Anda di halaman 1dari 78

BAB 4

METODE HARGA POKOK PROSES


Tujuan yang diharapkan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan para mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan karakteristik metode harga pokok proses.
2. Menjelaskan ciri-ciri khas metode harga pokok proses
3. Membedakan metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses
4. Menjelaskan manfaat informasi harga pokok produksi
5. Menerapkan akuntansi metode harga pokok proses tanpa memperhitungkan
persediaan barang dalam proses awal dalam kasus :
a. Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi,
b. Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi,
c. Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Dalam Proses Terhadap
Perhitungan HPP Per Unit
6. Menerapkan akuntansi metode harga pokok proses dengan
memperhitungkan persediaan barang dalam proses awal dalam kasus :
a. Metode HP rata-rata tertimbang
b. Metode FIFO (First in first out)
7. Menerapkan akuntansi metode harga pokok proses dengan
memperhitungkan Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi
Setelah Departemen 1
8. Menerapkan akuntansi metode harga pokok proses dengan
memperhitungkan adanya Produk Yang Rusak, Cacat, Sisa Dan Bahan
Buangan

A. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses


Metode Harga Pokok proses adalah suatu system yang mengakumulasi
biaya produksi yang dilakukan oleh departemen atau pusat biaya. Metode
akumulasi biaya produksi ditentukan oleh karakteristik proses produk
perusahaan. Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produknya
adalah:
1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama (homogen)
3. Biaya dikumpulkan setiap satuan waktu tertentu
4. Tujuan produksi untuk mengisi persediaan
5. Kegiatan produksi kontinyu
6. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
7. Total biaya dan biaya per unit dihitung setiap akhir periode
Contoh : perusahaan Barang (tekstil, BBM, baja, ban, semen, gula, pharmasi,
elektronik, dan sebagainya), Jasa (PLN, Telkom, DAMRI, dan sebagainya).

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 1


B. Ciri-ciri Khas Metode Harga Pokok Proses
Dalam metode Harga Pokok Proses arus dari unit dan biaya melalui
beberapa operasi atau departemen dan mengumpulkan biaya tambahan dalam
perjalanannya. Biaya perunit untuk setiap departemen didasarkan pada
hubungan antara biaya yang ditetapkan pada suatu periode tertentu dengan unit
yang telah diselesaikan pada periode tersebut.
Adapun ciri-ciri khas metode HP Proses adalah, sebagai berikut:
1. Biaya diakumulasikan dan dibukukan oleh departemen atau pusat biaya
2. Setiap departemen mempunyai buku besar untuk perkiraan barang dalam
proses. Perkiraan ini dibebankan dengan biaya produksi yang terjadi dalam
departemen tersebut.
3. Unit yang serupa (unit ekuivalen) digunakan untuk menyatakan kembali
barang dalam proses dibandingkan dengan barang jadi pada akhir periode
4. Biaya perunit ditentukan oleh departemen untuk setiap periode.
5. Barang jadi dan biaya yang sehubungan dipindahkan ke departemen berikut
atau ke gudang. Pada waktu unit barang tersebut meninggalkan departemen
proses yang terakhir, biaya keseluruhan untuk periode tersebut sudah
terakumulasi dan dapat digunakan untuk menentukan biaya perunit barang
jadi
6. Total biaya dan biaya perunit untuk setiap departemen secara periodik
dijumlahkan, dianalisis dan dihitung melalui penggunaan laporan biaya
produksi dalam departemen.
Dalam pembebanan biaya pada HP Proses terdiri atas tiga sistem yaitu :
1. Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan biaya sesungguhnya
2. Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung dibebankan berdasarkan
biaya sesungguhnya, tapi BOP berdasarkan tarif ditentukan di muka
3. Semua elemen biaya dibebankan berdasarkan HP yang ditentukan di muka
Sedangkan dalam proses produksi dapat digolongkan menjadi :
1. Perusahaan yang menghasilkan satu jenis produk yang diproses
a. Melalui satu tahapan pengolahan
b. Melalui beberapa tahapan pengolahan
2. Perusahaan yang menghasilkan beberapa jenis produk yang diproses
a. Melalui satu tahapan pengolahan
b. Melalui beberapa tahapan pengolahan

Konsep Harga Pokok Proses

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 2


Untuk memahami karakteristik metode HP proses, berikut ini disajikan
perbedaan metode HP proses dengan metode HP pesanan:
Pembeda Metode HP Proses Metode HP Pesanan
1. Pengumpulan Per departemen produksi Menurut pesanan
biaya produksi per periode akuntansi
2. Perhitungan 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
HP produksi 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛
perunit Perhitungannya setiap Perhitungannya saat pesanan selesai
akhir periode akuntansi
3. Penggolongan Pembedaan biaya
Biaya produksi dipisahkan menjadi
biaya produksi produksi langsung danBP langsung (dibebankan kepada
tidak langsung seringproduk berdasarkan biaya aktual)
tidak diperlakukan dan BP tidak langsung (dibebankan
kepada produk berdasarkan tarif
yang ditentukan dimuka
4. Unsur biaya BOP terdiri dari selain BOP terdiri dari biaya bahan
yang biaya bahan dan TK. penolong, tenaga kerja tidak
digolongkan BOP dibebankan kepada langsung dan BOP lainnya.
dalam BOP produk sebesar biaya BOP ditentukan berdasarkan tarif
aktual yang ditentukan dimuka

C. Manfaat informasi harga pokok produksi


Dalam perusahaan yang berproduksi massa, informasi harga pokok
produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen
untuk:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 3


1. Menentukan harga jual produk
Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah
satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non
biaya. Formula penetapan harga jual, sebagai berikut:
Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Rp. xxx
Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu Rp. xxx +
Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu Rp. xxx
Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu Rp. xxx :
Taksiran HP Produk perunit Rp. xxx
Laba perunit produk yang diinginkan Rp. xxx +
Taksiran harga jual perunit yang dibebankan Rp. xxx
Sedangkan taksiran biaya produksi terdiri dari:
Taksiran biaya bahan baku Rp. xxx
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx
Taksiran BOP Rp. xxx +
Taksiran biaya produksi Rp. xxx

2. Memantau realisasi biaya produksi


Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi
yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah
proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang
diperhitungkan sebelumnya.
Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan menggunakan metode HP
Proses. Formula perhitungan biaya produksi aktual:
Biaya bahan baku actual Rp. xxx
Biaya tenaga kerja aktual Rp. xxx
BOP aktual Rp. xxx +
Taksiran biaya produksi aktual Rp. xxx

3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu


Informasi laba/rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui kontribusi
produk dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.
Laba/rugi bruto tiap periode dihitung sbb:

Hasil Penjualan
Rp. xxx
(harga jual perunit x volume produk yang dijual )
Persediaan Produk jadi awal Rp. xxx
Persediaan produk dlm proses awal Rp. xxx
Biaya produksi :
Biaya bahan baku aktual Rp. xxx
Biaya TKL aktual Rp. xxx

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 4


Biaya OP aktual Rp. xxx +
Total biaya produksi Rp. xxx +
Rp. xxx
Persediaan produk dalam proses akhir Rp. xxx -
Harga pokok produksi Rp. xxx +
HPP yang tersedia untuk dijual Rp. xxx
Persediaan produk jadi akhir Rp. xxx -
Harga pokok produk yang dijual Rp. xxx -
Laba / rugi bruto Rp. xxx

4. Menentukan HP persediaan produk jadi dan HP produk dalam proses yang


disajikan dalam neraca
Pada akhir periodik, manajemen dituntut untuk membuat pertanggung
jawaban keuangan (neraca dan laporan rugi/laba). Di dalam neraca,
manajemen harus menyajikan HP produk jadi dan HP yang pada tanggal
neraca masih dalam proses.
Biaya produksi yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada
tanggal necara, disajikan dalam neraca sebagai HP produk jadi. Biaya produk
yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses
pengerjaan, disajikan dalam neraca sebagai HP produk dalam proses.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 5


D. Metode Harga Pokok Proses Tanpa Memperhitungkan Persediaan Barang
Dalam Proses Awal
Untuk memberikan gambaran awal penggunaan HP Proses dalam
pengumpulan biaya produksi, berikut ini disajikan beberapa contoh penggunaan
metode HP Proses tanpa memperhitungkan persediaan produk dalam proses
awal:
1. Produk Diolah Melalui Satu Departemen Produksi
Contoh 1:
PT Maharani mengolah produknya secara massa melalui satu departemen
produksi. Jumlah biaya yang dikeluarkan selama bulan Januari 2010, sbb:
Biaya Bahan Baku Rp. 5.000.000
Biaya Bahan Penolong Rp. 7.500.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 11.250.000
BOP Rp. 16.125.000 +
Taksiran biaya produksi aktual Rp 39.875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut:


Produk jadi 2.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian
500 kg
(BB 100%, BP 100%, TK 50%, BOP 30%)
2.500 kg
Diminta : Susunlah laporan biaya produksi bulan Januari 2010?

Langkah-langkah penyelesaian:
1. Perhitungan HP Produksi per unit:
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
Bahan baku Rp. 5.000.000 2.000 + 100% (500) = 2.500 Rp. 2.000
Bahan penolong Rp. 7.500.000 2.000 + 100% (500) = 2.500 Rp. 3.000
BTK Rp. 11.250.000 2.000 + 50% (500) = 2.250 Rp. 5.000
BOP Rp. 16.125.000 2.000 + 30% (500) = 2.150 Rp. 7.500
Total Rp. 39.875.000 Rp. 17.500

2. Perhitungan HP produk jadi dan persediaan produk dalam proses:


HP produk jadi : 2.000 x Rp. 17.500 Rp. 35.000.000
HP Persediaan produk dalam proses:
Biaya Bahan Baku : 100% x 500 x Rp. 2.000 = Rp. 1.000.000
Biaya Bahan Penolong : 100% x 500 x Rp. 3.000 = Rp. 1.500.000
Biaya TK : 50% x 500 x Rp. 5.000 = Rp. 1.250.000
Biaya OP : 30% x 500 x Rp. 7.500 = Rp. 1.125.000 +
Rp. 4.875.000 +
Jumlah Biaya Produksi Bulan Januari 2010 Rp. 39.875.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 6


3. Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2010
PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2010

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 2.500 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2.000 kg
Produk dalam proses akhir 500 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 2.500 kg
Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:
Total Per kg
Biaya Bahan Baku Rp. 5.000.000 Rp. 2.000
Biaya Bahan Penolong Rp. 7.500.000 Rp. 3.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 11.250.000 Rp. 5.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 16.125.000 Rp. 7.500
Jumlah Rp. 39.875.000 Rp. 17.500

Perhitungan Biaya:
HPPJ yang ditransfer ke gudang Rp. 35.000.000
HPPP dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku Rp. 1.000.000
Biaya Bahan Penolong Rp. 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.125.000
Rp. 4.875.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan Rp. 39.875.000

4. Jurnal pencatatan biaya produksi:


a. Jurnal Biaya Bahan Baku:
Barang Dalam Proses - BBB Rp. 5.000.000
Persediaan Bahan Baku Rp. 5.000.000

b. Jurnal biaya bahan penolong:


Barang Dalam Proses - BBP Rp. 7.500.000
Persediaan Bahan Penolong Rp. 7.500.000

c. Jurnal biaya tenaga kerja:


Barang Dalam Proses - BTK Rp. 11.250.000
Gaji dan Upah Rp. 11.250.000

d. Jurnal biaya overhead pabrik:


Barang Dalam Proses - BOP Rp. 16.125.000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. 16.125.000

e. Jurnal transfer HP produk jadi ke gudang:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 7


Persediaan Produk Jadi Rp. 35.000.000
Barang Dalam Proses – BBB Rp. 4.000.000*)
Barang Dalam Proses – BBP Rp. 6.000.000
Barang Dalam Proses – BTK Rp. 10.000.000
Barang Dalam Proses – BOP Rp. 15.000.000
*) 2.000 kg x Rp. 2.000 = Rp. 4.000.000

f. Jurnal HP persediaan produk dalam proses yang belum selesai:


Persediaan produk dalam proses Rp. 4.875.000
Barang Dalam Proses – BBB Rp. 1.000.000
Barang Dalam Proses – BBP Rp. 1.500.000
Barang Dalam Proses – BTK Rp. 1.250.000
Barang Dalam Proses – BOP Rp. 1.125.000

Contoh 2
PT Adhi Putra mengolah produk melalui satu tahap produksi. Data produksi dan
biaya dalam bulan Januari 2010 sebagai berikut :
1. Bahan dibeli secara kredit Rp 40.000.000 dan terpakai Rp 30.000.000
2. Biaya gaji dan upah yang terjadi dan dibayar : Karyawan pabrik Rp 29.000.000,
Karyawan adm dan umum Rp 10.000.000 dan Karyawan Pemasaran Rp 6.
000.000.
3. Biaya lain-lain yg terjadi sebagai berikut :

Elemen Biaya BOP Biaya Biaya Jumlah


Adm&Um Pemasaran
Penyusutan AT 8.000.000 2.000.000 3.000.000 13.000.000
Listrik yg dibayar 4.000.000 800.000 500.000 5.300.000
Lain-lain yg terhutang 2.500.000 1.200.000 500.000 4.200.000

Jumlah 14.500.000 4.000.000 4.000.000 22.500.000

4. Data Produksi dan Penjualan :


Produksi masuk dalam proses 15.000 lt, produk telah selesai 12.500 lt dan
produk dalam proses akhir 2.500 lt dengan tingkat penyelesaian 100% bahan,
dan 80% konversi. Barang jadi dapat dijual tunai sebanyak 10.000 lt dengan
harga Rp 10.000 per liter.

Diminta :
1. Laporan HP Produksi
2. Jurnal selama bulan Januari 2010
3. Menyusun laporan L/R bulan Januari 2010

Penyelesaian

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 8


1. Laporan HP Produksi
PT Adhi Putra
Laporan Harga Pokok Produksi
Bulan Januari 2010
Laporan Produksi Jumlah Liter
Produk Masuk dalam proses 15,000
Produk selesai 12,500
Produk dalam proses (100% bahan, 80% konversi) 2,500
Jumlah Produk yang Dihasilkan 15,000

Biaya yang Dibebankan


Elemen Biaya Jumlah Produksi Ekuivalen HP Per unit
Bahan 30,000,000 15,000 1) 2,000
Tenaga Kerja 29,000,000 14,500 2) 2,000
BOP 14,500,000 14,500 2) 1,000
Jumlah 73,500,000 5,000
Perhitungan Harga Pokok
HP Barang Jadi = 12.500 liter @ Rp 5.000 = 62,500,000
HP Barang Dalam Proses = 2.500 liter
Elemen Biaya Jumlah
Bahan = 2.500 x 100% x Rp 2.000 5,000,000
T K = 2.500 x 80% x Rp 2.000 4,000,000
BOP = 2.500 x 80% x Rp 1.000 2,000,000
Jumlah HP Barang dalam proses 11,000,000
Jumlah HP yang Diperhitungkan 73,500,000

Keterangan :
Produksi ekuivalensi = Produk selesai + Produk dalam Proses (tk. Penyelesaian)
1) = 12.500 + 2.500 (100%) = 15,000
2) = 12.500 + 2.500 (80%) = 14,500

2. Jurnal selama bulan Januari 2010


PT Adhi Putra
JURNAL
Bulan Januari 2005

No Nama Rekening dan Keterangan D K


1 Persediaan Bahan 40,000,000
Hutang Dagang 40,000,000
(mencatat pembelian bahan)
Barang Dalam Proses-BBB 30,000,000
Persediaan Bahan 30,000,000
(mencatat pemakaian bahan)

2 Biaya Gaji dan Upah 45,000,000


Kas 45,000,000
Barang dalam Proses-BTKL 29,000,000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 9


Biaya Adm dan Umum 10,000,000
Biaya Pemasaran 6,000,000
Biaya Gaji dan Upah 45,000,000
(mencatat terjadinya dan pembebanan By Gaji dan Upah)

