TETAP DEFINISI ASET TETAP • SAK ETAP mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
• Menurut pajak, sesuai Pasal 11 UU PPh No.36 tahun
2008, aset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak/berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. HARGA PEROLEHAN ASET TETAP Pada awal perolehan, aset tetap dinilai sebesar jumlah biaya perolehan nya. Biaya perolehan aset tetap meliputi: • harga beli, termasuk termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya. • biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen, spt: biaya penyiapan lahan untuk pabrik, biaya penanganan dan penyerahan awal, biaya instalasi dan perakitan, dan biaya pengujian fungsionalitas. • estimasi awal biaya pembongkaran aset, biaya pemindahan aset dan biaya restorasi lokasi. Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu bukan untuk menghasilkan persediaan. HARGA PEROLEHAN MENURUT PASAL 10 UU PPH NO. 36 TAHUN 2008 Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta ditentukan sebagai berikut: • Tidak dipengaruhi hubungan istimewa: a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang sesungguhnya dibayar; b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harga yang sesungguhnya diterima. • Dipengaruhi hubungan istimewa: a. Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan; b. Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah jumlah yang seharusnya diterima. 1. Pembelian Dalam Negri Contoh: Tanggal 1 Jan 2012 PT. Sisi membeli kendaraan operasional seharga Rp. 200.000.000 belum termasuk PPN. Jurnalnya: a. Jika PT. Sisi adalah PKP. Kendaraan 200.000.000 Pajak Masukan 20.000.000 Kas/Bank 220.000.000 b. Jika PT. Sisi adalah Non-PKP. Kendaraan 220.000.000 Kas/Bank 220.000.000 2. Pembelian Impor dari Luar Negri 3. Sewa 2. PEMBELIAN IMPOR DARI LUAR NEGRI • Tanggal 1 Januari 2012 PT. Sisi mengimpor komputer dari Taiwan dengan nilai impor sebesar Rp. 150.000.000 dan PPN sebesar 10%. Jurnal yang dibuat PT. Sisi adalah sbb: a. Jika PT. Sisi adalah PKP yang mempunyai API PPN Masukan = 10% x 150.000.000 PPh 22 = 2,5% x 150.000.000 Peralatan Kantor 150.000.000 Pajak Masukan 15.000.000 PPh 22 dibayar dimuka 3.750.000 Kas/Bank 168.750.000 b. Jika PT. Sisi adalah non PKP yang mempunyai API Peralatan Kantor 165.000.000 PPh 22 3.750.000 Kas/Bank 168.750.000 • Apabila tidak mempunyai API maka tarif PPh 22 nya adalah 7,5% 3. SEWA GUNA USAHA (LEASING) Adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik SGU dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala UNSUR SGU (LEASING) Unsur-unsur SGU
Lessor Badan
Lessee Badan/OP
Barang Modal AT Berwujud
Perjanjian SGU Dgn syarat tertentu
JENIS • SGU dengan Hak Opsi (Finance/Capital lease)/Sewa Pembiayaan • SGU tanpa Hak Opsi (Operating Lease)/Sewa Operasi KRITERIA SEWA PEMBIAYAAN MENURUT PERPAJAKAN: 1.Jumlah pembayaran selama masa SGU pertama + nilai sisa brg, harus dpt menutup harga perolehan brg + profit Lessor; 2.Masa SGU minimal : - 2 th utk brg modal Gol. I - 3 th utk brg modal Gol. II & III - 7 th utk brg modal Gol. Bangunan; 3.Perjanjian memuat hak opsi bagi Lessee. KRITERIA SEWA OPERASI MENURUT PERPAJAKAN 1.Jumlah pembayaran selama masa SGU pertama tidak dpt menutup cost brg + profit Lessor; 2.Perjanjian tidak memuat hak opsi bagi Lessee. PERLAKUAN PERPAJAKAN SEWA PEMBIAYAAN Lessor Lessee Pajak Penghasilan: Pajak Penghasilan: • Penghasilan: angsuran pokok + bunga. • Beban sewa: angsuran pokok + bunga. • Penghasilan tsb bukan objek PPh 23 tetapi pengenaan • Beban sewa tersebut adalah beban yang dapat dikurangkan pajaknya dilakukan dengan perhitungan akhir tahun dalam dan bukan juga objek PPh 23 SPT Tahunan • Beban penyusutan aset tetap adalah beban yang tidak boleh • Beban penyusutan aset tetap adalah beban yang tidak boleh dikurangkan (non deductible expense) dikurangkan (non deductible expense) • Beban penyisihan piutang tak tertagih adalah beban yang dapat dikurangkan (deductible expense) • Mekanisme angsuran pajak PPh 25 diatur oleh UU PPh Pajak Pertambahan Nilai: Pajak Pertambahan Nilai: • Memungut PPN atas penyerahan barang modal kepada • - lessee PERLAKUAN PERPAJAKAN SEWA OPERASI Lessor Lessee Pajak Penghasilan: Pajak Penghasilan: • Penghasilan: penghasilan sewa dan termasuk dalam objek • Beban sewa: angsuran pokok + bunga. PPh 23 atau PPh 15 • Beban sewa tersebut adalah beban yang dapat dikurangkan dan merupakan objek PPh 23 • Beban penyusutan aset tetap adalah beban yang boleh • Jadi yang memotong PPh 23 atas pembayaran sewa adalah dikurangkan (deductible expense) lessee
Pajak Pertambahan Nilai: Pajak Pertambahan Nilai:
• Memungut PPN atas jasa sewa yang diberikan • - 4. PERTUKARAN ASET TETAP • Menurut SAK ETAP, apabila aset tetap diperoleh melalui pertukaran dengan aset tetap non moneter atau kombinasi aset tetap moneter dengan non moneter, maka biaya perolehan diukur pada nilai wajar, kecuali: a. Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau b. Nilai wajar aset tersebut tidak dapat diukur secara andal, maka biaya perolehan diukur pada jumlah tercatat aset yang diserahkan. • Menurut Pasal 10 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, nilai perolehan atau nilai penjualan dalam hal terjadi tukar-menukar harta adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Selisih antara harga pasar dengan nilai sisa buku harta yang dipertukarkan merupakan keuntungan yang dikenakan pajak. CONTOH: • Tanggal 11 Agsutus 2011 terjadi pertukaran kendaraan operasional yaitu mobil Avanza yang dibeli 14 Desember 2009 dengan harga Rp. 150.000.000 tetapi harga pasar sekarang Rp. 100.000.000, ditukar dengan mobil Kijang Innova. Harga pasar mobil Kijang Innova sebesar Rp. 230.000.000, sisanya dibayar dengan tunai melalui Bank. Metode penyusutan menurut akuntansi dan menurut pajak adalah metode garis lurus, dengan masa manfaat sama dengan PMK-96/PMK.03/2009. • Hitunglah laba/rugi atas pertukaran menurut akuntansi maupun pajak • Buatlah jurnal atas pertukaran aset tersebut • Hitunglah besarnya koreksi fiskal pada saat pengisian SPT 1. LABA ATAU RUGI PERTUKARAN ASET TETAP
Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)
Biaya Perolehan 150.000.000 150.000.000 Akum. Penyusutan* (31.250.000) (31.250.000) Nilai Buku 118.750.000 118.750.000 Harga Pasar Aset Lama 100.000.000 100.000.000 Rugi Aset Lama 18.750.000 18.750.000
Harga Pasar Aset Baru 230.000.000
Harga Pasar Aset Lama 100.000.000 Kas/Bank yang dikeluarkan 130.000.000 *AKUMULASI PENYUSUTAN • Menurut Akuntansi = 150.000.000/8 x 20/12 = 31.250.000 • Menurut Perpajakan = Mobil termasuk Kelompok 2 tarif penyusutannya 12,5% 12,5% x Rp. 150.000.000 x 20/12 = 31.250.000 2. JURNAL PERTUKARAN ASET TETAP • Tanggal 11 Agustus 2011 Kendaraan baru 230.000.000 Pajak Masukan 23.000.000 Akum. Peny Kendaraan Lama 31.250.000 Rugi Pertukaran aset 18.750.000 Kendaraan lama 150.000.000 PPN Pasal 16D 10.000.000 Kas/Bank 143.000.000 • PPN Masukan = 10% x Rp. 230.000.000 = 23.000.000 • Sesuai pasal 16D UU PPN Nomor 42 Tahun 2009 atas penyerahan aset oleh PKP yang tujuannya tidak untuk diperjualbelikan maka terutang PPN, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan • Kas/Bank = 130.000.000 + 23.000.000 – 10.000.000 = 143.000.000 3. Tidak ada perbedaan pengakuan besarnya kerugian pertukaran aset yang terjadi antara akuntansi dan perpajakan. Oleh karena itu, perusahaan tidak melakukan koreksi pada rekonsiliasi fiskal pada saat pengisian SPT Tahunan PPh. PENYUSUTAN ASET TETAP PSAK mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk kegiatan produksi atau operasi normal dalam periode lebih dari satu tahun buku dan tidak untuk diperjualbelikan. Aset tetap pada awalnya diakui sebesar nilai perolehan nya, kemudian dilakukan penyusutan atas nilai persediaan tersebut. Penyusutan dapat didefinisikan sebagai pembebanan secara sistematis atas nilai aset. Hal ini agar pada saat perolehan aset tetap tidak langsung dibiayakan semua, namun dibiayakan secara proporsional dari masa manfaatnya. • Perpajakan juga memiliki peraturannya tersendiri mengenai penyusutan aset tetap. Terdapat beberapa hal yang menjadi patokan khusus bagi penyusutan secara perpajakan. Pada peraturan perpajakan tidak mengenal nilai residu. Nilai residu adalah nilai sisa yang diestimasi setelah masa manfaat aset tetap yang diestimasi juga oleh perusahaan. Perpajakan juga sudah menentukan sendiri masa manfaat untuk masing-masing jenis aset tetap. Perpajakan menentukan tersendiri metode penyusutan yang akan diperlakukan pada aset tetap, yaitu Metode Garus Lurus dan Metode Saldo Menurun. Peraturan perpajakan mengenai penyusutan dapat dijelaskan pada tabel berikut: Contoh: Pada tanggal 2 Januari 2014 perusahaan membeli sebuah sepeda motor senilai Rp 35.000.000. Perusahaan juga harus mengeluarkan biaya lainnya untuk biaya pengiriman dan surat- surat kendaraan sebesar Rp 5.000.000,00. Bagaimana perhitungan penyusutan nya dan jurnal nya. • a. Jurnal pada saat pembelian: HPP sepeda motor tersebut sebesar Rp 40.000.000,00. Maka jurnal nya sebagai berikut: Aset Tetap – Sepeda Motor 40.000.000 Kas/Bank 40.000.000 PERHITUNGAN PENYUSUTANNYA: JURNALNYA: PENGHENTIAN ASET TETAP • Contoh: • Sebuah mobil boks yang dibeli perusahaan pada tanggal 12 Juli 2010 dengan harga Rp. 48.000.000. Estimasi masa manfaat oleh perusahaan adalah 6 tahun, sedangkan menurut perpajakan adalah 8 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2011, mobil boks tersebut dijual dengan harga Rp. 40.000.000. Metode penyusutan akuntansi dan perpajakan adalah garis lurus. Hitunglah: • 1. Laba/Rugi penjualan mobil boks menurut akt dan perpajakan • 2. Buatlah jurnal atas penjualan tersebut • 3. Hitunglah besarnya koreksi fiskal atas penjualan tersebut 1. LABA/RUGI ATAS PENJUALAN MOBIL BOKS • Akumulasi penyusutan: • Menurut akuntansi = 48.000.000/6 x 18/12 = 12.000.000 • Menurut perpajakan = 48.000.000 x 12,5% x 18/12 = 9.000.000
Keterangan Akuntansi (Rp) Perpajakan (Rp)
Biaya Perolehan 48.000.000 48.000.000 Akum. Penyusutan (12.000.000) ( 9.000.000) Nilai Buku 36.000.000 39.000.000 Harga Pasar 40.000.000 40.000.000 Laba Penjualan Aset 4.000.000 1.000.000 2. JURNAL PENJUALAN MOBIL BOKS • 31 Desember 2011 Kas/Bank 44.000.000 Akum. Penyusutan 12.000.000 Kendaraan 48.000.000 PPN 16D 4.000.000 Laba Penjualan Kendaraan 4.000.000 • Sesuai Pasal 16 D UU PPN No. 42 Tahun 2009, penyerahan aset tetap oleh PKP yang tujuan nya bukan untuk diperjualbelikan maka terutang PPN, sepanjang PPN yang dibayarkan saat perolehan, maka dapat dikreditkan. 3. REKONSIALIASI FISKAL • Akibat perbedaan pengakuan besarnya laba penjualan aset , perusahaan harus melakukan kotreksi negatif pada rekonsiliasi fiskal saat pengisian SPT Tahunan sebesar 4.000.000 – 1.000.000 = 3.000.000 TERIMA KASIH
Idea bagi padanan hartanah yang inovatif: Kerja mudah agensi hartanah: Pemadanan hartanah: Cara yang cekap, mudah dan profesional broker hartanah melalui portal pemadanan hartanah yang inovatif