Goodwill adalah suatu aset yang mencerminkan manfaat ekonomi masa depan yang
timbul dari aset lainnya yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat diidentifikasi
secara individual dan diakui secara terpisah.
Contoh kasus
Dalam kasus PT. Andika, misal harga wajar kepentingan non pengendali merujuk pada
harga wajar ekuitas yang diakusisi PT. Sahabat, sehingga total harga wajar adalah Rp. 7 Miliar
yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang di akusisi (Rp. 5,6 miliar), dan 20% harga wajar
berkepentingan non pengendali (Rp.1,4 miliar), jadi perhitungan goodwill adalah :
Misalkan harga wajar kepentingan non pengendali dihitung Rp. 1,360 miliar, sehingga
goodwill di hitung sbb:
Harga ekiutas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000
Harga wajar kepentingan nonpengendali Rp. 1.360.000.000
Total harga wajar Rp. 6.960.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (Rp. 6.800.000.000)
Goodwill Rp. 160.000.000
Goodwill pihak pengakuisisi (Rp. 160.000.000)
Goodwill nonpengendali Rp. 0
Dalam kasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah milik
pengakuisisi karna harga akuisisi berkepentingan non pengendali sebesar Rp.1.36 miliar sama
dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp.6,8 miliar = Rp. 1,36 miliar.
Sementara itu harga akuisisi induk sebesar Rp. 5,6 miliar lebih tinggi Rp>160 juta dari nilai
wajar yang dimiliki , yakni Rp. 5,44 miliar (80% x Rp.6,8 miliar).
DISKON PEMBEIAN
Kadangkala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu kombinasi
bisnis dimana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar kepentingan non
pengendali lebih kecil dari nilai wajar total ekuitas entitas yang diakui.
PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan
untuk mengukur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi sebagai berikut:
a) Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
b) Kepentingan non pengendali pada pihak yang diakuisisi, jika ada
c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap, kepentingan ekuitas pihak
pengakuisisi yang dimiliki sebelumnya pada pihak yang diakuisisi dan
d) Imbalan yang dialihkan
Jika selisish wajar entitas yang diakui tetap ada, pihak pengakuisisi mengakui keuntungan yang
dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akuisisi. Keuntungan tersebut diatribusikan pada
pihak pengakuisisi sehingga diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosiasi
pihak pengakuisisi atau timbul dari kombinasi bisnis yang terpaksa. Kondisi ini membuat
bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga harga akuisisi lebih rendah. Dengan
demikian diskon pembelian diakui sebagai keuntungan bagi pihak pengakuisisi saja.
Contoh
Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga akuisisi, adalah
Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali berdasarkan penilaian appraisal
company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah: