Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI AKUISISI SAHAM BIASA

A. Pendahuluan
Akuisisi saham biasa menyebabkan entitas pengakuisisi memiliki hak suara
dalam entitas. Akuisisi sebagian besar saham entitas target memberikan hak
pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga terjadi kombinasi bisnis.
Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam
masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal Company),
untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari entitas target.
Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian yang di Indonesia
di sebut standar penilaian Indonesia (SPI). Profesi perusahaan penilai ini diatur dalam
undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan penilai memiliki peran
penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena nilai wajar ini diperlukan
sebagai informasi wajib mematuhi prosedur dan tata cara yang dipersiapkan serta
dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam menentukan dan melaporkan
nilai wajar asset entitas dimaksud.

Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melalui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas
yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas
pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham dilakukan
dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan
saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan yang
diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang dibiayai dengan saham
menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi
pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru
entitas pengakuisisi, (investor).
Prinsip akuntansi yang diterima secara umum untuk pencatatan akuisisi saham
biasa mewajibkan investasi tersebut dicatat pada biaya perolehannya. Pedoman umum
untuk mengukur biaya saham bias yang diperoleh dalam penggabungan usaha secar
pembelian juga dapat diterapkan untuk investasi saham biasa yang kurang dari 50
persen saham biasa berhak suara perusahaan lain. Biaya investasi termasuk kas yang
dikeluarkan, nilai wajar aktiva lain yang diserahkan atau surat berharga yang
diterbitkan, dan tambahan biaya-biaya lansung untuk memperoleh investasi, selain
biaya-biaya pencatatan dan penerbitan surat berharga yang dicatat sebagai tambahan
modal disetor .
Satu dari dua metode dasar akuntansi untuk investasi saham biasa tidak lancar
yang umum digunakan adalah:

 Metode Biaya.
 Metode Equitas

1. Metode Biaya
Berdasarkan metode biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya,
dan dividen dari laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu
pengecualian, dividen yang diterima melebihi bagian laba investor setelah saham
diperoleh, dianggap sebagai pengembalian modal (likuidasi dividen) dan dicatat
sebagai pengurang terhadap akun investasi. Metode ini berasumsi bahwa selama tahun
buku berjalan segala perubahan atas modal tidak mempengaruhi rekening investasi
pada saham anak, dianggap perusahaan anak adalah entity sendiri, tetapi perubahan
modal anak tersebut diakui pada waktu menyusun laporan posisi keuangan gabungan
dengan membentuk rekening”laba yang ditahan untuk induk” (return earning to parent).
Jumlah ini akan menyesuaikan jumlah modal anak yang secara proporsional akan
menunjukkan hak induk pada modal anak itu.
Sehingga ketika perusahaan induk memberikan informasi laba atau rugi operasi “tidak
dilakukan jurnaln pembagian dividen perusahaan anak akan dicatat sejumlah yang
menjadi hak induk sebagai berikut:
a. Ketika diumumkan pembagian dividen
Piutang dividen Rp.xxx
Pendapatan dividen Rp.xxx

b. ketika dividen dibayarkan oleh anak


Kas Rp.xxx
Piutang dividen Rp.xxx

2. Metode Ekuitas
Apabila perusahaan induk menerapkan metode ekuitas untuk mengikuti
perubahan modal perusahaan anak, maka setiap kondisi yang menyebabkan
perubahan terhadap jumlah modal anak akan selalu dilakukan penyesuaian terhadap
rekening”investasi pada saham anak”. Sehingga jumlah “investasi pada saham anak”
setelah ditambah”kelebihan harga pokok diatas nilai buku (KHPDNB)” atau dikurangi
dengan”kelebihan nilai buku diatas harga pokok (KNBDHP)” akan selalu menunjukkan
proporsi kepemilikan modal perusahaan anak oleh induk.
Akuntansi metode ekuitas pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk
investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan induk menggunakan pengaruh yang
signifikan terhadap perusahaan anak. Berdasarkan metode ekuitas, investasi dicatat
pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan dividen.
Perusahaan induk melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan
anak sebagai pendapatan investasi dan bagian bebannya dari kerugian perusahaan
anak sebagai kerugian investasi. Akun investasi ditambah dengan pendapatan investasi
dan dikurangi dengan kerugian investasi.
Ketika perusahaan anak sudah mengakui laba operasi, perusahaan induk akan
melakukan catatan :
Investasi pada saham anak Rp.xxx
Laba perusahaan anak Rp.xxx

Jurnal tersebut berarti perusahaan induk mengakui tambahan haknya pada


modal anak dengan menambah jumlah investasi dan mengakui laba perusahaan anak.
Jumlah yang diakui tersebut sebesar persentase pemilikan saham anak kali laba yang
dihasilkan anak. Laba perusahaan anak sebelah kredit tersebut akan menambah
jumlah laba yang ditahan perusahaan induk.
Apabila perusahaan anak mengalami rugi operasi maka perusahaan induk akan
melakukan catatan :
Rugi perusahaan anak Rp.xxx
Investasi pada saham anak Rp.xxx

Rugi perusahaan anak akan mengurangi laba ditahan induk dan mengurangi
rekening investasi pada saham anak.
Pembagian dividen yang dilakukan perusahaan anak akan menurunkan jumlah modal
perusahaan anak dan secara tidak langsung menurunkan jumlah investasi saham oleh
perusahaan induk. Pembagian dividen oleh perusahaan anak tersebut akan dicatat oleh
perusahaan induk (ketika diumumkan oleh perusahaan anak):

Piutang dividen perusahaan anak Rp.xxx


Investasi pada saham anak Rp.xxx

Ketika dividen dibayarkan oleh perusahaan anak, perusahaan induk akan


mencatat:
Kas Rp.xxx
Piutang dividen anak Rp.xxx

Walaupun secara hukum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan


entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian,
pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target
meskipun ia kini terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu,
akuisisi tersebut tidak memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.
Sebagai contoh, PT. Kepompong mengakuisisi seluruh saham biasa PT.
Sahabat. Saham PT. Sahabat yang beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai
nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp 200 per lembar saham, dan nilai buku saham Rp
1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar saham adalah Rp 1.500 Dan untuk
ini PT. Kepompong menerbitkan 1 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000
per lembar sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT. Kepompong
mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Sahabat Rp. 1.500.000.000


Model Saham Rp. 1.000.000.000
Tambahan Modal Disetor Rp. 500.000.000
B. HARGA AKUISISI
Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya
terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka
kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya
profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya
pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai beban pada periode
akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai
dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan ketentuan dalam PSAK 55 (revisi 2006
) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.
Contoh:
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. Sahabat mengakuisisi saham biasa PT. Andika
sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran
lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain.
 Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp
200 juta
 pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. Sahabat sebanyak 2 juta
lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini
diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. Andika. biaya konsultan dan
pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012
transaksi ini dicatat sebagai berikut :

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000


Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp 400.000.000
Tambahan modal disetor Rp 100.000.000
Kas Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham
pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan
harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi
diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi
diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT.
Sahabat akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut :

Tambahan modal disetor Rp 100.000.000.000


Kas Rp 100.000.000.000

Jadi tambahan modal disetor PT. Sahabat berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. Andika yang diakuisisi tersebut.

 ALOKASI HARGA AKUISISI


Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar
perusahaan. Nilai wajar sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan
PT. Andika, yaitu yang baik yang akan diakusisi 80% maupun kepentingan non
pengendali.
Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar mencerminkan harga wajar atas 80% bank
suara PT Andika. Karena kepentingan non pengendali juga harus nilai pada harga
wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat
dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan non pengendali. Jika harga wajar
untuk 80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7
miliar (Rp5,6 miliar/80%). Dengan demikian harga non pengendali adalah Rp1,4 miliar
(20% x Rp7 miliar). Perhitungan harga wajar kepentingan non pengendali ini bukan
satu-satunya teknik yang diizinkan. Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat
diterapkan teknik perhitungan lain untuk kepentingan non pengendali. Jadi, harga wajar
kepentingan non pengendali bisa saja lebih besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

 GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN


 Goodwill
merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang di
akuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan
induk) dan kepentingan non pengendali. Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih
lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar kepentingan non
pengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas yang di akuisisi :

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx


Harga wajar kepentingan non pengendali xxx
Total harga wajar xxx
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)
Goodwill xxx

Dalam kasus PT. Andika, misalkan harga wajar kepentingan non pengendali
merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT. Sahabat, sehingga total harga
wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6
miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan non pengendali (Rp 1,4 miliar), jadi
perhitungan goodwill adalah :

Harga akuisisi 100% hak suara Rp.7.000.000.000


Total nilai wajar 6.800.000.000
Total goodwill Rp. 200.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi 80% 160.000.000
Goodwill kepentingan non pengendali Rp. 40.000.000

Misalkan harga wajar kepentingan non pengendali dihitung Rp1,360 miliar,


sehingga goodwill dihitung sebagai berikut :

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000


Harga wajar kepentingan non pengendali 1. 360.000.000
Total harga wajar Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Goodwill Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M) 160.000.000
Goodwill non pengendali Rp 0

Dalam kasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah
milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan non pengendali sebesar Rp 1,36
miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp
1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160
juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8 miliar).
PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Berwujud mengatur akuntansi
untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang diperoleh. Pihak
pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui pada tanggal akusisi dikurangi
akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai
Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.

 Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu
suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan
harga wajar kepentingan non pengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang
diakusisi. Hal ini mengindentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan
bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui keuntungan dari pembelian dengan diskon, pihak
pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengindentifikasi dengan tepat seluruh aset
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabilitas
tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut
:
(a) Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan non pengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk akuisis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pihak pengakuisasi
yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbalan yang dialihkan

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengakuisisi
mengakui keuntungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi.
Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus PT. Sahabat dengan PT Andika, harga akuisisi, adalah
Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan non pengendali berdasarkan penilaian
appraisal company adalah Rp. 1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah :

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp 5.420.000.000


Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.360.000.000
Total harga wajar Rp 6.780.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Keuntungan diskon Rp 20.000.000

Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau


timbul dari akuisisi yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan
pemerintah). Kondisi ini membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi
sehingga keuntungan bagi pihak pengakuisisi saja.
PT. Sahabat akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai
berikut :

Aset yang dapat diindetifikasi yang diperoleh 9.450.000.000


Kas 5.420.000.000
Liabilitas yang diambil-alih 2.650.000.000
Keuntungan dari pembelian dengan diskon 20.000.000
Ekuitas-kepentingan non pengenndali 1.360.000.000

C. Komponen Harga Akuisisi


Harga akuisisi ditentukan berdasarkan nilai wajar perusahaan target. Transaksi
Akuisisi menyebabkan investor memiliki saham perusahaan target.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2008 Brother land mengakuisisi saham biasa PT Monday
Market sebanyak 4 juta lembar saham dengan harga perlembar Rp 1.350. Pengeluaran
– peneluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut :

Biaya akuntan, perusahaan penilai dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp
200.000.000
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp15.000.000

Harga akuisisi dibayar untuk menerbitkan saham brother Land sebanyak 2 juta
lembar dengan nilai nominal Rp2.000 dan harga pasar Rp2.700 perlembar. Saham ini
diberikan kepada pemilik lama dalam wujud 4 juta lembar saham PT Monday Market.
Biaya konsultan dan pengeluaran lain dibayar perkas.
Maka harga perolehan akuisisi adalah sbb:
Harga saham 4 juta lembar X Rp1.350 Rp. 5.400.000.000
Biaya langsung akuisisi Rp 200.000.000
Harga akuisisi Rp. 5.600.000.000
Harga perolehan dengan demikian adalah senilai 5,6 miliar dan ini merupakan
nilai investasi pada tanggal 1 Januari 2008. Transaksi dicatat (jurnal) sbb :

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000


Beban-beban 15.000.000
Saham biasa (2 juta lbr X Rp2000) Rp. 4.000.000.000
Tambahan Modal Disetor ((2juta lbr X Rp2.700)-4M)) 1.400.000.000
Kas 215.000.000
Dalam transaksi akuisisi di atas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya
Rp100 juta per kas. PT Brother Land akan mencatat sebagai berikut :
Tambahan modal disetor Rp100.000.000
Kas Rp100.000.000
Tambahan modal disetor PT Brotherland dengan demikian berkurang Rp100 juta akibat
pencatatan saham PT Monday Market yang diakuisisi tersebut.
Kepemilikan saham berarti juga menimbulkan Hak PT Brother land atas kekayaan Aset
bersih PT Monday Market.
Misalkan posisi keuangan PT Monday Market pada tanggal akuisi disajikan dalam tabel
2.1 berikut :
Peraga2.1 Neraca PT Monday Market 1/1 2008 (dalam ribuan)
Aktiva Nilai buku Nilai Wajar
Kas 750.000 750.000
Piutang dagang 1.250.000 1.100.000
Persediaan 1.500.000 1.400.000
Bangunan 3.500.000 4.000.000
Tanah 2.000.000 3.000.000
Total Aktiva 9.000.000
Hutang

Hutang Pajak - 110.000


Hutang Dagang 500.000 500.000
Hutang Bank 2.000.000 2.200.000
Modal saham 5.000.000
Agio saham 500.000
Laba ditahan 1.000.000
Total Passiva
Rp9.000.000

D. Investasi dan Pendapatan Investasi


1. Investasi
Pengertian investasi menurut James C Van Horn (1981) :Yaitu kegiatan yang
dilangsungkan dengan memanfaatkan kas pada masa sekarang ini, dengan tujuan
untuk menghasilkan barang di masa yang akan datang.
Pengertian investasi menurut Henry Simamora (2000:438) : Investasi adalah suatu
aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk pertumbuhan kekayaannya melalui
distribusi hasil investasi (seperti pedapatan bunga, royalty, deviden, pendapatan sewa
dan lain – lain), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan
yang berinvestasi, seperti manfaat yang diperoleh melalui hubungan dagang.
 Macam-Macam Investasi
Ada beberapa jenis atau macam investasi. Banyak orang yang hanya tahu tentang
investasi dan belum mengerti tentang investasi yang sebenarnya. Supaya anda juga
lebih tahu dan mengerti tentang investasi , Anda bisa lebih tahu dan mengerti tentang
investasi, anda bisa membaca beberapa tulisan di bawah ini. Ada beberapa cara jenis
atau macam investasi. Jenis atau macam investasi ada di bawah ini.
Dalam berinvestasi, secara umum ada dua macam jenis aset, yaitu aset riil dan
aset financial. Aset riil dan aset financial sama-sama bisa dipertimbangkan sebagai
sarana investasi dalam rangka mencapai tujuan keuangan yang Anda inginkan. Dalam
berinvestasi , ada beberapa yang harus diingat bahwa selalu ada risiko akan
kehilangan moda. Oleh karena itu, sangat perlu mengetahui dengan benar aset-aset
yang cocok Anda pilih untuk berinvestasi sesuai keinginan dan kebutuhan anda.
 Aset Riil
Aset riil merupakan aset yang memiliki wujud. Misalnya yaitu tanah, emas, rumah, dan
logam mulia yang lain. Berinvestasi di aset riil merupakan hal yang umum dilakukan.
Misalnya Banu membeli rumah, dan kemudian menyewakannya kepada pihak lain
sehingga memperoleh pendapatan setiap bulan. Belum lagi ketika rumah itu selesai
disewa dan harganya naik, Banu bisa menjualnya dan memperoleh keuntungan. Banu
akan memperoleh banyak keuntungan dari hasil investasi di aset riil ini. Meskipun
harganya bisa naik-turun, tetapi dalam jangka panjang nilainya cenderung akan
semakin meningkat.
 Aset Finansial
Aset finansial yaitu aset yang wujudnya tidak terlihat, tetapi tetap memiliki nilai yang
cukup tinggi. Pada umumnya aset finansial ini terdapat di dunia perbankan dan juga di
pasar modal. Di Indonesia dikenal dengan Bursa Efek Indonesia. Beberapa contoh dari
aset finansial misalnya instrumen pasar uang, saham, reksa dana dan obligasi.

 Jenis-jenis atau macam-macam investasi


a. Reksa dana
wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat yang dikelola
oleh badan hukum yang bernama Manajer Investasi untuk kemudian diinvestasikan ke
aset finansial lainnya. Dana itu biasanya disimpan di bank penyimpanan yang disebut
dengan bank kustodian. Reksa dana adalah solusi bagi orang yang ingin berinvestasi
dalam banyak aset namun memiliki dana yang terbatas. Hal ini dimungkinkan karena
dana yang dihimpun dari banyak pihak cukup besar untuk kemudian dapat
diinvestasikan pada saham, obligasi dan instrumen pasar uang sesuai dengan
kebijakan dari Manajer Investasi.
b. Mata uang asing
Segala macam mata uang asing biasanya dapat dijadikan alat investasi.
Investasi dalam mata uang asing ini lebih beresiko dibandingkan dengan investasi lain
seperti saham, karena nilai mata uang asing di Indonesia menganut sistem
mengambang bebas (free float) yaitu benar-benar tergantung pada permintaan dan
penawaran di pasaran. Di Indonesia mengambang bebas membuat nilai mata uang
rupiah sangat fluktuatif.
c. Saham
Saham ialah kepemilikan atas sebuah perusahaan tersebut. Dengan membeli
saham di suatu tempat, berarti orang yang memiliki saham sama halnya dengan
membeli sebagian perusahaan tersebut. Apabila perusahaan tersebut mengalami
keuntungan, maka pemegang saham biasanya akan memperoleh sebagian keuntungan
yang disebut deviden. Saham itu juga bisa dijual kepada pihak lain, baik dengan harga
yang lebih tinggi yang selisih harganya disebut dengan capital gain maupun lebih
rendah daripada kita membelinya yang selisih harganya disebut capital loss. Jadi,
keuntungan yang bisa diperoleh dari saham ada dua jenis yaitu capital gain dan
deviden.
d. Obligasi
Obligasi atau sertifikat obligasi ialah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah
maupun perusahaan, baik untuk menambah modal perusahaan ataupun membiayai
suatu proyek pemerintah. Karena sifatnya yang hampir sama dengan deposito, maka
agar lebih menarik investor suku bunga obligasi biasanya sedikit lebih tinggi dibanding
suku bunga deposito. Selain itu seperti saham kepemilikan obligasi bisa juga dijual
kepada pihak lain baik dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah daripada
ketika membelinya.

2. Pendapatan Investasi

PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian investor
atas nilai wajar dan liabilitas yang terindentifikasi dari entitas asosiasi terhadap biaya
perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam menentukan bagian
investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode investasi diperoleh. Dalam
kasus PT. Sahabat dan PT. Andika, jika terdapat diskon pembelian sebesar Rp 20 juta
seperti yang telah dijelaskan, maka perhitungan pendapatan investasi adalah sebagai
berikut :
Laba investee (80% x Rp 200 juta Rp 160.000.000
Amortisasi selisih investasi
- Overvalue persediaan 280.000.000
- Undervalue bangunan (40.000.000)
- Untung diskon pembelian 20.000.000
Total pendapatan investasi Rp 420.000.000

Walaupun pihak pengakuisisi setelah penggabungan usaha diharuskan mencatat dan


menyesuaikan nilai investasinya dengan metode ekuitas sesuai PSAK 15 revisi 2009,
tetapi PSAK 4 tetap mengizinkan entitas pengakuisisi (induk) menggunakan metode
biaya (cost) ketika menyusun laporan tersendiri (laporan individu) dalam batas sebagai
informasi tambahan sesuai dengan PSAK 55 : Intrument keuangan: pengakuan dan
pengukuran. Pencatatan dengan metode cost menyajikan nilai investasi sebesar harga
perolehan dan mengabaikan perkembangan nilai investasi dalam entitas anak.
Metode cost disebut juga metode pendaptan. Metode cost berpandangan bahwa
perusahaan investee adalah sumber pendaptan investor. Bila investee mengumumkan
laba, hal itu belumlah menjadi pendapatan bagi perusahaan investor. Berdasarkan teori
akuntansi, pendapatan itu harus dibuktikan dengan adanya aliran masuk kas atau bukti
akan menerima kas (piutang). Pengumuman laba entitas investee tidak serta merta
menjadi tanda aliran masuk bagi investor kecuali investee berniat membagikan laba
tersebut kepada pemegang saham (dividen). Jadi, laba entitas investee tidak boleh
diakui sebagai pendapatan oleh investor. Karena itu, tidak ada ayat jurnal penyesuaian
yang dibuat entitas investor atas pengumuman laba investee.
Jika pihak investee mengumumkan dividen, hal ini merupakan bukti pendapatan
bagi investor, yakni pendapatan dividen. Investor akan mencatat pengumuman dividen
tersebut sebesar jumlah yang akan di peroleh berdasarkan jumlah kepemilikan atas
saham, dengan ayat jurnal sebagai berikut:
Piutang Dividen (dividen x % kepemilikan saham) xxx
Pendapatan Dividen xxx
Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan
oleh investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan
alasan-alasan tertentu, yakni:
1. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli
dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
2. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk.
3. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan
tertentu.
Misalkan PT Andika membagi dividen setelah PT. Sahabat menjadi pemilik saham
perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT. Sahabat mencatat investasinya dengan
menggunakan metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai
pendapatan dengan ayat jurnal berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp 80.000.000
Pendapatan investasi Rp 80.000.000

Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang


diumumkan investee. Pada umumnya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang
diperoleh, sementara hak investor atas dividen maksimum sebesar laba entitas
investee. Misalkan pada tahun 2012 PT Andika mengumumkan laba sebesar Rp 200
juta, sehingga hak PT. Sahabat atas dividen PT Andika maksimum sebesar 80% x 200
juta = Rp 160 juta. Apabila PT Andika mengumumkan dividen sebesar Rp 225 juta atau
PT. Sahabat mendapat 80% x 225 juta = Rp 180 juta, penerimaan ini telah melampaui
hak PT. Sahabat sebesar Rp 180 – Rp 160 = Rp 20 juta. Kelebihan hak atas
pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga pengumuman
dividen investee dicatat oleh PT. Sahabat sebagai berikut:
Piutang dividen Rp 180.000.000
Pendapatan investasi Rp 160.000.000
Investasi dalam saham Rp 20.000.000

Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT. Sahabat berkurang sebesar
Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta
= Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta
sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT.
Sahabat mencatat pendapatan sebagai berikut:

Piutang dividen Rp 180.000.000


Pendapatan dari PT. Andika Rp 180.000.000

Apabila laba yang diumumkan PT Andika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka
PT. Sahabat harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena
pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah :

Pendapatan dari PT Andika Rp 20.000.000


Investasi dalam saham PT Andaika Rp 20.000.000

E. Selisih Investasi dan Pendapatan dari Anak Perusahaan


Hubungan induk-anak dapat terjadi dari penyertaan langsung, yakni dengan
kepemilikan hak suara atas entitas anak. Dalam investasi dan pendapatan investasi
memperkenalkan istilah penyertaan tidak langsung, yakni pengendalian atas entitas
tertentu dengan cara melakukan penyertaan langsung atas entitas lain yang memiliki
hak suara atau mengendalikan entitas tersebut. Dalam kasus di atas, PT A melakukan
penyertaan tidak langsung dalam PT C. Jadi, penyertaan tidak langsung atas suatu
entitas hanya dapat terjadi dengan adanya penyertaan langsung pada entitas lainnya.
PT A, PT B, dan PT C dalam kasus ini adalah satu kelompok usaha (grup) karena
berada dalam suatu pengendalian, dengan PT A sebagai pengendali tertinggi. Istilah
afiliasi juga sering dipakai untuk menggambarkan hubungan grup. Laporan konsolidasi
wajib disusun oleh pengendali tertinggi.
Hubungan antara PT A, PT B, dan PT C merupakan bentuk hubungan induk-
anak-cucu. Dalam banyak kasus, biasa juga perusahaan anak mengakuisisi saham
perusahaan induk. Dalam bahasa akuntansi, hal ini disebut kepemilikan mutual (mutual
holding), yang dapat menimbulkan permasalahan perlakuan investasi anak dalam
saham induk. Perhitungan pendapatan investasi dan nilai investasi menimbulkan
permasalahan tersendiri apabila perusahaan anak memiliki saham preferen. Dalam
praktiknya, banyak terjadi hubungan yang lebih kompleks. Peraga 9-1 menyajikan
berbagai bentuk hubungan induk-anak.
PERAGA 9-1
Catatan :Tanda panah menunjukkan kepemilikan saham perusahaan yang dituju
Pendapatan investasi suatu perusahaan apabila terdapat penyertaan langsung dan
tidak langsung menjadi sebagai berikut :
Pendapatan investasi dari penyertaan langsung xxx
Pendapatan investasi atas penyertaan tidak langsung xxx
Total pendapatan investasi xxx

Misalkan PT Orangtua (OT) memiliki saham PT Anak pada tanggal 1/1/2011


sebesar 80% dari saham PT Anak dengan harga Rp3.256.000.000. Harga tersebut
merupakan harga akuisisi yang wajar dari total harga untuk 100% harga akuisisi
sebesar Rp. 4.070.000.000. Pada tanggal tersebut kekayaan PT Anak adalah sebagai
berikut :

Modal saham Rp. 2.500.000.000


Laba ditahan Rp 1.320.000.000
Total kekayaan pemegang saham
Rp3.820.000.000

Selisih harga akuisisi dan nilai buku PT Anak disebabkan oleh goodwill sebesar
Rp. 250 juta, yang pada tahun 2011 diimpair senilai Rp. 25 juta. Kepemilikan atas
saham PT Anak ini dimaksudkan untuk menguasai saham PT Cucu, yang merupakan
perusahaan anak PT Anak. Saham PT Cucu sebesar 90% dikuasai oleh PT Anak.
Investasi dalam saham PT Cucu dilakukan pada selisih harga yang disebabkan
goodwill sebesar Rp. 100 juta dengan nilai buku PT Cucu yang dimiliki PT Anak. Hingga
tanggal 31/12/2011, goodwill telah diimpair Rp. 60 juta, termasuk penurunan nilai
(impairmen) tahun 2011 sebesar Rp. 30 juta.
Informasi tentang laba dan dividen ketiga perusahaan yang diumumkan pada
akhir tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Laba
Dividen
PT Orangtua Rp300.000.000 Rp300.000.000
PT Anak 200.000.000 80.000.000
PT Cucu 100.000.000 40.000.000
DAFTAR PUSTAKA

Machfoed mas’ud dkk, Akuntansi Lanjutan Dua edisi-2, 2001, Yogyakarta


Beams Floyd A, Akuntansi keuangan Lanjutan Di Indonesia, 2000, Jakarta, Salemba
Empat
Baker Richard R. dkk, Advance Financial Accountin edis- 6, 2006, Jakarta, Salemba
Empat
Yunus, Hadory, Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi-1, 1996, BFE Yogyakarta
Drebin Allan R., Advance Accounting Edisi-5, 1993, Jakarta, Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai