Anda di halaman 1dari 15

MODUL 10

AKUNTANSI PERPAJAKAN
Drs. Syamsu Alam, M.Si., Ak.

AKTIVA TETAP

- Pembelian Aktiva
- Sewa
- Penjualan Aktiva
- Revaluasi Aktiva

REFERENSI
1. Akuntansi Pajak, Edisi Revisi, Shopar Lombanturuan, Gramedia Widia
Sarana Jakarta.
2. Akuntansi Pajak, Edisi Pertama, Pardiat, Mitra Wacana Media, Jakarta.
3. Akuntansi Perpajakan, Sukrisno Agus & Estralita Trisnawati, Salemba
Empat.
4. Akuntansi Pajak Penghasilan Rekonsiliasi Fiskal, Fiskal, Pusdiklat
Perpajakan.
2

ASSET TETAP

Definisi Asset Tetap


Sesuai dengan PSAK 16, asset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Kecuali
tanah, semua jenis asset tetap mempunyai umur terbatas.
Sesuai keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 486/KMK.
03/2002 Tgl 28 November 2002, Asset tetap adalah asset tetap berwujud yang
terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan dipergunakan untuk men-
dapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

Pembelian Aset Tetap


Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai
dicatat sejumlah harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang terjadi untuk
menempatkan aset tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk
dipergunakan (PSAK 16). Biaya-biaya tersebut seperti biaya pengiriman, biaya
bongkar muat, biaya pemasangan, biaya profesional, bea masuk, PPN masukan
yang tidak boleh direstitusi, dan lain-lain ditambahkan ke dalam harga perolehan,
sementara setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga perolehan.
Perlakuan akuntansi perpajakan atas pembelian aset tetap dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Pembelian dalam negeri
Contoh :
Tanggal 1 Januari 2007 PT Xixi membeli aset tetap seharga Rp 200.000
belum termasuk PPN 10%. Dengan Demikian, jurnal yang dibuat oleh PT Xixi
adalah :
a. Jika PT. Xixi adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP) :
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2007 Asset Tetap 200.000
PPN Masukan 20.000
Kas 220.000

b. Jika PT Xixi adalah Non PKP


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2007 Asset Tetap 220.000
Kas 220.000
Asset Tetap = 110% x Rp 200.000 = Rp 220.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
3

2. Pembelian impor dari luar negeri


Contoh :
Tanggal 1 Januari 2007 PT Xixi mengimpor aset tetap dari Amerika Serikat
dengan nilai impor sebesar Rp 150.000.000 dan PPN sebesar 10%. Jurnal
yang dibuat oleh PT Xixi adalah :
a. Jika PT Xixi adalah non PKP yang mempunyai API
Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2007 Asset Tetap 165.000.000
PPh 22 dibayar dimuka 3.750.000
Kas 168.750.000
Asset Tetap = 110% x Rp 50.000.000 = Rp Rp 165.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp 150.000.000 = Rp 3.750.000

b. Jika PT Xixu adalah PKP yang mempunyai API


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1-Jan-2007 Asset Tetap 150.000.000
PPN Masukan 15.000.000
PPh 22 dibayar dimuka 3.750.000
Kas 168.750.000
PPN Masukan = 10% x Rp 150.000.000 = Rp Rp 15.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp 150.000.000 = Rp 3.750.000

c. Jika PT Xixi adalah PKP yang tidak mempunyai API


1/ Tanggal Keterangan Debit Kredit
1-Jan-2007 Aset tetap 150.000.000
PPN Masukan 15.000.000
PPh 22 dibayar di muka 11.250.000
Kas 176.250.000
PPh 22 = 7,5% X Rp 150.000.000 = Rp 11.250.000

Dalam Pasal 10 Undang-undang Pajak Penghasilan diatur bahwa harga


perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli haria yang tidak
dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat 4
UU PPh adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima,
sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima.

PENJUALAN ASET
Dalam setiap pelepasan barta, dapat timbullaba atau rugi sebesar selisih
antara arga pasar dengan nilai buku aset. Namun karena perbedaan metode
depresiasi dan est! asi masa manfaat, laba atau rugi penjualan aset dapat
berbeda jumlahnya antara akunta si dengan perpajakan. Keuntungan karena
penjualan atau karena pengalihan harta terjadi apabila Wajib Pajak (WP) menjual

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
4

harta dengan harga yang lebih tinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari
harga atau nilai perolehan. Keuntungan alas pengalihan harta berupa hibah,
bantuan, atau sumbangan dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang
mengalihkan, kecuali harta tersebut dialihkan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, serta badan keagamaan, badan pendidikan,
atau badan sosial termasuk yayasan atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungannya
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak
digunakan dalam perusahaan, atau yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, tidak boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto.
contoh:
Sebuah mobil box diperoleh perusahaan Pada tanggal 12 Juli 2005 dengan harga Rp 48.000.000.
Estimasi masa manfaat mobil box menurut akuntansi adalah empat tahun, sedangkan menurut
pajak adalah delapan tahun. Pada tanggal 31 Desember 2006, mobil box tersebut dijual dengan
harga Rp 40.000.000. Metode penyusutan menurut akuntansi dan pajak adalah metode garis lurus.
Pertanyaan:
1. Hitunglah laba atau rugi atas penjualan mobil box, baik seeara akuntansi maupun pajak.
2. Buatlah jurnal alas penjualan aset tersebut.
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal Pada saat pengisian SPT.

Jawab:

1. Laba atau rugi penjualan mobil box


Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)
Harga perolehan 48.000.000 48.000.000
Akum. penyusutan (12.000.000) (9.000.000)
Nilai buku 36.000.000 39.000.000
Harga pasar 40.000.000 40.000.000
Laba penjualan aset 4.000.000 1.000.000
Akumulasi penyusutan menurut:
a. Akuntansi = Rp 48.000.00016 X 16/12 = Rp 12.000.000
b. Perpajakan = 12,5% X Rp 48.000.000 X 16/12 = Rp 9.000.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
5

2. Jurnal penjualan mobil box


Tanggal Keterangan Debit Kredit
31-Des-2006 Kas 44.000.000
Akumulasi penyusutan kendaraan 12.000.000
Kendaraan 48.000.000
PPN 16 D 4.000.000
Laba penjualan kendaraan 4.000.000
Sesuai UU PPN Pasal 16 D atas penyerahan aset oleh PKP yang menurut tujuan semula aset
tersebut tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang
dibayar Pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

Jurnal penyetoran PPN 16 D yang telah dipungut dari pembeli


Tanggal Keterangan Debit Kredit
15-Jan-2007 PPN 16 D 4.000.000
Kas 4.000.000

3. Atas perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara akuntansi dan
pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan pengakuan besarnya
laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap/permanen antara pajak dan akuntansi.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat
pengisian SPT sebesar :
Koreksi negatif = Rp 4.000.000 - Rp 1.000.000 = Rp 3.000.000.

Contoh:
PT Asia adalah PKP yang mempunyai API. Pada tanggal 17 Maret 2005 PT Asia mengimpor
sebuah mesin dengan harga faktur sebesar US $100. Biaya asuransi dan biaya angkut masing-
masing sebesar 2% dan 4% dari harga faktur. Tarif bea masuk dan bea masuk tambahan masing-
masing sebesar 20% dan 10% dari ClF. Mesin tersebut juga dikenakan PPN sebesar 10%. Kurs
menteri keuangan pada saat itu adalah US $1 = Rp 10.000. Menurut akuntansi, mesin tersebut
mempunyai estimasi umur lima tahun, sementara estimasi umur menurut pajak adalah empat
tahun. Metode penyusutan menurut akuntansi maupun pajak adalah metode garis lurus. Pada
tanggal 31 Desember 2006 perusahaan memutuskan untuk menjual aset tetapnya deilgan harga
Rp 100.000.000.

Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal yang dibuat PT Asia untuk perolehan aset tetap.
2. Buatlah jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2005 oleh perusahaan dan tentukan
besarnya koreItsi fiskal yang harus dilakukan.
3. Hitunglah laba rugi atas penjualan aset tetapnya, baik secara akuntansi maupun pajak.
4. Buatlah jurnal atas penjualan aset tetap tersebut.
5. Tentukan besarnya koreksi fiskal yang harus dilakukan.

Jawab:
1.
Harga faktur US $ 100
Biaya asuransi 2% x US $100 S $ 200
Biaya angkut 4% x US $100 $ 400
ClF US $10,600
ClF dalam rupiah US $10.600 x Rp 10.000 = Rp 106 00.000
Bea masuk 20% x Rp 106.000.000 = Rp 21.200.000
Bea masuk tambahan 10% x Rp 106.000.000 = Rp 10.600.000
Nilai impor mesin Rp 137.800.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
6

Harga perolehan mesin = Nilai impor = Rp 137.800.000 Jurnal perolehan aset tetap:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
17-Mar-2005 Mesin 137.800.000
PPN Masukan 13.780.000
PPh 22 dibayar di muka 3.445.000
Kas 155.025.000
Pajak Masukan = 10% x Rp 137.800.000 = Rp 13.780.000
PPh 22 = .2,5% x Rp137.800.000 = Rp 3.445.000

2. Jurnal penyusutan mesin pada akhir tahun 2005


Tanggal Keterangan Debit Kredit
31-Des-2005 Beban penyusutan mesin 20.670.000
Akumulasi penyusutan mesin 20.670.000

Beban penyusutan = Rp 137.800.000/5 x 9112 = Rp 20.670.000


Semen tara itu, perhitungan beban penyusutan untuk tahun 2005 menurut pajak = 25% x Rp
137.800.000 X 10/12 = Rp 28.708.333
Atas perbedaan perhitungan tersebut, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian.
Perbedaan estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu/ temporer an tara
pajak dan akuntansi. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan koreksi negatif pada
rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT sebesar:
Rp 28.708.333 - Rp 20.670.000 = Rp 8.038.333

3. Laba rugi penjualan mesin


Keterangan Akuntansi (dalam rupiah) Perpajakan (dalam rupiah)
Harga perolehan 137.800.000 137.800.000
Akum. penyusutan (48.230.000) (63.158.333)
Nilai buku 89.570.000 74.641.667
Harga pasar 100.000.000 100.000.000
Laba penjualan aset 10.430.000 25.358.333
Akumulasi penyusutan menurut:
a. Akuntansi = Rp 137.800.000/5 X 1 9/2 = Rp 48.230.000
b. Perpajakan = 25% x Rp 137.800.000 x 1 10/12 = Rp 63.158.333

4. Jurnal penjualan mesin


Tanggal Keterangan Debit Kredit
31-Des-2006 Kas 110.000.000
Akum. penyusutan mesin 48.230.000
Mesin 137.800.000
PPN 16 D 10.000.000
Laba penjualan mesin 10.430.000

Sesuai UU PPN Pasal 16 D atas penyerahan aset oleh PKP yang menurut tujuan semula
aset tersebut tidak untuk diperjualbelikan terutang PPN, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai
yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
Jurnal penyetoran PPN Pasal 16 D yang telah dipungut dari pembeli

Tanggal Keterangan Debit Kredit


15- jan-2007 PPN 16 D 10.000.000
Kas 10.000.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
7

5. Atas perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset yang terjadi antara akuntansi dan
pajak, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan pengakuan besarnya
laba penjualan aset tersebut menimbulkan beda tetap/permanen antara pajak dan akuntansi.
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan koreksi positif Pada rekonsiliasi fiskal saat
pengisian SPT sebesar: Rp 25.358.333 - Rp 10.430.000 = Rp 14.928.333.

SEWA

Menurut PSAK 30 (2004), jenis-jenis sewa adalah:

1. Finance Lease
Dalam finance lease (sewa pembiayaan), pihak yang membiayai penyediaan barang modal
adalah lessor dan pihak lesse biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas
nama perusahaan sewa, sebagai pemilik barang modal tersebut, melakukan pemesanan,
pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modaI yang menjadi objek transaksi sewa.

2. Operating Lease
Dalam operating lease (sewa menyewa biasa), lessor membali barang modal dan selanjutnya
disewakan kepada lesse. Operating lease ini tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan
untuk memperoieh barang tersebut berikut bunganya, karena perusahaan jenis ini
mengharapkan keuantungan dari penjualan barang modal yang disewakan.

3. Sales Type Lease


Dalam sales type lease (sewa penjualan) merupakan transaksi pembiayaan sewa secara
langsung (direct finance lease) di mana dalam jumlah transaksi termasuk laba yang
diperhitungkan oleh pabrikan atau penyalur yang juga merupakan perusahaan sewa.

4. Leverage Lease
Sewa ini melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni: penyewa guna usaha, perusahaan sewa,
dan kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar dari transaksi sewa.
Jenis sewa yang diakui menurut perpajakan hanya ada cilia, yaitu:
a. Sewa dengan Hak Opsi
b. Sewa tanpa Hak Opsi

PERLAKUAN PERPAJAKAN

Perlakuan Perpajakan untuk Sewa dengan Hak Opsi


Bagi Lessor
Perlakuan perpajakan untuk sewa dengan hak opsi bagi lessor adalah:
1. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran sewa berupa imbalan jasa
sewa, yaitu seluruh pembayaran sewa dikurangi angsuran pokok.
2. Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset tetap yang disewakan dengan hak opsi.
3. Dalam hal masa sewa lebih pendek dari masa yang ditentukan, Direktur Jenderal Pajak
melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
4. Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang pat dikmangkan dad
penghasilan bmto. setinggi-tingginya sejnmlah 2.5% dari ratarata saldo awal dan saldo akhir
piutang (KMK-204/KMK04/2000 Tanggal 6 Juni 2000 tentang Perubahan KMK-SO/KMK04/1995
Tanggal 6 Februari 1995 tentang Besarnya Dana Cadangan yang Boleh Dikurangkan sebagai
Biaya).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
8

5. Kerugian sebenarnya yang disebabkan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
6. Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tida atau tidak seluruhnya dipakai untuk menutup
kerugian sebagaimana dimaksud, maka jumlah kelebihan cadangan tersebut diperhitungkan
sebagai penghasilan, sedangkan dalam hal jumlah cadangan tersebut tidak mencukupi, maka
kekurangannya diperhitungkan sebagai kerugian.
7. Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa dengan hak opsi dari lessor kepada lessee tidak
dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN), tetapi penyerahan barang dari lessor ke lessee
dikenakan PPN.

Bagi Lessee

Peraturan perpajakan untuk sewa dengan hak opsi bagi lessee adalah:
1. Selama masa sewa, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang
disewakan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.
2. Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan
penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal yang bersangkutan.
3. Pembayaran sewa yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan atas tanah
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang transaksi
sewa tersebut memenuhi ketentuan capital lease.
4. Dalam hal masa sewa lebih pendek dari masa yang ditentukan, Direktur Jenderal Pajak
melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa.
5. Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran sewa yang dibayar atau terutang
berdasarkan perjanjian sewa dengan hak opsi.

Perlakuan Perpajakan untuk Sewa tanpa Hak Opsi


Bagi Lessor
Peraturan perpajakan untuk sewa tanpa hak opsi bagi lessor adalah:
1. Seluruh pembayaran sewa tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh lessor merupakan objek
PPh.
2. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewakan tanpa hak opsi,
sesuai dengan ketentuan pasal 11 UU PPh 1984 beserta peraturan pelaksanaannya.

Bagi Lessee
Perlakuan perpajakan untuk sewa tanpa hak opsi bagi lessee adalah:
1. Pembayaran sewa tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya yang
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Lessee wajib memo tong PPh 23 atas pembayaran sewa tanpa hak opsi yang dibayarkan atau
terutang kepada lessor.
3. Atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee, dikenai
utang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Berikut jurnal yang dibuat apabila sewa tidak memiliki hak opsi atau dikategori-
kan sebagai sewa-menyewa biasa:
Keterangan Debit Kredit
Lessor (Wajib pungut PPN):
Kas/Bank xxx
PPh 23 dibayar di muka xxx
PPN Keluaran xxx

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
9

Penghasilan sewa xxx


Lessee (Wajib pungut PPh 23)
Beban sewa xxx
PPN Masukan xxx
Utang PPh 23 xxx
Kas/Bank xxx

Contoh:
PT Jocelyn membeli aset berupa mesin produksi dengan cara sewa (leasing) pada tanggal 1
Januari 2007, di mana pembelian ini merupakan capital lease. Setiap tahun PT Jocelyn harus
membayar Rp 1.500.000 selama empat tahun dan mesin mempunyai umur ekonomis enam tahun.
Pada akhir masa leasing, terdapat opsi pembelian dengan harga Rp 2.000.000 dan tingkat bunga
implisit 10%. Selain membayar cicilan, PT Jocelyn juga harus membayar biaya leasing Rp 200.000
setiap tahunnya. Pembayaran pertama dilakukan raJa tanggall Januari 2007.
1. Lessee
Present Value( PV) leasing = PV Cicilan + PV nilai opsi

1 1
 (Cicilan x 1 -  1)  (Nilai Opsi x
1  i  n 1
1  i
n

i
1 1
 ( Rp 1.500.000 x 1 -  1)  (Rp 2.000.000 x
1  0,1 3
1  0,1
4

0,1

= (Rp 1.500.000 x 3,4869) + (Rp 2.000.000 x 0,6830)


= Rp 5.230.350 + Rp 1.336.000
= Rp 6.596.350

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1- jan-2007 Aset tetap leasing 6.596.350
Utang leasing jangka pendek 1.649.087,5
Utang leasing jangka panjang 4.947.262,5
1-jan-2007 Utang leasing 1.500.000
Biaya bunga leasing 200.000
Kas 1.700.000

2. Lessor
Penghasilan at as leasing ini akan dikenakan PPh badan sesuai tarif pasal17
Jurnal penyusutan:
Jika di akuntansi disusutkan oleh lesse, maka di dalam perpajakan lesse dan
lessor tidak mengakui penyusutan hingga masa manfaat leasing sudah
selesai dan aset tetap baru telah menjadi milik lessee. Jurnal yang akan dibuat
adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Biaya penyusutan aset tetap leasing xxxx
Akumulasi depresiasi aset tetap leasing xxxx
REVALUASI ASETTETAP

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
10

Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang
dimiliki perusahaan sehingga dapat sesuai dengan harga pasar saat dilakukan-
nya revaluasi tersebut. Dalam akuntansi, revaluasi aset tetap tidak diperkenan-
kan. Hal ini disebabkan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menganut
penilaian aset tetap berdasarkan harga perolehan at au pertukaran. Namun
demikian, menurut PSAK 16 Paragraf 29 dan 66 (2004), penyimpangan dari ke-
tentuan ini dapat dilakukan apabila terdapat ketentuan pernerintah yang meng-
haruskan dilakukannya revaluasi. Dengan adanya kewenangan dari pemerintah
untuk mengatur penyimpangan dari prinsip biaya hlstoris, maka dikeluarkanlah
peraturan mengenai penilaian kembali aset tetap melalui Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 486/KMK03/2002, menggantikan Kepufusan Menteri Keuang-
an Nomor 384/KMK04/1998, yang bertujuan memberikan fasilitas bagi WP agar
tidak dibebankan over-taxation (Darhanto, 2004).
Ketentuan pajak yang terbaru atas revaluasi aset tetap selain diatur dalam
KMK Nomor 486/KMK03!2002 Tanggal 28 November 2002, juga diatur dalam
Keputusan Dirjen Pajak Nomor 519/PJ/2002 Tanggal 2 Desember 2002 dan
Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 08/PJ.31/2002 Tanggal 4 Desember 2002. WP
badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap selain yang memper-oleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang dolar AS, dapat melakukan
penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat
telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir
sebelum masa pajak dilakukannya penilai-an kembali. Untuk dapat melakukan
penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, WP harus
mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah yang membawahi
Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar, untuk mendapatkan Keputusan
Persetujuan Direktur Jenderal Pajak terlebih dahulu. Aset tetap yang dilakukan
penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan adalah aset
tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan Objek Pajak. WP orang pribadi dalam negeri yang melakukan
pembukuan tidak dapat melakukan revaluasi. Hal ini disebabkan karena tidak
adanya pemisahan antara harta pribadi dan perusahaan.
Menurut perpajakan, revaluasi aset tetap berarti menyesuaikan cost aset
tetap dengan harga pasar. Dari sisi perpajakan, revaluasi aset tetap mengun-
tungkan karena pemerintah dapat melakukan pemajakan atas selisih dari cost

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
11

aset tetap denga harga pasar. Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus
dilakukan berdasarka nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku
Pada saat penilaian kembaIr yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau
ahli penilai yang diakui/memperoleh izin pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang
diakui oleh pemerintah ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya,
sehingga Direktur Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai
wajar aset yang bersangkutan.
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan:
Harga pasar (penilaian dari aktuaria) xxx
Nilai buku Fiskal xxx
Selisih lebih penilaian kembali xxx

Atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula
setelah dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun
sebelumnya berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 2 UU PPh yang berlaku, yaitu
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal
selama 5 (lima) tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah
tahun didapatnya kerugian tersebut, dikenakan PPh yang bersifat final sebesar
10% (sepuluh persen). Kompensasi kerugian fiskal sebagaimana dimaksud tetap
harus dilakukan terlebih dahulu, meskipun dalam tahun pajak dilakuk!mnya
penilaian kembali terdapat Penghasilan Kena Pajak dari keuntungan usaha dan
atau sumber lainnya.

Jurnal pencatatatan atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut:


Tanggal Keterangan Debit Kredit
Aset tetap Xxxx
Selisih penilaian kembali aset tetap xxxx
PPh final atas revaluasi aset tetap Xxxx
Kas/Bank xxxx

Contoh:
Tanggal 31 Desember 2005 PT Benhul berencana untuk melakukan revaluasi aset tetap yang
dimilikinya, berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi:
1. Tanah yang diperoleh Pada Desember 2000 dengan harga perolehan Rp 500.000,000 dan
harga revaluasi Rp 1.000.000.000.
2. Bangunan permanen yang diperoleh pada Januari 2003 dengan harga perolehan Rp
600.000.000 dan harga revaluasi Rp 850.000.000 (masa manfaat akuntansi sesuai dengan
masa manfaat pajak).
3. Mesin produksi yang termasuk Pada Kelompok II (masa manfaat akuntansi
sesuai dengan masa manfaat pajak) diperoleh Pada Juli 2003 dengan harga perolehan Rp
100.000.000 dan harga revaluasi Rp 200.000.000.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
12

Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp


350.000.000. Rugi fiskal yang belum dikompensasikan adalah:
Rugi tahun 2004 Rp 150.000.000
Rugi tahun 2003 Rp 125.000.000
Rugi tahun 2002 Rp 115.000.000

Metode penyusutan aset tetap baik pajak maupun komersial menggunakan


metode garis lurus.

Jawab:
Harga perolehan tanah Rp 500.000.000
Harga perolehan bangunan: Rp 600.000.000
-/- Akumulasi penyusutan: (Rp 90.000.000)
(Rp 600.000.000/20 tahun x 3) Rp 510.000.000

Harga perolehan mesin: Rp 100.000.000


-/- Akumulasi penyusutan: (Rp 31.250.000)
(Rp 100.000.000 x 30/(12 x 8))
Rp . 68.750.000
Nilai Buku Rp 1.138.750.000

Kompensasi kerugian yang dapat diperhitungkan adalah:


Rp 350.000.000 - Rp 150.000.000 - Rp 125.000.000 - Rp 115.000.000 (Rp 40.000.000)
Harga pasar (1.000.000.000 + 850.000.000 + 200.000.000) Rp 2.050.000.000
Nilai buku Rp 1.138.750.000
Selisih lebih penilaian kembali Rp 911.250.000
PPh final = 10% x (Rp 911.250.000 - Rp 40.000.000)
= 10% x Rp 871.250.000
= Rp 87.100.000
Jurnal:
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Tanah 500.000.000
Bangunan 340.000.000
Mesin 131.250.000
Selisih penilaian kembali aset tetap 971.250,000
PPh final atas revaluasi aset tetap 87.100.000
Kas/Bank 87.100.000

WP yang telah memperoleh Ket'utusan Persetujuan Direktur Jenderal Pajak


dan terutang PPh final sebesar tidak lebih dari Rp 2.000.000.000.000 (dua triliun
rupiah) dapat mengajukan permohonan untuk dapat melakukan pembayaran
secara angsuran untuk jangka waktu tidak lebih dari 12 (dua bel as) bulan
kepada Kepala Kantor Wilayah.
Ketentuan angsuran PPh final terutang yang melebihi dua triliun rupiah
adalah:
1. Tersebut dua sampai empat triliun rupiah, masa angsuran 2 tahun.
2. Tersebut empat sampai enam triliun rupiah, masa angsuran 3 tahun.
3. Tersebut enam sampai delapan triliun rupiah, mas a angsuran 4 tahun.
4. Tersebut di alas delapan triliun rupiah, masa angsuran 5 tahun.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
13

Perlakuan aset tetap setelah direvaluasi akan memiliki nilai buku yang sama
dengan nilai pasar. Nilai pasar merupakan dasar penyusutan yang baru dan
mulai berlaku pada saat dilakukannya revaluasi. Masa manfaat aset tetap
rnenjadi nol kembali atau seolaholah belum pernah di-susutkan.
contoh:
Aset tetap dibeli pada tahun 2005 dan direvaluasi pada tahun 2007. Aset
tersebut termasuk dalam Kelompok I aset tetap dengan masa manfaat empat
tahun. Setelah direvaluasi, masa rnanfaat aset sejak 2007 kembali menjadi 4
(empat) tahun, bukan 2 (dua) tahun.
Dalam hal WP melakukan pengalihan aset tetap perusahaan yang telah
memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum berakhirnya rnasa manfaat
baru golongan aset dimaksud, maka alas pengalihan tersebut dikenakan
tambahan PPh yang bersifat final sebesar 20% (dua puluh persen) dati selisih
lebih penilaian kernbali di atas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasi-
kan dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya.
Dikecualikan dari ketentuan pengenaan tarnbahan PPh final 20% sebagai-
mana dimaksud tersebut, dalam hal:
1. Pengalihan aset tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan Pemerintah at au keputusan Pengadilan.
2. Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka mernenuhi persyaratan penggabungan,
peleburan, atau pernekaran usaha untuk tujuan perpajakan.
3. Penarikan aset tetap perusahaan dati penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang
tidak dapat diperbaiki lagi.

Contoh:
Aset tetap Kelompok I
31 Desernber 1999 Revaluasi Aset tetap
Masa manfaat baru adalah 4 tahun (2000 - 2004) Pengalihan dikenakan PPh Final 20%
Tahun 2005 - ke atas Pengalihan tidak dikenakan PPh

Penilaian kembali dapat meliputi seluruh atau sebagian aset tetap per-
usahaan terrnasuk aset tetap perusahaan yang sudah pernah dilakukan penilai-
an kembali berdasarkan ketentuan yang berlaku sebelurnnya. Penilaian kembali
tersebut dapat dilakukan paling banyak 1 (satu) kali dalam tahun buku yang
sama. Aset tetap yang direvaluasi tidak diperbolehkan dilakukan revaluasi
kembali pada tahun yang sama, sehingga setelah revaluasi aset tetap dilakukan
dalam suatu tahun, aset tetap tersebut tidak dapat dinilai kernbali walaupun
terjadi inflasi lebih dari satu kali dalam satu tahun. Hal ini terkecuali untuk tahun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
14

1998 karena WP boleh melakukan revaluasi selama 2 kali, mengingat Pada


tahun tersebut terjadi depresiasi rupiah yang sangat signifikan.
LATIHAN

1. PT Gracia bergerak dalam bidang perdagangan. Untuk transportasi biasanya menyewa, tetapi
Pada bulan April 2006 manajemen memutuskan untuk membeli truk seharga Rp 240.000.000.
Truk ini disusutkan selama 10 tahun menggu akan metode garis lurus. Jurnal yang dibuat oleh
bagian akuntansi untuk tahun 2006 adalah:
Dr. Biaya penyusutan truk 24.000.000
Cr. Akumulasi penyusutan truk 24.000.000

Menurut peraturan perpajakan, truk tersebut termasuk harta tetap Kelompok II. Apabila laba
akuntansi PT Gracia untuk tahun buku 2006 adalah Rp 160.000.000, hitunglah koreksi fiskal
dan laba fiskal setelah koreksi biaya penyusutan, jika:
a. menggunakan metode garis loTus
b. metode saldo menurun

2. Pada tanggal 25 Juli 2007 dijual mobil box sebagai kendaraan operasional seharga Rp
60.000.000. Pada saat dijual, bagian akuntansi mencatat dengan mendebit kas dan
mengkredit kendaraan sebesar Rp 60.000.000. Selama tahun 2007 penyusutan mobil tersebut
belum dihitung dan dibebankan. Mobil dibeli pada tanggal16 April 2006 seharga Rp
80.000.000. Metode penyusutan garis lurus. Berapakah besarnya penyusutan tahun 2007 dan
laba atau rugi fiskal atas penjualan kendaraan tersebut?

3. Pada tanggal 1 Juli 2004 PT Iko melakukan transaksi pembelian mesin melalui capital lease.
Angsuran atas pembelian mesin tersebut dilakukan selama 6 kali setiap 6 bulan dengan
rincian sebagai berikut:

Angsuran Tanggal Pokok Bunga Total


1 31/12/2004 22.052.620 7.500.000 29.552.620
2 30/06/2005 23.155.251 6.397.369 29.552.620
3 31/12/2005 24.313.014 5.239.606 29.552.620
4 30/06/2006 25.528.664 4.023.956 29.552.620
5 31/12/2006 26.805.098 2.747.522 29.552.620
6 30/06/2007 28.145.353 1.407.267 29.552.620
Jumlah 150.000.000 27.315.720 177.315.720

Berdasarkan KMK Nomor 138/KMK03/2002 Tangga18 April 2002, mesin tersebut termasuk
dalam Kelompok II. Untuk kepentingan pajak, PT Iko menyusutkan aset tetap bukan bangunan
menggunakan metode penyusutan garis lurus. Berapakah besarnya beban penyusutan mesin
tersebut? Menurut ketentuan pajak, apakah beban penyusutan tersebut diperbolehkan untuk
mengurangi penghasilan bruto dan berapakah besarnya beban leasing yang diperhitungkan
dalam SPT PPh badan tahun 2004 sehubungan dengan leasing mesin tersebut berdasarkan
ketentuan pajak?

4.
Nilai Buku Nilai Pasar Selisih lebih
Aset
(dalam rupiah) (dalam rupiah) (dalam rupiah)
Tanah 2.000.000.000 2.500.000.000 500.000.000
Bangunan 200.000.000 450.000.000 250.000.000

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN
15

Mesin 1.000.000.000 8.000.000.000 7.000.000.000


Jumlah 3.200.000.000 10.950.0000.000 7.750.000.000

Sampai dengan 31 Oktober 2006 PT Cici me peroleh rugi sebesar Rp 200.000.000,


sedangkan untuk tahun-tahun sebelumnya perusahaan mencatat kerugian sebagai berikut:

Tahun 1999 : Rp 200.000.000


Tahun 2000 : Rp 300.000.000
Tahun 2001 : Rp 250.000.000
Tahun 2002 : Rp 2.000.000.000
Tahun 2003 : Rp 3.000.000.000
Tahun 2004 : Rp 200.000.000
Tahun 2005 : Rp 100.000.000
Berapakah PPh yang terutang atas revaluasi aset tetap tersebut.

5. Pada tanggal 10 Januari 2001 PT Noni membeli sebuah peralatan baru dengan nilai perolehan Rp
200.000.000 yang memiliki masa manfaat berdasarkan sistem akuntansi yang dianut selama lima tahun.
Nilai residu per akuntansi sebesar Rp 50.000.000. Perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam
menghitung penyusutan, baik secara fiskal (Kelompok I) maupun akuntansi. Jika pada minggu pertama
bulan ]anuari tahun 2005 PT Noni melakukan pertukaran dengan peralatan sejenis, di mana harga
pasar peralatan yang baru sebesar Rp 100.000.000? Berapakah harga perolehan peralatan yang baru
dan laba atau rugi penukaran aset tetap menurut akuntansi? Juga berapakah harga perolehan
peralatan yang baru dan laba atau rugi penukaran aset tetap menurut peraturan perpajakan?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Syamsu Alam, SE., Ak. M.Si
AKUTANSI PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai