Anda di halaman 1dari 14

1. E.

Aplikasi Akuntansi Transaksi Ijarah

AKUNTANSI PEMILIK

BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan Rental
Mobil PT. RENCARINDO. Perusahaan tersebut bermaksud menambah 1 buah armada kendaraan
jenis Toyota All New Camry keluaran tahun 2008 untuk melayani konsumen kelas menengah atas di
jakarta. Adapun speesifikasi kendaraan yang dimaksud dan informasi lain berkaitan dengan akad
adalah sebagai berikut:

Jenis Kendaraan : Sedan

Merek : TOYOTA ALL New CAMRY

Kapasitas Mesin : 4000 cc

Tahun Pembuatan : 2008

Dealer : PT. Toyota Astra Motor (TAM)

Umur Ekonomis : 5 tahun (60 bulan)

Harga Perolehan : Rp 500.000.000,00 (on the roads)

Uang Muka Sewa : Rp 50.000.000,00

Sewa Per Bulan : Rp 15.000.000,00

Jangka Waktu Sewa : 4 tahun (48 Bulan)

Waktu Pembelian Barang : Bulan ke-48

Biaya Notaris : Rp 5.000.000,00

Ilustrasi 1. Pada saat perolehan obyek yang akan disewakan

Pada tanggal 2 januari 2008, BPRS ALBARAKAH membeli mobil sedan Toyota All New Camry
dengan harga dan biaya-biaya lain yang ditanggung (OTR) sebesar Rp 500.000.000,00. Atas
pembelian mobil tersebut BPRS ALBARAKAH mencatat dalam jurnal sebagai berikut:

Aset Ijarah Rp 500.000.000,00


Kas/Rekening PT. TAM Rp 500.000.000,00

Ilustrasi 2. Pada saat transaksi IjarahPada tanggal10 januari 2008, BPRS ALBARAKAH mnelakukan
transaksi ijarah dengan PT. RENCARINDO dan atas transaksi tersebut BPRS mencatat dalam jurnal
sebagai berikut:

Aset yang Diperoleh untuk Ijarah Rp 500.000.000,00

Aset Ijarah Rp 500.000.000,00

Catatan: pencatan ini dilakukan untuk memberikan informasi dalam neraca bahwa rekening aset
ijarah hanya digunakan untuk aset ijarah yang belum disewakan kepadda pihak lain sedangkan
rekening aset yang diperoleh untuk ijarah digunakan untuk pencatatan pengakuan aset ijarah yang
sudah disewakan oleh pihak lain baik dengan akad ijarah maupun ijarah muntahiyah bittamlik.

Ilustrasi 3. Pada saat menerima uang muka dari penyewa

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 50.000.000,00

Titipan Uang Muka Sewa Ijarah Rp 50.000.000,00

Ilustrasi 4. Biaya Administrasi pengurusan akad ijarah

J Saat PT. RENCARINDO membayar biaya pengurusan pada BPRS ALBAKARAH

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 1.500.000,00

Pendapatan Non Operasional Rp 1.500.000,00

J Pada saat BPRS ALBAKARAH membayar biaya notaris

Biaya Notaris (pengurusan akad) Rp 3.000.000,00

Kas Rp 3.000.000,00

Ilustrasi 5. Penyusutan aktiva ijarah dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik

PSAK nomor 59 tentang akuntansi Perbankan Syariah khususnya paragraf 108 dijelaskan tentang
pengakuan obyek ijarah sebagai berikut:
Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai
dengan:

1. Kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah; dan
2. Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik

Sedangkan ED PSAK 107 tentang akuntansi ijarah khususnya paragraf 12 menjelaskan bahwa:

Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang
diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda
dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai selam 10 tahun diijarahkan dengan akad
ijarah muntahiyan bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun.

Berkaitan dengan kasus di atas akan diilustrasikan perlakuan akuntansi untuk akuntansi ijarah dan
ijarah muntahiyah bittamlik sebagai berkut:

1. Besar biaya penyusutan aktiva ijarah per bulan dihitung berdasarkan informasi harga perolehan dan umur
ekonomis obyek, yaitu: Rp 8.333.333

500.000.000 : 60 bulan = 8.333.333

Beban penyusutan Rp 8.333.333

Akumulasi Penyusutan aktiva Ijarah Rp 8.333.333

1. Jika menggunakan akad ijarah muntahiyah bittamlik dengan tambahan informasi bahwa nilai residu obyek
ijarah adalah Rp 20.000.000,00 dengan masa sewa selama 4 tahun, maka perhitungan penyusutan obyek
ijarah dan perlakuan akuntansinya adlah sebagai berikut:

(500.000.000 – 20.000.000) : 48 bulan = 10.000.000

Beban penyusutan Rp 10.000.000

Akumulasi Penyusutan Aktiva Ijarah Rp 10.000.000

Ilustrassi 6. Perlakuan akuntansi pendapatan Ijarah

Misal setiap tanggal 25 dibayarkan sewa jasa ijarah dari PT. RENCARINDO kepada BPRS
ALBARAKAH sebesar Rp 15.000.000,00 pada tanggal 25 januari 2008 dibayar sewa untuk bulan
pertama sehingga BPRS ALBARAKAH mencatatnya dalam jurnal sebagai berikut:

Titipan Jasa Sewa Obyek Ijarah Rp 15.000.000


Pendapatan Sewa Obyek Ijarah Rp 15.000.000

Sedangkan penerimaan dan pengakuan pendapatan sewa langsung ( tidak dari uang muka) maka
jurnal yang dicatat oleh BPRS ALBARAKAH adalah sebagai berikut:

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 15.000.000

Pendapatan Sewa Obyek Ijarah Rp 15.000.000

Asumsi akad ijarah (periode bulanan)

Pendapatan sewa obyek Ijarah 15.000.000

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah 8.333.333


Beban penyusutan –
Beban pemeliharaan –
Beban lain-lain –
Total pengeluaran (8.333.333)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagi hasilkan 6.666.667

Asumsi akad ijarah muntahiyah bittamlik (periode bulanan)

Pendapatan sewa obyek Ijarah 15.000.000

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah 10.000.000


Beban penyusutan –
Beban pemeliharaan –
Beban lain-lain –
Total pengeluaran (10.000.000)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagi hasilkan 5.000.000

Ilustrasi 7. Perlakuan akuntansi biaya perbaikan dan pemeliharaan

Dalam transaksi ijarah, secara prinsip obyek ijarah merupakan milik LKS sehingga biaya
pemeliharaan dan perbaikan atas aset ijarah menjadi tnaggung jawab LKS. Sehubungan dengan hal
tersebut, PSAK nomor 59 tentang akuntansi ijarah sama-sama menjelaskan tentang pengakuan
biaya perbaikan dan pemeliharaan aset ijarah sebagai berikut:

a) Biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya
b) Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik obyek sewa,
maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui sebagai beban pada periode
terjadinya perbaikan tersebut.

c) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan obyek
sewa yang dimaksud huruf a dan b ditanggung pemilik obyek sewa maupun penyewa sebanding
dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam obyek sewa.

Ilustrasi berikut memberikan gambaran tentang perlakuan biaya perbaikan dan pemeliharaan aset
ijarah:

1) Berdasarkan perhitungan BPRS ALBARAKAH dan informasi dari dealer,biaya perbaikan rutin
dan pemeliharaan aset ijarah kendaraan Toyota All New Camry diperkirakan sebesar Rp 2.500.000
per bulan sehingga BPRS ALBARAKAH mencadangkan biaya tersebut dan dicatat dalam jurnal pada
tanggal 1 februari 2008 sebagai berikut:

Biaya Perbaikan Aset Ijarah Rp 2.500.000

Cadangan Biaya Perbaikan Rp 2.500.000

2) Apabila pada tanggal 5 februari 2008 dilakukan perbaikan atas kendaraan tersebut dan
menghabiskan biaya sebesar Rp 1.250.000 maka BPRS ALBARAKAH mencatatnya dalam jurnal
sebagai berikut:

1. Cadangan Biaya Perbaikan Rp 1.250.000

Kas Rp 1.250.000

1. Tanpa sistem pencadangan biaya perbaikan

Biaya Perbaikan aset Ijarah Rp 1.250.000

Kas Rp 1.250.000

3) Adapun perhitungan pendapatan bulanan yang akan dibagihasilkan kepada pemegang


rekening investasi mudarabah adalah sebagai berikut:

Pendapatan sewa obyek Ijarah 15.000.000

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah


Beban penyusutan 8.333.333
Beban pemeliharaan 1.250.000
Beban lain-lain –
Total pengeluaran (9.583.333)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagihasilkan 5.416.667

Pendapatan sewa obyek Ijarah 15.000.000

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah


Beban penyusutan 10.000.000
Beban pemeliharaan 1.250.000
Beban lain-lain –
Total pengeluaran (11.250.000)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagihasilkan 3.750.000

Ilustrasi 8. Perlakuan akuntansi perpindahan hak ijarah (hanya untuk aktiva ijarah dengan akad ijarah
muntahiyah bittamlik)

Ilustrasi berikut memberikan gambaran tentang perlakuan pemindahan kepemilikan obyek ijarah serta
informasi tentang kondisi dan status obyek ijarah

Aktiva diperoleh untuk ijarah 500.000.000


Akumulasi penyusutan aset ijarah (setelah 4 tahun- (480.000.000)
48 bulan- per bulan 10.000.000)
20.000.000

Nilai residu

1) Pada saat pengalihan obyek ijarah dalam akad ijarah muntahiyah bittamlik melalui hibah pada
saat seluruh pendapatan sewa telah diterima dan obyek ijarah tidak memiliki nilai sisa, maka BPRS
ALBARAKAH mencatatnya dalam jurnal:

Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 480.000.000

Biaya Hibah Ijarah Rp 20.000.000

Aset Ijarah Rp 500.000.000

2) Pada saat pengalihan obyek ijarah dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek
ijarah sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa.

1. Jika harga jual lebih tinggi dari nilai buku sehingga menghasilkan keuntungan dalam penjualan aset ijarah.
Misalnya oby6ek ijarah berhasil dijual Rp 50.000.000, maka jurnalnya:

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 50.000.000


Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 480.000.000

Aset Ijarah Rp 500.000.000

Keuntungan Penjualan Aset Ijarah Rp 30.000.000

1. Jika harga jual sama dengan nilai buku

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 20.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 480.000.000

Aset IjarahRp 500.000.000

1. Jika harga jual lebih rendah dari nilai buku, misal harga jual Rp 15.000.000 maka jurnalnya:

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 15.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 480.000.000

Kerugian Penjualan Aset Ijarah Rp 5.000.000

Aset Ijarah Rp 500.000.000

3) Pada saat pengalihan obyek ijarah dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek
ijarah dengan harga jual seekadarnya setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek ijarah
tidak memiliki nilai sisa. Misal harga jual Rp 25.000.000, maka jrnalnya:

Kas/Rekening PT. RENCARINDO Rp 25.000.000

Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 480.000.000

Aset Ijarah Rp 500.000.000

Keuntungan Penjualan aset Ijarah Rp 5.000.000

4) Jika penyewa berjanji untuk membeli tapi kemudian membatalkan dan nilai wajar obyek ijarah
lebih rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa, misal nilai wajar sebesar Rp
15.000.000 sedangkan nilai bukunya Rp 20.000.000 maka jurnalnya:

Piutang kepada PT. RENCARINDO Rp 5.000.000


Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah Rp 5.000.000

Ilustrasi 9. Penurunan kualitas obyek sewa

Misal terjadi penurunan nilai obyek sewa ijarah pada tahun ke-4 sebesar 20% sehingga
mengakibatkan penurunan nilai wajar sewa yang semula Rp 15.000.000 per bulan menjadi Rp
12.000.000 per bulan. Seluruh biaya sewa telah dibayar oleh PT. RENCARINDO khususnya 1 tahun
terakhir sehingga selisih nilai sewa menjadi Rp 3.000.000 x 12 = Rp 36.000.000, oleh karena selisih
tersebut maka pada akhir periode BPRS ALBARAKAH mengembalikan kelebihan biaya sewa,
dengan jurnal:

Biaya Pengembalian Kelebihan Penerimaan Sewa Rp 36.000.000

Kas/Hutang/Rekening PT. RENCARINDO Rp 36.000.000

Ilustrasi 10. Keterlambatan pelunasan oleh penyewa

Pada saat jatuh tempo dan penyewa belum melunasi pembayaran sewa misal Rp 15.000.0000, maka
jurnalnya:

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 15.000.000

Pendapatan Ijarah Rp 15.000.000

Pada saat penerimaan pelunasan pembayaran sewa, jurnalnya:

Kas Rp 15.000.000

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 15.000.000

Ilustrasi 11. Penyisihan kerugian aktiva produktif

Analisa kualitas aktiva produktif menyatakan bahwa penyisihan kerugian ijarah dari sewa yang tidak
terbayar sebagai aktiva produktif adalah sebesar misal Rp 200.000.000 (setelah dikurangi margin
keuntungan dengan memperhitungkan biaya seperti misal penyusutan dan lainnya).

 Saat pembentukan penyisihan kerugian aktiva produktif:

Biaya Penyisihan Kerugian Ijarah Rp 200.000.000

Penyisihan Kerugian Ijarah Rp 200.000.000


 Jika ijarah telah jatuh tempo dan PT. RENCARINDO belum melunasi sisa angsurannya untuk 1 tahun
terakhir, misal sebesar Rp 180.000.000

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 180.000.000

Penyisihan Kerugian Ijarah Rp 180.000.000

 Saat piutang penyewa dianggap non performing, sebelum menghapuskan piutang terlebih dahulu bank
harus menghapuskan keuntungan ijarah

Pendapatan Ijarah Rp 60.000.000

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 60.000.000

Penyisihan Kerugian Ijarah Rp 120.000.000

Piutang Pendapatan Ijarah Rp 120.000.000

AKUNTANSI PENYEWA

Ilustrasi kasus ini memberikan gambaran transaksi ijarah aset berwujud, LKS sebagai penyewa
obyek ijarah yang akan disewakan kembali pada pihak lain. Ilustrasi kasus selengkapnya sebagai
berikut: BPRS ALBARAKAH mendapatkan pengajuan pembiayaan ijarah dari sebuah perusahaan
eksportir kerjinan PT HANDICRAFT di Yogyakarta untuk menyediakan mobil ekslusif bagi manajer
perusahaannya. PT HANDICRAFT tidak ingin memiliki mobil tersebut sehingga hanya bermaksud
menyewa saja. Oleh karena itu BPRS ABARAKAH tidak memiliki mobil yang dimaksud, maka BPRS
menghubungi PT RENCARINDO.

Adapun spesifikasi kendaraan yang dimaksud dan informasi lain berkaitan dengan akad adalah
sebagai berikut:

Jenis kendaraan : sedan

Merek : Toyota All New Camry

Kapasitas mesin : 4000 cc

Tahun pembuatan : 2008

Dealer : PT TOYOTA ASTRA MOTOR (TAM)

Umur Ekonomis : 5 tahun (12 bulan)


Harga perolehan : Rp. 500.000.000 (OTR)

Uang muka sewa : Rp. 50.000.000

Sewa per bulan : Rp. 15.000.000

Jangka waktu sewa : 4 tahun (48 bulan)

Waktu pembelian barang : bulan ke-48

Biaya notaris : Rp 3.000.000

Ilustrasi 1. Beban Ijarah

1. Pada saat pembayaran sewa

a. Jika dalam satu periode

Biaya Sewa Aset Ijarah (D) Rp 15.000.000

Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K) Rp 15.000.000

Catatan: Biaya sewa obyek ijarah selama satu bulan

b. Jika lebih dari satu periode

Sewa Dibayar Dimuka (D) Rp 720.000.000

Kas/Rekening Pemilik Obyek Ijarah (K) Rp 720.000.000

Catatan: biaya sewa untuk 4 tahun (Rp 15.000.000 x 48 bulan)

1. Pada saat amortisasi sewa dibayar dimuka (per bulan)

Biaya sewa aset ijarah (D) Rp 15.000.000

Sewa dibayar dimuka aset ijarah (K) Rp 15.000.000

Catatan: amortisasi dihitung dari total sewa dibayar dimuka dibagi masa sewa

3. Pada saat perbaikan aset ijarah atas beban pemilik obyek ijarah
Jika BPRS ALBARAKAH melakukan perbaikan atas aset ijarah yang disewa karena kerusakan
sehingga mengeluarkan biaya perbaikan sebesar Rp 20.000.000.

Pituang kepada pemilik obyek ijarah (D) Rp 20.000.000

Kas/Rekening pemilik obyek Ijarah (K) Rp 20.000.000

Ilustrasi 2. Perpindahan hak milik obyek

Aset diperoleh untuk ijarah Rp. 500.000.000

Akumulasi penyusutan aset ijarah ( Rp. 480.000.000 )

(setelah 4 tahun 48 bulan – perbulan Rp10.000.000)

Nilai residu Rp. 20.000.000

1. Pada saat penerimaan pengalihan obyek sewa dalam IMBT

a. Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah dibayar dan obyek ijarah tidak memiliki
nilai sisa.

(i) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari LKS

Aset Ijarah (D) Rp 500.000.000

Pendapatan Operasi Lainnya (K) Rp. 500.000.000

Catatan: Seluruh pendapatan merupakan hak dari LKS seluruhnya.

(ii) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat

Aset Ijarah (D) Rp 500.000.000

Pendapatan Operasi Utama Lainnya (K) Rp 500.000.000

Catatan: seluruh pendapatan harus dibagihasilkan juga kepada pemegang rekening investasi
mudharabah sesuai kesepakatan nisbah.

(iii) Jika sumber pembayaran sewa aset ijarah berasal dari investasi tidak terikat dan modal LKS
Aset ijarah (D) Rp 500.000.000

Pendapatan operasi lainnya (K) Rp 250.000.000

Pendapatan utaman operasi lainnya (K) Rp 250.000.000

Catatan: pendapatan yang diakui sebagai pendapatan operasi utama lainnya harus dibagihasilkan
juga kepada pemegang rekening investasi mudharabah sesuai kesepakatan nisbah sedangkan
pendapatan lainnya menjadi hak sepenuhnya LKS.

b. Melalui pembelian obyek ijarah sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga beli sebesar sisa
cicilan sewa atau sekedarnya.

Misalnya sisa cicilan yangbbelum dibayarkan sebesar Rp. 60.000.000

Aset Ijarah (D) Rp. 60.000.000

Aset/Rekening Pemilik Objek Ijarah Rp.60.000.000

Catatan: jika nilai sisa cicilan dan nilai buku obyek ijarah sama

1. Pembatalan penjualan/perpindahan obyek ijarah oleh pemilik

Jika penyewa membatalkan penjualan objek ijarah kepada penyewa dan nilai wajar obyek sewa lebih
rendah dari nilai buku dan dibebankan kepada penyewa/lessor, seperti yang diilustrasikan
sebelumnya.

Beban pembatalan Pembelian Rp. 20.000.000

Kas/hutang Pemilik Objek Ijarah Rp. 20.000.000

Ilustrasi 3. Penurunan Nilai Sebelum Perpindahan Hak


Jika penurunan nilai tersebut timbul akibat tindakan penyewa atu kelalaiannya, serta jumlah cicilan
sewa yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisihnya diakui sebagai piutang
jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban IMBT.

Apabila masa sewa diketahui terjadi penurunan kualitas obyek sewa dan bukan disebabkan kelalaian
LKS sebagai penyewa yang mengakibatkan jumlah cicilan yang telah dibayar lebih besar dari nilai
sewa yang wajar. Misalnya obyek ijarah mengalami penurunan nilai wajar karena kerusakan
kendaraan sehingga mengakibatkan adanya selisih nilai sewa wajar dengan nilai sewa yang
dibayarkan yaitu terdapat kelebihan sebesar Rp 50.000.000, maka LKS akan mencatatnya dalam
jurnal sebagai berikut:

Kas/Rekening Piutang kepada Pemilik Obyek Ijarah Rp. 50.000.000

Pendapatan kelebihan Pembayaran Sewa Rp. 50.000.000

Catatan: pendapatan kelebihan pembayaran sewa merupakan offsetting account dari beban sewa

Ilustrasi 4. Jual Beli dan Ijarah ( Penyewaan Kembali)


Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantungan
(ta’alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. Jika suatu entitas menjual obyek ijarah
kepada entitas lain dan kemudian menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau
kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan
akuntansi penyewa. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat
diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.
Ilustrasi 5. Ijarah– Lanjut (Menyewakan Kembali)

Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya disewa
dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa
dalam PSAK ini.

Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan
pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik)
dengan pihak penyewa-lanjut.

Jurnal pada saat membayar sewa kepada pemilik obyek ijarah.

Uang Muka Sewa Rp. 50.000.000

Kas Rp. 50.000.000

Jurnal pada saat menerima pendapatan sewa dari nasabah

Kas Rp. 18.000.000

Pendapatan Sewa Rp. 18.000.000

Catatan: LKS menyewakan kembali barang pada nasabah Rp 18.000.000/bln

Jurnal pada saat amortisasi dari uang muka sewa obyek ijarah
Beban Sewa Rp. 15.000.000

Sewa Dibayar Dimuka Rp. 15.000.000

Catatan: harga sewa sesuai dengan informasi di atas

Penyajian dalam laporan laba rugi dalam suatu periode tertentu

Pendapatan sewa obyek ijarah Rp 18.000.000

Pengeluaran (berkaitan obyek ijarah)


Beban sewa kepada pemilik awal* Rp 15.000.000
Beban pemeliharaan** Rp 500.000
Beban Lain-lain 0
Total Pengeluaran (Rp15.500.000)

Pendapatan bersih ijarah yang dibagihasilkan Rp 2.500.000

Catatan:

* Beban sewa kepada pemilik merupakan amortisasi dari sewa dibayar di muka yang diakui sebagai
pengeluaran LKS pada periode tersebut

**Jika biaya pemeliharaan pada periode tersebut ditanggung LKS sesuai kesepakatan dengan pemilik
obyek ijarah

Anda mungkin juga menyukai