desember 2015, berapakah kekayaan PT B pada tanggal tersebut?

2. PT X membeli 100% saham PT Y pada tanggal 1 juli 2012. Tidak ada selisih
investasi pada tanggal akuisisi. Pada tanggal 31 Desember 2014, jumlah
kekayaan pemegang saham PT Y senilai Rp 300 juta, yang terdiri dari modal
saham sebesar Rp 250 juta dan laba ditahan sebesar Rp 50 juta. Diminta:
a. Berapakah nilai investasi pada tanggal 31 Desember 2014?
b. Apabila laba PT Y pada tahun 2015 sebesar Rp 50 juta dan dividen
diumumkan sebesar Rp 20 juta, berapakah nilai investasi PT X pada
tangggal 31 Desember 2015?
c. Susunlah jurnal penyesuain (adjustment) yang dilakukan PT X atas
investasinya pada 31 Desember 2015.
LANJUTAN >>
3. Pada awal akuisisi PT O atas saham biasa PT Q sebesar 80% terjadi kelebihan biaya
perolehan disbanding nilai wajar PT Q sebesar Rp 200 juta. Harga akuisisi berjumlah
Rp 2 miliar untuk 80% saham dan akuisisi terjadi pada tanggal 1 januari 2012. Selisih
tersebut disebabkan oleh goodwill. Pada tanggal 31 desember 2015, jumlah kekayaan
pemegang saham perusahaan anak berjumlah Rp 3 miliar, dan saldo goodwill
Rp 80 juta. Hitunglah nilai investasi pada tanggal 31 Desember 2015.
4. PT I membeli 70% saham PT A pada tanggal1 januari 2013. Selisih hara investasi
dengan total nilai buku PT A pada tanggal akuisisi adalah Rp 500 juta akibat
undervalue penilaian tanah sebesar Rp 200 juta, overvalue bangunan adalah
Rp 100 juta, umur bangunan 20 tahun, dan Rp 400 juta. Selama tahun berjalan, tanah
dijual pada tanggal akuisisi dengan keuntungan sebesar Rp 50 juta. Pada tanggal 1 juli
2013, PT A mengumumkan dividen sebesar Rp 600 juta. Pada tahun 2013,
PT A mengumumkan laba sebesar Rp 600 juta. Pada tahun 2013, PT A mengumumkan
laba sebesar Rp 1,5 miliar, sementara penurunan nilai goodwill tahun 2013 senilai
Rp 80 juta.
a. Berapakah pendapatan investasi yang dibukukan PT I tahun 2013?
b. Hitunglah nilai investasi atas saham PT A pada tanggal 31 Desember 2013.
c. Apabila pada tanggal 31 Desember 2016 kekayaan PT A Rp 5 miliar dan
saldo goodwill Rp 100 juta, berapakah nilai investasi PT I atas saham biasa
PT A pada tanggal tersebut?
LANJUTAN >>
5. PT Induk menguasai 80% saham PT Anak pada tanggal 1 Januari 2015. Pada saat akuisisi terjadi
undervalue nilai wajar persediaan anak sebesar Rp 250 juta, dan overvalue gedung sebesar
Rp 1 miliar di mana gedung itu disusutkan selama 10 tahun. Pada tahun 2015, perusahaan anak
mengumumkan laba sebesar Rp2 miliar. Persediaan perusahaan anak yang terdapat pada
tanggal akuisisi belum terjual. Berapakah pendapatan perusahaan induk yang berasal dari
perusahaan anak pada tahun 2015?

6. PT C membeli 80% saham PT D pada tanggal 1 Juli 2012, dengan harga Rp 3 miliar, dimana
pada tanggal tersebut terdapat selisih investasi dengan total nilai buku PT D sebesar sebesar
Rp 600 juta yang disebabkan oleh goodwill senilai Rp 200 juta dan undervalue bangunan
Rp 400 juta (bangunan disusutkan selama 10 tahun). Pada tanggal 30 Desember, PT D
mengumumkan dividen sebesar Rp 200 juta, dan nilai penurunan goodwill tahun 2012 adalah
Rp 50 juta.
a. Apabila laba PT D pada tahun 2012 adalah Rp 400 juta, berapakah pendapatan investasi tahun
2012?
b. Berapakah nilai investasi tanggal 31 Desember 2012?
c. Apabila kekayaan PT D per 31 Desember 2017 adalah Rp 8 miliar dan saldo goodwill sebesar
Rp 60 juta, berapakah nilai investasi PT C dalam saham PT D per 31 Desember 2017?
d. Pada tanggal 31 Desember 2018, kekayaan PT D sebesar Rp 9 miliar dan nilai goodwill/
seluruhnya telah di impair. Pada tanggal 10 Agustus 2018, PT D menjual bangunan yang
diperhitungkan dalam penentuan nilai investasi tanggal 1 Juli 2012. Hitunglah nilai investasi pada
tanggal 31 Desember 2018?
LANJUTAN >>
7. PT Bunda memiliki 80% saham PT Nanda pada tanggal 1 Juli 2014.
Posisi keuangan PT Nanda pada tanggal tersebut disajikan berikut ini.
Keterangan:
1) Piutang usaha berhasil ditagih selama tahun 2014.
2) Persediaan 90% terjual selama tahun 2014 dan 10% dinyatakan rusak.
3) Bangunan disusutkan selama 10 tahun.
4) Utang pajak dilunasi pada tahun 2014.

Diminta:
a. Berapakah nilai wajar harta yang dimiliki pada tanggal akuisisi?
b. Apabila pada tahun berjalan PT Nanda mengumumkan laba sebesar
Rp 300 juta, hitunglah pendapatan investasi tahun 2014?
c. Apabila transaksi akuisisi menimbulkan diskon pembelian sebesar Rp
30 juta hitunglah pendapatan investasi tahun 2014?
d. Goodwill kombinasi bisnis sebesar Rp 100 juta pada tahun 2014 di-
impair Rp 100 juta.
LANJUTAN >>
AKTIVA NILAI BUKU (000) NILAI WAJAR (000)
Kas 500.000 500.000
Piutang usaha 1.500.000 1.100.000
Persediaan 1.500.000 1.400.000
banguanan 2.000.000 4.000.000
tanah 2.000.000 3.000.000
total aktiva 7.500.000
utang
utang pajak - 100.000
utang usaha 500.000 500.000
utang bank 1.500.000 2.200.000
modal
saham (nominal 1.000) 4.000.000
agio saham 500.000
laba ditahan 1.000.000
total passive/kewajiban 7.500.000
LANJUTAN >>
8 PT A mengakuisisi 80% saham biasa PT B pada tanggal 31 Desember
2012 dengan harga yang sama dengan nilai buku yang diperoleh, di
mana nilai PT B telah menggambarkan nilai wajar pada tanggal akuisisi.
a. Apabila aset bersih/neto PT B per 31 Desember 2012 adalah Rp 10
miliar, laba PT B periode 2012 adalah Rp 500 juta, dan PT B
mengumumkan dividen sebesar Rp 100 juta pada tanggal 1 Desember
2012, hitunglah pendapatan investasi PT A periode 2012 dan nilai
investasi PT A dalam saham PT B per 31/12/2012.
b. Apabila pada 31/12/2020 nilai kekayaan bersih PT B sebesar Rp 20
miliar, yang meliputi laba periode 2020 sebesar Rp 600 juta, hitunglah
nilai investasi PT A per 31/12/2020.

9. T B mengakuisisi 90% biasa PT C pada tanggal 1 januari 2014 dengan


harga Rp 20,5 miliar. Total aset neto PT C pada tanggal tersebut adalah
Rp 23 miliar. Pada penilaian atas nilai wajar aset dan liabilities
ditemukan kondisi sebagai berikut:
LANJUTAN >>

Keterangan Nilai buku Nilai Wajar Keterangan

Bangunan 5.000.000.000 4.500.000.000 Umur 10 tahun


Tanah 6.000.000.000 8.000.000.000
Piutang usaha 2.000.000.000 2.500.000.000 Ditagih tahun 2014

Selain informasi tersebut, semua informasi dalam neraca PT C telah


menggambarkan wajarnya. Pada tahun 2014, PT C mengumumkan laba
sebesar Rp 1,2 miliar. Tidak ada dividen yang akan dibagi pada tahun
2014.

Diminta:
a. Hitunglah pendapatan investasi PT B tahun 2014.
b. Hitunglah nilai investasi PT B pada 31/12/2014.

Anda mungkin juga menyukai