ASET TETAP
PENDAHULUAN
Hampir setiap perusahaan bisnis dari berbagai ukuran dan aktivitas menggunakan
aktiva yang bersifat tahan lama. Properti, bangunan dan peralatan merupakan aset
berwujud (terlihat) yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan untuk kegiatan
produksi atau penawaran barang dan jasa, disewakan kepada pihak lain, untuk
tujuan administratif, yang diharapkan dapat dipakai lebih dari satu periode. Jenis
aset seperti ini dikenal dengan nama aset tetap yang merupakan salah satu aset
utama entitas, terutama yang bergerak di bidang manufaktur, utilitas, pertambangan
dan mineral serta industri lainnya. Bab ini akan membahas perlakuan akuntansi
untuk aset tetap. Setelah menyelesaikan bab ini mahasiswa diharapkan dapat
menyajikan aset tetap di Laporan Posisi Keuangan dengan benar sesuai dengan
SAK yang berlaku.
KA 7
Menyajikan Aktiva Tetap dengan benar sesuai SAK yang
berlaku.
I 7.15
Mengilustrasikan penyajian aktiva tetap di
Laporan Posisi Keuangan
I 7.14
Mengilustrasikan teknik analisa aktiva
I 7.12
Menjelaskan permasalahan
akuntansi yang berkaitan dengan
revaluasi nilai aktiva tetap
I 7.11
Menjelaskan permasalahan
akuntansi yang berkaitan dengan
penurunan nilai aktiva tetap
I 7.10
Mengilustrasikan depresiasi untuk
komponen aktiva tetap
I 7.9
Mengilustrasikan metode-metode
depresiasi
I 7.8 I 7.13
Menjelaskan factor-faktor yang Menjelaskan prosedur akuntansi
mempengaruhi proses depresiasi. deplesi sumber daya alam.
I 7.7
Menjelaskan konsep depresiasi.
I 7.6 I 7.4
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi Menjelaskan permasalahan akuntansi yang
untuk biaya-biaya setelah akusisi berkaitan dengan kapitalisasi bunga
I 7.5 I 7.3
Menjelaskan berbagai macam isu akuntansi Menjelaskan permasalahan akuntansi yang
yang berkaitan dengan pengakusisian dan berkaitan dengan aktiva tetap yang
penilaian aktiva tetap. dibangun sendiri
I 7.2
Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk
penilaian awal aktiva tetap.
I 7.1
Menjelaskan karakteristik utama dari aktiva
tetap.
Berwujud adalah: (a) Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan (b) Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu perioda.
A. Biaya Tanah
Nilai perolehan tanah merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan tanah hingga tanah tersebut siap dipakai, termasuk di
dalamnya biaya-biaya yang menyangkut pemindahan nama atas tanah,
pembersihan tanah, dan sebagainya. Secara umum, jika tujuan tanah untuk
diperoleh dan dimiliki bersifat spekulatif, maka tanah harus diklasifikasikan
sebagai investasi. Dan, jika tanah dimiliki dengan tujuan dijual kembali, maka
tanah tersebut diklasifikasikan sebagai persediaan (biasanya dalam
perusahaan developer real estate).
B. Biaya Bangunan
Seperti aset lainnya, biaya bangunan mencakup seluruh biaya hingga
bangunan siap dipakai. Dalam hal bangun baru akan dibangun di atas tanah
yang memiliki bangunan lama yang akan dibongkar, maka biaya bangunan
tersebut termasuk di dalamnya biaya pembongkaran bangunan lama
dikurangi nilai wajar bangunan lama, serta tentu saja biaya pembangunan
bangunan baru sampai bangunan baru siap digunakan.
C. Biaya Peralatan
Biaya-biaya yang termasuk dalam peralatan meliputi harga beli, tarif
pengangkutan, asuransi yang dikenakan selama barang transit, biaya-biaya
dasar jika ada, perakitan dan penginstalan peralatan, dan biaya yang
termasuk dalam pengetesan peralatan.
bunga yang terjadi selama proses konstruksi (biaya bunga yang tidak terjadi
selama proses konstruksi tidak ikut dihitung). Sehingga, nilai aset yang
dikontruksi dari dana pinjaman (hutang), akan lebih tinggi dari sumber dana
yang berasal dari kas.
Untuk menerapkan konsep biaya bunga yang dapat dihindari, perusahaan dapat
menentukan jumlah biaya bunga yang dikapitalisasi selama periode akuntansi
dengan menjumlahkan tingkat bunga melalui akumulasi pengeluaran rata-rata
tertimbang untuk aset yang berkualifikasi selama periode tersebut.
Untuk menentukan tingkat bunga yang digunakan pada akumulasi pengeluaran rata-
rata tertimbang, perusahaan menggunakan prinsip tingkat bunga:
1. Untuk jumlah akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang jumlahnya
lebih kecil atau sama dengan jumlah yang dipinjam untuk pendanaan
konstruksi, gunakan tingkat bunga yang terjadi pada jumlah pinjaman
tertentu.
2. Untuk jumlah akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang jumlahnya
lebih besar dari jumlah yang dipinjam untuk pendanaan konstruksi, gunakan
tingkat bunga yang terjadi di semua total hutang selama periode
bersangkutan.
Untuk menerapkan konsep bunga yang dapat dihindarkan, jumlah bunga potensial
yang dapat dikapitalisasi selama periode akuntansi ditentukan dengan mengalikan
suku bunga dengan akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang dari aktiva
(weighted-average accumulated expenditures) yang memenuhi kualifikasi selama
perioda berjalan.
Weighted-Average Accumulated Expenditure (WAAE).
Di dalam menghitung akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang, pengeluaran
konstruksi ditimbang dengan jumlah waktu (bagian dari tahun atau periode
akuntansi) dimana terdapat biaya bunga akibat dari pengeluaran tersebut.
Tingkat suku bunga.
Prinsip yang digunakan dalam memilih suku bunga yang tepat untuk
diaplikasikan pada akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang adalah:
1. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang kurang dari
atau sama dengan jumlah yang dipinjam secara khusus untuk membiayai
pembangunan aktiva, gunakan tingkat bunga yang terjadi atas pinjaman
khusus.
2. Untuk bagian akumulasi pengeluaran rata-rata tertimbang yang lebih besar
dari setiap hutang yang dipinjam khusus untuk membiayai pembuatan
aktiva, gunakan suku bunga rata-rata tertimbang yang terjadi atas semua
hutang lainnya yang beredar selama periode berjalan.
Masalah khusus yang berhubungan dengan Kapitalisasi Bunga
Dua masalah yang berkaitan dengan kapitalisasi bunga yang memerlukan perhatian
khusus adalah :
1. Pengeluaran/belanja tanah
Apabila tanah dibeli dengan tujuan mengembangkannya untuk kegunaan
tertentu, maka biaya bunga yang berhubungan dengan pengeluaran tersebut
dapat dikualifikasi sebagai kapitalisasi bunga. Jika tanah dibeli untuk dijadikan
sebagai lokasi suatu bangunan (seperti lokasi pabrik), maka biaya bunga
yang dikapitalisasi selama periode konstruksi merupakan bagian dari biaya
pabrik bukan tanah. Sebaliknya, jika tanah akan dikembangkan untuk dijual,
maka setiap biaya bunga yang dikapitalisasi harus menjadi bagian dari biaya
akuisisi tanah yang sedang dikembangkan itu. Akan tetapi, jika pembelian
tanah itu dilakukan untuk tujuan spekulasi maka biaya bunga tidak perlu
dikapitalisasi karena aktiva tersebut telah siap untuk digunakan.
2. Pendapatan Bunga
Perusahaan seringkali meminjam dana untuk membiayai pembangunan suatu
aktiva dan menginvestasikan secara temporer kelebihan dana pinjaman
dalam sekuritas berbunga untuk sementara waktu hingga dana tersebut
dibutuhkan untuk membiayai konstruksi. Selama tahap awal konstruksi,
pendapatan bunga yang dihasilkan dapat melebihi biaya bunga yang timbul
atas dana pinjaman.
Semi-truk 60,000
Akumulasi depresiasi —Truk 22,000
Truk 64,000
Keuntungan pelepasan Truk 7,000
Kas 11,000
b. Hibah Pemerintah
Hibah adalah bantuan yang diterima dari pemerintah dalam bentuk transfer
sumber daya kepada perusahaan sebagai balasan atas kepatuhan pada masa
lampau atau masa yang akan datang dengan mengkondisikan aktivitas operasi
perusahaan pada kondisi tertentu.
IFRS mengharuskan hibah di akui sebagai pendapatan (income approach)
berdasarkan dasar sistematik yang sesuai dengan harga perolehan terkait yang
dimaksudkan untuk dikompensasikan.
IFRS mengizinkan untuk mencatat hibah pemerintah dengan 2 cara :
1. Mengkredit Pendapatan Hibah yang di tunda dan mengamortisasinya
selama umur ekonomis aset hibah.
2. Mengkredit Aset Hibah dan mendepresiasinya selama umur ekonomis.
Jurnal yang dibuat perusahaan pada saat menerima hibah adalah sebagai
berikut :
Model Biaya
Model biaya adalah model yang selama ini kita kenal, yaitu setelah pengakuan
awal, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara
material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada
tanggal neraca.
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti
pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang
ditentukan oleh penilai. Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar
penentuan nilai wajar karena sifat dari aset tetap yang khusus dan jarang
diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang berkelanjutan, entitas
mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan
Agar dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak Iancar dimiliki untuk dijual, terdapat
dua syarat yang harus dipenuhi oleh entitas, yaitu:
Aset tetap tersebut memang tersedia untuk dapat segera dijual pada
kondisinya sekarang.
Penjualan atas aset tetap tersebut sangat mungkin terjadi, yang ditandai
dengan komitmen dari manajemen untuk menjual dan telah melakukan upaya
untuk menjual aset tersebut pada harga yang wajar.
Aset tetap yang direklasifikasi menjadi aset tidak Iancar dimiliki untuk dijual harus
diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan harga jual dikurang
dengan biaya untuk menjual.
PSAK 58 menetapkan bahwa penjualan atas aset tetap harus dilakukan dalam
waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi. Jika periode penjualan melebihi waktu 1
(satu) tahun, maka manajemen harns menentukan apakah memang masih memiliki
intensi untuk menjual, apakah penjualan masih sangat mungkin terjadi.
Tanah secara khusus tidak disusutkan, karena pada dasarnya nilai tanah tidak
berkurang walaupun digunakan atau berjalannya waktu. Perbedaan penguasaan
fisik atas tanah berdasarkan hak milik dan hak lainnya diperlakukan sesuai dengan
ISAK 25 tentang Hak atas Tanah.
Metode ini bersandar pada dua asumsi: (1) Kegunaan ekonomis asset sama
tiap tahunnya; (2) beban perbaikan dan pemeliharaan tiap tahun selalu sama.
Jika indikator penurunan muncul, maka tes penurunan nilai harus dilakukan, dengan
cara :
- Jumlah tercatat/tercatat dibandingkan dengan jumlah yang dapat dipulihkan
- Jumlah yang dapat dipulihkan adalah yang lebih besar antara [nilai wajar–
biaya untuk menjual] atau nilai dalam penggunaan.
Jika pada periode berikutnya, entitas menentukan bahwa aset tetap yang
sebelumnya telah diturunkan nilainya, kemudian mengalami pemulihan nilai. PSAK
48 mengatur bahwa jika terjadi pemulihan nilai aset yang sebelumnya pernah
diturunkan nilainya, maka aset yang sudah diturunkan nilainya dapat dipulihkan,
namun jumlah yang dipulihkan tidak boleh melebihi nilai tercatat aset, jika sekiranya
sebelumnya nilainya tidak diturunkan.
Persediaan $ 250,000
Akumulasi deplesi $ 250,000
Network Rail (GBR) memilih nilai wajar untuk melaporkan jaringan kereta api yang
dimiliki.
► Meningkatkan aktiva jangka panjang-berwujud senilai £4,289 juta.
► Perubahan nilai wajar dicatat dengan menyesuaikan akun aset dan
menetapkan sebuah laba yang tidak terealisasi (unrealized gain.)
► Laba tidak terealisasi sering kali dikenal sebagai surplus revaluasi
(revaluation surplus).
b. Return on Asset
Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan
menggunakan aset untuk menghasilkan laba.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut harus diungkapkan:
(a) tanggal efektif revaluasi;
(b) apakah penilai independen dilibatkan;
(c) metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar
aset;
(d) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasar
harga yang dapat diobservasi dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir
yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
(e) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut
dicatat dengan model biaya; dan
(f) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
RANGKUMAN
Pembahasan pada bab ketujuh ini difokuskan pada aset tetap mulai dari definisi,
pengakuan, penilaian, penyajian, pengungkapan dan teknik analisa aset tetap.
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa diharapkan dapat menyajikan aset tetap
pada bagian Aset dalam Laporan Posisi Keuangan dengan benar sesuai dengan
SAK yang berlaku. Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan mempelajari
komponen berikutnya yang biasa disajikan pada bagian Aset dalam Laporan Posisi
Keuangan yaitu Aset Tak Berwujud.
Evaluasi Diri
Setelah mempelajari bab ini, saya dapat:
Menjelaskan karakteristik utama dari aset tetap berwujud.
Menjelaskan biaya-biaya yang termasuk penilaian awal
aset tetap berwujud.
Megilustrasikan perlakuan akuntansi aset tetap berwujud
yang dibangun sendiri.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi kapitalisasi bunga.
Mengilustrasikan berbagai perlakuan akuntansi yang
berkaitan dengan pengakusisian dan penilaian aset tetap.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk biaya-biaya
setelah akusisi asset tetap.
Mengilustrasikan perlakuan akuntansi untuk pelepasan
asset tetap.
Menjelaskan konsep depresiasi.
Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses
depresiasi.
Mengilustrasikan metode-metode depresiasi.
Mengilustrasikan depresiasi untuk komponen aset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
penurunan nilai aset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
revaluasi nilai asset tetap.
Menjelaskan perlakuan akuntansi deplesi sumber daya
alam.
Mengilustrasikan teknik analisa Aset Tetap.
Mengilustrasikan penyajian aset tetap berwujud di Laporan
Posisi Keuangan.
Beri tanda:
√ Bila anda dapat menjawab evaluasi ini.
? Bila ada belum dapat menjawab evaluasi ini, berarti anda diharapkan untuk
mempelajari kembali bagian tersebut dalam bab ini.
PENILAIAN
- Untuk bab ini penilaian akan dilakukan dengan tes pada saat Ujian Tengah
Semester
- Mahasiswa yang mengikuti perkuliahan ini diminta untuk melengkapi portofolio
yang ditugaskan yaitu:
o membuat rangkuman mengenai piutang untuk dikumpulkan pada
pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester.
o mengerjakan soal latihan E10-7, E10-12, E11-2, E11-4, E11-17, E11-18,
E11-21, E11-25 di buku Kieso, Weygandt dan Warfield (2014)
Latihan Mandiri
Latihan 7.1
PT. Alamanda adalah perusahaan pembuat tembikar, bermaksud menukarkan
mesinnya dengan mesin model baru yang memiliki kapasistas lebih besar. Adalah
PT. Ramayana perusahaan sejenis yang bersedia melakukan barter dengan mesin
tersebut. Pertukaran tersebut memiliki substansi komersial. Mesin lama PT.
Alamanda tercatat dengan nilai buku Rp. 120.000.000 (harga perolehan Rp.
300.000.000 dikurangi akumulasi penyusutan Rp. 180.000.000) dan nilai wajar Rp.
125.000.000. Mesin model baru PT. Ramayana memiliki nilai wajar Rp. 150.000.000,
dan untuk pertukaran ini PT. Alamanda diharuskan menambah pembayaran kas
sebesar Rp. 30.000.000.
Diminta : hitung harga perolehan mesin baru dan catatlah akuisisi mesin baru
tersebut!
Latihan 7.2
PT. Rajawali memiliki mesin dengan harga perolehan Rp. 200.000.000 ketika dibeli
pada tanggal 1 juli 2010, yang diestimasi memiliki umur ekonomi 5 tahun dan tanpa
nilai sisa. Pada 31 Desember 2012, mesin tersebut memiliki nilai wajar sebesar Rp.
70.000.000.
Diminta :
a. Lakukan uji penurunan nilai dan siapkan ayat jurnal yang dibutuhkan.
b. Pada 31 Desember 2013 diketahui bahwa nilai wajar mesin adalah
sebesar Rp. 85.000.000, siapkan ayat jurnal yang dibutuhkan.
DAFTAR BACAAN
IAS 16 (2014), Property, Plant and Equipment
PSAK 58 (2014). Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan