Anda di halaman 1dari 46

AKUNTANSI PAJAK

ATAS PERSEDIAAN,
BIAYA PENJUALAN,
DAN KERUGIAN
Kelompok 4
Akuntansi Perpajakan
Anggota

• 205030401111043 - Ida Ayu Ketut T A

• 205030400111044 - Yohana Amadia Inggar

• 205030407111036 - Febi Dwi Kusumawati

• 205030407111035 - Revalina Citra

• 205030407111026 - Nabila Adelia

• 205030407111059 - Talitha Syakura Salma


Submateri
1 Perhitungan Persediaan
Pertemuan ke - 5
2 Pencatatan Persediaan
Perpetual dan Periodik

3 Biaya Promosi dan Komisi


Penjualan

4 Biaya Berkaitan Kerugian

5 Biaya Berkaitan Pajak


Perhitungan
Persediaan
Persediaan
Persediaan merupakan aset dalam bentuk barang atau perlaatan yang diciptakan untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang yang tersedia untuk dijual dan/ atau
dalam bentuk bahana tau perlengkaan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa.(PSAK, 2014)

Pencatatan persediaan dapat dialakukan dengan dua metode, yaitu:


• Periodik
jumlah persediaan barang dicatat pada akhir periode dengan melakukan perhitungan fisik
2. Perpetual
mencatat jumlah persediaan barang secara langsung pada akun persediaan
Persediaan
Pada tanggal 31 Maret 2019, PT Jaya membeli 100 unit barang dagang seharga Rp 5.000.000
(harga belum termasuk PPN) dibayar tunai. Pada tanggal 1 April 2019 PT Jaya menjual 30 unit
barang dagang secara tunai dengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (harga
belum termasuk PPN). Maka jurnal pencatatannya:
Persediaan
terdapat tiga metode penilaian persediaan, yaitu
• First in First Out (FIFO).
metode untuk menentukan harga pokok penjualan dengan asumsi bahwa produk yang terjual
terlebih dahulu merupakan produk terlama dalam inventaris

2. Last In First Out (LIFO).


metode dimana unit yang digunakan sebagai perhitungan HPP merupakan unit yang dijual
pertama merupakan unit persedian yang paling terakhir masuk ke gudang.

3. Average.
Metode average menilai persediaan dengan membagi harga pokok barang yang tersedia untuk
dijual dengan jumlah barang, sehingga didapatkan biaya rata-rata.
Pembelian
Pembelian persediaan ini dapat dilakukan oleh perusahaan baik secara tunai maupun secara
kredit. Setiap transaksi pembelian harus didukung dengan bukti pembayaran jika secara
tunai dan didukung dengan faktur pembelian jika secara kredit.
Pembelian persediaan dicatat pada akun Pembelian bukan pada akun
Persediaan. Akun Pembelian didebit sebesar jumlah faktur sebelum diskon pembelian
dimasukkan.

Contoh Pembelian:

Tuan B membeli barang dagangan senilai Rp.5.000.000,00 sebelum PPN. Pembelian


dilakukan secara tunai. Bagaimana pencatatan yang dilakukan Tuan B?
Pencatatan
Persediaan
Perpetual dan
Periodik
Pencatatan Pembelian
Periodik

Pembelian Rp.5.000.000,00 Piutang PPN Rp.


550.000,00
Kas Rp.5.550.000,00

Perpetual

Persediaan Rp.5.000.000,00
Piutang PPN Rp. 550.000,00
Kas Rp.5.550.000,00
Potongan Pembelian
Potongan pembelian biasanya dicatat secara terpisah dalam akun
Potongan Pembelian. Kemudian, saldo akun ini dilaporkan sebagai pengurang dari jumlah
yang telah dicatat dalam akun Pembelian untuk periode tersebut. Oleh karena itu, akun
Potongan Pembelian dipandang sebagai akun kontra terhadap Pembelian.

Contoh Potongan Pembelian:


Tuan B membeli barang dagangan untuk toko nya dengan harga jual Rp.3.000.000,00
secara kredit dengan syarat 2/10 n/31. Tuan B melakukan 1 kali pembayaran setelah
pembelian yakni pelunasan yang dilakukan pada tanggal 9 Juli. Bagaimana pencatatan
yang dilakukan Tuan B?
Pencatatan Potongan Pembelian
Periodik
Utang Usaha Rp.3.330.000
Kas Rp.3.263.400
Potongan Pembelian Rp. 60.000
Potongan Piutang PPN Rp. 6.600
Perpetual
Utang Usaha Rp.3.330.000
Kas Rp.3.263.400
Persediaan Rp. 60.000
Potongan Piutang PPN Rp. 6.600
Retur Pembelian
Retur pembelian terjadi karena pembeli memiliki hak untuk mengembalikan ke pihak
penjual barang yang telah diterima. Retur pembelian merupakan pengurang dari akun
pembelian. Saldo normal akun retur pembelian adalah kredit. Akun ini bersifat
menurunkan Harga Pokok Pembelian.

CONTOH KASUS
Tuan A membeli 3 meja dengan harga @Rp400.000, 1 diantaranya ia kembalikan ke PT
Lokakarya karena terdapat kerusakan. Buatlah jurnal yang dicatat oleh Tuan A!
Retur Pembelian
Pencatatan Periodik
Utang dagang Rp444.000
Retur Pembelian Rp400.000
Piutang PPN Rp 44.000

Pencatatan Perpetual
Utang dagang Rp444.000
Persediaan Rp400.000
Piutang PPN Rp 44.000
Penjualan
Pendapatan dari penjualan persediaan dicatat sebagai penjualan. Pada metode pencatatan
perpetual, transaksi penjualan dicatat menggunakan 2 ayat jurnal :
• Kas / Piutang Dagang pada penjualan
• Beban pokok penjualan pada persediaan barang dagang

CONTOH KASUS
PT Lokakarya menerima sebesar Rp1.200.000 secara tunai atas penjualan 3 meja kepada
Tuan A. Beban pokok penjualan sebesar Rp800.000.
Penjualan
Pencatatan Periodik
Kas Rp1.332.000
Penjualan Rp1.200.000
Utang PPN Rp 132.000

Pencatatan Perpetual
Kas Rp1.332.000
Penjualan Rp1.200.000
Utang PPN Rp 132.000
Beban Pokok Penjualan Rp 800.000
Persediaan Rp 800.000
Diskon Penjualan

Pencatatan Perpetual
Kas XXX
Potongan Penjualan XXX
Piutang dagang XXX

Pencatatan Periodik
Kas XXX
Potongan penjualan XXX
Piutang dagang XXX
Retur Penjualan

Retur penjualan adalah penerimaan barang oleh pihak penjual yang dikembalikan dari pihak pembeli. Pengembalian ini
biasanya terjadi jika barang yang dikirim pihak penjual tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pembeli atau mengalami
kerusakan. Retur penjualan menyebabkan piutang atau tagihan dari pihak penjual kepada pihak pembeli berkurang. Saat
mencatat retur penjualan pada jurnal keuangan, isi kolom debit dengan akun retur penjualan sedangkan piutang dagang
dicatatkan pada sisi kredit.

Pencatatan Perpetual

Retur Penjualan XXX


Kas/ Piutang dagang XXX
Persediaan Barang Dagang XXX
Beban Pokok Penjualan XXX

Pencatatan Periodik

Retur Penjualan XXX


Kas/ Piutang Dagang XXX
Contoh Soal
Pada tanggal 7 Mei 2015 PT. Mobilku di Bandung menjual 2 unit mobil kepada PT. Assetku
di Medan, harga satu unit mobil senilai 320.000.000 kebetulan di PT. Mobilku sedang ada
promo diskon bahwa setiap pembelian 2 unit mobil akan mendapat potongan diskon sebesar
10% dari harga mobil jika pembeliannya tunai, tetapi jika pembeliannya secara kredit maka
diskon yang diperoleh sebesar 5% dari harga mobil. Harga belum termasuk Pajak. Dari kasus
tersebut bagaimana cara penyelesaian pencatatannya dalam akuntansi?
Contoh Soal
Jika penjualan barang secara tunai
Kas/Bank 569.600.000
Diskon Penjualan 10% 64.000.000
Penjualan-2 unit mobil 576.000.000
PPn Keluaran 57.600.000

Jika penjualan barang secara kredit


Piutang Dagang PT. Assetku 636.800.000
Diskon Penjualan 5% 32.000.000
Penjualan-2 unit mobil 608.000.000
PPn Keluaran 60.800.000
Contoh Soal
Pada tanggal 11 juni 2015 PT. Assetku mengembalikan mobil yang telah dibelinya secara kredit dari PT.
Mobilku dan PT. Assetku telah mengirim kembali mobil tersebut dengan alasan mesin mobilnya mati atau
tidak bisa digunakan.

Retur Penjualan-1 unit Mobil 304.000.000


PPn Masukan 30.400.000
Piutang Dagang PT. Assetku 334.400.000
Terdapat dua syarat pengiriman, yaitu:

Biaya Angkut • F.O.B Shipping point


• F.O.B destination

• F.O.B Shipping Point


Dalam syarat ini hak atas barang yang dikirim berpindah menjadi hak atas pembeli ketika barang
tersebut diserahkan kepada pihak pengangkut. Maka, penjual akan mengurangi barang persediaan, dan
mencatat penjual. Untuk pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barang. Syarat ini
berarti, pembeli menanggung ongkos kirim dari titik pengiriman ke tujuan akhir. Biaya ini juga menjadi
keseluruhan biaya pembelian persediaan diler dan harus ditambahkan ke dalam biaya persediaan dengan
mendebit persediaan.
2. F.O.B Destination

Dalam syarat ini, hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang yang dikirim sudah diterima oleh
pembeli. Maka, pada saat barang sudah diterima penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat penjualan,
sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan Dalam syarat ini, penjual harus menanggung
ongkos kirim hingga sampai ke tujuan akhir. Ketika penjual membayar ongkos kirim penjualan yang di laporan laba
rugi penjual sebagai beban penjualan.
Contoh Kasus:
Sebuah perusahaan bergerak pada bidang pengiriman barang. Ada permintaan pengiriman mesin
genset disel seharga Rp 2,3 Miliar dari Surabaya menuju Makasar dengan biaya pengiriman Rp
25.000.000. Pihak pemilik genset meminta harga tambahan PPN 10% dan PPh 2% sehingga harga
yang diberikan oleh perusahaan pengiriman setelah dikurangi PPn dan ditambah PPh menjadi Rp
27.540.000

Perhitungan PPN dengan tarif 1% untuk pengiriman genset:


1% x Rp 25.500.000 = Rp 255.000
Harga setelah PPN = 25.500.000+255.000 - Rp 25.755.000
Biaya Promosi
dan Komisi
Penjualan
Biaya Promosi

Biaya
Biaya promosi yang dapat dikurangkan sebagai pengurang Penghasilan Kena
Pajak adalah biaya iklan, papan reklame, dan biaya yang didukung dengan bukti

Penjualan Biaya promosi ini berbeda dengan sumbangan yang sfatnya tidak berkaitan
dengan pengenalan produk, tetapi sifatnya lebih sosial. Namun, sangat sulit
membedakan antara promosi dan sumbangan, jika kegiatan atas promosi tersebut
membagikan barang/produk yang sudah di produkasi.
Biaya yang muncul karena berkaitan dengan
penjualan, diantaranya adalah:
• Biaya Promosi
• Komisi Penjualan Pada kegiatan tertentu besarnya biaya promosi ini sangat tinggi sehingga jika
dilihat dengan ketentuan perpajakan, biaya promosi sebagai pengurang penghasil
bruto, besarnya dibatasi seperti pada perusahaan rokok.
Jika sesuai dengan biaya promosi perusahaan rokok/cerutu yang bisa diakui
sebagai PKP sebesar 2% dari peredaran bruto, yaitu pita cuki dikurangi dengan
potongan yang diberikan agen distributor (SE No. 29/ tahun 1990)
Back to
Komisi Penjualan Navigat
ion
Page
Komisi Penjualan adalah perdagangan yang melalui Dasar dari pajak komisi ini adalah PPh pasal 21, untuk pajak
perantara. Dalam perantara tersebut memperoleh pajak komisi badan PPh pasal 23. Perantara perdagangan dikeakan atas
atas komisi penjualan karena termasuk dalam pajak komisi saat penghasilan yang diperoleh saat transaksi
penghasilan. Sehingga dikenakan pajak penghasilan atau antara penjual dan pembeli. Perantara ini banyak di temui dalam
PPh komisi penjualan. bisnis perdagangan properti, kendaraan, dsb

PPh Komisi penjualan adalah pajak komisi penjualan Jika perantara meupakan badan usaha, maka dasar atas
yang harus dikeluarkan oleh pihak ketiga atau si pengenaan komisi penjualan badan adalah PPh Pasal 23 atau
perantara. Jika PPh komisi penjualan terlalu besar, PP/No.23/2018
Perantara sebagai wajibb pajak boleh mengajukan
keringanan berupa PPh pasal 25 agar bisa mengangsur
pajak terutang.
Back to

PPh Pasal 21 Navigat


ion
Page

PPh pasal 21 untuk perhitungan komisi penjualan orang pribadi. Hal ini diatur dalam pasal 17 ayat 1, pengecualia
ditetapkan berbeda oleh pemerintah. Jika PPh atas komisi penjualan melebihi Rp 50 juta maka dikenakan tarif 5%
untuk perantara yang memilki NPWP, sedangkan jika tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak komisi penjualan
sebesar 6%. Tiga cara menghitung perhitungan PPh 21 Bukan Pegawai.

• PPh 21 bukan pegawai berkesinambungan: {(50% x penghasilan bruto)- PTKP 1 Bulan)} x Tarif pasal 17
• PPh 21 Bukan Pegawai Berkesinambungan Tidak menerima PTKP: {(50% x Penghasilan Bruto)} x Tarif pasal
17
• PPh 21 Bukan Pegawai berkesinambungan {(50% x Penghasilan Bruto)} x Tarif Pasal 17
Back to

PPh Pasal 23 Navigat


ion
Page

Bagi wajib pajak badan usaha, dikenakan pajak atas komisi penjualan badan sesuai dengan perhitungan
PPh Pasal 23. Tarif pajak komisi penjualan dikenakan yaitu sebesar 2% dari total penghasilan bruto bagi
perantara yang mempunyai NPWP. Jika perantara tanpa NPWP dikenakan pajak atas komisi penjualan
badan sebesar 4%

Contoh perhitungan:

2% x jumlah bruto (jika mempunyai NPWP)


4% x jumlah bruto (Jika tidak mempunyai NPWP)
Back to

PP/No.23/2018 Navigat
ion
Page

Pajak atas komisi penjualan baadan juga diatur dalam PP No. 23 Tahun 2018. Dalam PP
ini, diatur bahwa pajak atas komisi penjualan badan adalah sebesar 0,5% dengan syarat
penghasilan bruto kurang dari 4,8 Miliar Tahun pajak.
Contoh Soal: Back to
Navigat
ion
Page

Contoh menghitung pajak komisi penjualan PPh 21 tidak berkesinambungan:

Pak Rudi menerima komisi sebagai salesman di PT. Pelangi yang dengan
pembayarannya sebesar Rp 5.000.000, berapa PPh 21 yang harus dibayar pak Rudi
jika Pak Rudi memiliki NPWP

Rumus:
(50% x Penghasilan Bruto) x tarif pasal 17
(50% x Rp 5.000.000) x 5%
Rp 125.000
Biaya Berkaitan
Kerugian
Biaya
Secara ketentuan perpajakan, kerugian diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto. Pengakuan kerugian dibedakan menjadi 2:
• Kerugian dibebankan sebagai biaya tahun berjalan

Berkaitan • Kerugian dikompensasikan tahun berikutnya.

Kerugian
Kerugian Dibebankan sebagai Biaya Tahun Berjalan
Kerugian yang berasal dari beberapa kegiatan yang sudah
direalisasikan dapat dibebankan sebagai biaya pada tahun terjadinya
kerugian atau pada tahun berjalan, di antaranya adalah:
• Kerugian atas penjualan atau pengalihan harta;
• Kerugian atas selisih kurs mata uang asing;
• Kerugian atas kerusakan persediaan
Biaya Berkaitan Kerugian B

Kerugian Dikompensasikan Tahun Berikutnya


Kerugian yang diakui oleh perusahaan pada laporan laba-rugi atau rugi komersial belum dapat
dikompensasikan terhadap laba atau rugi tahun berikutnya. Kerugian secara komersial tersebut dapat
dikompensasikan pada laba atau rugi tahun berikutnya setelah menjadi rugi secara fiscal, atau telah
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu atas rugi komersial tersebut.
Kerugian secara fiscal dapat dikompensasikan ke laba pada tahun berikutnya selama masa 5 tahun, dan
apabila lewat dari 5 tahun tetapi kerugian belum habis dikompensasikan maka akan hangus.
Biaya Berkaitan Kerugian
Kerugian Dikompensasikan Tahun Berikutnya
Contoh Kasus:
Perusahaan PT Mulya Muda pada tahun 2002 mengalami kerugian fiscal sebesar Rp1.000.000.000,-, dan berturut-
turut mulai tahun 2003 sampai tahun 2007 mengalami keuntungan seperti berikut:
Rp100.000.000,-, Rp200.000.000,-, Rp300.000.000,-, Rp400.000.000,-, Rp500.000.000,-. Penghasilan Kena Pajak
yang diakui oleh Wajib Pajak berturut-turut adalah sebagai berikut

Tahun Sisa Rugi Awal Tahun Laba Kompensasi Rugi Penghasilan Kena Pajak

2003 1.000.000.000 100.000.000 100.000.000 0


2004 900.000.000 200.000.000 200.000.000 0
2005 700.000.000 300.000.000 300.000.000 0
2006 400.000.000 400.000.000 400.000.000 0
2007 0 500.000.000 0 500.000.000

1.500.000.000 1.000.000.000 500.000.000


Biaya Berkaitan
Pajak
Biaya
Berkaitan Pada prinsipnya pajak bukan merupakan biaya, terutama PPh.
Namun, terdapat beberapa pajak yang dapat diperlakukan

Pajak
sebagai biaya, yaitu sbb:
• Selisih antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan
• Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
• Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
• Pajak bumi dan bangunan
• Bea perolehan hak tanah dan bangunan
Biaya Berkaitan Pajak
Selisih Antara Pajak Keluaran dan Pajak Masukan
Apabila dalam pengakuan penghasilan maupun pembelian atau harga pokok termasuk PPN (inklusif PPN), maka selisih
antara PPN Keluaran dengan PPN Masukan dapat dimasukkan sebagai biaya yang mengurangi penghasilan bruto.
Contoh Kasus:
PT Rosyida, perusahaan yang bergerak dalam perdagangan elektronika, dalam tahun 2003 membeli produk termasuk
PPN Masukan sebesar Rp9.900.000,-. Barang tersebut dijual, termasuk PPN Keluaran sebesar Rp11.000.000,-.
Besarnya laba dapat dihitung baik dengan termasuk PPN maupun tanpa PPN seperti berikut:

NO URAIAN DENGAN PPN TANPA PPN

1 Penjualan 11.000.000 10.000.000


2 Pembelian (HPP) 9.900.000 9.000.000
3 Laba Kotor 1.100.000 1.000.000
4 Biaya-biaya: 100.000 0
PK-PM (1.000.000 - 900.000)

Laba Bersih 1.000.000 1.000.000


Biaya Berkaitan Pajak B

Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan


Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran dapat dikurangkan sebagai biaya.
Adapun pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan terhadap pajak keluaran antara lain:
1. Perolehan BKP atau JKP
a) Sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
b) Yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
c) Yang bukti pungutannya berupa faktur sederhana
d) Yang faktur pajaknya tidak lengkap.
2. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van, dan kombi, terkecuali merupakan barang dagangan atau
disewakan.
Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean.
3.
Biaya Berkaitan Pajak B

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah


Pengeluaran untuk PDRD dapat dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena
Pajak, sepanjang memenuhi ketentuan berikut:
• Sepanjang menenuhi sebagaimana diatur dalam UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah s.t.d.d. UU No.34 Tahun 2000.
• Berkaitan langsung dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dikenakan PPh tidak bersifat final dan atau
tidak berdasarkan Norma Perhitungan Penghasilan Neto/Norma Perhitungan Khusus.
• Tidak termasuk pengeluaran untuk sanksi berupa bunga, denda, atau kenaikan.
Biaya Berkaitan Pajak
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah:
• Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB)
• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) BPHTB adalah pajak yang dibayarkan dalam rangka
PBB atas tanah dan bangunan yang dimiliki memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.
dan dipergunakan dalam perusahaan, atau Pembebanan BPHTB dapat dilakukan sebagai berikut:
dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan • Dibebankan sebagai biaya sekaligus pada saat
memelihara penghasilan, dapat dikurangkan pembayaran BPHTB tersebut.
sekaligus sebagai biaya dalam perhitungan • Dibebankan melalui amortisasi, sepanjang tanah
Penghasilan Kena Pajak. tersebut dapat diamortisasi sesuai UU PPh.
• Dibebankan melalui penyusutan untuk bangunan.
For more assets and information, scan here. Generate a QR
code by browsing through the 'More' option on the left-side
object panel.
Biaya Berkaitan Pajak
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan yang terutang oleh WP yang bersangkutan bukan merupakan biaya untuk mendapatkan
Penghasilan Kena Pajak (Pasal 9 UU PPh).
Pajak Penghasilan dapat dibedakan menjadi 2 hal berikut:

1. Pajak Penghasilan yang Menjadi Hak 2. Pajak Penghasilan yang Menjadi Hak
Wajib Pajak Rekanan

Pajak penghasilan yang menjadi hak wajib Perlakuan biayanya adalah sebagai berikut:
pajak, bukan merupakan biaya yang dapat • Pajak Penghasilan ditanggung oleh
diperhitungkan untuk mendapatkan rekanan
Penghasilan Kena Pajak. • Pajak Penghasilan ditanggung oleh Wajib
Pajak
Pajak penghasilan yang dipotong atau dipungutkan ke rekanan, dan atas PPh
Biaya Berkaitan tersebut pembebanannya ditanggung oleh rekanan, dapat menjadi biaya bagi Wajib

Pajak Pajak.
Contoh Kasus:
PT Wicaksono membayar jasa konsultan tenaga ahli sebesar Rp 50.000.000,-, Atas
jasa tersebut dipotong PPh Pasal 23 sebesar 7,5% sehingga yang diterima oleh
• Pajak Penghasilan Menjadi Hak
rekanan hanya sebesar Rp 46.250.000,Sedangkan sisanya sebesar Rp 3.750.000,-
Rekanan Ditanggung Rekanan
berupa bukti potong PPh Pasal 23 yang akan dibayarkan ke negara. Pengakuan
biaya dari PT Wicaksono adalah sebesar pembayarannya termasuk PPh Pasal 23
yang dipotong atau sebesar Rp 50.000.000,-

Jurnal transaksi:
Biaya Konsultan Rp 50.000.000
Kas/Bank Rp 46.250.000
PPh Pasal 23 dipotong Rp 3.750.000
PPh Pasal 23 dipotong Rp 3.750.000
Kas/Bank Rp 3.750.000
Biaya Berkaitan Pajak
• Pajak Penghasilan Menjadi Hak Rekanan yang Ditanggung Wajib Pajak
Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungutkan ke rekanan, dan atas PPh tersebut
pembebanannya ditanggung oleh Wajib Pajak, dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1) Terhadap Rekanan Dalam Negeri
Tidak dapat diperkenankan sebagai biaya untuk mendapatkan Penghasilan Kena Pajak.
2) Terhadap Rekanan Asing
PPh yang dipotong atau dipungut oleh WP terhadap rekanan asing yang dibayar secara gross up.
atau PPh Pasal 26-nya ditanggung oleh Wajib Pajak, diperkenankan sebagai biaya untuk
mendapatkan Penghasilan Kena Pajak.
For more assets and information, scan here. Generate a QR
code by browsing through the 'More' option on the left-side
object panel.
Biaya Berkaitan Pajak
• Pajak Penghasilan Menjadi Hak Rekanan yang Ditanggung Wajib Pajak

Contoh Kasus Terhadap Rekanan Asing


PT Wicaksono membayar jasa konsultan tenaga ahli sebesar Rp 50.000.000, apabila rekanannya adalah
Wajib Pajak Asing (expatriate) dan pembayarannya secara gross up, maka potongan PPh Pasal 26 sebesar
20% yang ditanggung oleh Wajib Pajak dapat dibebankan sebagai biaya.

Perhitungan PPh Pasal 26 yang harus dibayar oleh pemberi kerja:


20% X (100/80 X Rp 50.000.000)= R 12.500.000
Jurnal transaksinya:
Biaya Konsultan Rp 62.500.000
PPh Pasal 26 dipotong Rp 12.500.000
For more assets and information, scan here. Generate a QR
Kas/Bank code by browsing through the 'More' optionRpon the
50.000.000
left-side
object panel.
PPh Pasal 26 dipotong Rp 12.500.000
Kas/Bank Rp 12.500.000
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai