Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3 – Lab PPN dan PPnBM

Ida Bagus Gede Bhrehaspati Natyarajya


043102315
DIII Perpajakan

1. Untuk membuat tabel pembayaran angsuran apartemen, kita harus menghitung DPP
(Dasar Pengenaan Pajak), PPN (Pajak Pertambahan Nilai), PPnBM (Pajak Penjualan
atas Barang Mewah), dan total pembayaran pada setiap tanggal jatuh tempo. Dalam
kasus ini, pertama-tama kita perlu menghitung komponen-komponen pajak:
1. DPP (Dasar Pengenaan Pajak):
DPP adalah harga unit apartemen sebelum PPN dan PPnBM. Dalam kasus ini,
DPP adalah Rp350.000.000,-.

2. PPN (Pajak Pertambahan Nilai): PPN adalah 10% dari DPP (harga unit
apartemen).
PPN = 10% x DPP

3. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah): PPnBM adalah 20% dari harga
unit apartemen pada pembayaran pertama.

4. Selanjutnya, kita akan membuat tabel pembayaran angsuran yang dimulai pada
Oktober 2022 hingga Maret 2023, dengan setiap tanggal jatuh tempo pada
tanggal 15 setiap bulan.

Tanggal Jatuh Tempo DPP (Rp) PPN (Rp) PPnBM (Rp) Total Pembayaran (Rp)

Oktober 15, 2022 350,000,000 35,000,000 70,000,000 455,000,000

November 15, 2022 - - - 350,000,000


Desember 15, 2022 - - - 350,000,000

Januari 15, 2023 - - - 350,000,000

Februari 15, 2023 - - - 350,000,000

Maret 15, 2023 - - - 350,000,000

5. Pada pembayaran pertama (Oktober 15, 2022), Tn Ivan membayar DPP, PPN,
dan PPnBM sekaligus, sehingga total pembayarannya adalah Rp455,000,000,-.
Selanjutnya, pada setiap tanggal jatuh tempo berikutnya, hanya DPP yang harus
dibayarkan sebesar Rp350,000,000,-.
6.
7. Harap diingat bahwa informasi ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada
perubahan dalam nilai DPP atau tarif pajak selama periode pembayaran angsuran.
Juga, perlu dicatat bahwa PPnBM hanya dikenakan pada pembayaran pertama.

2. Instruksi
a. Untuk menghitung berapa yang harus dibayar PT Teknologi Maju pada setiap
termin pembayaran, kita perlu memisahkan total nilai kontrak (Rp272,500,000) ke
dalam empat termin sesuai dengan ketentuan pembayaran yang telah diberikan:

a) Pembayaran Pertama (20% saat kontrak ditandatangani):


- Nilai kontrak: Rp272,500,000
- Pembayaran pertama: 20% x Rp272,500,000 = Rp54,500,000
b) Pembayaran Kedua (10% saat pekerjaan dimulai):
- Nilai kontrak: Rp272,500,000
- Pembayaran pertama: 10% x Rp272,500,000 = Rp27,250,000
c) Pembayaran Ketiga (30% saat laporan final telah diterima):
- Nilai kontrak: Rp272,500,000
- Pembayaran pertama: 30% x Rp272,500,000 = Rp81,750,000
d) Pembayaran Keempat (40% setelah tanggal akhir kontrak):
- Nilai kontrak: Rp272,500,000
- Pembayaran pertama: 40% x Rp272,500,000 = Rp109,000,000
Selanjutnya, kita perlu menghitung komponen PPN dan PPh Pasal 23 untuk setiap
termin pembayaran:
1. Pembayaran Pertama:
- PPN: 10% x Rp54,500,000 = Rp5,450,000
- PPh Pasal 23: 2% x Rp54,500,000 = Rp1,090,000
2. Pembayaran Kedua:
- PPN: 10% x Rp27,250,000 = Rp2,725,000
- PPh Pasal 23: 2% x Rp27,250,000 = Rp545,000
3. Pembayaran Ketiga:
- PPN: 10% x Rp81,750,000 = Rp8,175,000
- PPh Pasal 23: 2% x Rp81,750,000 = Rp1,635,000
4. Pembayaran Keempat:
- PPN: 10% x Rp109,000,000 = Rp10,900,000
- PPh Pasal 23: 2% x Rp109,000,000 = Rp2,180,000

Jadi, PT Teknologi Maju harus membayar jumlah berikut pada setiap termin
pembayaran:
1. Pembayaran Pertama: Rp54,500,000 (DPP) + Rp5,450,000 (PPN) +
Rp1,090,000 (PPh Pasal 23) = Rp61,040,000
2. Pembayaran Kedua: Rp27,250,000 (DPP) + Rp2,725,000 (PPN) + Rp545,000
(PPh Pasal 23) = Rp30,520,000
3. Pembayaran Ketiga: Rp81,750,000 (DPP) + Rp8,175,000 (PPN) + Rp1,635,000
(PPh Pasal 23) = Rp91,560,000
4. Pembayaran Keempat: Rp109,000,000 (DPP) + Rp10,900,000 (PPN) +
Rp2,180,000 (PPh Pasal 23) = Rp122,080,000

b. Faktur Pajak adalah dokumen resmi yang digunakan untuk mencatat transaksi
penjualan barang dan/atau jasa serta sebagai dasar pengenaan dan pelunasan
pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Penerbitan dan kewajiban untuk mengeluarkan Faktur Pajak terletak pada subjek
pajak, yang dapat berupa perusahaan atau individu yang melakukan transaksi
penjualan barang dan/atau jasa yang dikenakan PPN atau PPnBM.

Kewajiban untuk mengeluarkan Faktur Pajak dapat bervariasi tergantung pada


jenis transaksi dan peraturan pajak yang berlaku di suatu negara. Namun, secara
umum, berikut adalah beberapa aturan umum tentang kapan penerbitan Faktur
Pajak diperlukan:

1. Penjualan Barang dan/atau Jasa Kena PPN: Dalam transaksi penjualan


barang dan/atau jasa yang dikenakan PPN, penerbitan Faktur Pajak biasanya
wajib. Faktur Pajak harus dikeluarkan pada saat transaksi terjadi, yaitu ketika
barang atau jasa diserahkan kepada pembeli atau ketika pembayaran
diterima, tergantung pada regulasi pajak negara yang bersangkutan.

2. PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah): Transaksi yang dikenakan


PPnBM juga memerlukan penerbitan Faktur Pajak. Faktur Pajak harus
dikeluarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam regulasi PPnBM.

3. Pengembalian Barang: Dalam beberapa kasus, pengembalian barang atau


layanan juga memerlukan penerbitan Faktur Pajak terkait dengan
pengembalian tersebut.

4. Penerimaan Pembayaran: Dalam beberapa negara, penerimaan pembayaran


atau penerimaan uang muka sehubungan dengan transaksi yang akan datang
juga dapat memerlukan penerbitan Faktur Pajak.

5. Penerbitan Bulanan atau Periode Tertentu: Di beberapa negara, subjek pajak


diwajibkan untuk mengeluarkan Faktur Pajak secara berkala, seperti bulanan.

Peraturan pajak dan kewajiban penerbitan Faktur Pajak dapat berbeda-beda antara satu
negara dengan negara lainnya. Oleh karena itu, penting untuk memahami regulasi pajak
yang berlaku di wilayah atau negara tempat Anda berbisnis atau melakukan transaksi
agar mematuhi aturan dan kewajiban yang berlaku. Biasanya, regulasi ini diatur oleh
lembaga pajak atau otoritas pajak setempat.

Demikian disampaikan, terima kasih

Sumber referensi: Lab PPN dan PPnBM UT

Anda mungkin juga menyukai