Anda di halaman 1dari 8

SOAL LATIHAN: AKUNTANSI PERPAJAKAN (2022)

1. PT Indonesia Power tanggal 25 Juni 2022 membayar gaji kepada seluruh karyawan
sebesar Rp 3.000.000.000, PPh Pasal 21 yang terutang sebesar Rp 200.000.000. Selain itu
juga membayarkan pesangon kepada 10 pegawai yang memasuki masa pension masing-
masing sebesar Rp 100.000.000. PPh terutang atas pesangon tersebut seluruhnya sebesar
Rp 25.000.000. PPh Pasal 21 yang dipotong, disetor tanggal 10 Juli 2022.
Bagaimana jurnal dari transaksi tersebut?

2. PT Gudang Gula pada tanggal 5 Juli 2022 membayar biaya jasa advertising atau iklan
untuk pembuatan videotron kepada CV Iklan Jaya (status PKP) sebesar Rp 300.000.000,
atas pembayaran tersebut dikenakan PPh Pasal 23 karena CV Iklan Jaya tidak termasuk
pengusaha dengan omset tertentu.
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut bagi pihak yang bertransaksi?

3. PT Braga Jaya, tanggal 2 Mei 2022 menyerahkan baju seragam untuk pegawai Pemkot
Bandung nilai kontrak sebesar Rp 333.000.000. Atas kontrak tersebut dilunasi oleh
bendahara Pemkot Bandung pada tanggal 15 Mei 2022 dan dipungut PPh 22 oleh
Bendahara.
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut?

4. PT Lembang Indah selama tahun 2019 memperoleh laba bersih sebesar Rp 5 Milyar.
Berdasarkan RUPS, tanggal 2 April 2020 diumum pembagian deviden sebesar Rp 1 Milyar.
Tanggal 22 April 2020, perusahaan membagikan deviden sesuai keputusan RUPS.
Komposisi kepemilikan saham; PT ABG (40%), PT BCD (20%), Tn. Bambang (40%) dan .
1. Buatlah jurnal pada saat pengumunan dan pembagian deviden?
2. Bagaimana jika transaksi tersebut terjadi setelah tanggal 2 November 2020,
deviden yang diterima oleh Tn Bambang diinvestasikan lagi di dalam negeri.

5. Tn. Alwiansyah anggota aktif CV Kolaka Jaya, 1 Oktober 2020 mendapatkan pembagian
laba tahun 2019 sebesar Rp 100 juta, dan menerima gaji bulanan sebesar Rp 20 juta.
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut oleh CV Kolaka Jaya?

6. PT Bangun Jaya memiliki usaha konstruksi yang telah dikenakan PPh Final dan toko bahan
bangunan yang dikenakan PPh dengan tarif Pasal 17 UU PPh. Selama tahun 2019
membukukan penghasilan bruto (omset) atas usaha kontruksi sebesar Rp 8.000.000.000
dengan HPP sebesar Rp 6.000.000.000 dan dari usaha penjualan bahan bangunan omset
sebesar Rp 4.000.000.000, dengan HPP sebesar Rp 2.000.000.000 Biaya umum dan
administrasi sebagai biaya bersama (joint cost) sebesar Rp 1.500.000.000 harus
dialokasikan ke kedua jenis penghasilan secara proporsional. Asumsi tidak ada koreksi
fiscal atas penghasilan dan biaya selain yang telah dikenakan PPh final.
Hitung Penghasilan Kena Pajak dan PPh terutang tahun pajak 2019 atas
penghasilan yang dikenakan PPh tarif Pasal 17 KUP (tidak final)

7. PT Hasil Bumi usaha perdagangan hasil pertanian. Pada tahun 2021 memperoleh
peredaran usaha atau omset sebesar Rp 12 milyar, dan Laba Usaha menurut Laporan Laba
Rugi Komersial sebesar Rp 2 Milyar. Koreksi positif beda tetap sebesar Rp 400.000.000,
koreksi fiscal positif karena beda waktu sebesar Rp 100.000.000,.
Pertanyaan:
a. Hitung Penghasilan Kena Pajak dan PPh Terutang Tahun 2021
b. Tentukan Beban Pajak, Pajak Kini dan Pajak Tangguhan serta Bagaimana Jurnalnya?

8. Pada tanggal 20 Maret 2022 PT Bahagia membeli tanah berserta gedung dan mesin dari
PT Maju Mundur dengan harga total sebesar Rp 36 Milyar, luas tanah 3.000 m2. Harga
pasar dari tanah Rp 10 juta/m2, harga pasar bangunan sebesar Rp 8 Milyar dan harga
mesin sebesar Rp 2 Milyar. Hitung harga perolehan aktiva tersebut dan buat jurnal atas
pembelian tersebut.

JAWABAN:

1. PT Indonesia Power
25 Juni 2022:
Biaya gaji 3.000.000.000
Biaya pesangon 1. 000.000.000
Hutang PPh Pasal 21 200.000.000
Hutang PPh Pasal 21 Final 25.000.000
Kas 3.775.000.000
10 Juli 2022:
Hutang PPh Pasal 21 200.000.000
Hutang PPh Pasal 21 Final 25.000.000
Kas 225.000.000

2. PT Gudang Gula:
Biaya Iklan 300.000.000
PPN Masukan 33.000.000
Hutang PPh Pasal 23 6.000.000
Kas 327.000.000
PT Iklan Jaya:
Kas 327.000.000
PPh Pasal 23 dibayar dimuka 6.000.000
PPN Keluaran 33.000.000
Pendapatan Iklan 300.000.000
3. PT Braga Jaya
2 Mei 2022:
Piutang Usaha 333.000.000
Penjualan (100/111xRp 333.000.000) 300.000.000
PPN Keluaran 33.000.000

15 Mei 2022:
Kas 295.500.000
PPh Pasal 22 dibayar dimuka 4.500.000
PPN keluaran 33.000.000
Piutang Usaha 333.000.000

4. PT Lembang Indah
Pengumuman deviden:
Laba Ditahan 1.000.000.000
Hutang Deviden 1.000.000.000
1) Sebelum tgl 2 November 2020
Pembagian deviden:
Hutang Deviden 1.000.000.000
Hutang PPh Pasal 23 30.000.000
Hutang PPh Final 40.000.000
Kas 930.000.000
Perhitungan PPh atas deviden:
PT ABG (40%)= deviden Rp 400.000.000 (bukan obyek pajak)
PT BCD (20%)= deviden Rp 200.000.000, PPh pasal 23, 15% atau Rp 30.000.000
Tn. Bambang (40%)= deviden Rp 400.000.000, PPh Final, 10% atau Rp 40.000.000

2) Jika tranksasi tersebut dilakukan setelah tgl 2 November 2020 maka atas
pembagian deviden tersebut bukan merupakan obyek PPh karena dibagikan kepada
WP Badan DN dan WP OP yang diinvestasikan di DN.

5. Prive 100.000.000
Biaya gaji 20.000.000
Kas 120.000.000

6. PT Bangun Jaya
Total biaya umum dan adm = Rp 1.500.000.000
Biaya umum & adm. final = Rp 8 M : Rp 12 M x Rp 1.5000.000.000 = Rp 1.000.000.000
Biaya umum & adm non final= Rp 1.500.000.000 – Rp 1.000.000.000 = Rp 500.000.000
Penghitungan Penghasilan Kena Pajak atas PPh non final:
Peredaran usaha Rp 4.000.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 2.000.000.000
------------------ -
Laba kotor Rp 2.000.000.000
Biaya umum dan adm Rp 500.000.000
------------------ -
Laba bersih usaha Rp 1.500.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.500.000.000
PPh terutang (25%) Rp 375.000.000

7. PT Hasil Bumi
Laba bersih komersial Rp 2.000.000.000
Koreksi fiscal positif Rp 500.000.000
------------------- +
Penghasilan Kena Pajak Rp 2.500.000.000
PPh terutang (22%) Rp 550.000.000

Perhitungan Pajak Tangguhan:


Beban Pajak:
Laba bersih komersial Rp 2.000.000.000
Koreksi fiscal beban tetap Rp 400.000.000
------------------ +
PKP sebelum beda waktu Rp 2.400.000.000
Beban Pajak (22%) Rp 528.000.000
Pajak Kini = Pajak terutang Rp 550.000.000
Selisih Beban Pajak dgn Pajak Kini Rp 22.000.000 ---- Pajak Tangguhan sebagai Aset
karena Pajak Kini lebih besar dibanding beban pajak atau karena koreksi beda waktu
positif

Jurnal :
Pajak Kini 550.000.000
Hutang PPh 550.000.000

Aktiva Pajak Tangguhan 22.000.000


Manfaat Pajak Tangguhan 22.000.000

8. Harga pembelian = Rp 36.000.000.000


Harga pasar:
- Tanah 3.000xRp 10.000.000 = Rp 30.000.000.000
- Bangunan = Rp 8.000.000.000
- Mesin = Rp 2.000.000.000
Total harga pasar = Rp 40.000.000.000

Nilai perolehan masing-masing aktiva:


- Tanah = 30/40 x Rp 36 M = Rp 27.000.000.000
- Bangunan= 8/40 x Rp 36 M = 7.200.000.000
- Mesin= 2/40 x Rp 36 M = 1.800.000.000
Jurnal:
Tanah Rp 27.000.000.000
Bangunan Rp 7.200.000.000
Mesin Rp 1.800.000.000
Bank/kas Rp 36.000.000.000

SOAL KASUS

Data keuangan PT Bandung Raya berdasarkan Laporan Laba Rugi Komersial Tahun 2020 :
Penjualan Bersih Rp 10.000.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 6.800.000.000
Laba Kotor Rp 3.200.000.000
Biaya umum dan Administrasi:
- Biaya Gaji Karyawan Rp 1. 200.000.000
- Biaya Listrik, Air, Telepon Rp 100.000.000
- Biaya Penyusutan Kantor Rp 160.000.000
- Biaya Penyusutan kendaraan dinas Rp 80.000.000
- Biaya Perjalanan Dinas Rp 80.000.000
- Biaya lainnya Rp 220.000.000
Jumlah Biaya Umum dan Administrasi Rp 1.840.000.000
Laba Bersih dari Usaha Rp 1.360.000.000
Penghasilan dari luar usaha Rp 80.000.000
Laba Bersih Sebelum Pajak Rp 1.440.000.000
===============
Terdapat informasi-informasi terkait dengan transaksi keuangan sebagai berikut:
a. Dalam biaya listrik, telepon dan air, termasuk pembayaran tagihan pulsa ponsel yang
dipakai dan dibawa pulang oleh karyawan bagian marketing sebesar Rp 20.000.000
b. Gedung Kantor diperoleh dengan harga perolehan Rp 4 Milyar, pada bulan Januari 2010.
Secara akuntansi estimasi manfaat selama 25 tahun. Metode Penyusutan yang digunakan
adalah garis lurus.
c. Kendaraan perusahaan termasuk mobil dinas Direktur berupa sedan yang dibawa pulang,
dengan biaya penyusutan per tahun sebesar Rp 80.000.000.
d. Termasuk dalam biaya perjalanan dinas adalah biaya rekreasi pemegang saham yang
dibiayai perusahaan sebesar Rp 30.000.000
e. Biaya lain-lain sebesar Rp 220.000.000, terdiri dari :
- Biaya jamuan tamu dilengkapi daftar nominatif Rp 40.000.000
- Biaya konsumsi bagi seluruh karyawan Rp 60.000.000
- Biaya Perayaan Ulang Tahun Direktur Perusahaan Rp 70.000.000
- Santunan bagi pegawai yang kena musibah Rp 50.000.000
f. Penghasilan dari luar usaha berupa sewa ruangan Rp 80.000.000, dan telah dipotong PPh
Pasal final sebesar Rp 8.000.000
g. Total angsuran PPh Pasal 25 yang telah dibayar selama tahun 2020 sebesar Rp
300.000.000.
h. Penjualan termasuk kepada bendahara Dinas Pariwisata Kab. Klaten sebesar Rp
200.000.000 dan telah dipungut PPN sebesar Rp 20.000.000 dan PPh Pasal 22 sebesar Rp
3.000.000.

Pertanyaan/Instruksi:
a. Berapakah besarnya pajak terutang tahun pajak 2020?
b. Apakah terdapat pajak tangguhan pada tahun pajak 2020 tersebut. Jika ada, tentukan
jumlahnya!
c. Berapa PPh Pasal 29 yang kurang dibayar pada SPT Tahunan tahun pajak 2020!
d. Bagaimana jurnal yang dbuat pada saat:
1) Mencatat penghasilan sewa ruangan
2) Menyetor PPh Pasal 25 setiap masa pajak sebesar Rp 25.000.000
3) Mencatat pajak tangguhan tahun pajak 2020
4) Menyetor PPh Pasal 29 tahun pajak 2020

Jawaban soal kasus :


a. PPh terutang :
Laba Komersial Rp 1.440.000.000
Koreksi fiscal:
Koreksi positif Rp 200.000.000
Koreksi negative (Rp 120.000.000)
Jumlah Koreksi fiscal Rp 80.000.000
------------------ +
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.520.000.000
PPh terutang (22%) Rp 334.400.000

Perhitungan koreksi fiscal:


- Biaya Listrik, Air, Telepon= Rp 20.000.000x50%=Rp 10.000.000 (+) --- beda tetap
- Biaya Penyusutan Kantor= Rp 160.000.000-Rp 200.000.000=Rp 40.000.000 (-) --- beda waktu
- Biaya Penyusutan kend. Dinas=Rp 80.000.000x50%=Rp 40.000.000(+) ---- beda tetap
- Biaya Perjalanan Dinas = Rp 30.000.000(+) --- beda tetap
- Biaya lainnya = Rp 70.000.000+Rp 50.000.000=Rp 120.000.000(+) --- beda tetap
- Penghasilan sewa ruangan= Rp 80.000.000 (-) --- beda tetap
b. Terdapat Pajak Tangguhan dengan perhitungan sebagai berikut:
Laba komersial Rp 1.440.000.000
Koreksi beda tetap (10jt+40jt+30jt+120jt-80jt) Rp 120.000.000
Penghasilan Sebelum Pajak (Beda Waktu) Rp 1.560.000.000
Beban Pajak (22%) Rp 343.200.000
Pajak Kini Rp 334.400.000
Pajak Tangguhan Rp 8.800.000
Pajak Kini lebih kecil dibanding Beban Pajak sehingga dicatat sebagai kewajiban
Perhitungan PPh akhir tahun (Pasal 29):
PPh terutang Rp 334.400.000
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 22 Rp 3.000.000
Jumlah Kredit Pajak Rp 3.000.000
Pajak yang harus disetor sendiri Rp 331.400.000
Dikurangi PPh Pasal 25 setahun Rp 300.000.000
PPh Kurang Bayar (Pasal 29) Rp 31.400.000

c. Jurnal-jurnal:
1) Mencatat penghasilan sewa ruangan:
Kas Rp 80.000.000
PPh Final Rp 8.000.000
Pendapatan sewa ruangan Rp 80.000.000
PPN Keluaran Rp 8.000.000

2) Mencatat angsuran PPh Pasal 25:


Pajak dibayar dimuka PPh Pasal 25 Rp 30.000.000
Kas Rp 30.000.000

3) Mencatat Pajak Tangguhan:


Pajak Kini Rp 334.400.000
Hutang PPh Rp 334.400.000

Beban Pajak Tangguhan Rp 8.800.000


Kewajiban Pajak Tangguhan Rp 8.800.000

4) Mencatat penyetoran PPh akhir tahun (PPh Pasal 29):


Hutang PPh Rp 334.400.000
Pajak dibayar dimuka PPh Pasal 22 Rp 3.000.000
Pajak diibayar dimuka PPh Pasal 25 Rp 300.000.000
Kas Rp 31.400.000

Anda mungkin juga menyukai