Anda di halaman 1dari 34

Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap

Membeli tunai/kredit
Menukar dengan aktiva lain
Aktiva tetap dicatat dengan prinsip harga
perolehan
Sesuai dengan Pasal 10 UU PPh yang
menganut prinsip harga historis
Pembelian aktiva tetap tidak ada hubungan
istimewa
Pembeli : harga beli dan biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh
harta
Penjual : harga penjualan adalah harga
yang sesungguhnya diterima
Pembelian aktiva tetap apabila ada
hubungan istimewa
Pembeli : jumlah yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli
Penjual : Harga penjualan adalah harga
yang seharusnya (harga pasar wajar)
Contoh
Tuan A adalah pemegang saham utama PT. X.
Tuan A Memasok Bahan Baku produksi. PT. X
membeli bahan baku dari Tuan A Rp. 1.500.000
perunit. Padahal harga bahan baku yang sama di
pasar bebas hanya Rp. 1.000.000 perunit. Karena
transaksi tersebut adalah transaksi yang
dipengaruhi hubungan istimewa. Maka PT X harus
mencatat nilai perolehan bahan baku sebesar Rp.
1.000.000 bukan Rp. 1.500.000. Adanya hubungan
istimewa menyebabkan harga perolehan menjadi
lebih besar/lebih kecil dari harga pasar wajar. Oleh
karena itu diperlukan koreksi untuk mendekatkan
pada nilai riil pasar
Pertukaran aktiva

Menggunakan harga pasar aktiva yang


seharusnya diperoleh
Diakui adanya gain/loss pertukaran aktiva
Tidak mengenal sejenis atau tidak sejenis
Gain/loss karena pertukaran aktiva dinilai
dari selisih harga pasar dikurangi nilai
buku
Contoh :
Tuan A ingin mesin yang dimilikinya ditukar
dengan mobil yang dimiliki Tuan B. Harga pasar
mesin tersebut Rp. 5.000.000 dengan Nilai buku
fiskal (NSBF) Rp. 1.000.000. Mobil Tuan B sendiri
memiliki harga pasar Rp. 6.000.000 dengan NSBF
Rp. 3.000.000. Berapa keuntungan/kerugian
yang didapat dari transaksi tersebut dan
bagaimana jurnal ?
Aktiva tetap yang didapatkan dari setoran
modal
Penilaian harga ditetapkan oleh ahli yang tidak
terikat oleh perusahaan (Appraisal)
Harus disertai rincian yang menerangkan nilai
atau harga, jenis, status, tempat kedudukan dll
Dasar penilaian adalah nilai pasar
Bagi pihak yang mengalihkan terdapat capital
gain/loss yaitu sebesar selisih antara nilai buku
dengan harga pasar yang ditetapkan
Contoh
Tuan A ingin menambah modalnya di PT X
dengan menyerahkan sebuah gudang . Nilai sisa
buku fiskal gudang sebelum penyerahaan adalah
Rp. 500 jt. sedangkan harga pasarnya Rp. 1 miliar.
Maka PT. X Mencatat setoran modal berupa
gudang dari Tuan A sebesar Rp. 1 Miliar.
Sedangkan Tuan A mengakui keuntungan
pengalihan harta sebesar harga pasar gudang
(Rp. 1 miliar ) dikurangi NSBF-nya (Rp. 500 jt ) =
sebesar Rp.500 juta
aktiva tetap dari hibah/bantuan

Ada hubungan usaha dinilai berdasarkan harga


pasar :
Penerima : objek pajak penghasilan
Penyumbang : selisih antara nilai pasar dengan
nilai buku yang merupakan laba/rugi
Tidak ada hubungan usaha dinilai berdasarkan
nilai buku
Penerima : Bukan objek pajak
Penyumbang : bukan biaya
Contoh :
Tuan A berniat menghibahkan 2 buah gedung
masing-masing kepada PT X ( dimana Tuan A
menjadi pemegang sahamnya) dan kepada sebuah
badan sosial yang ditetapkan Mentri Keuangan.
Atas penyerahaan gedung ke badan sosial, Tuan A
mencatat hibah tersebut sebesar nilai sisa buku
fiskal (NSBF) dan tidak mengakui laba rugi.

Tetapi hibah gedung kepada PT X Tuan A harus


mencatat hibah tersebut sebesar harga pasar dan
harus mengakui adanya laba-rugi
Revaluasi Aktiva Tetap
PMK No:79/PMK.03/2009 Perubahan PMK
191/PMK.010/2015 dan PER 37/PJ/2015
Meningkatkan nilai perusahaan shg
memudahkan perusahaan dalam proses
pencarian dana, baik melalui pinjaman maupun
penjualan saham
Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap
dimasa mendatang
Meningkatkan keakuratan perhitungan
penghasilan maupun biaya sehingga
mencerminkan kemampuan perusahaan yang
sebenarnya dalam menghasilkan laba
Agar neraca perusahaan menunjukkan posisi
kekayaan perusahaan yang sebenarnya
Subyek revaluasi

WP Badan dalam negeri termasuk BUT yang


menggunakan pembukuan setelah memenuhi
semua kewajiban pajaknya sampai dengan
masa pajak terakhir sebelum dilakukan revaluasi
Obyek Revaluasi
Semua aktiva tetap berwujud, termasuk tanah
yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan atau
Seluruh aktiva tetap berwujud termasuk tanah,
yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki,
dan dipergunakan untuk 3M penghasilan yang
merupakan objek pajak
Penilaian kembali dapat dilakukan setelah lewat
jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan terakhir yang
dilakukan berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan
Pengajuan permohonan

Wajib pajak mengajukan permohonan


kepada Dirjen Pajak
Dirjen Pajak diberi wewenang untuk
menerbitkan surat keputusan penilaian
kembali aktiva tetap perusahaan atas
permohonan Wajib Pajak tersebut
Penghitungan PPh Final Revaluasi

Selisih lebih revaluasi dihitung dengan


mengurangkan nilai pasar aktiva (hasil
penilaian) dengan nilai sisa buku fiskal
PPh yang harus dibayar adalah 10% x selisih
lebih revaluasi dan bersifat final ( PMK
79/PMK.03/2009
Penghitungan PPh Final Revaluasi

PMK No. 191/PMK.010/2015 dan PER-


37/PJ/2015 PPh sbb:
1.20 Okt 2015 s/d 31 Des 2015 : Tarif 3%
2.01 Jan 2016 s/d 30 Juni 2016 : Tarif 4%
3. 01 Juli 2016 s/d 31 Des 2016 : Tarif 6 %
4. Tahun 2017 : Tarif 10 %
Contoh kasus (dalam jutaan)

Pada tanggal 1 Akt NBF Nilai


januari tahun 2023 tetap pasar
PT ABC melakukan
penilaian kembali. Tanah 2000 2500
Berapa PPh final
Bangn 200 450
atas revaluasi dan an
bagaimana
Mesin 1000 8000
jurnalnya ?
Jumlah 3200 10950
Sewa guna usaha (leasing)

Sewa guna usaha tanpa hak opsi


(operating lease)
Sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease)
Periode leasing dapat meliputi jangka
waktu beberapa tahun
Perlakuan Perpajakan

Lessor Lesse

Seluruh pembayaran Biaya sewa yg dibayar/


sewa yg diterima terutang boleh menjadi
obyek PPh pasal 23 pengurang
Menyusutkan aktiva yg Tidak boleh
di SGU karena menyusutkan karena
kepemilikan milik lessor
Memungut PPN jasa Memotong PPh ps 23
sewa yang diberikan sesuai tarif
Kasus

PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II


dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee)
jangka waktu leasing 24 bulan dan nilai
sisa barang setelah periode leasing
adalah nihil. Pembayaran perbulan
Rp8.000.000.
Jumlah pembayaran adalah Rp192 jt lebih
kecil dari 200jt, karena tidak klausul untuk
memiliki maka termasuk operating lease
Jawaban
Lessor PT. X Lessee PT. Z

Terimasewa 8.000.000 Bayarsewa 8.000.000


Pungut PPN 800.000 Bayar PPN 800.000
Dipotong 160.000 Memotong 160.000
PPh ps 23 PPh ps 23
Diterima 8.640.000 Dibayar 8.640.000
Penyusutan Sesuai Penyusutan Tidak ada
metode
Perlakuan perpajakan
Lessor Lessee
Ph yg menjadi obyek PPh Seluruh pembayaran
adl seluruh pembayaran boleh menjadi pengurang

Dapat membentuk cad Tidak memotong PPh


piutang ragu-ragu pasal 23 atas angsuran
Kerugian dibebankan pd Tidak dipungut PPN
akm.cad.piutang ragu2
Jasa pembiayaan tdk
terutang PPN
Kasus
PT. X (lessor) meng-SGU-kan mesin gol II
dg harga Rp200jt kepada PT. Z(lessee)
jangka waktu leasing 36 bulan dan nilai
sisa barang setelah periode leasing
adalah nihil. Pembayaran perbulan
Rp8.000.000. pembayaran terdiri dari
pokok Rp.5.555.555 dan bunga
Rp.2.444.445 Ada klausul opsi bagi lessee
untuk membeli
Jumlah pembayaran adalah Rp.288 jt
lebih besar dari Rp. 200 jt
jawaban
Lessor PT X Lessee PT Y
Mencatat 288 juta
piutang
Terima 2.444.445
bunga
Terimapokok 5.555.555
Jumlah 8.000.000 Byr sewa 8.000.000
Debet biaya 2.5% x PPh Tidak
pnyisihan saldo piut pasal 23 memungut
piut
Usaha Jasa Konstruksi
Perencanaan konstruksi : pemberian layanan
jasa perencanaan konstruksi mulai dari studi
pengembangan sampai dengan penyusunan
dokumen kontrak
Pelaksanaan konstruksi : meliputi bagian/
seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penyiapan
lapangan sd penyerahan akhir hasil pekerjaan
konstruksi
Pengawasan konstruksi : pengawasan bagian/
seluruh rangkaian kegiatan konstruksi
5 May 2023
21 Februari 2022
LAT : 1
Pada 18 Agustus 2022, PT XYZ menggunakan jasa konstruksi dari PT XXX
berupa jasa pengerjaan pembangunan kantor untuk mendirikan sebuah
kantor di Surabaya dengan nilai tagihan sebesar Rp1.000.000.000 (belum
termasuk PPN). PT XXX memiliki sertifikat badan usaha dengan kualifikasi
kecil. Maka PPh Final yang harus dipotong adalah sebagai berikut:
Tagihan: Rp. 1.000.000.000
PPh Final: 1,75% x Rp. 1.000.000.000 : Rp17.500.000

Maka, PT XYZ akan memotong PPh Final sebesar Rp17.500.000 dan PT


XXX akan menerima penghasilan sebesar Rp. 982.500.00

5 May 2023
LAT : 2

PT AA akan mendirikan kantor di Jakarta dan menggunakan Jasa


Konstruksi CV BB sebagai kontraktor skala menengah untuk konsultasi
serta pengerjaan pembangunan gedung kantor tersebut.

CV BB akan memberikan dokumen berisi rincian biaya yang dibutuhkan


untuk membangun kantor baru PT AA. Dokumen rincian ini disebut nilai
kontrak sebesar Rp.5.000.000.000.

Karena CV BB merupakan kontraktor dan penyedia jasa konstruksi skala


menengah, maka dikenakan tarif Pajak Penghasilan jasa konstruksi sesuai
PP 9 Tahun 2022 sebesar 2,65% dengan perhitungan sebagai berikut:

= Nilai Kontrak x Tarif PPh Jasa Konstruksi


= Rp5.000.000.000 x 2,65%
= Rp132.500.000

5 May 2023
Pasal 6 PP no.138 tahun 2000
Laba bruto usaha dalam suatu tahun pajak
yang diterima atau diperoleh WP jasa
konstruksi yang proses pekerjaan fisiknya
meliputi masa beberapa tahun pajak
dihitung berdasarkan metode prosentase
tingkat penyelesaian pekerjaan
Untuk menghitung penghasilan neto, laba
bruto usaha dikurangi dengan biaya atau
pengeluaran lainnya.
KASUS KONTRUKSI

Nilai kontrak Rp750.000.000, dikerjakan mulai


tahun 2020 sampai dengan 2022
2020 : Biaya konstruksi Rp 50.000.000
Estimasi biaya yang masih diperlukan
Rp550.000.000

2021 : Biaya Konstruksi Rp 400.000.000


Estimasi biaya yang masih diperlukan
Rp175.000.000
2022 : Biaya untuk menyelesaikan Rp167.500.000
Estimasi biaya yang masih diperlukan
Rp. 0

Diminta :
Hitunglah Laba Bruto Usaha tahun 2020, tahun
2021, tahun 2022 dengan menggunakan metode
persentase biaya.
Pengenaan PPh
PPh pasal 4(2) bersifat final apabila :
1. Mempunyai sertifikat kualifikasi usaha
2. Apabila tidak memenuhi syarat diatas,
dikenakan PPh pasal 23 tidak final dengan tarif
yang sama.
PP 51 tahun 2008
Jasa konstruksi (final)
Pelaksanaan Perenc Pengawasan
anaan
Usaha kecil 2% 4% 4%

Usaha 3% 4% 4%
besar/men
engah
Non 4% 6% 6%
Kualifikasi

Anda mungkin juga menyukai