Anda di halaman 1dari 25

BAB 7

ASET TETAP

Kemampuan Akhir : Mahasiswa dapat menyajikan Aset Tetap dengan benar


sesuai SAK yang berlaku.
Indikator : Mahasiswa diharapkan mampu
1. Menjelaskan karakteristik utama dari aset tetap .
2. Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk penilaian awal
aset tetap .
3. Megilustrasikan perlakuan akuntansi aset tetap yang
dibangun sendiri.
4. Mengilustrasikan perlakuan akuntansi kapitalisasi bunga.
5. Mengilustrasikan berbagai perlakuan akuntansi yang
berkaitan dengan pengakusisian dan penilaian aset tetap.
6. Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk biaya-biaya
setelah akusisi asset tetap.
7. Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk pelepasan
asset tetap.
8. Menjelaskan konsep depresiasi.
9. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
depresiasi.
10. Mengilustrasikan metode-metode depresiasi.
11. Mengilustrasikan depresiasi untuk komponen aset tetap.
12. Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
penurunan nilai aset tetap.
13. Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
revaluasi nilai asset tetap.
14. Menjelaskan perlakuan akuntansi deplesi sumber daya
alam.
15. Mengilustrasikan teknik analisa Aset Tetap.
16. Mengilustrasikan penyajian aset tetap di Laporan Posisi
Keuangan.

PENDAHULUAN

Hampir setiap perusahaan bisnis dari berbagai ukuran dan aktivitas menggunakan
aktiva yang bersifat tahan lama. Properti, bangunan dan peralatan merupakan aset
berwujud (terlihat) yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk kegiatan
produksi atau penawaran barang dan jasa, disewakan kepada pihak lain, untuk
tujuan administratif, yang diharapkan dapat dipakai lebih dari satu periode. Jenis
aset seperti ini dikenal dengan nama aset tetap yang merupakan salah satu aset
utama entitas, terutama yang bergerak di bidang manufaktur, utilitas, pertambangan
dan mineral serta industri lainnya. Bab ini akan membahas perlakuan akuntansi
untuk aset tetap. Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan dapat
menyajikan aset tetap di Laporan Posisi Keuangan dengan benar sesuai dengan
SAK yang berlaku.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 107


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

KA 7
Menyajikan Aktiva Tetap dengan benar sesuai SAK yang
berlaku.

I 7.15
Mengilustrasikan penyajian aktiva tetap di
Laporan Posisi Keuangan

I 7.14
Mengilustrasikan teknik analisa aktiva

I 7.12
Menjelaskan permasalahan
akuntansi yang berkaitan dengan
revaluasi nilai aktiva tetap
I 7.11
Menjelaskan permasalahan
akuntansi yang berkaitan dengan
penurunan nilai aktiva tetap
I 7.10
Mengilustrasikan depresiasi untuk
komponen aktiva tetap

I 7.9
Mengilustrasikan metode-metode
depresiasi
I 7.8 I 7.13
Menjelaskan factor-faktor yang Menjelaskan prosedur akuntansi
mempengaruhi proses depresiasi. deplesi sumber daya alam.

I 7.7
Menjelaskan konsep depresiasi.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 108


Bab 7 – Aset Tetap

I 7.6 I 7.4
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi Menjelaskan permasalahan akuntansi yang
untuk biaya-biaya setelah akusisi berkaitan dengan kapitalisasi bunga

I 7.5 I 7.3
Menjelaskan berbagai macam isu akuntansi Menjelaskan permasalahan akuntansi yang
yang berkaitan dengan pengakusisian dan berkaitan dengan aktiva tetap yang
penilaian aktiva tetap. dibangun sendiri

I 7.2
Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk
penilaian awal aktiva tetap.

I 7.1
Menjelaskan karakteristik utama dari aktiva
tetap.

Gambar 7.1. Bagan Hubungan Antar Indikator dengan KA 7

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 109


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

7.1. Sifat dan Karateristik Utama Aset Tetap


Properti, bangunan dan peralatan terdiri dari tanah, bangunan (kantor, pabrik, dan
sebagainya) dan peralatan (mesin, mebel, dan sebagainya). Untuk itu, aset tetap
dapat didefinisikan sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administrative dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode.

Karakteristik utama dari properti, bangunan dan peralatan adalah:


a. Aset diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan bukan untuk dijual
kembali. Artinya, hanya aset yang digunakan dalam kegiatan operasi normal
perusahaan yang dikategorikan sebagai properti, bangunan dan peralatan.
Sebagai tambahan, properti, bangunan dan peralatan dengan tujuan untuk
dilepaskan atau dijual akan diklasifikasikan secara terpisah dan disajikan dalam
laporan posisi keuangan.
b. Aset bersifat jangka panjang dan merupakan subyek penyusutan. Properti,
bangunan dan peralatan memiliki manfaat lebih dari beberapa tahun.
Perusahaan mengalokasikan biaya investasi aset ke periode yang akan datang
melalui pengenaan beban depresiasi setiap periodenya. Hal ini tidak berlaku
untuk tanah yang tidak mengalami penyusutan nilai tiap periodenya. Namun,
tanah dapat didepresiasikan apabila terjadi penurunan nilai tanah secara
materiil seperti menurunnya kesuburan tanah dari tanah pertanian akibat rotasi
tanaman yang buruk, erosi tanah, dan sebagainya.
c. Properti, bangunan dan peralatan memiliki substansi secara fisik. Properti,
bangunan dan peralatan merupakan aset berwujud karena dinilai dari fisiknya
yang nyata dan dapat terlihat. Namun, properti, bangunan dan peralatan tidak
seperti persediaan bahan baku yang memiliki tujuan untuk dijual.
Menurut PSAK No 16 Tahun 2012 karateristik utama dari Asset Tetap

Berwujud adalah: (a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan (b) Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu perioda.

7.2. Biaya-Biaya Yang Termasuk Penilaian Awal Aset Tetap


Perusahaan biasanya menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk
mengevaluasi atau menilai properti, bangunan dan tanah. Biaya historis mengukur
harga yang ditunjukkan oleh nilai kas atau setara kas yang digunakan untuk
memperoleh properti, bangunan dan peralatan, termasuk biaya yang dikeluarkan
untuk membawa ke lokasi hingga mempersiapkan properti, bangunan dan peralatan
tersebut untuk digunakan. Perusahaan mengakui properti, bangunan dan peralatan
ketika biaya aset dapat diukur secara andal dan memberikan kemungkinan pada
perusahaan untuk memperoleh keuntungan ekonomis di masa depan. Secara

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 110


Bab 7 – Aset Tetap

umum, perusahaan melaporkan komponen-komponen di bawah ini sebagai bagian


dari properti, bangunan dan peralatan.
1. Harga pembelian, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan keperluan impor,
pajak pembelian yang tidak dapat diuangkan kembali, dan dikurangi dengan
diskon atau potongan pembelian.
2. Biaya-biaya yang ditimbulkan dari biaya yang dikeluarkan untuk membawa
barang ke lokasi dan mempersiapkan barang hingga siap digunakan.

Perusahaan menilai properti, bangunan dan peralatan dalam periode


pemakaiannya menggunakan metode kos atau metode nilai wajar. Jika
perusahaan menggunakan metoda nilai wajar, perusahaan dapat
menggunakannya untuk menilai semua item properti, bangunan dan peralatan.

Perusahaan yang menggunakan metode kos biasanya menggunakannya dengan


alasan biaya yang dikeluarkan lebih rendah karena tidak perlu menggunakan
jasa penilai. Namun, dengan menggunakan metode nilai wajar, perusahaan akan
memperoleh nilai aset yang lebih tinggi yang nantinya akan meningkatkan beban
nilai depresiasi aset sehingga menghasilkan laba bersih yang lebih rendah.

A. Biaya Tanah
Nilai perolehan tanah merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan tanah hingga tanah tersebut siap dipakai, termasuk di
dalamnya biaya-biaya yang menyangkut pemindahan nama atas tanah,
pembersihan tanah, dan sebagainya. Secara umum, jika tujuan tanah untuk
diperoleh dan dimiliki bersifat spekulatif, maka tanah harus diklasifikasikan
sebagai investasi. Dan, jika tanah dimiliki dengan tujuan dijual kembali, maka
tanah tersebut diklasifikasikan sebagai persediaan (biasanya dalam
perusahaan developer real estate).

B. Biaya Bangunan
Seperti aset lainnya, biaya bangunan mencakup seluruh biaya hingga
bangunan siap dipakai. Dalam hal bangun baru akan dibangun di atas tanah
yang memiliki bangunan lama yang akan dibongkar, maka biaya bangunan
tersebut termasuk di dalamnya biaya pembongkaran bangunan lama
dikurangi nilai wajar bangunan lama, serta tentu saja biaya pembangunan
bangunan baru sampai bangunan baru siap digunakan.

Adapun biaya-biaya yang tidak terlibat langsung dalam biaya perolehan


gedung untuk siap dipakai seperti biaya acara pembukaan gedung, dan
sebagainya, diperbolehkan untuk tidak dikapitalisasi dan tidak dialokasikan
untuk masuk dalam biaya bangunan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 111


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

C. Biaya Peralatan
Biaya-biaya yang termasuk dalam peralatan meliputi harga beli, tarif
pengangkutan, asuransi yang dikenakan selama barang transit, biaya-biaya
dasar jika ada, perakitan dan penginstalan peralatan, dan biaya yang
termasuk dalam pengetesan peralatan.

7.3. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Yang Dibangun Sendiri


Penentuan biaya yang dikeluarkan untuk aset yang dibangun sendiri terkadang
menjadi sedikit bermasalah. Tanpa harga pembelian atau kontrak, perusahaan
harus mengalokasikan biaya dan beban untuk menghasilkan aset yang dibangun
sendiri. Untuk biaya tenaga kerja dan bahan baku, tidaklah menjadi masalah karena
perusahaan dapat menelusurinya melalui tenaga kerja dan bahan baku yang
berkaitan dengan perolehan aset tetap. Namun, biaya-biaya langsung yang lebih
dikenal dengan biaya overhead biasanya membutuhkan metode atau cara khusus
untuk menentukannya.

Adapun metoda tersebut antara lain:


1. Tidak memasukkan biaya overhead tetap pada biaya konstruksi aset.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perusahaan akan mengeluarkan
biaya yang sama tanpa memperhatikan apakah perusahaan mengkonstruksi
aset atau tidak. Dalam hal ini berarti bahwa biaya overhead sebenarnya
bersifat tetap. Namun, jika jenis biaya overhead variabel, maka perusahaan
dapat memasukkannya ke dalam biaya rekonstruksi aset.
2. Memasukkan seluruh biaya overhead ke dalam biaya rekonstruksi aset.
Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan full-costing atau biaya penuh.
Dalam pendekatan ini, perusahaan memasukkan seluruh biaya overhead
yang terjadi selama proses konstruksi aset.

7.4. Perlakuan Akuntansi Kapitalisasi Biaya Bunga Selama Konstruksi


Tiga pendekatan untuk mencatat bunga yang terjadi selama pembangunan properti,
bangunan dan peralatan antara lain:
1. Tidak mengkapitalisasi biaya bunga yang terjadi selama konstruksi.
Anggapannya ialah bahwa biaya bunga merupakan biaya permodalan yang
tidak termasuk dalam biaya konstruksi.
2. Masukkan ke dalam biaya konstruksi semua biaya upah, baik yang dapat
diidentifikasi atau tidak. Anggapannya ialah bahwa biaya konstruksi harus
memasukkan biaya permodalan, baik yang berasal dari modal, kas, atau
hutang. Sehingga, biaya upah tenaga kerja baik yang dapat diidentifikasi atau
tidak, dan juga biaya bunga harus dimasukkan ke dalam biaya konstruksi.
3. Kapitalisasi biaya bunga yang terjadi hanya pada saat proses konstruksi.
Anggapan pada tanggapan ini menyatakan bahwa semua biaya yang terjadi
selama proses rekonstruksi harus dimasukkan, begitu juga dengan biaya

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 112


Bab 7 – Aset Tetap

bunga yang terjadi selama proses konstruksi (biaya bunga yang tidak terjadi
selama proses konstruksi tidak ikut dihitung). Sehingga, nilai aset yang
dikontruksi dari dana pinjaman (hutang), akan lebih tinggi dari sumber dana
yang berasal dari kas.

IFRS mensyaratkan penggunaan pendekatan yang ketiga yaitu mengkapitalisasi


biaya bunga yang terjadi hanya selama proses konstruksi. Hal ini sejalan dengan
konsep yang menyatakan bahwa biaya historis yang terjadi untuk memperoleh aset
termasuk seluruh biaya (termasuk biaya bunga) yang terjadi untuk membawa aset
pada kondisi dan lokasi siap digunakan. Untuk mengimplementasikan pendekatan
umum ini, perusahaan harus mempertimbangkan tiga hal, yaitu:
1. Kualifikasi Aset
Untuk mengkualifikasi kapitalisasi aset, aset tersebut harus mensyaratkan
periode waktu yang penting untuk mendapatkan mereka ke dalam kondisi siap
dipakai atau dijual.
2. Perioda Kapitalisasi
Perioda kapitalisasi adalah periode waktu dimana perusahaan harus
mengkapitalisasi bunga. Perioda ini dimulai jika 3 kondisi di bawah ini
terpenuhi:
a. Pengeluaran untuk aset sedang terjadi
b. Kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan aset sehingga siap
digunakan atau dijual sedang berlangsung.
c. Biaya bunga sedang terjadi
3. Jumlah Kapitalisasi
Bunga yang dapat dihindarkan adalah jumlah bunga yang terjadi selama
proses konstruksi dimana secara teori perusahaan dapat menghindari atau
mengelakkannya jika biaya bunga tersebut tidak menyebabkan pengeluaran
untuk konstruksi.

Untuk menerapkan konsep biaya bunga yang dapat dihindari, perusahaan dapat
menentukan jumlah biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode akuntansi
dengan menjumlahkan tingkat bunga melalui akumulasi pengeluaran rata-rata
tertimbang untuk aset yang berkualifikasi selama periode tersebut.

Untuk menentukan tingkat bunga yang digunakan pada akumulasi pengeluaran rata-
rata tertimbang, perusahaan menggunakan prinsip tingkat bunga:
1. Untuk jumlah akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang jumlahnya
lebih kecil atau sama dengan jumlah yang dipinjam untuk pendanaan
konstruksi, gunakan tingkat bunga yang terjadi pada jumlah pinjaman
tertentu.
2. Untuk jumlah akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang jumlahnya
lebih besar dari jumlah yang dipinjam untuk pendanaan konstruksi, gunakan
tingkat bunga yang terjadi di semua total hutang selama periode
bersangkutan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 113


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Untuk menerapkan konsep bunga yang dapat dihindarkan, jumlah bunga potensial
yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi ditentukan dengan mengalikan
suku bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva
(weighted-average accumulated expenditures) yang memenuhi kualifikasi selama
perioda berjalan.
 Weighted-Average Accumulated Expenditure (WAAE).
Di dalam menghitung akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang, pengeluaran
konstruksi ditimbang dengan jumlah waktu (bagian dari tahun atau periode
akuntansi) dimana terdapat biaya bunga akibat dari pengeluaran tersebut.
 Tingkat suku bunga.
Prinsip yang digunakan dalam memilih suku bunga yang tepat untuk
diaplikasikan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah:
1. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari
atau sama dengan jumlah yang dipinjam secara khusus untuk membiayai
pembangunan aktiva, gunakan tingkat bunga yang terjadi atas pinjaman
khusus.
2. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar
dari setiap hutang yang dipinjam khusus untuk membiayai pembuatan
aktiva, gunakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua
hutang lainnya yang beredar selama periode berjalan.
Masalah khusus yang berhubungan dengan Kapitalisasi Bunga

Dua masalah yang berkaitan dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan perhatian
khusus adalah :
1. Pengeluaran/belanja tanah
Apabila tanah dibeli dengan tujuan mengembangkannya untuk kegunaan
tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan pengeluaran tersebut
dapat dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga. Jika tanah dibeli untuk dijadikan
sebagai lokasi suatu bangunan (seperti lokasi pabrik), maka biaya bunga
yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan bagian dari biaya
pabrik bukan tanah. Sebaliknya, jika tanah akan dikembangkan untuk dijual,
maka setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi bagian dari biaya
akuisisi tanah yang sedang dikembangkan itu. Akan tetapi, jika pembelian
tanah itu dilakukan untuk tujuan spekulasi maka biaya bunga tidak perlu
dikapitalisasi karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.
2. Pendapatan Bunga
Perusahaan seringkali meminjam dana untuk membiayai pembangunan suatu
aktiva dan menginvestasikan secara temporer kelebihan dana pinjaman
dalam sekuritas berbunga untuk sementara waktu hingga dana tersebut
dibutuhkan untuk membiayai konstruksi. Selama tahap awal konstruksi,
pendapatan bunga yang dihasilkan dapat melebihi biaya bunga yang timbul
atas dana pinjaman.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 114


Bab 7 – Aset Tetap

Haruskah perusahaan meng-offset (saling menghilangkan) pendapatan bunga


dengan biaya bunga ketika menentukan besarnya nilai bunga untuk kemudian
mengkapitalisasinya sebagai bagian dari biaya konstruksi aktiva? IFRS
mengharuskan bahwa pendapatan bunga yang diperoleh atas pinjaman spesifik
(specific borrowings) harus meng-offset biaya bunga yang dikapitalisasi. Alasannya
adalah bahwa pendapatan bunga atas pinjaman spesifik yang diperoleh secara
langsung terkait dengan biaya bunga atas pinjaman tersebut.

7.5. Perlakuan akuntansi akuisisi dan penilaian aset tetap.

a. Pertukaran Aset Tetap


Entitas mungkin saja memperoleh suatu asset tetap melalui pertukaran dengan
asset non moneter lainnya atau kombinasi asset moneter dan non moneter.
Asset tetap yang diperoleh melalui pertukaran dengan asset nonmoneter
lainnya dinilai pada nilai wajar, kecuali jika :
 Nilai wajar dari asset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur
secara andal.
 Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial.
Transaksi pertukaran asset dikatakan tidak memiliki atau kurang memiliki
substansi komersial, jika :
a) Risiko, waktu, dan jumlah arus kas atas asset yang diterima berbeda
dari konfigurasi dari asset yang diserahkan.
b) Nilai khusus entitas dari kegiatan operasional entitas yang dipengaruhi
oleh transaksi tersebut berubah sebagai akibat dari pertukaran.
c) Selisih antara (a) dan (b) adalah relative signifikan terhadap nilai wajar
asset yang dipertukarkan.

Ilustrasi Pertukaran Aset Tetap


Interstate Transportation Company menukar sebuah truk dan membayar
sejumlah kas untuk kendaraan semi truck. Nilai buku truk lama $42,000 (harga
perolehan $64,000 dikurangi $22,000 akumulasi depresiasi). Nilai wajar truk
lama $49,000. Interstate harus membayar kas $11,000 secara tunai untuk
kendaraan semi-truk. Interstate menghitung nilai kendaraan semi truk sebagai
berikut :

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 115


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Interstate mencatat transaksi pertukaran truk dalam jurnal, sebagai berikut :

Semi-truk 60,000
Akumulasi depresiasi —Truk 22,000
Truk 64,000
Keuntungan pelepasan Truk 7,000
Kas 11,000

b. Hibah Pemerintah
Hibah adalah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer
sumber daya kepada perusahaan sebagai balasan atas kepatuhan pada masa
lampau atau masa yang akan datang dengan mengkondisikan aktivitas operasi
perusahaan pada kondisi tertentu.
IFRS mengharuskan hibah di akui sebagai pendapatan (income approach)
berdasarkan dasar sistematik yang sesuai dengan harga perolehan terkait yang
dimaksudkan untuk dikompensasikan.
IFRS mengizinkan untuk mencatat hibah pemerintah dengan 2 cara :
1. Mengkredit Pendapatan Hibah yang di tunda dan mengamortisasinya
selama umur ekonomis aset hibah.
2. Mengkredit Aset Hibah dan mendepresiasinya selama umur ekonomis.

Ilustrasi Hibah Pemerintah


Perusahaan akan menerima hak pemakaian tanah dari pemerintah daerah
sebagai hibah, atas usaha perusahaan menemukan inovasi baru dalam
meningkatkan kualitas tanaman kelapa sawit. Tanah tersebut dapat digunakan
oleh perusahaan sebagai lahan bagian dari lahan kebun sawit perusahaan
untuk masa 25 tahun ke depan. Seluruh persyaratan penerimaan hibah telah
dipenuhi oleh perusahaan. Nilai wajar dari tanah yang akan diterima adalah Rp.
150.000.000.

Jurnal yang dibuat perusahaan pada saat menerima hibah adalah sebagai
berikut :

Hak tanah – hibah Rp. 150.000.000


Pendapatan ditangguhkan – hibah Rp. 150.000.000

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 116


Bab 7 – Aset Tetap

Jurnal penyesuaian pada saat penyusunan laporan keuangan akhir tahun.

Biaya penyusutan Hak atas tanah Rp. 150.000.000


Akumulasi penyusutan hak tanah Rp. 150.000.000
Pendapatan ditangguhkan – hibah Rp. 150.000.000
Pendapatan hibah Rp. 150.000.000

7.6. Perlakuan akuntansi biaya-biaya setelah akusisi asset tetap.


Pada saat perolehan aset tetap, pengakuan awal dari aset tetap diukur pada harga
perolehan, yang terdiri dari: biaya pembelian, biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung dan estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan serta biaya
restorasi lokasi aset tetap. Setelah pengakuan awal, entitas memiliki pilihan untuk
menggunakan Model Biaya (Cost Model) atau Model Revaluasi (Revaluation Model)
sebagai dasar pengukuran aset tetapnya. Selanjutnya, model pengukuran manapun
yang dipilih oleh entitas, biaya penyusutan, penurunan nilai, biaya-biaya setelah
perolehan awal diterapkan dengan cara yang sama.

Model Biaya
Model biaya adalah model yang selama ini kita kenal, yaitu setelah pengakuan
awal, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.

Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada
tanggal neraca.

Penentuan Nilai Wajar


Sebagaimana disebutkan pada paragraf 6 PSAK 16, yang dimaksud dengan
nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara
pihak - pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam
suatu transaksi dengan wajar (arm's length transaction) .

Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti
pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang
ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar
penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang
diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas
mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 117


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost


approach).

PSAK tidak menentukan frekuensi dilakukannya revaluasi. Pedoman yang


diberikan adalah revaluasi dilakukan dengan frekuensi yang cukup reguler
sehingga nilai tercatat aset tetap tidak berbeda secara material dengan nilai
wajarnya. Artinya jika nilai wajar suatu aset tetap mengalami perubahan secara
signifikan, maka revaluasi sudah harus segera dilakukan. Namun jika tidak
terdapat perbedaan signifikan, revaluasi dapat ditangguhkan sampai dengan
periode berikutnya. Penelahaan atas kewajaran nilai tercatat harus dilakukan
secara periodik oleh manajemen entitas. Jika suatu aset tetap direvaluasi maka
seluruh aset tetap yang berada dalam kelompok yang sarna harus direvaluasi.

7.7. Pengakuan Pelepasan/Penghentian Aset Tetap


Suatu aset tetap harus dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau tidak
terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan aset
tersebut. Pelepasan aset dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dijual,
disewakan berdasarkan sewa pembiayaan, disumbangkan atau tidak digunakan lagi.

Aset Tetap Langsung Dijual


Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus
dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya,
kecuali untuk transaksi jual dan sewa-balik yang diatur berbeda. Laba atau rugi
ditentukan sebesar perbedaan antara hasil bersih pelepasan dengan jumlah tercatat
dari aset yang dilepas. Laba yang dihasilkan tidak boleh diklasifikasikan dalam
kelompok pendapatan.

Aset Tetap Dihentikan Penggunannya dan Dimiliki untuk Dijual


Entitas mungkin saja telah menghentikan penggunaan suatu aset, namun tidak
langsung menjualnya saat itu juga. Sesuai pengaturan dalam PSAK 58 Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan, entitas
mengklasifikasikan suatu aset tetap sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah
tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan daripada melalui
pemakaian berlanjut.

Agar dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak Iancar dimiliki untuk dijual, terdapat
dua syarat yang harus dipenuhi oleh entitas, yaitu:
 Aset tetap tersebut memang tersedia untuk dapat segera dijual pada
kondisinya sekarang.
 Penjualan atas aset tetap tersebut sangat mungkin terjadi, yang ditandai
dengan komitmen dari manajemen untuk menjual dan telah melakukan upaya
untuk menjual aset tersebut pada harga yang wajar.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 118


Bab 7 – Aset Tetap

Aset tetap yang direklasifikasi menjadi aset tidak Iancar dimiliki untuk dijual harus
diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan harga jual dikurang
dengan biaya untuk menjual.
PSAK 58 menetapkan bahwa penjualan atas aset tetap harus dilakukan dalam
waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi. Jika periode penjualan melebihi waktu 1
(satu) tahun, maka manajemen harns menentukan apakah memang masih memiliki
intensi untuk menjual, apakah penjualan masih sangat mungkin terjadi.

7.8. Konsep Depresiasi


Depresiasi merupakan alokasi biaya. Depresiasi merupakan suatu proses akuntansi
untuk mengalokasikan biaya perolehan asset tetap untuk membebankannya secara
sistematis dan rasional pada periode yang diharapkan atas keuntungan dari
penggunaan asset. Ketika perusahaan menghapus asset tetap (berumur panjang)
selama beberapa perioda, perusahaan menggunakan istilah depresiasi. Namun,
perusahaan menggunakan istilah deplesi untuk menggambarkan penurunan biaya
dari sumber daya mineral seperti minyak, gas, batubara dan sebagainya selama
beberapa perioda.

Tanah secara khusus tidak disusutkan, karena pada dasarnya nilai tanah tidak
berkurang walaupun digunakan atau berjalannya waktu. Perbedaan penguasaan
fisik atas tanah berdasarkan hak milik dan hak lainnya diperlakukan sesuai dengan
ISAK 25 tentang Hak atas Tanah.

7.9. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses depresiasi


Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi proses depresiasi:
A. Dasar Depresiasi untuk Aset
Dasar penyusunan depresiasi merupakan fungsi dari dua faktor: harga asli dan
nilai sisa. Nilai sisa (sering disebut sebagai nilai yang masih selamat) adalah
jumlah estimasi yang akan diterima perusahaan ketika asset dijual atau
dihapuskan dari kegiatan operasi.

Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam


mengalokasikan nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu :
a. Nilai biaya aset yang didepresiasikan (depreciable asset);
b. Taksiran masa manfaat aset tetap;
c. Metode depresiasi yang sesuai.

B. Estimasi Umur Jasa


Perusahaan menghentikan penggunaan asset dikarenakan dua faktor: faktor fisik
(misal kecelakaan atau kadaluarsa umur fisik asset) dan faktor ekonomi
(keusangan). Faktor fisik adalah penggunaan dan kerusakan, atau kecelakaan
yang membuat asset tidak dapat bekerja untuk masa yang tidak terbatas.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 119


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Faktor ekonomi atau faktor fungsional menjadi tiga kategori:


1. Kekurangan, terjadi ketika asset berhenti berguna bagi perusahaan
dikarenakan permintaan perusahaan yang berubah.
2. Penggantian, merupakan pergantian suatu asset dengan asset lain yang lebih
efisien dan ekonomis.
3. Keusangan, merupakan situasi yang termasuk kekurangan dan penggantian.

Di dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi umur penggunaan asset


berdasarkan pengalaman di masa lalu dengan menggunakan asset yang sama
ataupun asset yang mirip. Beberapa lainnya menggunakan metode statistic yang
lebih canggih untuk menentukan umur penggunaan asset.

7.10. Metode-Metode Depresiasi


Para professional mengharuskan perusahaan untuk menggunakan metode
depresiasi yang sistematis dan rasional. Untuk menjadi sistematis, metode yang
digunakan harus menunjukkan pola keuntungan ekonomis masa depan dari asset
yang diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan. Perusahaan dapat
menggunakan berbagai metoda depresiasi berikut:
a. Metode Aktivitas
Metode aktivitas (disebut juga pembiayaan variabel atau pendekatan unit
produk) mengasumsikan bahwa depresiasi adalah fungsi dari penggunaan
atau produktivitas, bukan bagian waktu. Perusahaan menentukan umur asset
dari salah satu dari dua hal, yakni jumlah output yang diberikan atau
pengukuran input.
Keterbatasan metode ini ialah bahwa metode ini tidak dapat digunakan dalam
situasi ketika depresiasi merupakan fungsi dari waktu, bukan aktivitas.
Contohnya bangunan akan semakin memburuk akibat adanya waktu (dari
waktu ke waktu) bukan karena penggunaannya. Di dalam metode ini,
perusahaan akan memiliki depresiasi yang rendah jika produktivitasnya
rendah, dan depresiasi yang tinggi jika produktivitasnya tinggi.
b. Metode Garis Lurus
Pada Metode Garis Lurus, depresiasi lebih merupakan fungsi dari waktu,
bukan fungsi dari penggunaan. Ketika keusangan merupakan alasan utama
untuk umur asset, penurunan kegunaan mungkin saja akan menurun secara
konstan dari perioda ke perioda. Adapun rumus yang digunakan dalam
mengestimasi pembebanan depresiasi perperiodanya adalah:

Metode ini bersandar pada dua asumsi: (1) Kegunaan ekonomis asset sama
tiap tahunnya; (2) beban perbaikan dan pemeliharaan tiap tahun selalu sama.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 120


Bab 7 – Aset Tetap

c. Metode Pembebanan Menurun


Metode pembebanan yang semakin menurun menyajikan beban depresiasi
yang lebih tinggi pada awal periode, namun beban depresiasi menjadi lebih
rendah pada periode selanjutnya. Alasannya adalah bahwa perusahaan
harus membebankan depresiasi lebih tinggi di awal periode dikarenakan pada
awal periode tersebut asset akan memiliki tingkat produksi paling tinggi.
Biasanya, perusahaan menggunakan metode jumlah digit tahun atau metode
penurunan saldo.
 Metode jumlah angka tahun, menghasilkan pembebanan depresiasi yang
semakin menurun berdasarkan penurunan fraksi biaya yang didepresiasi
(harga perolehan-nilai sisa)
 Metode penurunan saldo, memanfaatkan tingkat depresiasi (biasanya
ditunjukkan dalam persentase) yang ada dalam perhitungan metode garis
lurus. Tidak seperti metode lainnya, metode ini tidak mengurangi nilai sisa
dalam memperhitungkan dasar depresiasi. Tingkat saldo menurun
merupakan perkalian nilai buku asset tiap awal periode. Sejak tingkat
depresiasi mengurangi nilai buku asset tiap periode, penerapan tingkat
saldo menurun konstan pada nilai buku yang lebih rendah secara berturut-
turut menghasilkan pembebanan depresiasi yang lebih rendah tiap
tahunnya. Proses ini terus berlanjut hingga nilai buku asset sama dengan
nilai sisa yang diperkirakan.

7.11. Depresiasi untuk Komponen Aset Tetap


IFRS menyaratkan bahwa tiap bagian dari property, bangunan dan peralatan yang
signifikan terhadap total biaya asset harus didepresiasi secara terpisah.

Contoh : EuroAsia Airlines membeli sebuah pesawat seharga €100,000,000 pada


tanggal 1 Januari 2011. Umur manfaat pesawat tersebut 20 tahun dengan nilai sisa
€0. EuroAsia menggunakan metoda depresiasi garis lurus untuk seluruh
pesawatnya. EuroAsia mengidentifikasi komponen-komponen berikut, jumlah, serta
umur manfaatnya.
Ilustrasi 1. Penyusutan Perkomponen
Komponen Jumlah Masa Penyusutan
Komponen Manfaat Komponen
Komponen Airframe € 60,000,000 20 €3,000,000
mesin 32,000,000 8 4,000,000
Komponen lain 8,000,000 5 1,600,000
Total € 100,000,000 €8,600,000

Total depresiasi yang dihitung terhadap masing-masing komponen sebesar


€ 8,600,000, pencatatan jurnalnya adalah sebagai berikut :
Beban penyusutan 8,600,000
Akumulasi penyusutan—Airplane 8,600,000

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 121


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Di dalam banyak situasi, terkadang perusahaan tidak memiliki pemahaman yang


tepat atas harga perolehan asset. Sehingga dalam hal ini, biaya komponen
individu harus diperkirakan atau diestimasi berdasarkan harga pasar saat ini.
Informasi mengenai hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mendiskusikannya
dengan ahli dalam hal penilaian, atau dilakukan dengan menggunakan
pendekatan lainnya.

Permasalahan Khusus Depresiasi


a. Depresiasi dan Periode Per Bagian
Di dalam menghitung beban depresiasi untuk bagian periode, yang dilakukan
perusahaan pertamakali yaitu harus menentukan beban depresiasi per
periodanya secara penuh lalu memproratakan beban depresiasi ini antara dua
periode yang bersangkutan. Proses ini berlangsung terus menerus selama
umur ekonomis asset.
b. Depresiasi dan Penggantian Properti, Bangunan dan Peralatan
Kesalahan pemahaman yang sering terjadi mengenai depresiasi adalah
bahwa depresiasi menyajikan dana untuk penggantian property, bangunan
dan peralatan. Depresiasi sama seperti beban lainnya yang akan mengurangi
laba bersih. Depresiasi tidak menyediakan dana untuk penggantian property,
bangunan dan peralatan. Dana untuk penggantian tersebut diambil dari
pendapatan perusahaan. Tanpa pendapatan, tidak aka nada laba dan arus
kas masuk.
c. Revisi Tingkat Depresiasi
Di dalam banyak kasus, perusahaan dapat merevisi atau merubah tingkat
depresiasi yang telah ditentukan sebelumnya dalam masa umur ekonomis
asset. Hal ini dapat dilakukan karena selama umur pemakaian asset dapat
saja terjadi hal-hal yang menyebabkan perubahan, misalnya kerusakan, biaya
perbaikan dan pemeliharaan, ataupun nilai pasar yang berlaku.

Untuk hal ini, perusahaan harus melaporkan perubahan estimasi pada


periode saat ini dan periode selanjutnya. Perusahaan tidak perlu merubah
hasil periode sebelumnya. Perusahaan tidak perlu menyesuaikan saldo awal
maupun berusaha untuk “mengejar” periode selanjutnya.

Pembebanan depresiasi untuk periode selanjutnya ditentukan dengan cara


membagi sisa nilai buku dikurangi nilai sisa dengan sisa estimasi umur asset.

7.12. Perlakuan Akuntansi Penurunan Nilai Aset Tetap


Aset berwujud jangka panjang mengalami impairmen jika kemampuannya untuk
menghasilkan kas telah berkurang, baik dengan menggunakannya ataupun dengan
menjualnya. Setiap tahun, perusahaan perlu untuk melakukan pengujian terhadap
assetnya. Sangat penting untuk mengetahui apakah kemampuan aset untuk

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 122


Bab 7 – Aset Tetap

menghasilkan kas, baik dengan menggunakan ataupun menjualnya, lebih rendah


dari jumlah tercatat/tercatatnya.

Jika indikator penurunan muncul, maka tes penurunan nilai harus dilakukan, dengan
cara :
- Jumlah tercatat/tercatat dibandingkan dengan jumlah yang dapat dipulihkan
- Jumlah yang dapat dipulihkan adalah yang lebih besar antara [nilai wajar–
biaya untuk menjual] atau nilai dalam penggunaan.

Pengakuan penurunan nilai dapat dilakukan dengan melihat :


- Jika baik nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, atau nilai kegunaan lebih
tinggi daripada nilai tercatat, tidak ada impairment.
- Jika baik nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai kegunaan lebih
rendah daripada nilai tercatat, terjadi rugi impairment

Contoh Tidak Ada Impairmen :


Misalkan Cruz Company melakukan uji impairment pada peralatannya.
Jumlah tercatat peralatan $200,000, nilai wajar dikurangi kos untuk menjualnya
$180,000, dan nilai dalam penggunaannya $205,000. Karena jumlah yang dapat
dipulihkan ($205,000) lebih besar dari jumlah tercatat ($200,000), maka
disimpulkan tidak ada impairmen.

Contoh terjadi Impairment :


Misalkan informasinya sama terkait Cruz Company, kecuali nilai dalam
penggunaan peralatannya sekarang $175,000, bukan $205,000. Karena jumlah
yang dapat dipulihkan ($180,000) lebih kecil dari Jumlah tercatat ($200,000),
berarti terjadi impairmen $20,000.

Cruz mencatat jurnal berikut untuk mencatat rugi impairmen:

Rugi Penurunan Nilai 20,000


Akumulasi penyusutan - Peralatan 20,000

Rugi dari impairmen dilaporkan di Laporan Laba-Rugi di bagian “Pendapatan


dan beban lain-lain".

Jika pada periode berikutnya, entitas menentukan bahwa aset tetap yang
sebelumnya telah diturunkan nilainya, kemudian mengalami pemulihan nilai. PSAK
48 mengatur bahwa jika terjadi pemulihan nilai aset yang sebelumnya pernah
diturunkan nilainya, maka aset yang sudah diturunkan nilainya dapat dipulihkan,
namun jumlah yang dipulihkan tidak boleh melebihi nilai tercatat aset, jika sekiranya
sebelumnya nilainya tidak diturunkan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 123


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Ilustrasi: Tan Company membeli equipment pada tanggal 1 Januari 2010,


seharga $300,000, umur manfaat 3 tahun, dan tanpa nilai residual. Dengan
metoda depresiasi garis lurus, biaya depresiasi per tahun $100,000. Pada
tanggal 31 Desember 2010, Tan mencatat rugi penurunan nilai $20,000.
Biaya depresiasi setelah penurunan nilai menjadi $90,000 per tahun
($180,000/2). Pada akhir tahun 2011, Tan menetapkan, jumlah yang dapat
dipulihkan dari peralatan $96,000 (sementara nilai tercatat $90,000). Tan
membalik rugi penurunan nilai dengan mendebit akumulasi depresiasi dan
mengkredit pemulihan rugi penurunan nilai.

Tan mencatatnya sebagai berikut :

Akumulasi depresiasi peralatan $ 6,000


Pemulihan rugi impairmen $ 6,000

Unit Penghasil Kas


Jika perusahaan menetapkan penurunan nilai aset untuk satu aset tunggal
tidak mungkin dilakukan karena aset tunggal tersebut menghasilkan arus kas
secara bersama- sama dengan aset-aset lainnya, perusahaan harus
mengidentifikasi kelompok aset terkecil yang arus kasnya dapat diidentifikasi
secara terpisah dari arus kas yang dihasilkan oleh aset-aset lainnya.

Penurunan Nilai Aset Yang Akan Dilepaskan


1. Laporkan aset yang mengalami penurunan nilai dengan dasar yang
lebih rendah, kos atau nilai realisasi netto (nilai wajar dikurangi kos-
kos untuk menjualnya).
2. Tidak perlu dilakukan depresiasi atau amortisasi untuk aset-aset yang
akan segera dilepaskan selama perioda aset-aset itu masih ada (belum
dilepaskan).
3. Aset-aset akan dilepaskan dapat dinaikkan atau diturunkan dalam
perioda-perioda selanjutnya, sejauh jumlah tercatatnya setelah
dinaikkan tidak melebihi jumlah tercatat aset sebelum mengalami
penurunan nilai.

Uji penurunan nilai dilakukan dengan membandingkan antara jumlah


tercatat dengan jumlah yang dapat dipulihkan. Nilai yang dapat dipulihkan
dari aset ditentukan dengan dasar yang lebih tinggi antara nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjualnya atau nilai dalam penggunaan.
Selanjutnya, perlakuan akuntansi untuk aset yang mengalami penurunan
nilai dibedakan untuk aset yang masih akan digunakan dan aset yang akan
dilepaskan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 124


Bab 7 – Aset Tetap

Untuk aset yang masih akan digunakan:


1. Rugi penurunan nilai: jumlah tercatat lebih besar dari jumlah yang dapat
dipulihkan
2. Depresiasi dilakukan dengan basis biaya yang baru
3. Pembalikan/pemulihan rugi penurunan nilai diperbolehkan menurut
IFRS.

Untuk aset yang akan dilepaskan (tetapi masih ada di perusahaan):


1. Aset harus dilaporkan dengan dasar yang lebih rendah, biaya ATAU nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjualnya (nilai realisasi netto)
2. Tidak perlu dilakukan depresiasi

7.13. Perlakuan akuntansi deplesi sumber daya alam.


Sumber daya alam dapat dibagi menjadi 2 kategori:
1. Biological assets (timberlands)
2. Sumber daya mineral (oil, gas, and mineral mining), ciri: 1) Penggunaan
sepenuhnya dari aktiva tersebut. 2) Penggantian aset hanya jika terjadi
secara alami .

Perhitungan deplesi meliputi :


(1) Biaya Pre-exploratory.
(2) Biaya Exploratory dan evaluasi
(3) Biaya pengembangan

Biasanya, perusahaan menghitung deplesi berdasarkan metode unit produksi


(activity approach). Deplesi adalah fungsi dari jumlah unit yang diekstraksi selama
periode berjalan.
Illustrasi: MaClede Co. Memperoleh hak mengunakan 1,000 are tanah di
Afrika Selatan untuk penambangan perak. Biaya leasing $50,000, dan biaya
ekploratori $100,000. Biaya pengembangan tak berwujud yang terjadi dalam
membangun peralatan dan pengeboran tambanga $850,000. MaClede
mengestimasi bahwa tambang akan menghasilkan 100,000 ons perak. Biaya
per unit diperoleh dengan membagi total biaya dengan estimasi hasil yang akan
diperoleh, yaitu : $ 1.000.000/100.000 = $ 10/ons.
Jika MaClede mengekstrak 25,000 ons pada tahun pertama maka deplesi untuk
tahun pertama adalah $250,000 (25,000 ounces x $10).

MaClede kemudian mencatat dalam jurnal sebagai berikut :

Persediaan $ 250,000
Akumulasi deplesi $ 250,000

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 125


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

Posisi Laporan keuangan MaClede :

Di laporan laba rugi, Biaya deplesi yang berhubungan dengan persediaan


yang terjual adalah bagian dari harga pokok penjualan.

7.14. Revaluasi Aset Tetap


Setelah akuisisi, Perusahaan dapat menilai aset jangka panjang-berwujud pada
harga perolehan atau nilai wajar
Perusahaan dapat memilih untuk merevaluasi hanya satu “Kelas” aset, misalnya
bangunan, tanpa merevaluasi “Kelas” aset lainnya seperti tanah dan peralatan.
Kelas Aset adalah kelompok aset yang memiliki sifta yang serupa dan digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan.

Network Rail (GBR) memilih nilai wajar untuk melaporkan jaringan kereta api yang
dimiliki.
► Meningkatkan aktiva jangka panjang-berwujud senilai £4,289 juta.
► Perubahan nilai wajar dicatat dengan menyesuaikan akun aset dan
menetapkan sebuah laba yang tidak terealisasi (unrealized gain.)
► Laba tidak terealisasi sering kali dikenal sebagai surplus revaluasi
(revaluation surplus).

Contoh Revaluasi Tanah


Siemens Group (DEU) membeli tanah €1,000,000 pada tgl 5 January 2010.
Perusahaan memilih untuk melakukan revaluasi atas tanah pada periode
berjalan.Pada 31 Desember 2010, nilai wajar tanah €1,200,000.

Jurnal untuk mencatat nilai wajar tanah adalah:


Tanah 200,000
Keuntungan tidak direalisasi-revaluasi tanah 200,000

Keuntungan tidak direalisasi-revaluasi tanah (Unrealized Gain on Revaluation—


Land) meningkatkan pendapatan komprehensif lain-lain dalam laporan laba
komprehensif

Contoh Revaluasi Aset Tetap yang dapat disusutkan


Lenovo Group (CHN) membeli peralatan senilai ¥500,000 pada tgl 2 January 2010.
Peralatan memiliki umur ekonomis 5 tahun, depresiasi menggunakan metode garis
lurus dengan nilai sisa nol. Per 31 Desember 2010.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 126


Bab 7 – Aset Tetap

Lenovo mencatat biaya depresiasi sebagai berikut :

Biaya Depresiasi 100,000


Akumulasi depresiasi peralatan 100,000

Setelah penjurnalan tersebut nilai buku peralatan Lenovo adalah ¥400,000


(¥500,000 - ¥100,000). Lenovo menerima penilaian sebuah penilai independen
dimana nilai wajar peralatan per 31 Desember 2010 dinilai sebesar ¥460,000.

Jurnal untuk mencatat nilai wajar peralatan adalah:

Akumulasi depresiasi peralatan 100,000


Peralatan 40,000
Keuntungan tidak direalisasi-revaluasi peralatan 60,000

Tampilan penyajian hasil revaluasi di laporan keuangan:

7.15. Teknik Analisa Aset Tetap


Rasio yang dapat digunakan untuk menganalisa aset tetap

a. Perputaran Aset (Asset Turnover)


Rasio ini digunakan untuk kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
penjualan dari jumlah aset yang dimiliki.

Perputaran Aset = Penjualan Bersih


Rata-rata Aset

b. Return on Asset
Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan
menggunakan aset untuk menghasilkan laba.

ROA = Penjualan Bersih


Rata-rata Total Aset

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 127


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

7.16. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap


Entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut dalam catatan atas laporan keuangan,
untuk setiap kelompok aset tetap:
 dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat kotor;
 metode penyusutan, umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan ;
 jumlah tercatat kotor dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan rekonsiliasi
jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.
 penurunan nilai aset
 nilai pertanggungan asuransi atas aset tetap, jika asuransi dilakukan dan
pendapat manajemen apakah nilai tersebut memadai untuk itu.

Dalam catatan atas laporan keuangan juga perIu diungkapkan


(a) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan
untuk utang;
(b) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang
dalam pembangunan;
(c) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan
(d) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi,
jika tidak diungkapkan secara terpisah pada laporan laba rugi.

Jika selama periode pelaporan terdapat perubahan estimasi akuntansi yang


berdampak material baik pada periode sekarang maupun pada periode akan datang,
maka sifat dan dampak perubahan tersebut harus diungkapkan sehingga pembaca
laporan keuangan mendapatkan informasi yang memadai sebagai bahan
pertimbangan dalam menilai laporan keuangan. Perubahan estimasi dapat terjadi
karena adanya perubahan pada estimasi nilai residu, estimasi nilai pembongkaran,
pemindahan atau restorasi suatu aset tetap, umur manfaat dan metode penyusutan.

Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut harus diungkapkan:
(a) tanggal efektif revaluasi;
(b) apakah penilai independen dilibatkan;
(c) metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar
aset;
(d) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasar
harga yang dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir
yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
(e) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut
dicatat dengan model biaya; dan
(f) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 128


Bab 7 – Aset Tetap

RANGKUMAN
Pembahasan pada bab ketujuh ini difokuskan pada aset tetap mulai dari definisi,
pengakuan, penilaian, penyajian, pengungkapan dan teknik analisa aset tetap.
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan dapat menyajikan aset tetap
pada bagian Aset dalam Laporan Posisi Keuangan dengan benar sesuai dengan
SAK yang berlaku. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan mempelajari
komponen berikutnya yang biasa disajikan pada bagian Aset dalam Laporan Posisi
Keuangan yaitu Aset Tak Berwujud.

Evaluasi Diri
Setelah mempelajari bab ini, saya dapat:
Menjelaskan karakteristik utama dari aset tetap berwujud.
Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk penilaian awal
aset tetap berwujud.
Megilustrasikan perlakuan akuntansi aset tetap berwujud
yang dibangun sendiri.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi kapitalisasi bunga.
Mengilustrasikan berbagai perlakuan akuntansi yang
berkaitan dengan pengakusisian dan penilaian aset tetap.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk biaya-biaya
setelah akusisi asset tetap.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk pelepasan
asset tetap.
Menjelaskan konsep depresiasi.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
depresiasi.
Mengilustrasikan metode-metode depresiasi.
Mengilustrasikan depresiasi untuk komponen aset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
penurunan nilai aset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
revaluasi nilai asset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi deplesi sumber daya
alam.
Mengilustrasikan teknik analisa Aset Tetap.
Mengilustrasikan penyajian aset tetap berwujud di Laporan
Posisi Keuangan.
Beri tanda:
√ Bila anda dapat menjawab evaluasi ini.
? Bila ada belum dapat menjawab evaluasi ini, berarti anda diharapkan untuk
mempelajari kembali bagian tersebut dalam bab ini.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 129


Buku Ajar Akuntansi Keuangan 1

PENILAIAN
- Untuk bab ini penilaian akan dilakukan dengan tes pada saat Ujian Tengah
Semester
- Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini diminta untuk melengkapi portofolio
yang ditugaskan yaitu:
o membuat rangkuman mengenai piutang untuk dikumpulkan pada
pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester.
o mengerjakan soal latihan E10-7, E10-12, E11-2, E11-4, E11-17, E11-18,
E11-21, E11-25 di buku Kieso, Weygandt dan Warfield (2014)

Latihan Mandiri
Latihan 7.1
PT. Alamanda adalah perusahaan pembuat tembikar, bermaksud menukarkan
mesinnya dengan mesin model baru yang memiliki kapasistas lebih besar. Adalah
PT. Ramayana perusahaan sejenis yang bersedia melakukan barter dengan mesin
tersebut. Pertukaran tersebut memiliki substansi komersial. Mesin lama PT.
Alamanda tercatat dengan nilai buku Rp. 120.000.000 (harga perolehan Rp.
300.000.000 dikurangi akumulasi penyusutan Rp. 180.000.000) dan nilai wajar Rp.
125.000.000. Mesin model baru PT. Ramayana memiliki nilai wajar Rp. 150.000.000,
dan untuk pertukaran ini PT. Alamanda diharuskan menambah pembayaran kas
sebesar Rp. 30.000.000.
Diminta : hitung harga perolehan mesin baru dan catatlah akuisisi mesin baru
tersebut!

Latihan 7.2
PT. Rajawali memiliki mesin dengan harga perolehan Rp. 200.000.000 ketika dibeli
pada tanggal 1 juli 2010, yang diestimasi memiliki umur ekonomi 5 tahun dan tanpa
nilai sisa. Pada 31 Desember 2012, mesin tersebut memiliki nilai wajar sebesar Rp.
70.000.000.
Diminta :
a. Lakukan uji penurunan nilai dan siapkan ayat jurnal yang dibutuhkan.
b. Pada 31 Desember 2013 diketahui bahwa nilai wajar mesin adalah
sebesar Rp. 85.000.000, siapkan ayat jurnal yang dibutuhkan.

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 130


Bab 7 – Aset Tetap

DAFTAR BACAAN
IAS 16 (2014), Property, Plant and Equipment

Kartikahadi, Sinaga, Saymsul, dan Siregar. 2016. Akuntansi Keuangan berdasarkan


SAK berbasis IFRS Jilid 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Kieso, Weygandt, and Warfield. 2014. Intermediate Accounting IFRS 2 nd edition.


John Wiley & Sonss, Inc. China.

Martani, Siregar, Wardhani, Farahmita, dan Tanujaya. 2012. Akuntansi Keuangan


berdasarkan SAK berbasis IFRS Jilid 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

PSAK 16 (2014). Aset Tetap

PSAK 26 (2014). Biaya Pinjaman

PSAK 48 (2014). Penurunan Nilai Aset

PSAK 58 (2014). Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan

Elin Erlina Sasanti & Eni Indriani | 131

Anda mungkin juga menyukai