Anda di halaman 1dari 35

TET

AP
Definisi aset tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009;68), aset tetap adalah aset berwujud
yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan
digunakan lebih dari satu periode. SAK menggunakan istilah aset tetap, tetapi
dalam perpajakan tidak menggunakan aset tetap. Istilah yang digunakan dalam SAK
memang berbeda dengan istilah yang digunakan dalam ketentuan peraturan
perpajakan.

Sedangkan menurut pajak, sesuai dengan Pasal 11 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008,
aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun.
PEROLEHAN ASET
TETAP
Aset tetap yang diperoleh dengan pembelian dalam bentuk siap pakai dicatat sejumlah jumlah harga beli
ditambah dengan biaya-biaya ya Yang Terjadi pada saat perolehan atau konstruksi dan atau jika dapat diterapkan,
jumlah yang dapat diatribusikan ke aset pada saat saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu
dalam jam SAK-ETAP. Biaya-biaya tersebut seperti biaya pengiriman, biaya bongkar muat, biaya pemasangan,
biaya profesional, bea masuk, pajak masukkan yang tidak boleh dikreditkan, dan lain-lain ditambahkan harga
perolehan.

Dalam penjelasan pasal 10 UU PPh Nomor 36 tahun 2008, harga perolehan atau harga penjualan dalam hal
terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana maksud pasal 18 ayat 4 UU PPh
Nomor 36 tahun 2008 adalah Jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau diterima. Termasuk harga perolehan
adalah harga beli dan biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh harta tersebut, seperti bea masuk, biaya
pengangkutan dan dan biaya pemasangan.

Sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
adanya hubungan istimewa antara pembeli dan penjual menyebabkan harga perolehan menjadi lebih besar atau
lebih kecil dibandingkan dengan jual beli tersebut tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
Pembelian dalam negeri

Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi membeli kendaraan operasional seharga Rp200.000.000 belum
termasuk PPN 10%. Maka yang dibuat oleh PT Sisi adalah sebagai berikut.

- Jika PT Sisi adalah PKP

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Kendaraan 200.000.000


Pajak Masukan 20.000.000
Kas/Bank 220.000.000

- Jika PT Sisi adalah non-PKP


Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Kendaraan 220.000.000


Kas/Bank 220.000.000

Kendaraan = 110% x Rp200.000.000 = Rp220.000.000


Pembelian IMPOR DARI
LUAR negeri
Tanggal 1 Januari 2012 PT sisi mengimpor Komputer dari Taiwan dengan nilai impor sebesar Rp150.000.000
dan PPN sebesar 10%. Jurnal yang dibuat oleh PT Sisi adalah sebagai berikut.
- Jika PT Sisi adalah PKP yang mempunyai API

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan Kantor 150.000.000


Pajak Masukan 15.000.000
PPh 22 dibayar di muka 3.750.000
Kas/Bank 168.750.000

PPN Masukan = 10% x Rp150.000.000 = Rp15.000.000


PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp3.750.000
- Jika PT Sisi adalah non-PKP yang mempunyai API

Tanggal Keterangan Debit Kredit


1 Jan 2012 Peralatan Kantor 165.000.000
Pajak Masukan 3.750.000
Kas/Bank 168.750.000

Komputer = 110% x Rp150.000.000 = Rp165.000.000


PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp3.750.000
- Jika PT Sisi adalah PKP yang tidak mempunyai API
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Jan 2012 Peralatan Kantor 150.000.000
Pajak Masukan 15.000.000
PPh dibayar dimuka 11.250.000
Kas/Bank 176.250.000

PPh 22 = 7,5% x Rp150.000.000 = Rp11.250.000


- Jika PT Sisi adalah non-PKP yang tidak mempunyai API
Tanggal Keterangan Debit Kredit
1 Jan 2012 Peralatan Kantor 165.000.000
Pajak Masukan 11.250.000
Kas/Bank 176.250.000

Komputer = 110% x Rp150.000.000 = Rp165.000.000


PPh 22 = 7,5% x Rp150.000.000 = Rp11.250.000
SEWA
AKUNTANSI

Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 83-88), klasifikasi sewa adalah sebagai berikut.
A. Sewa pembiayaan (finance lease)
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan, apabila sewa tersebut mengalihkan secara
substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset.
B. Sewa Operasi (operating lease)
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, apabla dalam sewa tersebut tidak mengalihkan
secara substansial seluruh manfaat dan risiko kepemilikan aset.
C. Transaksi jual dans ewa-balik (sales dan leaseback)
Transaksi jual dan sewa-balik harus diperlakukan sebagai dua transaksi yang terpisah yaitu
transaksi penjualan dan transaksi sewa.

Klasifikasi sewa dibuat pada awal masa sewa dan tidak berubah selama masa sewa berlangsung,
kecuali lessee dan lessor sepakat mengubah pernyataan sewa di mana klasifikasi sewa harus
dievaluasi ulang.
PERPAJAKAN

Dalam KMK-1169/KMK.01/1991 dirumuskan bahwa Sewa Guna Usaha (SGU) adalah suatu
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara SGU dengan hak opsi
(finance lease) maupun SGU tanpa hak opsi (operating lease) untuk dipergunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Jenis SGU ada 2 :

1. SGU dengan Hak Opsi (Finance Lease)


Kegiatan SGU digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai
berikut:
- Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal,
harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor
- Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal Golongan I, 3 tahun
untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk golongan bangunan
- Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lessee:

Lessor:
Pajak Penghasilan
• Penghasilan = angsuran pokok + bunga
Penghasilan : bukan objek PPh 21 tetapi pengenaan pajaknya dilakukan dengan perhitungan akhir
tahun dalam SPT Tahunan.
• Beban penyusutan asset tetap : beban yang tidak boleh dikurangkan.
• Beban penyisihan piutang tak tertagih : beban yang dapat dikurangkan.
• Mekanisme angsuran pajak PPh 25 diatur oleh UU PPh.
Pajak Pertambahan Nilai
• Memungut PPN atas penyerahan barang modal kepada lessee.

Lessee:
Pajak Penghasilan
• Beban sewa = angsuran pokok + bunga
Beban sewa : beban yang dapat dikurangkan
Beban sewa : bukan objek PPh 23.
• Beban penyusutan asset tetap : beban yang tidak boleh dikurangkan.
2. SGU tanpa Hak Opsi (Operating Lease)
Kriteria suatu transaksi digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi adalah
sebagai berikut:
- Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU pertama tidak dapat
menutupi harga perolehan asset tetap yang di SGU-kan ditambah
keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor.
‒ Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan tentang opsi untuk lessee.
Perlakuan perpajakan untuk lessor dan lessee:

Lessor:
Pajak Penghasilan
• Beban penyusutan asset tetap : beban yang dapat dikurangkan.
• Penghasilan sewa : objek pajak PPh final atau PPh Pasal 15 atau PPh 23
Pajak Pertambahan Nilai
• Memungut PPN atas jasa sewa yang diberikan.

Lessee:
Pajak Penghasilan
• Beban sewa : beban yang dapat dikurangkan untuk penyewaan yang barang modalnya termasuk objek PPh
23
• Menhitung PPh 23 atas pembayaran sewa.
Penyusutan ASET
TETAP
Dalam SAK-ETAP uang diatur oleh IAI (2009:71-73), metode-metode penyusutan yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut.
a. Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya
tidak berubah.
b. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset.
c. Metode jumlah unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang
diharapkan dari suatu aset.

Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dibebankan sebagai pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan dan
memelihara penghasilan dengan mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut
melalui penyusutan. penggunaan metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas.
Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan adalah
sebagai berikut:

1. Metode garis lurus untuk kelompok bangunan dan bukan bangunan.


2. Metode saldo menurun untuk kelompok bukan bangunan saja, dan pada
akhir masa manfaat disusutkan sekaligus.

Di dalam perpajakan tidak mengenal nilai sisa karena prinsip penyusutan


dalam ketentuan pasal 11 UU PPh Nomor 36 tahun 2008 adalah mekanisme
pengalokasian biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset selama masa
manfaat.
Kelompok masa manfaat dan tarif
penyusutan
Pasal 11 ayat (6) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 mengatur masa manfaat harta berwujud dan tarif
penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun sebagai berikut:

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan

Garis Lurus Saldo Menurun

1. Bukan Bangunan
• Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
• Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
• Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
• Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
2. Bangunan
• Permanen 20 tahun 5%
• Tidak Permanen 10 tahun 10%
Contoh :
Gedung dibeli pada tanggal 1 Januari 2000 dengan harga Rp600.000.000. Estimasi masa manfaat gedung
tersebut menurut akuntansi adalah 30 tahun, sedangkan menuru pajak adalah 20 tahun. Jurnal yang dibuat
oleh perusahaan untuk mencatat beban penyusutan Gedung tersebut pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit

31 Desember 2011 Beban Penyusutan Gedung 20.000.000


Akumulasi Penyusutan Gedung 20.000.000

Beban penyusutan gudang = Rp600.000.000 : 30 = Rp20.000.000

Sementara itu, perhitungan beban penyusutan Gedung untuk tahun 2011 menurut perpajakan adalah 5% x
Rp600.000.000 = Rp30.000.000.
Atas perbedaan perhitungan tersebut, perusahaan tidak perlu membuat jurnal penyesuaian. Perbedaan
estimasi masa manfaat tersebut menimbulkan beda waktu (beda temporer) antara perpajakan dan akuntansi.
Dengan demikian, perusahaan harus melakukan koreksi negative pada rekonsiliasi fiscal saat pengisian SPT
Tahunan PPh badan sebesar Rp30.000.000 – Rp20.000.000 = Rp10.000.000
Perubahan umur manfaat
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:70-73), Kebijakan perbaikan dan perawatan aset tetap
yang dilakukan oleh entitas dapat mempengaruhi masa manfaat aset tetap, maka entitas harus menelaah
ulang metode penyusutan saat ini dan mengubah metode penyusutan untuk mencerminkan pola yang
baru. pengeluaran yang memperpanjang masa manfaat atau memberikan manfaat ekonomis pada masa
mendatang dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja harus
ditambahkan pada jumlah tercatat aset tetap tersebut Namun apabila pengeluaran untuk perbaikan atau
perawatan aset tetap tersebut tidak dapat memperpanjang masa manfaat, maka umumnya langsung
diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya.
Contoh:
Sebuah mobil boks Isuzu Panther yang dibeli pada tanggal 11 Desember 2006 dengan harga
Rp100.000.000 dengan masa manfaat 10 tahun. pada tanggal 25 Oktober 2011 perusahaan
mengeluarkan Rp20.000.000 (capital expenditure) untuk mobil boks Isuzu Panther, dimana pengeluaran
tersebut diprediksi dapat menambah masa manfaat 3 tahun lagi. metode penyusutan menurut akuntansi
dan pajak adalah metode garis lurus.
Diminta:
1. Buatlah jurnal atas transaksi tersebut untuk tanggal 25 Oktober 2011
2. Hitunglah beban penyusutan untuk tahun 2011, baik secara akuntansi maupun perpajakan
3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT untuk tahun 2011

JAWABAN ADA PADA HALAMAN 135 - 136


PERTUkaran aset tetap
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 70), apabila asset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset
non moneter atau kombinasi asset moneter dan asset non moneter maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar,
kecuali:
- Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
- Nilai wajar asset yang diterima atau aset yang diserahkan tidak dapat diukur secara andal, maka biaya
perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan.

Menurut penjelasan Pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal
terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar.
Harta yang diperoleh berdasarkan transaksi tukar menukar dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai
penjualan adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. selisih antara harga
pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak.
Contoh :
Tanggal 11 Agustus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasuonal yaitu mobil Avanza yang dibeli pada
tanggal 14 Desember 2009 ditukar dengan mobil Kijang Innova. Harga pasar mobil Kijang Innova
sebesar Rp230.000.000, sisanya dibayar secara tunai melalui bank. Mobil Avanza dibeli dengan harga
Rp150.000.000. Metode penyusutan menurut pajak dan akuntansi adalah metode garis lurus, dengan
masa manfaat sama dengan PMK-96/PMK 03/2009.

Diminta :
1. Hitunglah laba atau rugi pertukaran, secara akuntansi maupun perpajakan
2. Buatlah jurnal atas pertukaran asset tersebut
3. Hitunglah besarnya koreksi fiscal pada saat pengisian SPT.

UNTUK JAWABAN ADA PADA HALAMAN 137


Penghentian aset tetap
Pelepasan Aset Tetap
Dalam setiap penjualan aset, dapat timbul laba atau rugi sebesar selisih antara harga pasar dengan nilai buku
aset. Namun karena perbedaan metode penyusutan dan estimasi masa manfaat, laba atau rugi penjualan aset
dapat berbeda jumlah antara akuntansi dengan perpajakan.

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta terjadi apabila WP menjual aset dengan harga yang
lebih tinggi dari nilai sisa buku atau lebih tinggi dari harga atau nilai perolehan. Penjualan atau pengalihan harta
Sesuai dengan pasal 4 ayat 1 huruf d UU PPh Nomor 36 tahun 2008, jumlah nilai sisa buku dibebankan sebagai
kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransi dicatat sebagai penghasilan. Hal ini dicatat pada tahun
terjadinya pengalihan harta tersebut. apabila terjadi kerugian sebesar nilai sisa buku harta penggantian asuransi
yang jumlahnya baru diketahui pada masa yang datang maka jumlah nilai sisa buku fiskal harta yang
bersangkutan dapat dicatat sebagai beban masa yang akan datang dengan persetujuan Dirjen Pajak.
Contoh :
Sebuah mobil boks yang dibeli dari perusahaan pada tanggal 12 Juli 2010 dengan harga Rp48.000.000.
Estimasi masa manfaat mobil boks menurut akuntansi adalah 6 tahun, sedangkan menurut perpajakan
adalah 8 tahun. pada tanggal 31 desember 2011 mobil boks tersebut dijual dengan harga Rp40.000.000.
Metode penyusutan menurut akuntansi dan perpajakan adalah metode garis lurus.

Diminta :
1. Hitunglah laba atau rugi atas penjualan mobil boks, secara akuntansi maupun perpajakan
2. Buatlah jurnal atas pertukaran asset tersebut
3. Hitunglah besarnya koreksi fiscal pada saat pengisian SPT tahunan.

UNTUK JAWABAN ADA PADA HALAMAN 139 - 140


Tidak memiliki masa manfaat
Menurut SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 74), entitas harus menghentikan pengakuan aset tetap pada saat
ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang yang diekspektasikan dari penggunaannya.
Berikut ini merupakan perbedaan mendasar antara perlakuan menurut akuntansi dengan perpajakan berkaitan
dengan aset tetap:
NO Uraian Akuntansi Perpajakan
1 Biaya perolehan a. Setara harga tunainya pada a. Untuk transaksi yang tidak mempunyai
tanggal pengakuan. Jika hubungan istimewa berdasarkan harga yang
pembayaran ditangguhkan lebih sesungguhnya.
dari waktu kredit normal, maka b. Untuk transaksi yang mempunyai
sebesar nilai tunai semua hubungan istimewa dihitung berdasarkan
pembayaran masa akan datang. harga pasar.
b. Untuk pertukaran asset c. Untuk transaksi tukar menukar adalah
menggunakan nilai wajar berdasarkan harga pasar.
d. dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan atau penggabungan
adalah harga pasar kecuali ditentukan lain
oleh Menteri Keuangan.
e. Revaluasi adalah sebesar nilai setelah
revaluasi.
NO Uraian Akuntansi Perpajakan
2 Penentuan Masa Tergantung pada justifikasi Sudah diatur dalam peraturan Menteri
Manfaat manajemen dengan Keuangan.
mempertimbangkan faktor-faktor
seperti daya pakai aset,
perkembangan teknologi,
pembatasan hukum.
3 Saat dimulainya Penyusutan dimulai ketika aset a. penyusutan dimulai sejak bulan timbulnya
penyusutan tersedia untuk digunakan pengeluaran atas perolehan aset.
b. Penyusutan dimulai sejak bulan
selesainya pekerjaan harta. ( untuk harta
yang masih dalam proses pengerjaan).
c. Dengan persetujuan Dirjen pajak, WP
dapat melakukan penyusutan mulai pada
bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, penghasilan atau
pada bulan harta yang bersangkutan mulai
menghasilkan.
Contoh soal
PT Asia adalah PKP yang mempunyai API. Pada tanggal 17 Maret 2011, PT Asia menginpor sebuah mesin
dengan faktur sebesar U$$ 10.000. Biaya asuransi dan biaya angkut masing-masing sebesar 2% dan 4%
dari harga faktur. Tarifbea masuk dan biaya angkut masing-masing sebesar 20% dan 10% dari CIF. Mesin
tersebut juga dikenakan PPN sebesar 10%. Kurs Menteri Keuangan pada saat ini adalah 1U$$- 10.000.
Selain itu perusahaan juga mengeluarkan biaya pelatihan untuk operator mestin tersebut sebesar Rp.
22.200.000 termasuk biaya untuk telnik dari taiwan selama melatih operator mesin tersebut.
Menurut akuntansi mesin tersebut mempunyai estimasi umur 5 tahun sementara menurut perpajakan mesin
tersebut termasuk kelompok 1. Metode penyusutan baik menurut akuntansi maupun perpajakan adalah
metose garis lurus. Pada tanggal 31 Desember 2012, perusahaan memutuskan untuk menjual aset tetapnya
dengan harga Rp. 100.000.000.

Diminta :
1.Buatlah jurnal yang dibuat PT Asia utuk perolehan aset tetap.
2.Buatlah jurnal penyusutan aset tetap pada akhir tahun 2011 oleh perusahaan dan tentukan besarnya
konveksi fiskal yang harus dilakukan.
3.Hitunglah laba dan rugi atau penjuaan aset tetapnya, secara akuntansi maupun perpajakan.
4.Buatlah jurna; atau penjualan aset tetap tersebut.
5.Tentukan besarnya konveksi fiskal yang harus dilakukan untuk SPT tahunan PPh.
UNTUK JAWABAN ADA PADA HALAMAN 142-143
REVALUASI ASET
TETAP
Bervaluasi aset tetap adalah suatu penelitian kembali atau aset tetap yang dimiliki perusahaan sehingga sesuai
dengan harga pasar saat dilakukannya revaluasi tersebut. Dalam akuntansi revaluasi aset tetap pada umumya
tidak diperkenankan. Hal ini disebabkan karena SAK ETAP menganut penilaian aset tetap berdasarkan biasa
perolehan atau harga pertukaran. Namun deminikian menurut paragraf 15.15 (2009) penyimpangan dari
ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dengan adanya kewenangan dari
pemerintah untuk mengatur penyimpangan dari konsep biaya perolehan maka dikeluarkannya peraturan mengani
penilaian kembali aset tetap melalui PMK-79-PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 yang menggantikan KK-
485KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002.

Didalam laporan keuangan haruslah diperlukan mengenai penyimpangan tersebut didalam penyajian aset tetap
serta pengaruh dari penyimpangannya terhadap gamabran keuangan entitas. Selisih nilai revaluasi aset tetap
diakui dalam ekuitas dengan akun “ Surplus Revaluasi Aset Tetap”.
Surplus revaluasi aset tetap yang dipindahkan ke saldo laba adalah sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan
berdasarkan nilai revaluasian aset dengan jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut.

Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingkan :


Harga Pasar (Penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai tercatat aset tetap xxx
Surplus Revaluasi Aset Tetap xxx
Revaluasi aset tetap juga diatur dalam PER-12/PI/2009. WP dalam negeri dan BUT tidak
termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukaan dalam mata
uang Dolar Amerika Serikat, dapat melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan.

PPh finayang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan wajib dibayar lunas ke Kas Negara dengan menggunakan SSP paling lama
15 hari setelah tanggal diterbitkannya keputusan persetujuan atau paling lama pada tanggal
jatuh tempo setiap anggaran pembayaran dalam hal perusahaan memperoleh keputusan
persetujuan secara angsuran. PPh terutang final tersebut baik secara keseluruhan maupun
secara angsuran dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dengan UU KUP Nomor
28 Tahun 2007.
Perhitungan dapat dilakukan dengan membandingan :
Harga pasar ( penilaian dari jasa penilai atau ahli penilai) xxx
Nilai buku xxx
Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan xxx

Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan dikenakan
PPh yang bersifat sebesar 10%. Apabila perusahaan melakukan pengalihan aset tetap yang
telah dievaluasi, maka perusahaan dikenai tambahan PPh yang bersifat final dengan tarif
sebesar tarif tertinggi PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali
dikurangi 10%. Tambahan PPh bersifat final tersebut wajib dibayaran lunas ke Kas Negara
paling lama 15 hari setelah akhir bulan terjadinya pengalihan aset tetap tersebut.
Jurnal pencatatan atas revaluasi aset tetap adalah sebagai berikut :
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Aset tetap xxx -
Akumulasi penyusutan aset tetap Xxx xxx
Surplus Revaluasi Aset tetap - -
PPh final atas Revaluasi Aset tetap xxx -
Kas/bank - xxx

Contoh :
Tanggal 31 Desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen Pajak untuk melakukan
revaluasi aset tetap yang dimilikinya. Berikut daftar aset tetap yang akan direvaluasi :
1. Tanah yang diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp. 500.000.000 dan harga revaluasi
Rp1.000.000
2. Bangunan permanen yang diperoleh pada januari 2009 dengan harga perolehan Rp 600.000.000 dan harga
revaluasi Rp 850.00.000 ( masa manfaat akuntansi sesuai dengan masa manfaat perpajakan).
3. Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2(masa manfaat akuntansi sesuai dengan manfaat masa
manfaat perpajakan) diperoleh pada Juli 2009 dengan harga perolehan Rp 100.000.000 dan harga revaluasi Rp
200.000.000
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp 350.000.000
Rugi fiskal yang belum dikompensasi adalah sebagai berikut :
Rugi tahun 2010 Rp 150.000.000
Rugi tahun 2009 Rp 125.000.000
Rugi tahun 2008 Rp 115.000.000
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan metode garis
lurus.

UNTUK JAWABAN ADA PADA HALAMAN 147


Perlakuan aset tetap setelah diterevaluasi akan memiliki nilai buku yang sama dengan nilai
pasar. Nilai pasar (nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap) tersebut merupakan dasar
penyusutan yang baru dan mulai berlaku pada saat dilakukannya revaluasi. Ketentuan
perpajakan atas revaluasi aset tetap, sebelum PMK-79/PMK.03/2008 jo.PER-12/PI/2009 jo.
SE-56/PI/2009, diatur dalam KMK-486/KMK.03/2002 jo. Kep 519/PJ/2009 tanggal 2
Desember 2002 dan SE-08/PJ.31/2002 tanggal 4 Desember 2002. WP badan dalam negeri
dan BUT selain yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukaan dalam mata uang
dolar Amerika Serikat, dapat melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaaan untuk
tujuan perpajakan, WP wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil yang
membawahi KPP tempat WP terdaftar, untuk mendapatkan Keputusan Persetujuan Dirjen
Pajak terlebih dahulu.
Contoh :
Aset tetap dibeli pada tahun 2009 dan direvaluasi pada tahun 2011. Aset tersebut termasuk dalam
kelompok 1 bukan bangunan dengan masa manfaat 4 tahun. Setelah direvaluasi maka masa
manfaat aset sejak 2011 kembali menjadi 4 tahun bukan 2 tahun. Dalam hal WP melakukan
pengalihan aset tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali sebelum
berakhirnya masa manfaat baru kelompok aset dimaksud, maka atau pengalihan tersebut
diteumkan tambahan PPh yang bersifat fiskal sebesar 20% dari selisih lebih penilaian kembali
diatas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan dengan sisa kerugian fiskal tahun-
tahun sebelumnya.
Dikecualikan dari ketentuan pengenaan tambahan PPh final 20% sebagaimana dimaksud
tersebut, dalam hal :
a. Pengalihan aset tetap perusahaan yang bersifat force majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan Pemerintah atau keputusan Pengadilan.
b. Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka memenuhi pesyaratan penggabungan,
peleburan atau pemekaran usaha untuk tujuan perpajakan.
c. Penarikan aset tetap perusahaan dari pengguna karena mengalami kerusakan berat yang tidak
dapat diperbaiki lagi.
Pertanyaan:
1. Kepada Noni Marliyana : Kenapa tarif pph pasal 22 tanpa API sebesar 7,5%
2. Kepada Tri Nurikmah : Apakah revaluasi aset aset tetap dalam perpajakan
bersifat wajib?
3. Kepada Sri Ramdita : Mengapa dalam perpajakan hanya memperbolehkan
metode garis lurus dan saldo menurun saja, dan berikan alasannya.
4. Kepada Monalisa Dinda : Perbedaan lessee dan lessor ?
Jawaban:

1. Noni Marliyana : Dasar Hukum1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7 tentangPajak Penghasilan2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
tentang tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan;3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan
Usaha di Bidang Lain.4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan PajakPenghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang
dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang
Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Pengukuhan dan PencabutanPengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Serta Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah6. Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 41/PMK.010/2022 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010/2017 tentang Pemungutan
Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan
Usaha di Bidang Lain7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi
Pemerintah
Jawaban:

2. Tri Nurikmah : Revaluasi aset menurut PMK-191 bukanlah suatu kewajiban namun fasilitas yang ditawarkan oleh DJP.
Sebagai fasilitas maka revaluasi aset tersebut merupakan satu pilihan.
3. Sri Ramdita : Dalam UU PPh, dikenal istilah penyusutan. Dalam hal ini, penyusutan aktiva tetap menurut perpajakan
memiliki sedikit perbedaan dengan konsep penyusutan berdasarkan aturan akuntansi. Untuk melaporkannya dalam SPT
Tahunan, penyusutan fiskal-lah yang harus digunakan oleh Wajib Pajak Badan. Penyusutan Metode Garis Lurus dan
metode Saldo menurun merupakan Metode penyusutan fiskal. Dimana dalam metode garis lurus, beban penyusutan akan
selalu dianggap tetap per tahun hingga akhir masa manfaat. Dan pada metode penyususan saldo menurun, beban
penyusutan akan menurun tiap tahun selama masa manfaat.
4. Monalisa Dinda : Lessor adalah pihak yang mempunyai barang, properti, kekayaan lain untuk disewakan.Lessee
merupakan pihak atau orang yang menyewa sesuatu dari pihak lessor, tentunya akan memiliki kewajiban dan juga hak
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai