Selain itu, dalam UU PPh Pasal 4 (2) mengatur pengenaan PPh atas penghasilan tertentu yang bersifat Final,
diantaranya sebagai berikut :
a. Bunga deposito / tabungan.
b. Bunga simpanan koperasi.
c. Bunga obligasi.
d. Sewa tanah dan/atau bangunan.
e. Penghalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
f. Jasa konstruksi.
Setelah kita mengetahui penghasilan apa saja yang termasuk objek PPh pasal 23 dan penghasilan apa saja yang
termasuk objek PPh pasal 4 (2), berikutnya contoh pencatatan transaksi PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 (2), sebagai
berikut :
PT. Maju Makmur Mandiri pada tanggal 1 September 2015 melakukan pembayaran atas sewa mobil yang disewanya
dari CV. SB Rent sebesar Rp. 40 Juta untuk sewa mobil selama 4 bulan (September 2015 s/d Desember 2015). Kedua
perusahaan baik PT. MMM maupun CV. SB Rent telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Bagaimana
Jurnal untuk kedua perusahaan tersebut?
Pembahasan
Untuk contoh soal di atas maka PT. MMM harus memotoh PPh pasal 23 dengan tarif 2% dari pembayaran persewaan
mobil tersebut, dan pemotongan pajak oleh PT. MMM tersebut merupakan kredit pajak bagi CV. SB Rent.
Sebaliknya bagi CV. SB Rent wajib memungut PPN sebesar 10% yang merupakan Pajak Masukan bagi PT. MMM.
Jurnal
PT. MMM
CV. SB Rent
Merujuk pada contoh soal 1 di atas, bagaimana jika PT. MMM belum dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak??
Pembahasan
Bila PT. MMM belum dikukuhkan sebagai PKP, maka tidak ada mekanisme untuk mengkreditkan PPN Masukan
terhadap PPN Keluaran, sehingga PPN Masukan tersebut dapat dibebankan sebagai biaya Fiskal.
Jurnal
PT. MMM
Merujuk pada contoh soal 1 di atas lagi, jika CV. SB Rent belum menerima bukti potong atas pemotongan pajak oleh
PT. MMM, bagaimana jurnal CV. SB Rent??
Pembahasan
Seringkali terjadi dilapangan, pajaknya sudah dipotong akan tetapi bukti potongnya belum dibuat dan diserahkan ke
penerima penghasilan. Untuk itu perlu bagi penerima penghasilan (CV. SB Rent) untuk menciptakan kontrol untuk
mendeteksi hal tersebut.
Bentuk kontrol tersebut bisa dibuat dalam jurnal penerimaan pembayaran sewa nya dengan mengganti UM PPh
pasal 23 dengan Piutang Sewa karena Bukti Potong nya belum diterima, ketika Bukti Potong telah diterima baru
dibuat jurnal penyesuaian (D - UM PPh pasal 23, K - Piutang Sewa).
Jurnal
CV. SB Rent
Merujuk pada soal 1 di atas, bagaimana jika CV. SB Rent tidak bersedia dipotong PPh Pasal 23??
Pembahasan
Bila penerima penghasilan (CV. SB Rent) tidak mau dipotong pajak nya, PT. MMM tetap berkewajiban untuk
menyetorkan PPh Pasal 23 atas transaksi persewaan mobil tersebut. Bila PT. MMM akan menanggung beban
PPh Pasal 23 tersebut, maka dalam jurnalnya muncul Beban PPh Pasal 23. Akan tetapi ketika akhir periode, Beban PPh
Pasal 23 tersebut tidak dapat dibebankan / non deductable expense (harus dikoreksi fiskal).
Jurnal
Contoh 5 :Gross Up
Merujuk pada soal 1 di atas, bagaimana jika CV. SB Rent tidak bersedia dipotong PPh Pasal 23 dan PT. MMM meng-
gross up nilai sewanya??
Pembahasan
Jurnal
PT. MMM
Misal PT. MMM membayar jasa desain logo kepada PT. Kreasi Desain pada tanggal 10 September 2015. PT. Kreasi
Desain menerbitkan invoice dengan data sbb:
Pembahasan
Sesuai dengan SE DJP Nomor 53/PJ/2009, PPh Pasal 23 dikenakan dari jasanya saja dan tidak termasuk pengadaan
bahannya. Sementara itu PPN dikenakan dari penyerahan barang & jasa kena pajak (keseluruhannya).
Jurnal
PT. MMM
Merujuk pada contoh soal 6 di atas, bagaimana jika PT. Kreasi Desain menerbitkan invoice yang tidak dirinci antara jasa
dan bahannya??
Pembahasan
Kalau penerima penghasilan (PT. Kreasi Desain) menerbitkan invoice yang tidak dirinci, maka pemberi penghasilan (PT.
MMM) harus memotong PPh Pasal 23 dari nilai total tagihan.
Jurnal
PT. MMM
Misal pada tanggal 1 September 2015 PT. MMM membayar sewa gedung untuk gudang penyimpanan produknya
kepada PT. Estate Prima sebesar Rp. 150 juta untuk masa 3 tahun (periode 1-09-15 s/d 31-10-18). Bagaimana
pencatatan dari kedua perusahaan tersebut dala mencatat transaksi sewa gudang tersebut dengan asumsi kedua
perusahaan sudah PKP??
Pembahasan
Pada dasarnya jurnal untuk kedua perusahaan sama dengan jurnal dalam contoh 1 di atas, yang membedakan adalah
jurnal bagi penerima penghasilan (PT. Estate Prima), karena sewa gedung / bangunan merupakan objek PPh Pasal 4 (2)
maka pemotongan pajak yang dilakukan oleh PT. MMM bersifat Final, sehingga bagi PT. Estate Prima
pemotongan tersebut bukanlah uang muka PPh tetapi pelunasan PPh yang diakui sebagai beban PPh
Final. Pada akhir periode beban PPh Final tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya fiskal (Non deductable
expense).
Jurnal
Nah itu teman-teman beberapa contoh kasus beserta pembahasan dan jurnal-jurnal yang berhubungan dengan
transaksi pajak Pasal 23 dan Pajak Final (Pasal 4 ayat 2).
Semoga dapat membantu...
Mohon koreksi bila ada salah....