A. Pendahuluan
Akuisisi saham biasa menyebabkan entitas pengakuisisi memiliki hak suara
dalam entitas. Akuisisi sebagian besar saham entitas target memberikan hak
pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga terjadi kombinasi bisnis.
Apabila entitas mengakuisisi merupakan perusahaan publik, peraturan bapepam
masyarakat adanya pihak independen, yakni perusahaan penilai (appraisal Company),
untuk menilai kelayakan harga akuisisi berdasarkan nilai wajar dari entitas target.
Penilai independen akan melakukan penilaian berdasarkan penilaian yang di Indonesia
di sebut standar penilaian Indonesia (SPI). Profesi perusahaan penilai ini diatur dalam
undang-undang pasar modal no.8 tahun 1995. Perusahaan penilai memiliki peran
penting dalam menentukan nilai wajar asset entitas, kerena nilai wajar ini diperlukan
sebagai informasi wajib mematuhi prosedur dan tata cara yang dipersiapkan serta
dikeluarkan oleh organisasi prodesi bersangkutan dalam menentukan dan melaporkan
nilai wajar asset entitas dimaksud.
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melalui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat
utang kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas
yang diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas
pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham dilakukan
dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan
saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan yang
diberikan kepada pemilik lama entitas target. Akuisisi yang dibiayai dengan saham
menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi
pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru
entitas pengakuisisi, (investor).
Prinsip akuntansi yang diterima secara umum untuk pencatatan akuisisi saham
biasa mewajibkan investasi tersebut dicatat pada biaya perolehannya. Pedoman umum
untuk mengukur biaya saham bias yang diperoleh dalam penggabungan usaha secar
pembelian juga dapat diterapkan untuk investasi saham biasa yang kurang dari 50
persen saham biasa berhak suara perusahaan lain. Biaya investasi termasuk kas yang
dikeluarkan, nilai wajar aktiva lain yang diserahkan atau surat berharga yang
diterbitkan, dan tambahan biaya-biaya lansung untuk memperoleh investasi, selain
biaya-biaya pencatatan dan penerbitan surat berharga yang dicatat sebagai tambahan
modal disetor .
Satu dari dua metode dasar akuntansi untuk investasi saham biasa tidak lancar
yang umum digunakan adalah:
Metode Biaya.
Metode Equitas
1. Metode Biaya
Berdasarkan metode biaya, investasi dalam saham biasa dicatat pada biayanya,
dan dividen dari laba berikutnya dilaporkan sebagai pendapatan dividen. Ada suatu
pengecualian, dividen yang diterima melebihi bagian laba investor setelah saham
diperoleh, dianggap sebagai pengembalian modal (likuidasi dividen) dan dicatat
sebagai pengurang terhadap akun investasi. Metode ini berasumsi bahwa selama tahun
buku berjalan segala perubahan atas modal tidak mempengaruhi rekening investasi
pada saham anak, dianggap perusahaan anak adalah entity sendiri, tetapi perubahan
modal anak tersebut diakui pada waktu menyusun laporan posisi keuangan gabungan
dengan membentuk rekening”laba yang ditahan untuk induk” (return earning to parent).
Jumlah ini akan menyesuaikan jumlah modal anak yang secara proporsional akan
menunjukkan hak induk pada modal anak itu.
Sehingga ketika perusahaan induk memberikan informasi laba atau rugi operasi “tidak
dilakukan jurnaln pembagian dividen perusahaan anak akan dicatat sejumlah yang
menjadi hak induk sebagai berikut:
a. Ketika diumumkan pembagian dividen
Piutang dividen Rp.xxx
Pendapatan dividen Rp.xxx
2. Metode Ekuitas
Apabila perusahaan induk menerapkan metode ekuitas untuk mengikuti
perubahan modal perusahaan anak, maka setiap kondisi yang menyebabkan
perubahan terhadap jumlah modal anak akan selalu dilakukan penyesuaian terhadap
rekening”investasi pada saham anak”. Sehingga jumlah “investasi pada saham anak”
setelah ditambah”kelebihan harga pokok diatas nilai buku (KHPDNB)” atau dikurangi
dengan”kelebihan nilai buku diatas harga pokok (KNBDHP)” akan selalu menunjukkan
proporsi kepemilikan modal perusahaan anak oleh induk.
Akuntansi metode ekuitas pada dasarnya adalah akuntansi akrual untuk
investasi ekuitas yang memungkinkan perusahaan induk menggunakan pengaruh yang
signifikan terhadap perusahaan anak. Berdasarkan metode ekuitas, investasi dicatat
pada biaya perolehan dan disesuaikan dengan keuntungan, kerugian dan dividen.
Perusahaan induk melaporkan bagian miliknya yang menjadi keuntungan perusahaan
anak sebagai pendapatan investasi dan bagian bebannya dari kerugian perusahaan
anak sebagai kerugian investasi. Akun investasi ditambah dengan pendapatan investasi
dan dikurangi dengan kerugian investasi.
Ketika perusahaan anak sudah mengakui laba operasi, perusahaan induk akan
melakukan catatan :
Investasi pada saham anak Rp.xxx
Laba perusahaan anak Rp.xxx
Rugi perusahaan anak akan mengurangi laba ditahan induk dan mengurangi
rekening investasi pada saham anak.
