NIM : 18620088
SOAL UTS
1. Mengapa liabilitas jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek?
Jawaban :
Karena jangka waktunya belum/tidak sampai 1 Tahun, dapat dikatakan sebagai liabilitas
Jangka Panjang apabila liabilitas tersebut telah mencapai jangka waktu 1 tahun, apabila
dibawah itu maka akan diakui sebagai liabilitas Jangka Pendek.
Menurut kamus Otoritas Jasa Keuangan (OJK), agio adalah 1) selisih lebih yang
diperoleh dan pertukaran uang logam emas atau perak dengan uang kertas dalam valuta
dengan nilai nominal yang sama, istilah ini lazim dipakai di perbankan Eropa; lihat juga
premi, 2) selisih lebih antara nilai yang sebenarnya dengan nilai nominal sekuritas atau
nilai tukar alat pembayaran luar negeri, ataupun penyusutan nilai mata uang logam
karena aus (agio). Sedangkan Agio Saham adalah kekayaan bersih perusahaan yang
berasal dari penilaian atau penjualan saham di atas harga pari (par) (paid in surplus).
Dalam Peraturan OJK Nomor IX.D.5 Tentang Saham Bonus, Lampiran Nomor Kep-
35/PM/2003 tertanggal 30 September 2003, agio saham dimaknai sebagai selisih lebih
setoran pemegang saham di atas nilai nominalnya jika saham tersebut dikeluarkan dengan
nilai nominal.
Sebagai contoh, nilai agio saham sangat terkait dengan kesepakatan pendiri saat
perusahaan resmi didirikan. Sebut saja, pemegang saham 1, 2, 3, 4, dan 5 sepakat
mendirikan satu perusahaan ritel. Masing-masing pemegang saham menyetor modal
Rp10 miliar sehingga terkumpul modal disetor sebesar Rp50 miliar. Namun, lima
pemegang saham ini sepakat agar perusahaan tersebut memiliki modal dasar Rp100
miliar. Dengan demikian ada kekurangan Rp50 miliar yang belum disetor.
Penentuan persentase kepemilikan antara kelima pemegang saham ditetapkan dari nilai
nominal saham, misalnya Rp1.000 per lembar, sehingga dengan menyetor Rp10 miliar
maka masing-masing memiliki sejumlah 10 juta lembar saham dari perusahaan yang baru
didirikan. Dengan begitu, total saham yang beredar sebanyak 50 juta lembar dari modal
disetor Rp50 miliar tadi. Kelima pendiri tersebut masing-masing memiliki 20% saham
atas saham yang telah beredar tadi.
Adapun modal yang belum disetor Rp50 miliar merupakan saham yang belum beredar
dengan jumlah saham sebanyak 50 juta lembar dengan nilai nominal, yaitu Rp1.000 per
lembar. Saham belum beredar tersebut biasanya dikenal dengan saham dalam portopel.
Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan itu berkembang cukup baik dan berhasil
membukukan keutungan sebesar Rp45 miliar dalam tempo 3 tahun. Keuntungan tadi
tidak diambil oleh pemegang saham, namun dijadikan laba ditahan sehingga
meningkatkan ekuitas perseroan menjadi Rp95 miliar karena digabung dengan modal
Rp50 miliar sebelumnya. Melihat perkembangan bisnis yang baik tadi, pengelola
perusahaan pun mengajukan usul untuk melakukan ekspansi usaha kepada 5 pemegang
saham perusahaan. Nilai investasi yang dibutuhkan manajemen mencapai Rp200 miliar.
Namun, tidak satupun pemegang saham berniat menyuntik modal tambahan. Mereka pun
sepakat untuk menjual saham portopel sebesar 50 juta lembar tadi. Mempertimbangkan
kondisi dan prospek bisnis yang baik, serta keuntungan yang menjanjikan di masa datang,
pemegang saham lama lalu sepakat untuk menjual saham portopel dengan harga Rp5.000
per lembar saham.
Dari hasil penjualan tersebut terkumpul dana sebesar Rp250 miliar (05 juta lembar saham
dikalikan Rp5.000). Selisih antara nilai nominal saham seharga Rp1.000 dengan nilai jual
saham portopel Rp5.000, yang sebesar Rp4.000 itu yang disebut agio saham. Bila
dikalikan antara nilai selisih itu dengan 50 juta lembar saham yang dijual dalam IPO
maka terdapat Rp200 miliar ekuitas yang berasal dari agio saham. Sementara, nilai
Rp1.000 lainnya dicatatkan sebagai ekuitas yang bersumber dari modal disetor.
4. PT. STW melaporkan laba bersih pada tahun 2015 sebesar Rp300.000 dan memiliki
200.000 lembar saham biasa yang beredar sepanjang tahun. Selain itu perusahaan juga
memiliki 45.000 opsi saham untuk membeli saham biasa pada harga Rp10 per lembar.
Harga pasar rata-rata untuk saham perusahaan selama setahun adalah Rp15. Hitunglah
Laba Per Saham Dilusian PT SWT untuk tahun 2015!
Jawaban :
Penerapan hasil dari asumsi pelaksanaan opsi (exercise option) yang beredar untuk
membeli saham diperoleh kembali :
Hasil dari asumsi pelaksanaan opsi yang beredar :
45.000 Lembar x Rp.10 = Rp. 450.000
Jumlah saham beredar yang diasumsikan dibeli kembali dengan hasil dari opsi :
Rp. 450.000,- : Rp. 15,- = Rp. 30.000
Jumlah sagam yang digunakan dalam menghitung laba per saham dilusian :