PAJAK ATAS :
PEROLEHAN ASET TETAP,
PENYUSUTAN, DAN
REVALUASI ASET
ANGGOTA KELOMPOK :
Anky Pratama
Ahmed Jihad Quomy
Gilang Ramadhan P.
1 PEROLEHAN ASET TETAP SECARA TUNAI, ANGSURAN,
MEMBANGUN SENDIRI
KETENTUAN PERPAJAKAN
SENDIRI
TUNAI ANGSURAN MEMBANGUN SENDIRI
Jika aset dibeli secara angsuran nilai aset tetap tersebut
Jika aset tetap dibangun sendiri, baik melalui
sebesar 11%. Atas transaksi tersebut maka Utang angsuran 24.000.000 sebesar Rp250 juta. Selain itu PT Bunga Bangkai juga
perusahaan membuat jurnal sebagai berikut Beban Bunga 2.000.000 membayar biaya perencanaan kepada PT.Riw sebesar
Mesin kain 15.000.000 Kas 26.000.000 Rp100 juta dan biaya pengawasan sebesar Rp150 juta.
nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai buku akan disusutkan sekaligus, terkecuali untuk bangunan
aset tetap yang serupa bisa saja melibatkan kas jika masing-masing pihak terkait menganggap bahwa aset tetap
yang dipertukarkan tidak memiliki nilai yang sama (salah satunya memiliki nilai yang lebih tinggi atau lebih
rendah).
Contoh dari pertukaran atas aset yang serupa termasuk pertukaran bangunan, mesin, peralatan khusus, dan kapal
terbang. Apabila terdapat aset lainnya dalam pertukaran, misalnya kas atau kewajiban lainnya, maka hal ini
mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak mempunyai nilai yang sama
Dalam hal terjadi tukar-menukar harta dengan harta lain, maka nilai perolehan atau nilai penjualan harta tersebut
adalah:
·Bagi pihak pembeli, harga perolehan harta adalah harga yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar
·Bagi pihak penjual, harga penjualan harta adalah harta yang seharusnya diterima berdasarkan harga pasar
KEMBALI
selisih lebih penilaian kembali diatas nilai sisa buku fiskal semula dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final
sebesar 10% (sepuluh persen). apabila kondisi keuangan wajib pajak tidak memungkinkan untuk melunasi sekaligus
pajak penghasilan yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali, dapat mengajukkan permohonan pembayaran
secara angsuran paling lama 12 bulan sesuai ketentuan pasal 9 ayat 4 undang-undang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan. pada pasal 9 ayat 4 dimaksud mengatur masalah kewenangan djp dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran. dalam hal besarnya pajak
penghasilan yang terutang lebih dari Rp 2.000.000.000.000,00 wajib pajak dapat mengajukkan permohonan
pembayaran secara angsuran lebih dari 1 tahun hingga paling lama 5 tahun kepada direktur jenderal pajak
besarnya angsuran tersebut ditetapkan secara prorata setiap tahun sesuai dengan lamanya masa angsuran yang diatur :
PPh yang Terutang Masa Angsuran
Diatas Rp 2.000.000.000.000 s.d Rp 4.000.000.000.000 2 tahun
Diatas Rp 4.000.000.000.000 s.d Rp 6.000.000.000.000 3 tahun
Diatas Rp 6.000.000.000.000 s.d Rp 8.000.000.000.000 4 tahun
Diatas Rp 8.000.000.000.000 5 tahun
terjadinya keterlambatan pembayaran pajak penghasilan yang terutang dan atas pembayaran pajak penghasilan yang
terutang secara angsuran dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sesuai ketentuan yang diatur dalam undang-
REVALUASI ASET
Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali mulai bulan dilakukannya penilaian kembali adalah nilai sisa buku fiskal
baru Sisa manfaat fiskal aktiva tetap perusahaan yang telah dilakukan penilaian kembali
mulai bulan dilakukannya penilaian kembali disesuaikan kembali menjadi masa manfaat
untuk menghitung penyusutan dalam bagian tahun pajak sampai dengan sebelum bulan
dilakukannya penilaian kembali adalah dasar penyusutan fiskal dan sisa masa manfaat
fiskal pada awal tahun pajak yang bersangkutan. Penyusutan fiskal dihitung secara prorata