Pembagian dividen yang dilakukan perusahaan anak akan menurunkan jumlah modal
perusahaan anak dan secara tidak langsung menurunkan jumlah investasi saham oleh
perusahaan induk. Pembagian dividen oleh perusahaan anak tersebut akan dicatat oleh
perusahaan induk (ketika diumumkan oleh perusahaan anak):
Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. Sahabat sebanyak 2 juta
lembar dengan nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini
diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. Andika. biaya konsultan dan
pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012
transaksi ini dicatat sebagai berikut :
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham
pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan
harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi
diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi
diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT.
Sahabat akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut :
Jadi tambahan modal disetor PT. Sahabat berkurang sebesar Rp 100 juta akibat
pencatatan saham PT. Andika yang diakuisisi tersebut.
Dalam kasus PT. Andika, misalkan harga wajar kepentingan non pengendali
merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT. Sahabat, sehingga total harga
wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6
miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan non pengendali (Rp 1,4 miliar), jadi
perhitungan goodwill adalah :
Dalam kasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah
milik pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan non pengendali sebesar Rp 1,36
miliar sama dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp
1,36 miliar. Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160
juta dari nilai wajar yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8 miliar).
PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Berwujud mengatur akuntansi
untuk goodwill sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang diperoleh. Pihak
pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui pada tanggal akusisi dikurangi
akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai
Aset mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.
Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu
suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan
harga wajar kepentingan non pengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang
diakusisi. Hal ini mengindentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan
bagi pihak pengakuisisi.
Sebelum mengakui keuntungan dari pembelian dengan diskon, pihak
pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengindentifikasi dengan tepat seluruh aset
yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabilitas
tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang
digunakan untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal-hal berikut
:
(a) Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:
(b) Kepentingan non pengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
(c) Untuk akuisis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pihak pengakuisasi
yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi; dan
(d) Imbalan yang dialihkan
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengakuisisi
mengakui keuntungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi.
Keuntungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Misalkan, dalam kasus PT. Sahabat dengan PT Andika, harga akuisisi, adalah
Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan non pengendali berdasarkan penilaian
appraisal company adalah Rp. 1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah :
Biaya akuntan, perusahaan penilai dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi Rp
200.000.000
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp15.000.000
Harga akuisisi dibayar untuk menerbitkan saham brother Land sebanyak 2 juta
lembar dengan nilai nominal Rp2.000 dan harga pasar Rp2.700 perlembar. Saham ini
diberikan kepada pemilik lama dalam wujud 4 juta lembar saham PT Monday Market.
Biaya konsultan dan pengeluaran lain dibayar perkas.
Maka harga perolehan akuisisi adalah sbb:
Harga saham 4 juta lembar X Rp1.350 Rp. 5.400.000.000
Biaya langsung akuisisi Rp 200.000.000
Harga akuisisi Rp. 5.600.000.000
Harga perolehan dengan demikian adalah senilai 5,6 miliar dan ini merupakan
nilai investasi pada tanggal 1 Januari 2008. Transaksi dicatat (jurnal) sbb :
2. Pendapatan Investasi
PSAK 15 revisi 2009 paragraf 20 (b) mengatakan bahwa setiap selisih bagian investor
atas nilai wajar dan liabilitas yang terindentifikasi dari entitas asosiasi terhadap biaya
perolehan investasi dimasukkan sebagai penghasilan dalam menentukan bagian
investor atas laba atau rugi entitas asosiasi pada periode investasi diperoleh. Dalam
kasus PT. Sahabat dan PT. Andika, jika terdapat diskon pembelian sebesar Rp 20 juta
seperti yang telah dijelaskan, maka perhitungan pendapatan investasi adalah sebagai
berikut :
Laba investee (80% x Rp 200 juta Rp 160.000.000
Amortisasi selisih investasi
- Overvalue persediaan 280.000.000
- Undervalue bangunan (40.000.000)
- Untung diskon pembelian 20.000.000
Total pendapatan investasi Rp 420.000.000
Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT. Sahabat berkurang sebesar
Rp 20 juta sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp 5,6 miliar – Rp 20 juta
= Rp 5.580.000.000.
Apabila PT Andika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp 225 juta
sebelum tanggal laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT.
Sahabat mencatat pendapatan sebagai berikut:
Apabila laba yang diumumkan PT Andika ternyata sebesar Rp 200 juta, maka
PT. Sahabat harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp 20 juta karena
pendapatan tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah :
Selisih harga akuisisi dan nilai buku PT Anak disebabkan oleh goodwill sebesar
Rp. 250 juta, yang pada tahun 2011 diimpair senilai Rp. 25 juta. Kepemilikan atas
saham PT Anak ini dimaksudkan untuk menguasai saham PT Cucu, yang merupakan
perusahaan anak PT Anak. Saham PT Cucu sebesar 90% dikuasai oleh PT Anak.
Investasi dalam saham PT Cucu dilakukan pada selisih harga yang disebabkan
goodwill sebesar Rp. 100 juta dengan nilai buku PT Cucu yang dimiliki PT Anak. Hingga
tanggal 31/12/2011, goodwill telah diimpair Rp. 60 juta, termasuk penurunan nilai
(impairmen) tahun 2011 sebesar Rp. 30 juta.
Informasi tentang laba dan dividen ketiga perusahaan yang diumumkan pada
akhir tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Laba
Dividen
PT Orangtua Rp300.000.000 Rp300.000.000
PT Anak 200.000.000 80.000.000
PT Cucu 100.000.000 40.000.000
DAFTAR PUSTAKA