Membeli tunai/kredit
Menukar dengan aktiva lain
Aktiva tetap dicatat dengan prinsip harga
perolehan
Sesuai dengan Pasal 10 UU PPh yang
menganut prinsip harga historis
Pembelian aktiva tetap tidak ada hubungan
istimewa
Pembeli : harga beli dan biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh
harta
Penjual : harga penjualan adalah harga
yang sesungguhnya diterima
Pembelian aktiva tetap apabila ada
hubungan istimewa
Pembeli : jumlah yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli
Penjual : Harga penjualan adalah harga
yang seharusnya (harga pasar wajar)
Contoh
Tuan A adalah pemegang saham utama PT. X.
Tuan A Memasok Bahan Baku produksi. PT. X
membeli bahan baku dari Tuan A Rp. 1.500.000
perunit. Padahal harga bahan baku yang sama di
pasar bebas hanya Rp. 1.000.000 perunit. Karena
transaksi tersebut adalah transaksi yang
dipengaruhi hubungan istimewa. Maka PT X harus
mencatat nilai perolehan bahan baku sebesar Rp.
1.000.000 bukan Rp. 1.500.000. Adanya hubungan
istimewa menyebabkan harga perolehan menjadi
lebih besar/lebih kecil dari harga pasar wajar. Oleh
karena itu diperlukan koreksi untuk mendekatkan
pada nilai riil pasar
Pertukaran aktiva
Lessor Lesse
5 May 2023
LAT : 2
5 May 2023
Pasal 6 PP no.138 tahun 2000
Laba bruto usaha dalam suatu tahun pajak
yang diterima atau diperoleh WP jasa
konstruksi yang proses pekerjaan fisiknya
meliputi masa beberapa tahun pajak
dihitung berdasarkan metode prosentase
tingkat penyelesaian pekerjaan
Untuk menghitung penghasilan neto, laba
bruto usaha dikurangi dengan biaya atau
pengeluaran lainnya.
KASUS KONTRUKSI
Diminta :
Hitunglah Laba Bruto Usaha tahun 2020, tahun
2021, tahun 2022 dengan menggunakan metode
persentase biaya.
Pengenaan PPh
PPh pasal 4(2) bersifat final apabila :
1. Mempunyai sertifikat kualifikasi usaha
2. Apabila tidak memenuhi syarat diatas,
dikenakan PPh pasal 23 tidak final dengan tarif
yang sama.
PP 51 tahun 2008
Jasa konstruksi (final)
Pelaksanaan Perenc Pengawasan
anaan
Usaha kecil 2% 4% 4%
Usaha 3% 4% 4%
besar/men
engah
Non 4% 6% 6%
Kualifikasi