Anda di halaman 1dari 7

Contoh Perhitungan PPh Pasal 23

Contoh Kasus-1:
Pada tanggal 10 May 2010, PT. Sukses Gagalnya, membagikan dividen masing-masing Rp
10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses Gagalnya
wajib memungut PPh Pasal 23.
PPh pasal 23 yang harus dipotong PT. Sukses Gagalnya adalah :
=>15% x Rp 10.000.000,- = Rp 150.000,=>20 x Rp 150.000,- = Rp 3.000.000,Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Mei 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Juni 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Juni 2010
Contoh Kasus-2:
Pada tanggal 20 agustus 2010, PT. Tukang Utang membayar bunga atas pinjaman membayarkan
bunga kepada PT. Lintah Darat sebesar Rp 90.000.000,PPh pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Tukang Utang adalah :
=> 15% x Rp 90.000.000 = Rp 13.500.000,Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Agustus 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 September 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 September 2010
Contoh Kasus-3:
CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes membayar Royalti kepada Tuan. Doan Wiro
Pasaribu atas pemakaian merek Ayam Goreng Pak Doan sebesar Rp 1.000.000.000,- pada
tanggal 2 Maret 2010
PPh pasal 23 yang harus dipotong CV. Ayam Goreng Krenyes-Krenyes buat Lemes :
=> 15% x Rp 1.000.000.000,- = Rp 150.000.000,-

Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Maret 2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 April 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 April 2010
Contoh Kasus-4 :
Doan Pasaribu mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp 200.000.000,- atas undian

tabungan

yang diselenggarakan Bank Kecap ABC pada tanggal 20 Januari 2010


PPh pasal 23 yang harus dipotong Bank Kecap ABC adalah :
=> 15% x Rp 200.000.000,- = Rp 30.000.000,Saat terutang : akhir bulan dilakukan pembayaran yaitu pada tanggal 31 Januari2010
Saat Penyetoran : paling lambat 10 Februari 2010
Saat Pelaporan : paling lambat 20 Februari 2010
Contoh Kasus-5 :
PT. Selalu Susah menyewa sebuah bus pariwisata dengan nilai sewa Rp 20.000.000,- milik Budi
PPh pasal 23 yang harus dipungut PT. Selalu Susah
=> 2% x Rp. 20.000.000,- = Rp 400.000,Apabila Budi tidak mempunyai NPWP maka PPh Pasal 23 yang dipotong PT. Selalu susah
adalah Rp 800.000,-

Contoh Kasus-6 :
PT Kalkulus meminta jasa dari Pak Dodi untuk membuat sistem akuntansi Perusahaan dengan
imbalan sebesar Rp. 22.000.000,- (sudah termasuk PPN)
PPh pasal 23 yang dipotong PT kalkulus adalah
2% x Rp 20.000.0000,- = Rp 400.000,PT. Celalu cayang dy membayarkan jasa konsultan PT Jaya sebesar Rp 2.200.000 ( termasuk
PPN). PT jaya tidak mempunyai NPWP
maka PPh pasal 23 yang dipotong PT. Celalu cayang dy adalah:
200% x 2% x Rp 2.000.000 = Rp 80.000,-

Contoh Perhitungan PPh Pasal 22


CONTOH 1---PT Pasaribu Motors mengimpor barang dari Korea. PT Pasaribu Motors adalah
importir mobil yang telah memiliki Angka Pengenal Impor. PT KIA mengimpor unit 50 mobil,
dengan harga faktur $ 10.000 per unit. Biaya asuransi dan biaya angkut yang berkaitan dengan
impor mobil tersebut masing-masing adalah 2% dan 3%. Bea masuk yang dibayar oleh PT KIA
Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp 9.000. Berapa PPh pasal 22 yang harus
dibayar?
Harga faktur : 50 unit x $10.000

$500.000

Biaya asuransi(2%)

$ 10.000

Biaya angkut(3%)

$ 15.000
--------------

CIF

$525.000

Bea masuk: 5% x $525.000

$ 26.250

Bea masuk tambahan:20% x $525.000

$105.000
-------------

Nilai Impor

$ 656.250

Nilai Impor dalam rupiah:


$656.250 x Rp 9.000 = Rp 5.906.250.000,PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)
2,5%

Rp

5.906.250.000

Rp

147.656.250,-

CONTOH 2---PT Wiro mengimpor barang dari Jepang. PT Wiro tidak memilki Angka pengenal
Impor, adalah perusahaan percetakan yang mengimpor mesin Fotokopi dari Jepang sebanyak 20
unit barang. Harga faktur per unit sebesar US$500. Biaya asuransi dan biaya angkut antar daerah
pabean masing-masing 5% dan 10% dari harga faktur. Pungutan pabean lain yang sah adalah Rp

22.500.000,-. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada waktu itu adalah Rp 9.000.
Berapa PPh 22 yang harus dibayar?
Harga faktur 20 x $500

$10.000

Biaya asuransi 5% x $10.000

Biaya angkut 10% x $10.000

$ 1.000

500

-----------CIF
CIF dalam Rupiah $11.500 x Rp 9.000
Pungutan pabean lainnya

$11.500
=

Rp 103.500.000
Rp 22.500.000
---------------------

Nilai Impor

Rp 126.000.000

PPh 22 yang harus dipungut (tidak memiliki API):


Rp 126.000.000 x 7,5% = Rp 9.450.000

CONTOH 3---PT Traktor Bersatu, perusahaan penyewaan alat berat yang memiliki API,
mengimpor alat berat DOZER TRACTOR dari Jerman dengan harga faktur US$100.000. Biaya
asuransi sebesar US$5.000 dan ongkos angkut sebesar US$25.000. Kurs Tengah BI (BI rate)
waktu itu sebesar Rp 10.000 dan kurs pajak ditetapkan sebesar Rp 9.000 per US$1. Bea masuk
dibayar oleh PT Traktor Bersatu sebesar 30% dari CIF. Berapa PPh 22 yang harus dibayar dan
Buat jurnal atas pembelian ini.
Harga faktur

$100.000

Biaya asuransi

Biaya angkut

$ 25.000

5.000

------------CIF

$130.000

CIF dalam rupiah $130.000 x Rp 9.000

= Rp 1.170.000.000

Bea masuk 30% x Rp 1.170.000.000

= Rp

351.000.000

-----------------------Nilai Impor

Rp 1.521.000.000

PPh 22 yang harus dipungut (memiliki API)


Rp 1.521.000.000 x 2,5% = Rp 38.025.000
JURNAL:
DOZER TRACTOR

Rp 1.300.000.000

Pajak Penghasilan pasal 22

Rp

Kas

38.025.000

Rp 1.338.025.000

CONTOH 4---PT ABC mengimppor barang dari USA dengan harga US$30.000. Asuransi yang
dibayar diluar negeri sebesar 5% dari harga dan biaya angkut sebesar 10% dari harga. Bea masuk
dan bea masuk tambahan masing-masing 10% dan 20%. (Berdasarkan kurs pajak US% = Rp
10.000). PT ABC tidak memiliki API dan mengimpor melalui PT XYZ; importir yang memiliki
API. Berdasarkan perjanjian kedua pihak, handling fee dtetapkan sebesar 1,5% dari harga impor.
Hitung PPh 22 yang harus dipungut dan Jurnal transaksi ini.
Harga faktur

$ 30.000

Biaya asuransi

$ 1.500

Biaya angkut

$ 30.000
-------------

CIF

$ 61.500

CIF dalam rupiah $61.500 x Rp 10.000

= Rp

615.000.000

Bea masuk 10% x Rp 615.000.000

= Rp

61.500.000

Bea masuk tambahan 20% x Rp 615.000.000

= Rp 123.000.000
------------------------

Nilai Impor

Rp 922.500.000

Pajak Penghasilan pasal 22= 2,5% X Rp 922.500.000 = Rp 23.062.500


Handling Fee = 1,5% x Rp 922.500.000 = Rp 13.837.500
JURNAL
Barang X (NI+Handling fee)

Rp 936.337.000

Pajak Penghasilan pasal 22

Rp

23.062.500

Kas

Rp 959.400.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 ATAS PEMBELIAN OLEH INSTANSI


PEMERINTAH, BUMN/BUMD, DAN INSTANSI TERTENTU
CONTOH 1---Dinas Pendidikan Nasional Kota Yogyakarta membeli mebel dan peralatan kantor
lain dari PT Furniture senilai Rp 220.000.000 (termasuk PPN 10%). PPh 22 yang harus dipungut
oleh bendaharawan Dinas Pendidikan Nasional kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
DPP PPN = (100/110) x Rp 220.000.000 = Rp 220.000.000
PPh pasal 22 = Rp 220.000.000 x 1,5% = Rp 3.000.000,CONTOH 2---PT TELKOM Jakarta Selatan pada bulan Maret 2005 telah melakukan beberapa
transaksi antara lain sebagai berikut:
1.

Melakukan pembelian benda-benda pos seperti perangko dan materai langsung ke PT


(persero) Pos Indonesia. Jumlah keseluruhan nilai pembelian benda-benda pos tersebut adalah
Rp 9.800.000

2.

Membayar tagihan pembelian kertas continous form dari PT Indah Kiat Paper sebesar Rp
55.000.000 (termasuk PPN)

3.

Membayar tagihan pembelian paper clip dari CV Clip Baru dengan nilai total sebesar Rp
1.045.000 termasuk PPN

4.

Membayar tagihan atas pembelian semen kepada PT Indo Semen untuk pembangunan
kantor cabang sebesar Rp 65.000.000 (tidak termasuk PPN)

5.

Membayar tagihan listrik kepada PT PLN (persero) cabang Jakarta Selatan sebesar Rp
25.000.000
Pembelian Benda POS---Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas, air
minum/PDAM, dan benda-benda pos, dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22,
sesuai dengan 236/KMK.03/2003
Pembelian Kertas---Atas pembelian kertas continous form dipungut PPh pasal 22 sebesar:
PPh 22= DPP PPN x tarif PPh 22
PPh 22= (100/110 x Rp 55.000.000) x 0,1%
PPh 22= Rp 50.000.000 x 0,1%

PPh 22= Rp 50.000 PPh ini tidak bersifat final dan dipungut oleh industri kertas pada saat
penjualan kertas dalam negeri.
Pembelian Paper Clip---Atas pembelian ini tidak dikenakan PPh pasal 22 karena DPP PPN-nya
(100/110 x Rp 1.045.000 = Rp 950.000) dibawah Rp 1.000.000 dan bukan merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.
Pembelian Semen---atas pembelian semen dipungut oleh industri semen sebesar:
PPh 22 = Rp 65.000.000 x 0,25% = Rp 162.500

Anda mungkin juga menyukai