3 BOP 14,500,000
Biaya Adm dan Umum 4,000,000
Biaya Pemasaran 4,000,000
Akum Penyusutan AT 13,000,000
Kas 5,300,000
Hutang Biaya 4,200,000
(mencatat berbagai macam biaya)
Barang Dalam Proses - BOP 14,500,000
BOP 14,500,000
(mencatat pembebanan BOP kepada produk)

4 Persediaan Barang Jadi 62,500,000


Barang Dalam Proses-BBB 25,000,000
Barang dalam Proses-BTKL 25,000,000
Barang Dalam Proses - BOP 12,500,000
mencatat persed.Barang Jadi dg perincian :
BB : 12.500 x Rp 2.000 = 25,000,000
BTKL : 12.500 x Rp 2.000 = 25,000,000
BOP : 12.500 x Rp 1.000 = 12,500,000

5 Persediaan Barang Dalam Proses 11,000,000


Barang Dalam Proses-BBB 5,000,000
Barang Dalam Proses-BTKL 4,000,000
Barang Dalam Proses-BOP 2,000,000
(mencatat persediaan barang dl proses)

6 Kas (Piutang dagang) 100,000,000


Penjualan 100,000,000
Harga Pokok Penjualan 50,000,000
Persediaan Barang Jadi 50,000,000
(mencatat penjualan 10.000 lt @ Rp 10.000 dg HPP @ Rp 5.000)

7 Penjualan 100,000,000
Harga Pokok Penjualan 50,000,000
Biaya Adm dan Umum 14,000,000
Biaya Pemasaran 10,000,000
Laba/Rugi 26,000,000
(mencatat penutupan rek.penjualan dan biaya)

2. Produk Diolah Melalui Lebih Dari Satu Departemen Produksi


Dalam perusahaan pabrik, proses produksi dapat berlangsung melalui lebih
dari satu departemen produksi. Tiap departemen melaksanakan suatu operasi

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 10


yang spesifik. Contoh: Departemen A melaksanakan fase awal pekerjaan atas
suatu barang dan kemudian mentrasfer unit-unit produksinya ke departemen B.
Departemen B menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, lalu
kemudian menstranfer unit-unit produksinya ke departemen C yang
menyelesaikan barang tersebut secara tuntas dan kemudian diteruskan ke gudang
barang jadi. Unit produksi yang ditransfer dari satu departemen ke departemen
berikutnya juga akan disertai dengan biaya-biaya yang diakumulasikan dalam
departemen yang bersangkutan.
Arus Produk
Arus produk digambarkan untuk menunjukkan bahwa prosedur penetapan
biaya dasar tertentu dapat diterapkan untuk segala jenis situasi arus produk. Tiga
bentuk arus produk:
1. Arus Produk Berurutan : setiap produk diproses dalam suatu seri langkah
yang sama. Tampak dalam gambar berikut:
Barang dalam
proses Dept. Barang dalam Barang dalam
Pembauran proses Dept. proses Dept.
Pengujian Barang Jadi
Bahan Perampungan
TK TK TK
2. Arus
BOP Sejajar : beberapaBOP
bagian tertentu dari pekerjaan dilaksanakan secara
BOP
serentak, kemudian bersama-sama ditransfer ke proses penyelesaian dan
akhirnya diteruskan ke gudang barang jadi. Tampak dalam gambar berikut:

Barang dalam Barang dalam


proses Dept. Barang dalam
proses Dept. Barang dalam
Pengetaman & proses Dept.
Pemotongan proses Dept.
Penghalusan Perakitan
Bahan Pengecatan
TK TK Bahan
BO Bahan
BOP
TK TK
BOP BOP
Barang dalam
proses Dept. Barang dalam
3. Arus Produk
Peleburan Selektif
: Produk bergerak dalam berbagai departemen
proses Dept. Barang Jadi yang
berlainan Pengecoran
dalam pabrik sesuai dengan produk akhir yang diinginkan.
Bahan
Tampak dalam TK
gambar berikut:
TK
BO
BO Barang dalam
proses Dept.
Pemotongan
Bahan
TK
BOP

Barang dalam Barang dalam


proses Dept. proses Dept. Barang Jadi
Pengasapan Pengepakan
TK Bahan
BOP TK
Harga pokok produksi yang dihasilkan
BOP oleh departemen setelah departemen
pertama terdiri dari:
Barang dalam
proses Dept.
Penggilingan
TK
BOP AKUNTANSI BIAYA
BUKU AJAR Hal 11
1. Biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya
2. Biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama
Contoh 2:
PT. Anjani memiliki dua departemen produksi yaitu Departemen A dan
Departemen B. data unit dan biaya produksi kedua departemen dalam bulan
Januari 2010:
Keterangan Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Barang jadi yang ditransfer ke depart B 30.000 kg
Barang jadi yang ditransfer ke gudang 24. 000 kg
Barang dalam proses akhir bulan:
(bahan 100%, konversi 20%) 5.000 kg
(konversi 50%) 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 2010:
▪ Bahan Rp. 70.000,000
▪ TK Rp. 155.000,000 Rp. 270.000,000
▪ BOP Rp. 248.000,000 Rp. 405.000,000
Diminta: Susunlah laporan biaya produksi kedua departemen tersebut?
Langkah-langkah penyelesaian:
a. Penyusunan Laporan Biaya Produksi di Departemen A
1. Perhitungan HPP perunit
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
Bahan baku Rp. 70.000.000 30.000 + 100% (5.000) = 35.000 Rp. 2.000
BTK Rp. 155.000.000 30.000 + 20% (5.000) = 31.000 Rp. 5.000
BOP Rp. 248.000.000 30.000 + 20% (5.000) = 31.000 Rp. 8.000
Total Rp. 473.000.000 Rp. 15.000
2. Perhitungan HP Produk jadi dan persediaan produk dalam proses:
HP Barang jadi yang ditansfer ke depart B : 2.000 x Rp. 15.000 Rp. 450.000.000
HP Persediaan Barang dalam proses (5.000 kg) :
Biaya bahan baku : 100% x 5.000 x Rp. 2.000 = Rp. 10.000.000
Biaya Tenaga Kerja : 20% x 5.000 x Rp. 5.000= Rp. 5.000.000
Biaya OP : 20% x 5.000 x Rp. 8.000 = Rp. 8.000,000+
Rp. 23.000.000 +
Jumlah biaya produksi Dept. A bulan Januari 2010 Rp. 473.000.000
3. Laporan biaya produksi departemen A bulan Januari 2010:
PT. Anjani
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2010
Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Barang jadi yang ditransfer ke departemen B 30.000 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 12


Barang dalam proses akhir 5.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 35.000 kg
Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp. 70.000,000 Rp. 2,000
Biaya tenaga kerja Rp. 155.000,000 Rp. 5,000
Biaya overhead pabrik Rp. 248.000,000 Rp. 8,000
Jumlah Rp. 473.000,000 Rp. 15,000
Perhitungan Biaya:
HP Barang jadi yang ditransfer ke dept. B Rp. 450.000,000
HP Barang dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku Rp. 10.000,000
Biaya tenaga kerja Rp. 5.000,000
Biaya Overhead pabrik Rp. 8.000,000
Rp. 23.000,000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan pada Dept. A Rp. 473.000,000

b. Jurnal pencatatan biaya produksi:


1. Jurnal biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses – BBB Dept. A Rp. 70.000,000
Persediaan Bahan Baku Rp. 70.000,000

2. Jurnal biaya tenaga kerja:


Barang Dalam Proses – BTK Dept. A Rp. 155.000,000
Gaji dan upah Rp. 155.000,000

3. Jurnal biaya overhead pabrik:


Barang Dalam Proses – BOP Dept. A Rp. 248.000,000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. 248.000,000

4. Jurnal transfer HP barang jadi dari departemen A ke Dept B:


Barang Dalam Proses – BBB Dept B Rp. 450.000,000
Barang Dalam Proses – BBB Dept A Rp. 60.000,000 *)
Barang Dalam Proses – BTK Dept A Rp. 150.000,000
Barang Dalam Proses – BOP Dept A Rp. 240.000,000
*) 30.000 kg x Rp. 2,000

5. Jurnal HP persediaan barang dalam proses yang belum selesai:


Persediaan Barang Dalam Proses Dept A Rp. 23.000.000
Barang Dalam Proses – BBB Dept A Rp. 10.000.000
Barang Dalam Proses – BTK Dept A Rp. 5.000.000
Barang Dalam Proses – BOP Dept A Rp. 8.000.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 13


c. Penyusunan Laporan Biaya Produksi di Departemen B
1. Perhitungan biaya produksi per kg yang ditambahkan Dept B:
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
BTK Rp. 270.000,000 24.000 + 50% (6.000) = 27.000 Rp. 10.000
BOP Rp. 405.000,000 24.000 + 50% (6.000) = 27.000 Rp. 15.000
Total Rp. 675.000,000 Rp. 25.000

2. Perhitungan HP Produk jadi dan persediaan produk dalam proses:


HP Barang jadi yang ditansfer ke gudang :
▪ HP dari Dept A : 24.000 x Rp. 15.000 Rp. 360.000.000
▪ Biaya yang ditambahkan oleh Dept B : 24.000 x Rp. 25.000 Rp. 600.000.000
Total HP Barang jadi yang di transfer ke gudang Rp. 960.000.000
HP Barang dalam proses akhir:
HP dari departemen A : 6.000 x Rp. 15.000 = Rp. 90.000.000
Biaya yang ditambahkan departemen B:
Biaya TK : 50% x 6.000 x Rp. 10.000 = Rp. 30.000.000
Biaya OP : 50% x 6.000 x Rp. 15.000 = Rp. 45.000.000 +
Total HP Barang dalam proses departemen B Rp. 165.000.000 +
Jumlah biaya produksi kumulatif Dept B bulan Januari 2010 Rp. 1.125.000.000

3. Laporan biaya produksi departemen B bulan Januari 2010:

PT. Anjani
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 2010

Data Produksi :
Diterima dari departemen A 30.000 kg
Barang jadi yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Barang dalam proses akhir 6.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 30.000 kg

Biaya kumulatif yang dibebankan bulan Januari 2010:


Total Per kg
HP dari Departemen A (30.000 x Rp. 15,00) Rp. 450.000,000 Rp. 15,000
Biaya yang ditambahkan di dept B:
Biaya tenaga kerja Rp. 270.000,000 Rp. 10,000
Biaya overhead pabrik Rp. 405.000,000 Rp. 15,000
Jumlah Rp. 675.000,000 Rp. 25,000
Total biaya kumulatif departemen B Rp. 1.125.000,000 Rp. 40,000

Perhitungan Biaya:
HP Barang jadi yang ditransfer ke gudang Rp. 960.000,000
HP Barang dalam proses akhir :
HP dari Departemen A Rp. 90.000,000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 14


Biaya yang ditambahkan departemen B:
Biaya tenaga kerja Rp. 30.000,000
Biaya Overhead pabrik Rp. 45.000,000
Rp. 165.000,000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan pada Dept. B Rp.1.125.000,000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 15


d. Jurnal pencatatan biaya produksi departemen B:
1. Jurnal biaya bahan baku:
Barang Dalam Proses – BBB Dept. B Rp. 450.000,000
Barang Dalam Proses – BBB Dept. A Rp. 60.000,000
Barang Dalam Proses – BTK Dept. A Rp. 150.000,000
Barang Dalam Proses – BOP Dept. A Rp. 240.000,000

2. Jurnal biaya tenaga kerja:


Barang Dalam Proses – BTK Dept. B Rp. 270.000,000
Gaji dan Upah Rp. 270.000,000

3. Jurnal biaya overhead pabrik:


Barang Dalam Proses – BOP Dept. B Rp. 405.000,000
Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. 405.000,000

4. Jurnal transfer HP barang jadi yang ditransfer dari departemen A ke


departemen B:
Persediaan barang jadi Rp. 960.000,000
Barang Dalam Proses – BBB Dept B Rp. 360.000,000 a)
Barang Dalam Proses – BTK Dept B Rp. 240.000,000 b)
Barang Dalam Proses – BOP Dept B Rp. 360.000,000 c)
Keterangan:
a) 24.000 x Rp. 15,000
b) 24.000 x Rp. 10,000
c) 24.000 x Rp. 15,000

5. Jurnal HP persediaan barang dalam proses yang belum selesai diolah oleh
Departemen B:
Persediaan barang dalam proses Dept B Rp. 165.000,000
Barang Dalam Proses – BBB Dept B Rp. 90.000,000
Barang Dalam Proses – BTK Dept B Rp. 30.000,000
Barang Dalam Proses – BOP Dept B Rp. 45.000,000

Bila digabungkan laporan biaya produksi kedua departemen tersebut


selama bulan Januari 2010 maka akan tampak sebagai berikut

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 16


PT ANJANI
Laporan Biaya Produksi Semua Departemen
Bulan Januari 2010
DATA PRODUKSI Departemen A Departemen B
Barang Masuk dalam proses 35,000 30,000
Barang jadi yg ditransfer 30,000 24,000
Barang dalam proses 5,000 6,000
Jumlah Produk yang Dihasilkan 35,000 30,000

BIAYA YANG DIBEBANKAN Total Biaya Biaya/liter Total Biaya Biaya/liter


HP dari Dept.Sebelumnya 450,000,000 15,000
Biaya yang Ditambahkan :
Bahan 70,000,000 2,000 - -
Tenaga Kerja 155,000,000 5,000 270,000,000 10,000
BOP 248,000,000 8,000 405,000,000 15,000
Jumlah 473,000,000 15,000 675,000,000 25,000
Jumlah Biaya yang Dibebankan 473,000,000 15,000 1,125,000,000 40,000
Perhitungan Harga Pokok
HP Barang Jadi yang ditransfer 450,000,000 960,000,000
HP Barang Dalam Proses :
HP dari Dept sebelumnya 90,000,000
Biaya yang Ditambahkan :
- Bahan 10,000,000
- Tenaga Kerja 5,000,000 30,000,000
- BOP 8,000,000 45,000,000
Jumlah HPP dalam proses akhir 23,000,000 165,000,000
Jumlah HPP yang Diperhitungkan 473,000,000 1,125,000,000

3. Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang Dalam Proses Terhadap


Perhitungan HPP Per Unit
Di dalam proses produksi tidak semua produk yang diolah dapat menjadi
produk yang baik yang memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Jika 500
unit produk diolah, kemudian selesai menjadi produk jadi berjumlah 300 unit, dan
persediaan produk dalam proses pada akhir periode berjumlah 100 unit, maka
berarti didalam proses produksi selama periode tersebut telah terjadi produk yang
hilang dalam proses sebanyak 100 unit.
Ditinjau dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses,
sepanjang proses atau pada akhir proses. Untuk menyederhanakan perhitungan
HPP per unit, produk yang hilang sepanjang proses diperlakukan sebagai produk
yang hilang pada awal atau akhir proses.

a. Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada awal proses terhadap


perhitungan HPP perunit.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 17


Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya
produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak
diikut sertakan dalam perhitungan unit ekuivalen produk yang dihasilkan dalam
departemen tersebut.
Akibat hilang produk pada akhir proses, bagi departemen produksi pertama
dapat menaikkan HPP perunit, sedangkan bagi departemen setelah departemen
produksi pertama:
1) Menaikkan HPP perunit produk yang diterima dari departemen produksi
sebelumnya, dan
2) Menaikkan HPP perunit yang ditambahkan oleh departemen tersebut.
Contoh 3 :
PT Maharani memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya
yaitu departemen A dan departemen B. data produksi dan biaya produksi kedua
departemen tersebut untuk bulan Januari 2010 yaitu, sbb:
Keterangan Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan:
(BBB & P 100%, biaya konversi 40%) 200 kg
(BBP 60%, biaya konversi 50%) 100 kg
Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg
Biaya produksi sesungguhnya bulan Januari 2010:
▪ Biaya bahan baku Rp. 22.500,000 -
▪ Biaya bahan penolong Rp. 26.100,000 Rp. 16.100,000
▪ Biaya Tenaga Kerja Rp. 35.100,000 Rp. 22.500,000
▪ Biaya Overhead Pabrik Rp. 48.800,000 Rp. 24.750,000
Jumlah biaya produksi Rp. 130.500,000 Rp. 63.350,000
Diminta : dengan terjadinya produk yang hilang pada awal proses maka hitunglah
biaya produksi kedua departemen produksi tersebut?

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 18


Langkah-langkah penyelesaian:
A. Perhitungan HPP di departemen A
1. Perhitungan biaya produksi per kg:
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
Bahan baku Rp. 22.500.000 700 + 100% (200) = 900 kg Rp. 25.000
BBP Rp. 26.100.000 700 + 100% (200) = 900 kg Rp. 29.000
BTK Rp. 35.100.000 700 + 40% (200) = 780 kg Rp. 45.000
BOP Rp. 46.800.000 700 + 40% (200) = 780 kg Rp. 60.000
Total Rp.130.500.000 Rp. 159.000

2. Perhitungan biaya produksi Departemen A:


HP produk jadi yang ditansfer ke departemen B : 700 x Rp. 159.000 Rp. 111.300.000
HP Persediaan produk dalam proses:
Biaya bahan baku : 100% x 200 x Rp. 25.000 = Rp. 5.000.000
Biaya bahan penolong: 100% x 200 x Rp. 29.000 = Rp. 5.800.000
Biaya TK : 40% x 200 x Rp. 45.000 = Rp. 3.600.000
Biaya OP : 40% x 200 x Rp. 60.000 = Rp. 4.800.000 +
Rp. 19.200.000+
Jumlah biaya produksi Dept. A Rp. 130.500.000

3. Laporan biaya produksi departemen A bulan Januari 2010:


PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2010
Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang awal proses 100 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 1.000 kg

Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:


Total Per kg
Biaya bahan baku Rp. 22.500.000 Rp. 25.000
Biaya bahan penolong Rp. 26.100.000 Rp. 29.000
Biaya tenaga kerja Rp. 35.100.000 Rp. 45.000
Biaya overhead pabrik Rp. 46.800.000 Rp. 60.000
Jumlah Rp. 130.500.000 Rp. 159.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 19


Perhitungan Biaya:
HPPJ yang ditransfer ke dept. B Rp. 111.300.000
HPPP dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku Rp. 5.000.000
Biaya bahan penolong Rp. 5.800.000
Biaya tenaga kerja Rp. 3.600.000
Biaya Overhead pabrik Rp. 4.800.000
Rp. 19.200.000
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp. 130.500.000

B. Perhitungan HPP di departemen B


1. Perhitungan penyesuaian HP per kg dari departemen A:
HP per kg produk yang berasal dari Departemen A
(Rp. 111.300,000 : 700 kg) Rp. 159.000
HP per kg produk yang berasal dari departemen A setelah
adanya produk yang hilang dalam proses di departemen B
sebanyak 200 kg:
Rp. 111.300.000,- : (700 kg - 200 kg) Rp. 222.600
Penyesuaian HPP per kg yang berasal dari departemen A Rp. 63.600

2. Perhitungan HPP per kg yang ditambahkan di departemen B:


Unsur Biaya Biaya tambahan Unit ekuivalen Biaya perunit
BBP Rp. 26.100.000 400 + 60% (100) = 460 kg Rp. 35.000
BTK Rp. 22.500.000 400 + 50% (100) = 450 kg Rp. 50.000
BOP Rp. 24.750.000 400 + 50% (100) = 450 kg Rp. 55.000
Total Rp. 63.350.000 Rp. 140.000

3. Perhitungan biaya produksi di departemen B :


HP produk jadi yang ditansfer ke gudang :
400 kg x (Rp. 222,600 + Rp. 140,000) Rp. 145.040.000
HP Persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg) :
HP dari dept A: 100 kg x Rp. 222.600 = Rp. 22.260.000
By bahan penolong: 100 kg x 60% x Rp. 35.000 = Rp. 2.100.000
Biaya TK : 100 kg x 50% x Rp. 50.000 = Rp. 2.500.000
Biaya OP : 100 kg x 50% x Rp. 55.000 = Rp. 2.750.000 +
Rp 29.610.000
Jumlah biaya kumulatif di departemen B Rp. 174.650.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 20


4. Laporan biaya produksi departemen B bulan Januari 2010:
PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 2010

Data Produksi :
Jumlah produksi yang diterima dari Departemen A 700 kg
Jumlah Produk jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Jumlah Produk dalam proses akhir 100 kg
Jumlah Produk yang hilang awal proses 200 kg
Jumlah produk yang dihasilkan oleh dept. B 700 kg

Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:


Total Per kg
HPP yang diterima dari dept. A Rp. 111.300.000 Rp. 159.000
Penyesuaian karena produk hilang - Rp. 63.600
HPP dari departemen A setelah penyesuaian Rp. 111.300.000 Rp 222.600
Biaya yang ditambahkan dalam dept. B
Biaya bahan penolong Rp. 16.100.000 Rp. 35.000
Biaya tenaga kerja Rp. 22.500.000 Rp. 50.000
Biaya overhead pabrik Rp. 24.750.000 Rp. 55.000
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam
Rp. 63.350.000 Rp. 140.000
departemen B
Jumlah biaya produksi kumulatif dept. B Rp. 174.650.000 Rp. 362.600

Perhitungan Biaya:
HPPJ yang ditransfer ke gudang (400 kg) Rp.145.040.000
HPPP dalam proses akhir bulan (100 kg):
HP dari Dept A : 100 kg x Rp. 222.600 Rp. 22.260.000
HP yang ditambahkan di dept B:
Biaya bahan penolong Rp. 2.100.000
Biaya tenaga kerja Rp. 2.500.000
Biaya Overhead pabrik Rp. 2.750.000
Rp. 29.610,000
Jumlah biaya produksi kumulatif di departemen B Rp.174.650.000

Bila digabungkan laporan biaya produksi kedua departemen tersebut selama


bulan Januari 2010 maka akan tampak sebagai berikut.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 21


PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Semua Departemen Bulan Januari 2010
URAIAN DEPT A DEPT B
DATA PRODUKSI
Unit yang dimasukkan dalam proses 1.000 700
Barang Jadi yg ditransfer 700 400
Barang dalam proses akhir 200 100
Unit yang hilang pada awal proses 100 200
Jumlah produk yang dihasilkan 1.000 700
Total Biaya Biaya/kg Total Biaya Biaya/kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN
HP yang diterima dari Dept sebelumnya 111.300.000 59.000
Penyesuaian karena produk yang hilang 63.600
HP dari Dept sebelumnya setelah
penyesuaian 111.300.000 22.600
Biaya yang ditambahkan
- Biaya bahan baku 22.500.000 25.000
- Biaya bahan penolong 26.100.000 29.000 16.100.000 35.000
- Biaya tenaga kerja 35.100.000 45.000 22.500.000 50.000
- Biaya overhead pabrik 46.800.000 60.000 24.750.000 55.000
Jumlah biaya yang ditambahkan 130.500.000 59.000 63.350.000 140.000
Jumlah biaya kumulatif yang dibebankan 174.650.000 362.600

PERHITUNGAN BIAYA
HP Barang jadi yg ditransfer ke Dept
berikutnya/Gudang 111.300.000 145.040.000
.HP Barang dalam proses akhir :
HP Barang dari Dept sebelumnya 22.260.000
HP yang ditambahkan :
- Biaya bahan baku 5.000.000
- Biaya bahan penolong 5.800.000 2.100.000
- Biaya tenaga kerja 3.600.000 2.500.000
- Biaya overhead pabrik 4.800.000 2.750.000
Jumlah HP produk dalam prose akhir 19.200.000 29.610.000
Jumlah biaya produk yang dibebankan 130.500.000 174.650.000

b. Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap


perhitungan HPP per unit.
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus
diperhitungkan dalam perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh
departemen tersebut. HPP yang hilang harus dihitung dan diperlakukan sebagai
tambahan HP produk jadi yang ditransfer ke departemen selanjutnya / ke
gudang. Hal ini akan mengakibatkan HP produk jadi perunit tersebut menjadi
lebih tinggi.
Contoh 4:
Sama dengan contoh 3, namun produk dianggap hilang pada akhir proses.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 22


Langkah-langkah penyelesaian :
A. Perhitungan HPP di departemen A
1. Perhitungan biaya produksi per kg:
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
Bahan baku Rp. 22.500.000 700 + 100% (200) +100 = 1.000 kg Rp. 22.500
BBP Rp. 26.100.000 700 + 100% (200) +100 = 1.000 kg Rp. 26.100
BTK Rp. 35.100.000 700 + 40% (200) + 100 = 880 kg Rp. 39.886
BOP Rp. 46.800.000 700 + 40% (200) + 100 = 880 kg Rp. 53.182
Total Rp. 130.500.000 Rp. 141.668

2. Perhitungan biaya produksi Departemen A:


HP barang jadi yang ditansfer ke departemen B : 700 x Rp. 141.668 Rp. 99.167.727
Penyesuaian HPBJ karena adanya produk yang hilang :
100 x Rp. 141.668 Rp. 14.166.818
HPBJ yang ditransfer ke dept B setelah disesuaikan
(700 x Rp. 161,906) *) Rp.113.334.545
HP Persediaan barang dalam proses akhir bulan (200 kg):
Biaya bahan baku : 100% x 200 x Rp. 22.500 = Rp. 4.500.000
Biaya bahan penolong: 100% x 200 x Rp. 26.100 = Rp. 5.220.000
Biaya TK : 40% x 200 x Rp. 39.886 = Rp. 3.190.909
Biaya OP : 40% x 200 x Rp. 53.182 = Rp. 4.254.545
Jumlah HP barang dalam proses Rp 17.165.454
Jumlah biaya produksi Dept. A Rp. 130.500.000
Keterangan:
*) Rp. 113.334.545 : 700 = Rp. 161.906

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 23


3. Laporan biaya produksi departemen A bulan Januari 2010:
PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2010

Data Produksi :
Dimasukkan dalam proses 1.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke departemen
700 kg
B
Produk dalam proses akhir 200 kg
Produk yang hilang pada proses akhir 100 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 1.000 kg

Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:


Total Per kg
Biaya bahan baku Rp. 22.500.000 Rp. 22.500
Biaya bahan penolong Rp. 26.100.000 Rp. 26.100
Biaya tenaga kerja Rp. 35.100.000 Rp. 39.886
Biaya overhead pabrik Rp. 46.800.000 Rp. 53.182
Jumlah Rp. 130.500.000 Rp. 141.668

Perhitungan Biaya:
HPBJ yang ditransfer ke dept. B (700 kg) Rp. 99.167.727
Penyesuaian karena adanya produk yang hilang Rp. 14.166.818
HPBJ yang ditransfer ke departemen B setelah penyesuaian Rp. 113.334.545
HP barang dalam proses akhir bulan (200
kg):
Biaya Bahan Baku Rp. 4.500.000
Biaya bahan penolong Rp. 5.220.000
Biaya tenaga kerja Rp. 3.190.909
Biaya Overhead pabrik Rp. 4.254.545
Rp. 17.165.454
Jumlah biaya yang dibebankan pada Departemen A Rp. 130.500.000

B. Perhitungan HPP di departemen B


1. Perhitungan biaya produksi per kg:
Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
BBP Rp. 16.100.000 400 + 60% (100) + 200 = 660 kg Rp. 24.393,94
BTK Rp. 22.500.000 400 + 50% (100) + 200 = 650 kg Rp. 34.615,38
BOP Rp. 24.750.000 400 + 50% (100) + 200 = 650 kg Rp. 38.076,92
Total Rp. 63.350.000 Rp. 97.086,25

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 24


2. Perhitungan biaya produksi:
HP barang jadi yang ditansfer ke gudang :
HPP dari Dept A : 400 kg x Rp. 161.906,49 Rp. 64.762.597
HP yang ditambahkan dept B : 400 kg x Rp. 97.086,25 Rp. 38.834.499
HP barang yang hilang pada proses akhir :
200 kg x (Rp. 161.906,49 + Rp. 97.086,25) Rp. 51.798.548
HPBJ yang ditransfer ke gudang setelah penyesuaian Rp.155.395.644
HP Persediaan barang dalam proses akhir bulan (100 kg):
HPP dari dept A : 100 x Rp. 161.906,49 = Rp. 16.190,649
Biaya tambahan di dept B :
By bahan penolong: 60% x 100 x Rp. 24.393,94 = Rp. 1.463.636
Biaya TK : 50% x 100 x Rp. 34.615,38 = Rp. 1.730.769
Biaya OP : 50% x 100 x Rp. 38.076,92 = Rp. 1.903.846 +
Jumlah HP Persediaan barang dalam proses Rp. 21.288.901
Jumlah biaya kumulatif Dept. B Rp. 176.684.545

3. Laporan biaya produksi departemen B bulan Januari 2010:


PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 2010

Data Produksi :
Jumlah produk diterima dari dept A 700 kg
Jumlah barang jadi yang ditransfer ke gudang 400 kg
Jumlah barang dalam proses akhir 100 kg
Barang yang hilang pada akhir proses 200 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 700 kg

Biaya yang dibebankan bulan Januari 2010:


Total Per kg
HPP yang diterima dari dept. A Rp. 113.334.545 Rp. 161.906,49
Biaya yang ditambahkan dalam dept B:
Biaya bahan penolong Rp. 16.100.000 Rp. 24.393,94
Biaya tenaga kerja Rp. 22.500.000 Rp. 34.615,38
Biaya overhead pabrik Rp. 24.750.000 Rp. 38.076,92
Jumlah biaya yang ditambahkan Rp. 63.350.000 Rp. 97.086,25
Jumlah biaya produksi kumulatif dept B Rp. 176.684.545 Rp. 258.992,74

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 25


Perhitungan Harga Pokok:
HP barang jadi yang ditransfer ke gudang :
HPP dari dept A Rp. 64.762.597
HPP yang ditambahkan dept B Rp. 38.834.499
HP barang yang hilang Rp. 51.798.548
HP brg jadi yang ditransfer ke gudang (400 kg x Rp. 388.489*) Rp. 155.395.644
HP barang dalam proses akhir bulan (100 kg):
HPP dari dept A Rp. 16.190.649
Biaya bahan penolong Rp. 1.463.636
Biaya tenaga kerja Rp. 1.730.769
Biaya Overhead pabrik Rp. 1.903.846
Rp. 21.288.901
Jumlah biaya produksi kumulatif dept B Rp. 176.684.545

Keterangan :
*) Rp. 155.395.644 : 400 = Rp. 388,489

Bila digabungkan laporan biaya produksi kedua departemen tersebut


selama bulan Januari 2010 maka akan tampak sebagai berikut
PT. Maharani
Laporan Biaya Produksi Semua Departemen Bulan Januari 2010
URAIAN DEPT A DEPT B
DATA PRODUKSI
Unit yang dimasukkan dalam proses 1,000 700
Produk Jadi yg ditransfer 700 400
Produk dalam proses akhir 200 100
Unit yang hilang pada akhir proses 100 200
Jumlah produk yang dihasilkan 1,000 700
Total By Biaya/kg Total Biaya Biaya/kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN
HP yang diterima dari Dept sebelumnya 13.334.545,45 161.906,4935
Biaya yang ditambahkan
- Biaya bahan baku 22.500.000 22.500,00 - -
- Biaya bahan penolong 26.100.000 26.100,00 16.100,000,00 24.393,9394
- Biaya tenaga kerja 35.100.000 39.886,36 22.500.000,00 34.615,3846
- Biaya overhead pabrik 46.800.000 53.181,82 24.750.000,00 38.076,9231
Jumlah biaya yang ditambahkan 130.500.000 141.668,18 63.350.000,00 97.086,2471
Jumlah biaya kumulatif yang dibebankan 176.684.545,45 258,992,7406

PERHITUNGAN HP
HP produk jadi yg ditransfer ke Dept /Gudang
- Produk Jadi yang Ditransfer 99.167.727,27 103.597.096,24

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 26


- Unit yang Hilang 14.166.818,18 51.798.548,12
Jumlah HP Produk Jadi 113.334.545,45 155.395.644,36
HP produk dalam proses akhir :
HP Produk dari Dept sebelumnya 16.190.649,35
HP yang ditambahkan :
- Biaya bahan baku 4.500.000,00
- Biaya bahan penolong 5.220.000,00 1.463.636,36
- Biaya tenaga kerja 3.190.909,09 1.730.769,23
- Biaya overhead pabrik 4.254.545,45 1.903.846,15
Jumlah HP produk dalam prose akhir 17.165.454,55 21.288.901,10
.Jumlah biaya produk yang dibebankan 130.500.000,00 76.684.545,45

E. Metode HP Proses Dengan Memperhitungkan Persediaan Produk Dalam


Proses Awal
Produk yang belum selesai diproses pada akhir periode dalam satu
departemen produksi akan menjadi persediaan produk dalam proses awal
periode berikutnya. Produk dalam proses awal ini membawa HP perunit yang
berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan berbeda dengan HP perunit
yang oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.
Jadi jika dalam periode sekarang dihasilkan produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya / gudang, HP yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan HP produk jadi.
Untuk mengatasi masalah, dapat digunakan metode penentuan HPP, yaitu:
• Metode HP rata-rata tertimbang
• Metode FIFO (First in first out)
Contoh :
Penentuan HP bahan yang dipakai dalam produksi (material costing), yang
kalkulasinya hamper sama dengan perhitungan pengaruh HP persediaan produk
dalam proses awal dalam metode HP proses:
• Persediaan bahan 100 kg @ Rp. 1.000 /kg
• Pembelian bahan 400 kg @ Rp. 1.200 /kg
• Jika terjadi pemakaian bahan 250 kg.
Masalah :
• Berapakah HP pemakaian bahan tersebut?
• Metode mana yang dipakai untuk menghargai pemakaian bahan
tersebut?
Jika digunakan metode FIFO:

Persediaan bahan awal 100 kg x Rp. 1.000 Rp. 100.000


Pembelian bahan 400 kg x Rp. 1.200 Rp. 480.000
Jumlah persediaan bahan untuk dipakai RP. 580.000
HP bahan yang dipakai :
100 kg x Rp. 1.000 Rp. 100.000
150 kg x Rp. 1.200 Rp. 180.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 27


Rp. 280.000
Persediaan akhir periode Rp. 300.000

Contoh tersebut tidak berbeda dengan pengaruh adanya persediaan produk


dalam proses awal terhadap penentuan HP produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya / gudang.
Misal, pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses = 200 kg
dengan HP yang dibawa dari departemen sebelumnya Rp. 800.000. Jika periode
sekarang produk yang diproduksi (tidak termasuk persediaan produk dalam
proses awal) = 3.200 kg, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan sekarang Rp.
9.600.000 terdiri atas :
• Untuk menyelesaikan persediaan produk dalam proses awal, dan
• Untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang
Jika produk jadi yang dihasilkan sebanyak 2.800 kg dan produk dalam proses
akhir sebanyak 600 kg, maka berapakah HP per kg-nya?
Atau dapat diringkas:

Kuantitas Biaya
Produk dalam proses awal 200 kg Rp. 800.000
Produk yang dimasukkan dalam proses 3.200 kg Rp. 9.600.000
Jumlah produk yang diproses 3.400 kg Rp. 10.400.000
Produk jadi yang dihasilkan 2.800 kg Rp. ?
Produk dalam proses akhir 600 kg Rp. ?

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 28


Ada 2 macam HP per kg yang berbeda:
• HP per-kg persediaan produk dalam proses awal :
Rp. 800.000 / 200 kg = Rp. 4.000
• HP per-kg produk yang dimasukkan dalam proses :
Rp. 9.600.000 / 3.200 kg = Rp. 3.000
HP per-kg mana yang akan digunakan?
Jika metode FIFO digunakan untuk menghitung HPPJ (2.800 kg):
HPP dalam proses awal (200 kg x Rp. 4.000) Rp. 800.000
HP produk sekarang (2.600 kg x Rp. 3.000) Rp. 7.800.000
HP produk jadi (2.800 kg) Rp. 8.600.000

1. Metode HP Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost Method)


Dalam metode ini, HP per kg dihitung sbb:
𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Kemudian HP rata-rata tertimbang ini digunakan untuk menentukan HP
produk jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya / gudang dengan cara
mengalikannya dengan jumlah kuantitasnya.
Contoh 1:
PT. Anjani memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi yaitu
departemen 1 dan departemen 2. Data produksi dan biaya produksi bulan
Mei 2010 tampak, sbb:

PT. Anjani
Data Produksi Dan Biaya Produksi Bulan Mei 2010

Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi :
Produk dalam proses awal:
(BBB 100%, BK 40%) 4.000 kg
(BTK 20%, BOP 60%) 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses bulan ini 40.000 kg
Unit yang ditransfer ke departemen 2 35.000 kg
Produk yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan:
(BBB 100%, BK 70%) 9.000 kg
(BTK 40%, BOP 80%) 3.000 kg

HP Produk dalam proses awal


HP dari departemen 1 Rp. 11.500.000
Biaya bahan baku Rp. 1.800.000 -
Biaya tenaga kerja Rp. 1.200.000 Rp. 1.152.000
Biaya overhead pabrik Rp. 1.920.000 Rp. 4.140.000

Biaya produksi bulan ini:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 29


Biaya bahan baku Rp. 20.200.000 -
Biaya tenaga kerja Rp. 29.775.000 Rp. 37.068.000
Biaya overhead pabrik Rp. 37.315.000 Rp. 44.340.000

a. Metode HP Rata-Rata Tertimbang Departemen 1


HP rata-rata tertimbang departemen 1 dapat dihitung dengan rumus, sbb:
1) 𝐵𝐵𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝐵𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝐵𝐵
2) 𝐵𝑇𝐾 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝐵𝑇𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝑇𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑇𝐾
3) 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝐵𝑂𝑃 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑒𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝑇𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑂𝑃
4) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = 1 + 2 + 3
Langkah-langkah penyelesaian:
1) Perhitungan HP per-kg departemen 1:
Yang melekat Yang Unit
Unsur HP
pada produk dikeluarkan Total biaya Ekui-
biaya /Kg
dalam proses sekarang valensi
BBB Rp. 1.800.000 Rp. 20.200.000 Rp. 22.000.000 44.000 Rp. 500

BTK Rp. 1.200.000 Rp. 29.775.000 Rp. 30.975.000 41.300 Rp. 750
BOP Rp. 1.920.000 Rp. 37.315.000 Rp. 39.235.000 41.300 Rp. 950

Rp. 92.210.000 Rp. 2.200


Keterangan :
Unit ekuivalensi BBB : 35.000+ 100% (9.000) = 44.000
Unit ekuivalensi BK : 35.000+ 70% (9.000) = 41.300

2) Perhitungan biaya produksi

HPPJ yang ditransfer ke departemen 2 :


(35.000 x Rp. 2.200) Rp. 77.000.000
HPP dalam proses akhir
BBB : 100% (9.000) x Rp. 500 = Rp. 4.500.000
BTK : 70% (9.000) x Rp. 750 = Rp. 4.725.000
BOP : 70% (9.000) x Rp. 950 = Rp. 5.985.000
Rp. 15.210.000
Jumlah biaya produksi yang di bebankan di dept 1 Rp. 92.210.000

3) Laporan biaya produksi Departemen 1


PT. Anjani

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 30


Laporan Biaya Produksi Bulan Mei 2010

Data Produksi :
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk yang diolah 44.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke dept 2 35.000 kg
Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Produk yang dihasilkan 44.000 kg

Biaya yang dibebankan


Total biaya Per Kg
Biaya bahan baku Rp. 22.000.000 Rp. 500
Biaya tenaga kerja Rp. 30.975.000 Rp. 750
Biaya overhead pabrik Rp. 39.235.000 Rp. 950
Rp. 92.210.000 Rp. 2.200
Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditransfer ke dept 2
(35.000 x Rp. 2.200,00) Rp. 77.000.000
HPPP dalam proses akhir (9.000 kg) :
Biaya bahan baku Rp. 4.500.000
Biaya tenaga kerja Rp. 4.725.000
Biaya overhead pabrik Rp. 5.985.000
Rp. 15.210.000
Jumlah biaya yang dibebankan di dept 1 Rp. 92.210.000

b. Metode HP Rata-rata Tertimbang Departemen Setelah Departemen 1


HP rata-rata tertimbang departemen setelah departemen 1 dapat
dihitung dengan rumus, sbb:

1) 𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑒𝑝𝑎𝑟𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 =


HPP dalam proses awal yang berasal dari HPP yang diterima dari departemen
departemen sebelumnya + sebelumnya dalam periode sekarang

𝐵𝐵𝐵 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝐵𝐵


Produk dalam proses awal Produk
+ 𝑦𝑎𝑛𝑔 yang diterima𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 dari departemen
𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
2) 𝐵𝐵𝐵 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = sebelumnya𝐵𝐵𝐵
dalam periode sekarang
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝐵𝑇𝐾 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝑇𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
3) 𝐵𝑇𝐾 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑇𝐾
𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑙𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙+𝐵𝑇𝐾 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔
4) 𝐵𝑂𝑃 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑂𝑃
5) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑃 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = 1 + 2 + 3 + 4

Langkah-langkah penyelesaian :
1) Perhitungan HP kumulatif per kg di departemen 2:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 31


Yang melekat Yang Unit
Unsur
pada produk dikeluarkan Total biaya Ekui- HP /Kg
biaya
dalam proses sekarang valensi
HP
dari Rp. 11.150.000 Rp. 77.000.000 Rp. 85.150.000 41.000 Rp. 2.150
Dept 1
Biaya yang ditambahkan dept 2:
BTK Rp. 1.152.000 Rp. 37.068.000 Rp. 38.220.000 39.200 Rp. 975

BOP Rp. 4.140.000 Rp. 44.340.000 Rp. 48.480.000 40.400 Rp. 1.200

Rp.174.8500.000 Rp. 4.325


Keterangan:
Unit ekuivalensi HP dept 1 : 38.000 + 100% (3.000) = 41.000
Unit ekuivalensi HP BTK : 38.000 + 40% (3.000) = 39.200
Unit ekuivalensi HP BOP : 38.000 + 80% (3.000) = 40.400

2) Perhitungan biaya produksi:

HPPJ yang ditransfer ke gudang :


(38.000 x Rp. 4.325) Rp. 164.350.000
HPPP dalam proses akhir (3.000 kg) :
Yang berasal dari dept 1 :
100% (3.000) x Rp. 2.150 = Rp. 6.450.000
Yang ditambahkan di dept 2 :
BTK : 40% (3.000) x Rp. 975 = Rp. 1.170.000
BOP : 80% (3.000) x Rp. 1.200 = Rp. 2.880.000
Rp. 10.500.000
Jumlah biaya produksi yang di bebankan di dept 1 Rp. 174.850.000

3) Laporan biaya produksi Departemen 2


PT. Anjani
Laporan Biaya Produksi Bulan Mei 2010

Data Produksi :
Produk dalam proses awal 6.000 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 32


Diterima dari departemen 1 35.000 kg
Jumlah produk yang diolah 41.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg

Biaya yang dibebankan


Total biaya Per Kg
HP yang berasal dari dept 1 Rp. 88.150.000 Rp. 2.150
HP yang ditambahkan di dept 2:
Biaya tenaga kerja Rp. 38.220.000 Rp. 975
Biaya overhead pabrik Rp. 48.480.000 Rp. 1.200
Rp. 174.850.000 Rp. 4.325

Perhitungan biaya: (sama dengan langkah 2)


HPPJ yang ditransfer ke gudang :
(38.000 x Rp. 4.325) Rp. 164.350.000
HPPP dalam proses akhir (3.000 kg) :
Yang berasal dari dept 1 :
100% (3.000) x Rp. 2.150 = Rp. 6.450.000
Yang ditambahkan di dept 2 :
BTK : 40% (3.000) x Rp. 975 = Rp. 1.170.000
BBB : 80% (3.000) x Rp. 1.200 = Rp. 2.880.000
Rp. 10.500.000
Jumlah biaya produksi yang di bebankan di dept 1 Rp. 174.850.000

2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO-First In First Out)


Metode FIFO menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali
digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih
dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengola produk
yang dimasukkan dalam proses pada periode sekarang. Oleh karena itu
dalam perhitungan unit ekuivalensi harus diperhitungkan tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses awal.

a. Metode FIFO Departemen 1


Melanjutkan penyelesaian contoh 1 dengan metode FIFO.
Langkah-langkah penyelesaian:

1) Perhitungan unit ekuivalensi (kg):


Bahan Konversi
Persediaan produk dalam proses awal
(100% - 40%) x 4.000 kg 2.400 kg
Produk jadi yang ditransfer ke dept 2 dari
produksi sekarang (35.000 – 4.000) 31.000 kg 31.000 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 33


Produk dalam proses akhir :
(100% x 9.000 kg) 9.000 kg
(70% x 9.000 kg) 6.300 kg
Jumlah 40.000 kg 39.700 kg

2) Perhitungan biaya produksi per kg:


Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
BBB Rp. 20.200.000 40.000 kg Rp. 505
BTK Rp. 29.775.000 39.700 kg Rp. 750
BOP Rp. 37.315.000 39.700 kg Rp. 940
Total Rp. 20.200.000 Rp. 2.195

3) Perhitungan biaya produksi:

HPPJ yang ditransfer ke departemen 2 :


HPPP dalam proses awal Rp. 4.920.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BBB : -
BTK : 60% (4.000) x Rp. 750 = Rp. 1.800.000
BOP : 60% (4.000) x Rp. 940 = Rp. 2.256.000
Rp. 8.976.000
HPP dari produksi sekarang (31.000 x Rp. 2.195) = Rp. 68.045.000
HPPJ yang di transfer ke departemen 2 Rp. 77.019.000 *)
HPPP dalam proses akhir:
BBB : 100% (9.000 kg) x Rp. 505 = Rp. 4.545.000
BTK : 70% (9.000 kg) x Rp. 750 = Rp. 4.725.000
BOP : 70% (9.000 kg) x Rp. 940 = Rp. 5.922.000
Rp. 15.192.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 1 Rp. 92.210.000

*) jumlah sesungguhnya Rp. 77.021.000 karena penyesuaian

4) Laporan biaya produksi Departemen 1


PT. Anjani
Laporan Biaya Produksi Departemen 1 Bulan Mei 2010

Data Produksi :
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah produk yang diolah 44.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke dept 2 35.000 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 34


Produk dalam proses akhir 9.000 kg
Produk yang dihasilkan 44.000 kg

Biaya yang dibebankan


Total biaya Per Kg
HPP dalam proses awal Rp. 4.920.000
Biaya yang dikeluarkan sekarang:
Biaya bahan baku Rp. 20.200.000 Rp. 505
Biaya tenaga kerja Rp. 29.775.000 Rp. 750
Biaya overhead pabrik Rp. 37.315.000 Rp. 940
Rp. 92.210.000 Rp. 2.195
Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditransfer ke dept 2
HPPP dalam proses awal Rp. 4.920.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya bahan baku -
Biaya tenaga kerja Rp. 1.800.000
Biaya overhead pabrik Rp. 2.256.000
Rp. 8.976.000
HPP dari produk sekarang (31.000 x Rp. 2.195,00) Rp. 68.045.000
HPPJ yang ditransfer ke dept 2 Rp. 77.018.000
HPPP dalam proses akhir:
Biaya bahan baku Rp. 4.545.000
Biaya tenaga kerja Rp. 4.725.000
Biaya overhead pabrik Rp. 6.922.000
Rp. 15.192.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 1 Rp. 92.210.000

*) Jumlah sesungguhnya Rp. 77.021.000,00 karena penyesuaian

b. Metode FIFO Departemen Produksi Setelah Departemen 1


Dalam departemen produksi setelah departemen 1, produk yang
membawa HP dari departemen sebelumnya. Produk dalam proses yang
membawa HP dari periode sebelumnya digunakan pertama kali untuk
menentukan HPP yang ditransfer ke departemen berikutnya/gudang.

Langkah-langkah penyelesaian :
1) Perhitungan unit ekuivalensi :
Keterangan BTK BOP
Produk dalam proses awal
(100% - 20%) x 6.000 kg 4.800 kg
(100% - 60%) x 6.000 kg 2.400 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
dari produksi sekarang (38.000 – 6.000) 32.000 kg 32.000 kg
Produk dalam proses akhir :
(40% x 3.000 kg) 1.200 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 35


(80% x 3.000 kg) 2.400 kg
Jumlah 38.000 kg 36.800 kg

2) Perhitungan HP Per kg:


Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
HPP yang
diterima dari Rp. 77.019.000 35.000 kg Rp. 2.201
dept 1
Biaya dept 2 :
BTK Rp. 37.068.000 38.000 kg Rp. 975
BOP Rp. 44.340.000 36.800 kg Rp. 1.205
Total Rp. 158.527.000 Rp. 4.381

3) Perhitungan biaya produksi:

HPPJ yang ditransfer ke gudang :


HPPP dalam proses awal Rp. 16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BTK : 80% (6.000) x Rp. 975 = Rp. 4.680.000
BOP : 40% (6.000) x Rp. 1.205 = Rp. 2.892.000
Rp. 24.014.000
HPP dari produksi sekarang (32.000 x Rp. 4.381) = Rp.140.192.000
HPPJ yang di transfer ke gudang Rp.164.202.000 *)
HPPP dalam proses akhir:
HP dari dept 1 : 3.000 x Rp. 2.201 = Rp. 6.603.000
BTK : 40% (3.000 kg) x Rp. 975 = Rp. 1.170.000
BOP : 80% (3.000 kg) x Rp. 1.205 = Rp. 2.892.000
Rp. 10.665.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 Rp.174.869.000

4) Laporan Biaya Produksi departemen 2 :


PT. Anjani
Laporan Biaya Produksi Departemen 2 Bulan Mei 2010

Data Produksi :
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari departemen 1 35.000 kg
Jumlah produk yang diolah 41.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 3.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 41.000 kg

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 36


Biaya yang dibebankan
Total biaya Per Kg
HPP dalam proses awal Rp. 16.442.000 -
Biaya yang dibebankan sekarang:
HP dari departemen 1 Rp. 77.019.000 Rp. 2.201
Biaya tenaga kerja Rp. 37.068.000 Rp. 975
Biaya overhead pabrik Rp. 44.340.000 Rp. 1.205
Rp. 174.689.000 Rp. 4.381

Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditransfer ke gudang :
HPPP dalam proses awal Rp. 16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BTK : 80% (6.000) x Rp. 975 = Rp. 4.680.000
BOP : 40% (6.000) x Rp. 1.205 = Rp. 2.892.000
Rp. 24.014.000
HPP dari produksi sekarang (32.000 x Rp. 4.381) = Rp.140.192.000
HPPJ yang di transfer ke gudang Rp.164.202.000 *)
HPPP dalam proses akhir:
HP dari dept 1 : 3.000 x Rp. 2.201 = Rp. 6.603.000
BTK : 40% (3.000 kg) x Rp. 975 = Rp. 1.170.000
BOP : 80% (3.000 kg) x Rp. 1.205 = Rp. 2.892.000
Rp. 10.665.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 Rp.174.869.000

*) Jumlah sesungguhnya Rp. 164.206.000 karena penyesuaian

3. Tambahan Bahan Baku Dalam Departemen Produksi Setelah


Departemen 1

Umumnya bahan baku diolah pertama kali dalam departemen 1,


departemen berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produk dengan
mengeluarkan biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabil. Namun sering
dalam proses produksi, bahan baku ditambahkan dalam departemen
setelah departemen 1. Tambahan bahan baku ini mempunyai dua
kemungkinan, yaitu:
• Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen
produksi yang mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 37


Akibatnya tidak berpengaruh terhadap perhitungan unit ekuivalensi
HPP per unit yang diterima dari departemen sebelumnya.
• Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi
yang mengkonsumsi tammbahan bahan baku tersebut. Akibatnya HPP
perunit yang berasal dari departemen sebelumnya menjadi lebih kecil,
karena total HPP yang berasal dari departemen sebelumnya, yang
semula dipikul oleh sejumlah tertentu, sekarang harus dipikul oleh
jumlah produk yang lebih banyak sebagai akibat tambahan bahan baku
tersebut.
Contoh 2:
PT. Trisna memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi yaitu
departemen 1 dan departemen 2. Bahan baku tidak hanya diproses di
departemen 1 saja tetapi juga ditambahkan di departemen 2. Tambahan
bahan baku ini mengakibatkan jumlah produk yang dihasilkan bertambah,
sehing HPP perunit yang diterima dari departemen 1 menjadi lebih rendah.
Data produksi dan biaya produksi departemen 2 bulan Juni 2010, sbb:

PT. Trisna
Data Produksi Dan Biaya Produksi Bulan Juni 2010

Departemen 2
Data Produksi :
Produk dalam proses awal:
(BBB 100%, BTK 20%, BOP 60%) 6.000 kg
Unit yang diterima dari dept 1 35.000 kg
Tambahan produk karena tambahan bahan baku 4.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan:
(BBB 100%, BTK 40%, BOP 0%) 7.000 kg

HPPP dalam proses awal


HP dari departemen 1 Rp. 11.150.000
Biaya yang ditambahkan dept 2 bulan lalu:
Biaya bahan baku Rp. 950.000
Biaya tenaga kerja Rp. 1.152.000
Biaya overhead pabrik Rp. 4.140.000
HP kumulatif persediaan produk dalam proses awal: Rp. 17.392.000
HPP yang diterima dari dept 1 bulan ini
(35.000 kg x Rp. 2.201,00) Rp. 77.019.000

Biaya produksi dept 2 bulan ini:


Biaya bahan baku Rp.15.000.000
Biaya tenaga kerja Rp.37.068.000
Biaya overhead pabrik Rp.44.340.000
Jumlah biaya produksi dept 2 bulan ini Rp. 96.408.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 38


Diminta : Hitung biaya produksi departemen 2 bulan Juni 2010?
Langkah-langkah penyelesaian:
1) Perhitungan unit ekuivalensi
BBB BTK BOP
Produk dalam proses awal
(100% - 20%) x 6.000 kg - 4.800 kg
(100% - 60%) x 6.000 kg 2.400 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang
dari produksi sekarang (38.000 – 6.000) 32.000 kg 32.000 kg 32.000 kg
Produk dalam proses akhir :
(100% x 7.000 kg) 7.000 kg
(40% x 7.000 kg) 2.800 kg
(80% x 7.000 kg) 5.600 kg
Jumlah 39.000 kg 39.600 kg 40.000 kg

2) Perhitungan biaya produksi per kg:


Unsur Biaya Total Biaya Unit ekuivalen Biaya perunit
HPPP dlm proses awal Rp. 17.392.000 - -
HPP yang diterima dari
Rp. 77.019.000 35.000 kg Rp. 2.201
dept 1
Penyesuaian tambahan BB Rp. 226
HPP dari dept 1 setelah penyesuaian Rp. 1.975
Biaya tambahan dept 2 :
BBB Rp. 15.000.000 39.000 kg Rp. 385
BTK Rp. 37.068.000 39.600 kg Rp. 936
BOP Rp. 44.340.000 40.000 kg Rp. 1.109
Total Rp. 190.819.000 Rp. 4.405

3) Perhitungan biaya produksi


HPPJ yang ditransfer ke gudang :
HPPP dalam proses awal Rp. 17.392.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BTK : 80% (6.000) x Rp. 936 = Rp. 4.492.800
BOP : 40% (6.000) x Rp. 1.109 = Rp. 2.661.600
Rp. 24.546.400
HPP dari produksi sekarang (32.000 x Rp. 4.405) = Rp.140.960.000
HPPJ yang di transfer ke gudang Rp.165.467.800 *)
HPPP dalam proses akhir:
HP dari dept 1 : 7.000 x Rp. 1.975 = Rp. 13.825.000
BBB : 100% (7.000 kg) x Rp. 385 = Rp. 2.695.000
BTK : 40% (7.000 kg) x Rp. 936 = Rp. 2.620.800
BOP : 80% (7.000 kg) x Rp. 1.109 = Rp. 6.210.400
Rp. 25.351.200

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 39


Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 Rp.190.819.000

4) Laporan biaya produksi Departemen 2


PT. Trisna
Laporan Biaya Produksi Departemen 2 Bulan Juni 2010

Data Produksi :
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari departemen 1 35.000 kg
Tambahan produk karena tambahan
bahan 4.000 kg
Jumlah produk yang diolah 45.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir 7.000 kg
Jumlah produk yang dihasilkan 45.000 kg

Biaya yang dibebankan


Total biaya Per Kg
HPP dalam proses awal Rp. 17.392.000 -
Biaya yang dibebankan sekarang:
HPP dari departemen 1 Rp. 77.019.000 Rp. 2.201
Penyesuaian karena tambahan bahan Rp. 226
HPP dari dept 1 setelah penyesuaian Rp. 1.975
Biaya tambahan dept 2:
Biaya bahan baku Rp. 15.000.000 Rp. 385
Biaya tenaga kerja Rp. 37.068.000 Rp. 975
Biaya overhead pabrik Rp. 44.340.000 Rp. 1.109
Rp. 190.819.000 Rp. 4.405
Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditransfer ke gudang :
HPPP dalam proses awal Rp. 17.392.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal
BTK : Rp. 4.492.000
BOP : Rp. 2.661.600
Rp. 24.546.400
HPP dari produksi sekarang Rp.140.960.000
HPPJ yang di transfer ke gudang Rp.165.467.800 *)
HPPP dalam proses akhir:
HP dari dept 1 : 7.000 x Rp. 1.975 = Rp. 13.825.000
BBB : Rp. 2.695.000
BTK : Rp. 2.620.800
BOP : Rp. 6.210.000
Rp. 25.351.200
Jumlah biaya yang dibebankan dalam departemen 2 Rp.190.819.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 40


4. Produk Yang Rusak, Cacat, Sisa Dan Bahan Buangan
Penting sekali untuk mengerti perbedaan keempat istilah ini karena
prosedur penghitungan yang berbeda akan digunakan untuk masing-
masing bahan.
Produk rusak (Spoiled goods) adalah produk yang tidak memenuhi standar
produksi dan dijual untuk menyelamatkan nilai atau dibuat. Pada waktu
barang rusak ditemukan, produk ini akan dikeluarkan dari produksi dan
tidak dikerjakan lebih lanjut.
Produk cacat (defective goods) adalah produk yang tidak memenuhi standar
produksi dan yang harus diproses lebih lanjut agar dapat dijual bersama
dengan unit yang baik.
Bahan sisa (scrap material) adalah bahan baku yang merupakan sisa dari
proses produksi yang tidak dapat dimasukkan lagi dalam produksi untuk
tujuan yang sama tetapi dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda atau
untuk proses produksi yang berbeda atau dijual pada pihak luar untuk
suatu jumlah tertentu.
Bahan buangan (waste material) adalah bagian dari bahan mentah yang
tertinggal sesudah produksi dan tidak mempunyai kegunaan untuk
dipakai atau dijual kembali.

Perhitungan Untuk Produk Rusak


Informasi berikut digunakan untuk membahas perhitungan produk yang
rusak:

Departemen 1 Departemen 2
Data Produksi :
Produk dalam proses awal:
(BBB 100%, BK 75%) 3.000 unit
(BTK 100%, BOP 25%) 7.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 21.000 unit
Unit yang ditransfer ke departemen 2 18.000 unit
Unit yang ditransfer ke gudang 19.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan:
(BBB 100%, BK 40%) 2.000 unit
(BTK 100%, BOP 60%) 4.000 unit
Unit rusak:
Normal 3.000 unit 1.000 unit
Abnormal 1.000 unit 1.000 unit

Biaya produksi :

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 41


HP dalam proses awal :
HP dari departemen 1 - Rp. 21.300.000
Biaya bahan baku Rp. 9.000.000 Rp. 25.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 14.000.000 Rp. 66.760.000
Biaya overhead pabrik Rp. 2.360.000 Rp. 6.800.000
Jumlah Rp. 25.360.000 Rp. 119.860.000
Ditambahkan pada periode ini:
Biaya bahan baku Rp. 75.000.000 Rp. 50.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 100.000.000 Rp. 200.000.000
Biaya overhead pabrik Rp. 25.000.000 Rp. 40.000.000
Rp. 200.000.000 Rp. 290.000.000

Produk yang rusak pada system biaya proses dapat ditangani dengan
menggunakan salah satu dari 2 metode :

1) Unit rusak diabaikan untuk menghitung unit ekuivalensi


Laporan Biaya Produksi Rata-Rata Tertimbang
Departemen 1

Data produksi
Produk dalam proses awal: 3.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 21.000 unit
24.000 unit
Unit yang ditransfer ke departemen 2 18.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan: 2.000 unit
Unit rusak 4.000 unit
24.000 unit

Biaya yang dibebankan :


Total Perunit
HP dalam proses awal Rp. 25.360.000
Biaya tambahan periode ini:
Biaya bahan baku Rp. 75.000.000 Rp. 4.200,00 A
Biaya tenaga kerja Rp.100.000.000 Rp. 6.063,80 B
Biaya overhead pabrik Rp. 25.000.000 Rp. 1.455,30 C
Rp.225.360.000 Rp. 11.719,10
Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditrasfer ke dept 2
(18.000 x Rp. 11.719,10) Rp. 210.944.000
HPPP dalam proses akhir:
Bahan 100% (2.000) x Rp. 4.200,00 Rp. 8.400.000
TK : 40% (2.000) x Rp. 6.063,80 Rp. 4.581.000
OP : 40% (2.000) x Rp. 1.455,30 Rp. 1.164.000
Rp. 14.415.000
Ditambah pembulatan Rp. 1.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 42


Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp.225.360.000

Produksi ekuivalen :
• Bahan : 100% (2.000) + 18.000 =
20.000 unit
• Konversi : 40 % (2.000) + 18.000 = 18.800 unit

Perhitungan biaya perunit:


A. Bahan : (Rp. 75.000.000,00 + Rp. 9.000.000,00) : 20.000 unit = Rp. 4.200,00
B. TK : (Rp. 100.000.000,00 + Rp. 14.000.000,00) : 18.800 unit = Rp. 6.063,80
C. OP : (Rp. 25.000.000,00 + Rp. 2.360.000,00) : 18.800 unit = Rp. 1.455,30

Kesimpulan pada metode pertama dari perhitungan unit rusak (dimana


unit rusak diabaikan dalam perhitungan unit ekuivalensi) seperti
tampak pada laporan biaya produksi rata-rata tertimbang departemen
1, menunjukkan beberapa kekurangan, yaitu:
1. Biaya dari unit rusak tidak diidentifikasikan
2. Biaya total dari unit rusak secara otomatis dibagikan ke seluruh unit
yang baik
3. Tidak diadakan perbedaan antara kerusakan normal dan abnormal
4. Barang dalam proses akhir akan selalu dibebani dengan biaya
kerusakan. Hal ini tidak tepat bila barang dalam proses akhir tidak
mencapai titik pemeriksaan.
2) Unit rusak dimasukkan dalam perhitungan unit ekuivalensi
a. Perhitungan unit ekuivalensi :

Metode rata-rata tertimbang


Departemen 1

Bahan Konversi
Produk jadi yang ditransfer 18.000 unit 18.000 unit
Produk dalam proses akhir :
(100% x2.000 unit) 2.000 unit
(40% x 2.000 unit) 800 unit
Produk rusak (unit x % selesai) tergantung
dimana pemeriksaan dilakukan dan
berapa biaya ditambahkan (100% x 4.000) 4.000 unit 4.000 unit
Produk ekuivalensi 24.000 unit 22.800 unit

Departemen 2
Produk jadi yang ditransfer 19.000 unit 19.000 unit
Produk dalam proses akhir :
(100% x4.000 unit) 4.000 unit
(40% x 4.000 unit) 2.400 unit

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 43


Produk rusak :
(100% x 2.000) 2.000 unit
(40% x 2.000) 800 unit
Produk ekuivalensi 25.000 unit 22.200 unit

Metode FIFO
Departemen 1

Bahan Konversi
Unit yang dimulai dan selesai
(18.000 – 3.000) 15.000 unit 15.000 unit
Persediaan Produk dalam proses awal :
(25% x 3.000 unit) 750 unit
Produk dalam proses akhir 2.000 unit 800 unit
Produk rusak 4.000 unit 4.000 unit
Produk ekuivalensi 21.000 unit 20.550 unit

Departemen 2
Unit yang dimulai dan selesai
(19.000 – 7.000) 12.000 unit 12.000 unit
Persediaan Produk dalam proses awal :
(75% x 7.000 unit) 5.250 unit
Produk dalam proses akhir 4.000 unit 2.400 unit
Produk rusak 2.000 unit 800 unit
Produk ekuivalensi 18.000 unit 20.450 unit

Keterangan : Pada departemen 2 dari produk yang rusak (2.000 unit),


ditemukan 40% telah diproses.
b. Biaya yang diperhitungkan
Dalam perhitungan biaya, kerusakan normal dan abnormal harus
dirinci dalam daftar yang terpisah. Kerusakan normal adalah biaya
yang tidak dapat dihindarkan dari produksi unit yang baik, karena
merupakan hasil produksi yang efisien dianggap normal. Biaya
kerusakan normal harus dimasukkan dalam biaya produksi unit
yang baik.
Sedangkan kerusakan abnormal adalah kerusakan yang melebihi
apa yang dianggap normal untuk suatu proses produksi tertentu.
Kerusakan ini dianggap masih dapat dikendalikan dan merupakan
hasil dari operasi yang tidak efisien. Biaya kerusakan abnormal
merupakan biaya periode yang harus dikeluarkan dari perhitungan
barang dalam proses dan dibuat daftar tersendiri. Kerusakan
abnormal tidak efek pada biaya perunit karena unit dan biaya
dikeluarkan dari produksi.
Sebelum alokasi terjadi, biaya kerusakan total harus dihitung
dengan formula sebagai berikut:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 44


• Biaya kerusakan Departemen 1 =
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑔 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝐵𝐵 &/𝐵𝐾)
• Biaya kerusakan Departemen 2 =
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 ×
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
Biaya kerusakan total dapat dipisah menjadi normal dan abnormal
dengan formula sebagai berikut:
• Biaya kerusakan normal =
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘
• Biaya kerusakan abnormal =
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘
Cara lain menghitung biaya kerusakan:
• Biaya kerusakan perunit =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 ∶ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘
• Biaya kerusakan normal =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 × 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
• Biaya kerusakan abnormal =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 × 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑏𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
Biaya kerusakan normal dapat dialokasikan antara unit produk
dalam proses dan atau produk jadi. Dengan metode FIFO harus
diusahakan untuk mengenali unit rusak dari permulaan barang
dalam proses, agar kerusakan normal dapat dialokasikan pada
produk dalam proses awal, produk yang dimasukkan dan selesai,
dan produk dalam proses akhir. Untuk memudahkan penyelesaian
soal, diasumsikan bahwa kerusakan hanya terjadi pada permulaan
ddan akhir dan/atau produk dalam proses akhir. Alokasi kerusakan
normal dapat diperhitungkan sebagai berikut:
• Untuk produk dalam proses awal =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙
×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
• Untuk unit yang dimasukkan dan selesai =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 & 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖
×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
• Untuk produk dalam proses akhir
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 ×
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

c. Laporan biaya produksi

Laporan Biaya Produksi Rata-Rata Tertimbang

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 45


Departemen 1

Data produksi
Produk dalam proses awal: 3.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 21.000 unit
24.000 unit
Unit yang ditransfer ke departemen 2 18.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan: 2.000 unit
Unit rusak 4.000 unit
24.000 unit
Biaya yang dibebankan :
Total Perunit
HP dalam proses awal :
Biaya bahan baku Rp. 9.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 14.000.000
Biaya overhead pabrik Rp. 2.360.000
Biaya tambahan periode ini:
Biaya bahan baku Rp. 75.000.000 Rp. 3.500 A
Biaya tenaga kerja Rp. 100.000.000 Rp. 5.000 B
Biaya overhead pabrik Rp. 25.000.000 Rp. 1.200 C
Jumlah biaya yang dibebankan Rp. 225.360.000 Rp. 9.700
Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditrasfer ke dept 2
Produk jadi (18.000 x Rp. 9.700) Rp. 174.600.000
Kerusakan normal (3.000 x Rp. 9.700) Rp. 29.100.000
Rp. 203.700.000

HPPP dalam proses akhir:


Bahan (2.000) x Rp. 3.000 Rp. 7.000.000
TK : 40% (2.000) x Rp. 5.000 Rp. 4.000.000
OP : 40% (2.000) x Rp. 1.200 Rp. 960.000
Rp. 11.960.000
Kerusakan abnormal (1.000 x Rp. 9.700) Rp. 9.700.000
Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp. 225.360.000

Produksi ekuivalen :
• Bahan : 18.000 + 100% (2.000) + 100% (4.000) = 24.000 unit
• Konversi : 18.000 + 40 % (2.000) + 100% (4.000) = 22.800 unit

Perhitungan biaya perunit:


A. Bahan : (Rp. 75.000.000 + Rp. 9.000.000) : 24.000 unit = Rp. 3.500
B. TK : (Rp. 100.000.000 + Rp. 14.000.000) : 22.800 unit = Rp. 5.000
C. OP : (Rp. 25.000.000 + Rp. 2.360.000) : 22.800 unit = Rp. 1.200

Laporan Biaya Produksi Rata-Rata Tertimbang


Departemen 2

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 46


Data produksi
Produk dalam proses awal: 7.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 18.000 unit
25.000 unit
Unit yang ditransfer ke gudang 19.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan: 4.000 unit
Unit rusak 2.000 unit
25.000 unit
Biaya yang dibebankan :
Unit Total Perunit
HP dari dept 1 :
HP produk dlm proses awal 7.000 unit Rp. 21.300.000
HP periode sekarang 18.000 unit Rp.203.700.000
Jumlah 25.000 unit Rp.225.000.000 A
Biaya tambahan dalam departemen 2:
HP produk dalam proses awal :
Biaya bahan baku Rp. 25.000.000
Biaya tenaga kerja Rp. 66.760.000
Biaya overhead pabrik Rp. 6.800.000
HP Produk periode sekarang:
Biaya bahan baku Rp. 50.000.000 Rp. 3.000,00 B
Biaya tenaga kerja Rp.200.000.000 Rp. 12.016,22 C
Biaya overhead pabrik Rp. 40.000.000 Rp. 2.108,11 D
Jumlah biaya yang dibebankan Rp.613.560.000 Rp. 26.124,33

Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditrasfer ke dept 2
Produk jadi (19.000 x Rp. 26.124,33) Rp.496.362.000
Kerusakan normal Rp. 14.580.000 E
Rp.510.942.000
HPPP dalam proses akhir:
HP dari dept 1 (4.000 x Rp.9.000,00) Rp. 36.000.000
Bahan 100% (2.000) x Rp. 3.000,00 Rp. 12.000.000
TK : 60% (2.000) x Rp. 12.016,22 Rp. 28.839.000
OP : 60% (2.000) x Rp. 2.108,11 Rp. 5.059.000
Kerusakan normal Rp. 3.070.000 E
Rp. 84.968.000
Kerusakan abnormal (1.000 x Rp. 9.700,00) Rp. 17.649.000 E
Ditambah untuk pembulatan Rp. 1.000
Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp.613.560.000

Produksi ekuivalen :
• Bahan : 19.000 + 100% (4.000) + 100% (2.000) = 25.000 unit
• Konversi : 19.000 + 60 % (4.000) + 40% (2.000) = 22.200 unit

Perhitungan biaya perunit:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 47


A. HP dari departemen 1 : (Rp. 225.000.000 / 25.000 unit) = Rp. 9.000,00
B. Bahan : (Rp. 50.000.000 + Rp. 25.000.000) / 25.000 unit = Rp. 3.000,00
C. TK : (Rp. 200.000.000 + Rp. 66.760.000) / 22.200 unit = Rp. 12.016,22
D. OP : (Rp. 40.000.000 + Rp. 6.800.000) / 22.200 unit = Rp. 2.108,11
E. Kerusakan (2.000 unit)
Dari dept 1 (2.000 x Rp. 9.000) Rp. 18.000.000
Ditambahkan periode ini:
Bahan 2.000 unit x Rp. 3.000 Rp. 6.000.000
TK : 2.000 unit x Rp. 12.016,22 x 40% Rp. 9.613.000
OP : 2.000 unit x Rp. 2.108,11 x 40% Rp. 1.686.000
Jumlah kerusakan Rp. 35.299.000

Biaya kerusakan normal :


Rp. 35.299.000,00 x (1.000/2.000) Rp. 17.650.000 *
Biaya kerusakan abnormal :
Rp. 35.299.000,00 x (1.000/2.000) Rp. 17.649.000 *

Alokasi kerusakan normal untuk:


Produk Jadi = Rp. 17.650.000 (19.000/23.000) = Rp. 14.580.000
Produk akhir = Rp. 17.650.000 (4.000/23.000) = Rp. 3.070.000

*) Perbedaan nilai karena pembulatan

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 48


Laporan Biaya Produksi Metode FIFO
Departemen 1

Data produksi
Produk dalam proses awal: 3.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 21.000 unit
24.000 unit
Unit yang ditransfer ke departemen 2 18.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan: 2.000 unit
Unit rusak 4.000 unit
24.000 unit

Biaya yang dibebankan :


Total Perunit
HP dalam proses awal Rp. 25.360.000
Biaya tambahan periode ini:
Biaya bahan baku Rp. 75.000.000 Rp. 3.571,43 A
Biaya tenaga kerja Rp. 100.000.000 Rp. 4.866,18 B
Biaya overhead pabrik Rp. 25.000.000 Rp. 1.216,55 C
Jumlah biaya yang ditambahkan Rp. 200.000.000 Rp. 9.654,16
Jumlah biaya yang dibebankan Rp. 225.360.000

Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditrasfer ke dept 2 :
Dari persediaan awal :
Biaya persediaan Rp. 25.360.000
TK : 25% (3.000) x Rp. 4.866,18 Rp. 3.750.000
OP : 25% (3.000) x Rp. 1.216,55 Rp. 912.000
Rp. 29.922.000
Dari produksi sekarang :
Unit yang dimulai dan selesai
(15.000 x Rp. 9.654,16) Rp. 144.812.000
Kerusakan normal (3.000 x Rp. 9.654,16) Rp. 28.962.000
HPPJ yang ditransfer ke dept 2 Rp. 203.696.000
HPPP dalam proses akhir:
Bahan (2.000) x Rp. 3.571,43 Rp. 7.143.000
TK : 40% (2.000) x Rp. 4.866,18 Rp. 3.893.000
OP : 40% (2.000) x Rp. 1.216,55 Rp. 973.000
Rp. 12.009.000
Kerusakan abnormal (1.000 x Rp. 9.654,16) Rp. 9.654.000
Ditambah untuk pembulatan Rp. 1.000
Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp. 225.360.000

Unit ekuivalen :
• Bahan : (18.000 – 3.000)+ 0 + 100% (2.000) + 4.000 = 21.000 unit
• Konversi : (18.000 – 3.000)+ 0 + 25 % (3.000) + 40% (2.000) + 4.000 = 20.550 unit

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 49


Perhitungan biaya perunit:
A. Bahan : Rp. 75.000.000 / 21.000 unit = Rp. 3.571,43
B. TK : Rp. 100.000.000 / 20.550 unit = Rp. 4.866,18
C. OP : Rp. 25.000.000 / 20.550 unit = Rp. 1.216,55

Laporan Biaya Produksi Metode FIFO


Departemen 2
Data produksi
Produk dalam proses awal: 7.000 unit
Unit yang dimulai dalam proses 18.000 unit
25.000 unit
Unit yang ditransfer ke gudang 19.000 unit
Produk dalam proses akhir bulan: 4.000 unit
Unit rusak 2.000 unit
25.000 unit
Biaya yang dibebankan :
Unit Total Perunit
HP produk dlm proses awal 7.000 unit Rp. 119.860.000 -
HP dari dept 1 18.000 unit Rp. 203.696.000
Jumlah 25.000 unit Rp. 323.556.000 Rp. 11.316,44 A
Biaya tambahan dalam departemen 2:
Biaya bahan baku Rp. 50.000.000 Rp. 2.777,78 B
Biaya tenaga kerja Rp.200.000.000 Rp. 9.779,95 C
Biaya overhead pabrik Rp. 40.000.000 Rp. 1.955,99 D
Jumlah biaya yang dibebankan Rp. 613.556.000 Rp. 25.830,16

Perhitungan biaya:
HPPJ yang ditrasfer ke gudang
Dari persediaan awal :
Biaya persediaan Rp.119.860.000
TK : 75% (7.000) x Rp. 9.779,95 Rp. 51.345.000
OP : 75% (7.000) x Rp. 1.955,99 Rp. 10.269.000
Rp.118.474.000
Dari produksi sekarang:
Unit dimulai dan selesai (12.000 x Rp. 25.830,16) Rp.309.962.000
Kerusakan normal Rp. 15.521.000 E
Jumlah yang ditransfer Rp.506.957.000

HPPP dalam proses akhir:


HP dari dept 1 (4.000 x Rp. 11.316,44) Rp. 45.266.000
Bahan 100% (4.000) x Rp. 2.777,78 Rp. 11.111.000
TK : 60% (2.000) x Rp. 9.779,95 Rp. 23.472.000
OP : 60% (2.000) x Rp. 1.955,99 Rp. 4.694.000
Kerusakan normal Rp. 3.268.000 E
Rp.87.811.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 50


Kerusakan abnormal Rp.18.789.000 E
Ditambah untuk pembulatan Rp. 1.000
Jumlah biaya yang diperhitungkan Rp.613.556.000

Produksi ekuivalen :
• Bahan : (19.000 - 7.000) + 0 + 100% (4.000) + 100% (2.000) = 18.000 unit
• Konversi : (19.000 – 7.000) + 75% (7.000) + 60% (4.000) + 40% (2.000) = 20.450 unit

Perhitungan biaya perunit:


A. HP dari departemen 1 : Rp. 203.696.000,00 / 18.000 unit = Rp. 11.316,44
B. Bahan : Rp. 50.000.000 / 18.000 unit = Rp. 2.777,78
C. TK : Rp. 200.000.000 / 20.450 unit = Rp. 9.779,95
D. OP : Rp. 40.000.000 / 20.450 unit = Rp. 1.955,99
E. Kerusakan (2.000 unit)
Dari dept 1 (2.000 x Rp. 11.316,44) Rp. 22.633.000
Ditambahkan periode ini:
Bahan 2.000 unit x Rp. 2.777,78 Rp. 5.556.000
TK : 2.000 unit x Rp. 9.779,95 x 40% Rp. 7.824.000
OP : 2.000 unit x Rp. 1.955,99 x 40% Rp. 1.565.000
Jumlah kerusakan Rp. 37.578.000

Biaya kerusakan normal :


Rp. 37.578.000 x (1.000/2.000) Rp. 18.789.000 *
Biaya kerusakan abnormal :
Rp. 37.578.000 x (1.000/2.000) Rp. 17.789.000 *

Alokasi kerusakan normal untuk:


Produk Jadi = Rp. 17.789.000 (19.000/23.000) = Rp. 15.521.000
Produk akhir = Rp. 17.789.000 (4.000/23.000) = Rp. 3.268.000

Akuntansi untuk produk cacat, bahan sisa dan bahan buangan tidak
diperlakukan secara khusus dalam harga pokok proses karena
perhitungan biayanya dianggap tidak begitu penting. Kecuali bila
produk cacat memerlukan pengerjaan kembali untuk menjadi
produk jadi yang memenuhi standar, mungkin akan memerlukan
tambahan bahan, tenaga atau overhead pabrik. Untuk lebih jelas,
bagaimana perlakuannya, dapat dibaca pada masalah-masalah
khusus yang berhubungan dengan bahan..

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 51


SOAL LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan karakteristik metode harga proses pesanan


2. Jelaskan perbedaan antara HP Proses dengan HP Pesanan
3. Sebutkan dan jelaskan lima manfaat informasi harga pokok produksi
4. Sebutkan dan jelaskan enam karakteristik metode harga proses proses
5. Sebutkan dan gambarkan tiga arus produk
6. Sebutkan dan jelaskan dua metode yang memperhitungkan adanya
persediaan produk dalam proses awal

SOAL KASUS

1. Biaya produksi yang dikeluarkan PT. Oscar dalam Bulan Januari 2012 adalah
sebagai berikut:

Departemen Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Biaya Ov Pabrik


A Rp. 12.760.000,- Rp. 1.540.000,- R 6.600.000,-
B - 2.250.000,- p 1.500.000,-
C - 1.500.000,- . 450.000,-

Laporan produksi bulan Januari 2012 adalah sebagai berikut :

Keterangan Depart A Depart B Depart C


Jumlah produk yang selesai ditransfer 90.000 kg 60.000 kg 40.000 kg
Jumlah produk selesai yang belum Ditransfer 10.000 kg - -
Jumlah produk dalam proses akhir :
By bahan baku : 80%; by Konversi : 50% 20.000 kg - -
Biaya konversi : 60% - 25.000 kg -
Biaya konversi : 60% - - 15.000 kg
Produk yang hilang (semuanya terjadi pada 10.000 kg 5.000 kg 5.000 kg
awal proses, kecuali di departemen C yang
terjadi pada akhir proses)

Diminta :
a. Buatlah laporan biaya produksi tiap-tiap departemen tersebut
b. Buatlah jurnal-jurnal yang perlu untuk mencatat transaksi bulan Januari
2102 dalam departemen C.

2. PT Nabila memproduksi sejenis produk yang diberi nama "Klopis". Proses


produksinya melalui tiga departemen, yaitu Departemen A, Departemen B,
dan Departemen C. Bahan baku dipakai di Departemen A, sedang dalam

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 52


Departemen C ditambah bahan baku khusus. Di Departemen C selalu terjadi
produk hilang. Produk hilang ini terjadi pada akhir proses.

Data Departemen C adalah sebagai berikut :


a. Data produksi (angka satuan memakai satuan barang selesai).
Jumlah produk yang diterima dari Departemen B
(harga pokok per unit = Rp. 32,-) …………………………….. 4.500 unit
Jumlah produk selesai dan dikirim ke gudang …………….. 3.900 unit
Jumlah produk yang masih dalam proses akhir
(80% bahan baku, 50% upah langsung dan overhead pabrik) 500 unit

b. Laporan dari gudang mengenai persediaan awal, pembelian dalam bulan


Pebruari, serta hasil perhitungan fisik persediaan akhir bulan untuk
bahan baku khusus adalah sebagai berikut :

Persediaan bahan baku khusus awal bulan Pebruari (479 kg), Rp


23.950,00,-.

Bahan baku khusus yang dibeli selama bulan Pebruari sebagai berikut
Tanggal Kwantitas Harga per kg (000) Jumlah (000)
4/2 400 kg Rp 45,- Rp 18.000,-
3/2 500 47,50 23.750,-
11/2 400 40,- 16.000,-
16/2 500 42,50 21.250,-
22/2 400 45,- 18.000,'-
26/2 600 40,- 24.000,-

Perhitungan fisik persediaan bahan baku khusus pada akhir Februari


menunjukkan 1.300 kg masih tersedia di dalam gudang. Perusahaan tidak
menggunakan bukti permintaan bahan dalam administrasi pemakaian
bahan baku. Untuk menghitung harga pokok bahan baku yang dipakai
dalam proses produksi digunakan metode "perbedaan persediaan".
Sedangkan metode penentuan harga pokok bahan yang dipakai adalah
metode masuk pertama keluar pertama. (MPKP).

c. Laporan biaya dari Departemen Akuntansi Biaya adalah sebagai berikut :


- Jumlah upah langsung yang dikeluarkan selama bulan
Pebruari adalah sebesar ………………………………Rp. 66.937.500
- Biaya overhead pabrik yang dibebankan ………. 107.270.000

Diminta :
1. Susun1ah 1aporan biaya produksi Departemen C untuk bulan Pebruari

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 53


2. Buatlah jurnal - jurnal yang diperlukan untuk mencatat pembebanan
biaya-biaya produksi, pengiriman barang yang sudah se1esai Ke Gudang
dan pencatatan penjua1an tunai produk sebanyak 1.200 unit dengan harga
Rp 125,00,- per unit.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 54


BAB 5
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN
PRODUK SAMPINGAN
Tujuan yang diharapkan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan para mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan karakteristik produk bersama dan produk
sampingan.
2. Mengalokasian biaya bersama ke berbagai produk bersama
3. Menerapkan akuntansi untuk produk bersama
4. Menjelaskan manfaat biaya bersama dalam keputusan manajemen
5. Menerapkan akuntansi untuk produk sampingan

A. Produk Bersama (Joint Products)


Produk bersama adalah beberapa produk yang secara individual
mempunyai nilai jual yang masing-masing signifikan (besar), yang dihasilkan
secara serentak dari satu proses produksi atau satu rangkaian proses produksi.
Contoh, Perusahaan Penyulingan Minyak, Perusahaan Pemotongan Hewan,
Perusahaan Pupuk. Perusahaan Penyulingan Minyak, produk yang dihasilkan
adalah bensin, solar, minyak tanah, gas tar, asphal.
Karakteristik utama dari produk bersama adalah:
1. Produk bersama mempunyai suatu kaitan fisik yang memerlukan proses
pengolahan secara serentak. Proses pengolahan produk yang satu, sekaligus
juga merupakan proses pengolahan produk dari produk bersama lainnya.
Penambahan kuantitas produk yang satu akan menaikkan kuantitas produk
lainnya.
2. Pengolahan produk bersama selalu mempunyai titik pemisahan produk,
dimana timbul produk yang berbeda, untuk dijual atau diproses lebih lanjut.
3. Tidak ada dari produk bersama itu, dimana produk yang satu mempunyai
nilai yang jauh lebih besar dari produk lainnya.
Biaya bersama adalah biaya pada titik ini timbul sampai dengan titik
pemisahan produk, dimana pada titik ini tiap produk secara individual dapat
diidentifikasikan. Titik pisah (split off point) terjadi bila setiap produk terpisah,
yang mempunyai nilai jual yang signifikan dan dapat diidentifikasikan.
Kesulitan terbesar dalam biaya bersama adalah adanya kenyataan bahwa
mereka tidak dapat dipisahkan, artinya biaya bersama tidak secara khusus dapat
diidentifikasi terhadap beberapa produk yang dihasilkan secara serentak. Contoh,
biaya bersama dari perusahaan pertambangan untuk menentukan lokasi,
menambang dan memproses biji-biji logam, dimana harus dipilih dan ditentukan
mana biaya-biaya untuk besi, seng atau timah yang disaring dari logam tersebut.
Oleh karena itu, biaya bersama harus dialokasikan untuk besi, seng dan timah.
Biaya bersama kadang-kasng dikaburkan dengan biaya gabungan (common cost).

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 55


Biaya gabungan adalah biaya-biaya yang timbul untuk memproduksi produk
secara serentak, tetapi sebenarnya setiap produk dapat diproduksi secara terpisah.
Artinya biaya gabungan dapat dipisahkan dan dapat diidentifikasikan secara
tegas kepada masing-masing produk yang dihasilkan.
Produk Gabungan (Common Product) adalah beberapa macam produk
dihasilkan bersama-sama dengan fasilitas sama, Biaya bahan baku dan Biaya
Tenaga Kerja dapat ditelusuri langsung ke produk sedangkan BOP tidak dapat
ditelusuri langsung ke produk. Biaya yang diserap oleh produk gabungan disebut
sebagai biaya gabungan (Common Cost) yang terdiri dari : Biaya bahan baku dan
Biaya Tenaga Kerja dan BOP. Contoh : Perusahaan susu dan mentega
Produk yang dihasilkan adalah susu bayi, susu ibu hamil, mentega, bubur bayi.
Biaya bahan baku dan Biaya Tenaga Kerja bisa ditelusuri secara langsung ke
produk sedangkan BOP tidak dapat ditelusuri langsung ke produk. Karena dalam
mengolah satu produk dengan produk yang lainnya bergantian tetapi tetap
menggunakan fasilitas yang sama.
Produk Ko (Co Product) adalah beberapa macam produk dihasilkan pada
waktu yang sama tetapi tidak dari proses pengolahan dan Bahan Baku yang sama.
Biaya yang diserap oleh produk bersama disebut sebagai biaya Produk Ko yang
terdiri dari Biaya bahan baku, Biaya Tenaga Kerja dan BOP. Biaya bahan baku dan
Biaya Tenaga Kerja dapat diidentifikasikan pada macam produk tertentu,
sedangkan BOP ada yang dinikmati bersama oleh beberapa macam produk.
Contoh Perusahaan Penggergajian Kayu bahan baku yang dibutuhkan dapat
berupa kayu jati gelondongan, kayu meranti, kayu mahoni.. Kayu tersebut
digergaji menghasilkan papan kayu jati, papan kayu meranti, papan kayu mahoni
dan kayu lapis jati, kayu lapis meranti, kayu lapis mahoni serta serbuk gergaji.
Karakteristik Produk Bersama, Produk Ko dan Produk Sampingan yaitu :
1. Produk Utama yang dihasilkan dari produk bersama dan produk Ko
merupakan tujuan utama pengolahan produk, sedangkan produk sampingan
bukan merupakan tujuan utama pengolahan produk
2. Harga jual Produk Utama > Produk Sampingan
3. Dalam pengolahan produk bersama tidak dapat dihindari untuk tidak
menghasilkan produk tertentu. Sedangkan Produk Ko, dapat dihindari untuk
tidak menghasilkan produk tertentu.
4. Dalam pengolahan produk bersama manajemen tidak dapat mengendalikan
kuantitas relatif dari setiap macam produk yang dihasilkan. Sedangkan
produk Ko kuantitas relatif dari setiap macam produk yang dihasilkan dapat
dikendalikan.

B. Akuntansi Untuk Produk Bersama


Biaya produk bersama harus dialokasikan kepada masing-masing produk
agar dapat ditentukan nilai persediaan akhir dan penghasilan (laba bersih) dari
setiap produk bersama. Masalah pokok akuntansi biaya produk bersama adalah
penentuan proporsi total biaya produksi (yang dikeluarkan sejak bahan baku

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 56


diolah sampai saat produk bersama dapat dipisahkan identitasnya) yang harus
dibebankan kepada berbagai macam produk bersama.
Beberapa metode yang biasanya dipergunakan untuk mengalokasikan biaya
bersama:
1. Metode nilai jual / nilai pasar relative
2. Metode satuan fisik / kuantitatif unit
3. Metode rata-rata biaya perunit
4. Metode rata-rata tertimbang
Contoh:
Dalam satu periode akuntansi biaya bersama yang dikeluarkan PT. Maharani
sebesar Rp. 132.000.000. Jumlah dan harga jual perunit produk yang dihasilkan
sebagai berikut:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 57


Produk bersama X Y Z
Jumlah unit yang dihasilkan 30.000 32.000 20.000
Nilai pasar pada titik pemisahan:
Perunit Rp. 3.000 Rp. 2.500 Rp. 3.500
Total Rp. 90.000.000 Rp. 80.000.000 Rp. 70.000.000
Diagram fakta biaya bersama:

Biaya bersama

Rp. 132.000.000

Berdasarkan contoh tersebut, akan dibahan keempat metode alokasi biaya


bersama:
1. Metode Nilai Jual / Pasar Relatif
Biaya bersama
Produk Xdialokasikan sesuaiProduk
denganY nilai jual dari masing-masing
Produk Z
produk. Alasannya,
Unit 30.000bahwa harga jual dari
Unit suatu Unit
32.000 produk merupakan 20.000
perwujudan
NP /U dari biaya-biaya
Rp. 3.000 NP /yang
U dikeluarkan
Rp. 2.500dalamNPmengolah
/U produk
Rp. 3.500
bersama tersebut. Jika harga jual dari salah satu produk bersama lebih tinggi,
karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak. Prosedur yang dipergunakan
tergantung kepada:
a. Apakah nilai pasar diketahui pada saat titik pemisahan?
b. Apakah nilai pasar tidak diketahui pada saat titik pemisahan?

a. Nilai pasar diketahui pada titik pemisahan produk


Jika harga pasar diketahui, maka rumus yang digunakan sbb:
Alokasi biaya bersama tiap produk =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘


× 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Perhitungan :
1) Total nilai pasar untuk tiap dan semua produk:
Nilai pasar Total nilai pasar tiap
Produk Unit x =
/unit produk
X 30.000 Rp. 3.000 Rp. 90.000.000
Y 32.000 Rp. 2.500 Rp. 80.000.000
Z 20.000 Rp. 3.500 Rp. 70.000.000
Total nilai semua produk Rp. 240.000.000
2) Alokasi biaya bersama kepada setiap produk:
𝑅𝑝. 90.000.000
𝑋= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 49.500.000
𝑅𝑝. 240.000.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 58


𝑅𝑝. 80.000.000
𝑌= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 44.000.000
𝑅𝑝. 240.000.000
𝑅𝑝. 70.000.000
𝑍= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 38.500.000
𝑅𝑝. 240.000.000

Atau perhitungan cara sederhana :


Nilai Nilai Pasar Tiap Alokasi By
Produk Unit
Pasar/Unit Produk Bersama
X 30.000 Rp3.000 Rp90.000.000 Rp49.500.000
Y 32.000 Rp2.500 Rp80.000.000 Rp44.000.000
Z 20.000 Rp3.500 Rp70.000.000 Rp38.500.000
Total Nilai Semua Produk Rp240.000.000 Rp132.000.000

b. Nilai Pasar tidak diketahui pada titik pemisahan produk:


Nilai jual tiap produk mungkin tidak diketahui, khususnya apabila
tambahan proses pengolahan produk diperlukan untuk menjadikan
produk yang bersangkutan berada pada kondisi siap untuk dijual. Untuk
itu perlu dihitung nilai jual hipotesis (yaitu nilai pasar produk – tambahan
biaya pemerosesan).

Rumus:
Alokasi biaya bersama tiap produk =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑃𝐻 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘


× 𝐵𝑦 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 + 𝐵𝑦 𝑝𝑒𝑚𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑙ℎ 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑖𝑠𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑃𝐻 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Diasumsikan , bahwa tambahan biaya pemrosesan setelah titik pemisahan


produk masing-masing adalah : X = Rp. 5.000.000; Y = Rp. 10.000.000; dan
Z = Rp. 2.500.000. Sedangkan harga pasar setelah diproses lebih lanjut
adalah: X = Rp. 4.500; Y = Rp. 4.000; dan Z = Rp. 4.000.
Diagram fakta biaya bersama:

Biaya bersama

Rp. 132.000.000

Produk X Produk Y Produk Z


Unit 30.000 Unit 32.000 Unit 20.000
NP / U Rp. 3.000 NP / U Rp. 2.500 NP / U Rp. 3.500
(+) Biaya Proses : (+) Biaya Proses : (+) Biaya Proses :
Rp. 5.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 2.500.000
Perhitungan :

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 59


1) Total nilai pasar hipotesis untuk tiap dan semua produk
Nilai pasar Tambahan biaya Total nilai pasar
Produk Unit x - =
/unit proses tiap produk
X 30.000 Rp. 4.500 Rp. 5.000.000 Rp. 130.000.000
Y 32.000 Rp. 4.000 Rp. 10.000.000 Rp. 118.000.000
Z 20.000 Rp. 4.000 Rp. 2.500.000 Rp. 77.500.000
Total nilai pasar hipotesis semua produk Rp. 325.500.000
2) Alokasi biaya bersama dan harga pokok tiap produk:
𝑅𝑝. 130.000.000
𝑋= × 𝑅𝑝. 132.000.000 + 𝑅𝑝. 5.000.000 = 𝑅𝑝. 57.719.000
𝑅𝑝. 325.500.000
𝑅𝑝. 118.000.000
𝑌= × 𝑅𝑝. 132.000.000 + 𝑅𝑝. 10.000.000 = 𝑅𝑝. 57.853.000
𝑅𝑝. 325.500.000
𝑅𝑝. 77.500.000
𝑍= × 𝑅𝑝. 132.000.000 + 𝑅𝑝. 2.500.000 = 𝑅𝑝. 33.928.000
𝑅𝑝. 325.500.000
Total harga pokok produksi = Rp.149.500.000
Atau perhitungan cara sederhana :
Tambahan Total nilai
Prod Nilai Alokasi By
Unit x - biaya = pasar tiap
uk pasar Bersama
proses produk
/unit
X 30,000 Rp4,500 Rp5,000,000 Rp130,000,000 Rp57,718,894
Y 32,000 Rp4,000 Rp10,000,000 Rp118,000,000 Rp57,852,535
Z 20,000 Rp4,000 Rp2,500,000 Rp77,500,000 Rp33,928,571
Total nilai pasar hipotesis semua produk Rp325,500,000 Rp149,500,000

2. Metode Satuan Fisik/Kuantitatif Unit


Kuantitas hasil produksi digunakan sebagai dasar mengalokasikan biaya
bersama. Kuantitas dinyatakan dengan unit (ton, liter, kg, barrels, dsb).
Kuantitas hasil produksi dari semua produk bersama harus ditentukan dengan
satuan unit yang sama. Jika unitnya berbeda-beda, maka dapat digunakan
satuan lain yang dapat menyamakan satuan tersebut.
Rumus:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝐴𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 = × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Perhitungan:
1) Total unit semua produk :
30.000 + 32.000 + 20.000 = 82.000
2) Alokasi biaya bersama
𝑋 = 30.000⁄82.000 × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 48.293.000
𝑌 = 32.000⁄82.000 × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 51.512.000
𝑍 = 20.000⁄82.000 × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 32.195.000
Total Rp. 132.000.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 60


3. Metode Rata-rata Biaya Per unit
Jika proeuk bersama satuan unitnya sama, maka metode rata-rata biaya
perunit dapat dibenarkan pemakaiannya.
Rumus:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝐴𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Perhitungan:
1) Biaya perunit
𝑅𝑝. 132.000.000,00
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑛𝑖𝑡 = = 𝑅𝑝. 1.609,76
82.000

2) Alokasi biaya bersama


𝑋 = 𝑅𝑝. 1.609,76 × 30.000 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝. 48.293.000
𝑌 = 𝑅𝑝. 1.609,76 × 32.000 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝. 51.512.000
𝑍 = 𝑅𝑝. 1.609,76 × 20.000 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 𝑅𝑝. 32.195.000
Total Rp. 132.000.000
4. Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata biaya perunit tidak memperhitungkan factor-faktor yang
menunjukkan bobot tiap produk, seperti kesulitan dalam produksi, jumlah
waktu yang diperlukan, dsb. Untuk itu diperlukan metode rata-rata
terimbang.
Rumus:
Rata-rata tertimbang produk =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 × 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
Alokasi biaya bersama =
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
× 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

Seandainya masing-masing bobot produk X=3; Y=2,5; dan Z=4. Maka


perhitungan alokasi, sbb:
1) Total rata-rata tertimbang tiap dan semua produk:
Rata-rata tertimbang tiap
Produk Unit x Bobot =
produk
X 30.000 3 90.000
Y 32.000 2,5 80.000
Z 20.000 4 80.000
Total rata-rata tertimbang semua produk 250.000
2) Alokasi biaya bersama:
90.000
𝑋= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 47.520.000
250.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 61


80.000
𝑌= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 42.240.000
250.000
80.000
𝑍= × 𝑅𝑝. 132.000.000 = 𝑅𝑝. 42.240.000
250.000

C. Biaya Bersama dan Keputusan Manajemen


Berbagai metode alokasi biaya bersama kepada berbagai macam produk
bersama, menunjukkan bahwa dasar yang dipakai untuk alokasi tidak
menggambarkan aliran biaya bersama tersebut kedalam tiap jenis produk. Oleh
karena itu tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk menghitung laba, agar
dapat diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama terhadap
seluruh laba yang diperoleh perusahaan. Harga pokok tiap produk bersama yang
diperoleh dari proses alokasi tidak bermanfaat bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan, bahkan seringkali menyesatkan.
Contoh:
PT. Ariesta memproduksi produk A dan B dari satu proses produksi. Biaya
bersama Rp. 375.000 telah dialokasikan kepada produk A dan B dengan metode
rata-rata biaya perunit:
Biaya rata-
Produk Unit x = Alokasi biaya bersama
rata /unit
A 15.000 Rp. 15 Rp. 225.000
B 10.000 Rp. 15 Rp. 150.000
Total Alokasi biaya bersama Rp 375.000
Jika semua produk habis terjual dengan harga A = Rp. 16,50 dan B = Rp. 14,50
maka perhitungan laba (rugi) sbb:
Keterangan A B Total
Hasil penjualan Rp. 247.500 Rp. 145.000 Rp. 392.500
HPP Rp. 225.000 Rp. 150.000 Rp. 375.000
Laba (rugi) Rp. 22.500 Rp. ( 5.000) Rp. 17.500
Analisis:
Mula-mula manajemen akan beranggapan bahwa produk B dengan rugi Rp. 5.000
harus dihentikan produksinya. Padahal dalam pengolahan produk bersama, salah
satu jenis produk tidak dapat dihindari produksinya. Jadi, karena produk B rugi
Rp. 5.000, kemudian tidak usah dijual, maka kerugian todal perusahaan menjadi
Rp. 247.500 – Rp. 375.000 = Rp. 127.500
Seharusnya manajemen melihat berapa kontribusi produk B dalam menghasilkan
laba total perusahaan. Produk B menghasilkan kontribusi Rp. 145.000 sehingga
total biaya bersama Rp. 375.000 dapat ditutup dan total laba menjadi Rp. 17.500.
HP perunit produk bersama juga tidak dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan
dalam memutuskan, apakah salah satu produk bersama tersebut perlu diolah
lebih lanjut atau tidak.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 62


Misalnya, dari contoh sebelumnya produk B dapat diolah lebih lanjut menjadi
produk C dengan biaya tambahan Rp. 3 dan laku dijual seharga Rp. 17,75. Untuk
pengambilan keputusan ini informasi yang relevan hanyalah tambahan
penghasilan dan tambahan biaya saja (differential revenues and differential costs).
Jika manajemen membandingkan harga jual dengan biaya, maka akan diperoleh
rugi Rp. 17,75 - (Rp. 15 + Rp. 3) = Rp. 0,25 per unit. Hal ini keliru karena informasi
yang relevan adalah tambahan pendapatan dan tambahan biaya akibat
pengolahan lebih lanjut. Bila dibandingkan ternyata:
Tambahan pendapatan (Rp. 17,75 – Rp. 14,50) = Rp. 3,25
Tambahan biaya = Rp. 3,00
Laba relevan Rp. 0,25
Maka sebaiknya produk B diolah lebih lanjut menjadi produk C. pertimbangan
lain dalam pengambilan keputusan, apakah produk diolah lebih lanjut atau tidak
adalah perusahaan tidak ingin memperluas usahanya kearah pengolahan lebih
lanjut produknya, karena tidak tersedianya tenaga kerja atau sulitnya
memperoleh bahan baku tambahan.
D. Produk Sampingan (By Product)
Produk sampingan adalah produk yang mempunyai nilai jual yang terbatas,
yang diproduksi serentak dengan produk yang mempunyai nilai jual jauh lebih
besar, yang dikenal sebagai produk utama. Produk utama umumnya diproduksi
dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada produk sampingan. Produk
sampingan adalah satu hasil produksi yang bersifat insidential dalam
memproduksi produk utama, dapat berasal dari:
• Pembersihan produk utama
• Waktu mempersiapkan bahan baku sebelum digunakan untuk memproduksi
produk utama
• Sisa-sisa setelah produk utama diolah
3 Macam Produk Sampingan :
1. Siap dijual setelah dipisah dari produk utama tanpa proses lebih lanjut
2. Memerlukan proses pengolahan setelah dipisah dari produk utama agar
siap dijual
3. Siap dijual setelah dipisah dari produk utama dan dapat pula diproses lebih
lanjut agar dapat dijual dengan nilai lebih tinggi
Perbedaan produk utama dengan produk sampingan antara lain :
Pembeda Produk Utama Produk Sampingan
Tujuan pokok operasi perusahaan Tujuan pokok Bukan tujuan pokok
Kuantitas Banyak Sedikit
Harga Jual Mahal Murah

Contoh :
Perusahaan Penyulingan Minyak,
Produk Utamanya : bensin, solar, minyak tanah

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 63


Produk Sampingannya : gas tar, asphal
Perusahaan Pemotongan Hewan,
Produk Utamanya : daging dengan tipe atau kelas yang berbeda-beda
Produk Sampingannya : kulit, kotoran
Perusahaan Pupuk,
Produk utama : Pupuk
Produk Sampingannya : Gas dan cement retarder (efek asap pada pementasan)
Produk sampingan umumnya merupakan satu dari 2 (dua) tipe :
1. Produk sampingan mungkin dijual langsung seperti bentuk aslinya, tanpa
diproses lebih lanjut.
2. Produk sampingan diproses lebih lanjut sebelum dijual
Kadang-kadang sulit untuk menentukan sebuah produk apakah merupakan
produk sampingan atau produk sisa. Perbedaan dasar diantara keduanya adalah
bahwa produk sampingan mempunyai nilai yang jauh lebih besar dari produk
sisa, dan pada umumnya produk sampingan harus diproses lebih lanjut setlah
titik pisah, sedangkan produk sisa langsung dijual.
Penggolongan produk sebagai produk bersama, produk sampingan dan
produk sisa mungkin akan berubah sebagai akibat penggunaaan baru dari suatu
produk ditemukan, atau karena yang lama telah dianggap usang. Karena
penemuan dibidang teknologi yang lebih maju satu produk mungkin berubah
dari produk sampingan menjadi produk bersama. Contoh, dalam industry
perminyakan bensin sebelumnya adalah produk sampignan dari produk utama
minyak tanah. Tetabi setelah diciptakan mobil, bensin berubah menjadi produk
utama dan minyak tanah menjadi produk sampingan. Dalam banyak kasus,
ditemukan bahwa produk yang tadinya merupakan produk sisa menjadi produk
sampingan. Contoh, sisa/ampas pabrik dapat berubah menjadi pupuk. Pasaran
produk sering berubah, satu produk yang secara relative mempunyai nilai jual
rendah saat ini, akan mempunyai nilai jual yang tinggi di masa depan. Oleh sebab
itulah, maka manajemen harus sering memeriksa dan mengevaluasi kembali
penggolongan produk-produknya dimana perlu.
E. Akuntansi Untuk Produk Sampingan
Produk sampingan, seperti produk bersama, diolah dari bahan baku yang
sama. Bahan baku ini tidak dapat diketahui mana yang ke produk utama dan
mana ke produk sampingan. Karena produk sampingan adalah produk yang
kedua, maka metode alokasinya berbeda dengan produk bersama. Metode biaya
produk sampingan dapat dibagi menjadi dua kategori.
Kategori 1
Metode-metode dalam kategori ini tidak mengalokasikan biaya-biaya tertentu
kepada produk sampingan untuk menentukan harga pokok dari persediaan.
Produk sampingan dianggap sebagai “kurang penting”, sehingga tidak ada biaya
produksi yang dibebankan kepadanya, termasuk dalam kategori ini ada 3 metode:
• Metode 1 : pendapatan dari produk sampingan ditunjukkan dalam laporan
rugi-laba, digolongkan kepada satu diantara klasifikasi berikut:

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 64


Penambahan pendapatan:
a. Pendapatan penjualan
b. Pendapatan lain-lain

Pengurangan dari produk utama:


c. Pengurangan dari HPP produk utama
d. Pengurangan dari total biaya produksi produk utama

• Metode 2 : perhitungan rugi-laba menunjukkan pendapatan dari produk


sampingan yang sama dengan metode 1, akan tetapi jumlah pendapatan dari
produk sampingan menggambarkan pendapatan dari penjualan produk
sampingan dikurangi dengan biaya-biaya administrasi dan pemasaran serta
tambahan biaya pemrosesan.

• Metode 3 : produk sampingan tertentu tidak dijual, melainkan dipergunakan


didalam proses pabrik. Hal ini berarti menghilangkan kebutuhan membeli dari
supplier diluar. Metode ini, mengkredit biaya produksi produk utama pada
tingkat biaya penggantian/harga pasar sekarang untuk membeli bahan baku
serupa. Metode ini identik dengan klasifikasi D, kecuali bahwa dalam
perhitungan rugi laba tidak ada pendapatan dari penjualan produk
sampingan.
Kategori 2
Metode biaya dalam kategori ini mengalokasikan satu porsi biaya bersama ke
produk sampingan. Metode yang paling sering digunakan adalah metode nilai
pasar dengan metode biaya terbalik (reversal cost), dalam perhitungan harus
dihitung kebelakang, yakni dari pandapatan ke biaya. Metode ini mirip dengan
metode 1 klasifikasi D.
Contoh :
Diketahui fakta yang ada sebagai berikut:
Total biaya produksi Rp. 31.500.000 (18.000 unit @ Rp. 1.750)
Penjualan dari produk utama Rp. 37.500.000 (15.000 unit @ Rp. 2.500)
Pendapatan dari produk sampingan Rp. 2.275.000
Biaya adm & pemasaran (produk utama) Rp. 3.250.000
Persediaan akhir (3.000 unit) Rp. 5.250.000
Penyelesaian :
Klasifikasi A : Pendapatan Penjualan
Penjualan :
Produk utama (15.000 x Rp. 2.500) Rp. 37.500.000
Produk sampingan Rp. 2.275.000
Total Penjualan Rp. 39.775.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Persediaan akhir Rp. 5.250.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 65


Rp. 26.250.000
Laba kotor Rp. 13.525.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000
Laba bersih Rp. 10.275.000

Klasifikasi B : Pendapatan Lain-lain


Penjualan Produk utama (15.000 x Rp. 2.500) Rp. 37.500.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Persediaan akhir Rp. 5.250.000
Rp. 26.250.000
Laba kotor Rp. 11.250.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000
Laba operasi Rp. 8.000.000
Pendapatan lain-lain : penjualan produk sampingan Rp. 2.275.000
Laba bersih Rp. 10.275.000

Klasifikasi C: Pengurangan dari HPP produk Utama


Penjualan Produk utama (15.000 x Rp. 2.500) Rp. 37.500.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Persediaan akhir Rp. 5.250.000
Total HP Rp. 26.250.000
(-)Hasil penjualan produk sampingan Rp. 2.275.000
Rp. 23.975.000
Laba kotor Rp. 13.525.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000
Laba bersih Rp. 10.275.000

Klasifikasi D: Pengurangan dari Total Biaya Produksi Produk Utama


Penjualan Produk utama (15.000 x Rp. 2.500) Rp. 37.500.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Pendapatan dari produk sampingan Rp. 2.275.000
Biaya produksi produk utama Rp. 29.225.000
(-) Persediaan akhir (3.000 x Rp. 1.623,61) * Rp. 4.871.000
Rp. 24.354.000
Laba kotor Rp. 13.146.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 66


Laba bersih Rp. 9.896.000

Keterangan :
*) Biaya perunit harus dihitung kembali, karena adanya penurunan total biaya
produksi dengan adanya pendapatan produk sampingan : Rp. 29.225.000 / 18.000
= R0. 1.623,60
Metode 2
Data tambahan untuk menyelesaikan metode 2:
Biaya administrasi dan pemasaran produk sampingan Rp. 500.000
Biaya pemrosesan tambahan Rp. 100.000
Jumlah Rp. 600.000

Jika digunakan klasifikasi B : Pendapatan lain-lain


Penjualan Produk utama (15.000 x Rp. 2.500) Rp. 37.500.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Persediaan akhir Rp. 5.250.000
Rp. 26.250.000
Laba kotor Rp. 11.250.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000
Laba operasi Rp. 8.000.000
Pendapatan lain-lain : penjualan produk sampingan:
(Rp. 2.275.000,00 – Rp. 600.000) Rp. 1.675.000
Laba bersih Rp. 10.275.000
Metode 3
Contoh :
Total biaya produksi Rp. 31.500.000 (18.000 unit @ Rp. 1.750)
Penjualan dari produk utama Rp. 37.500.000 (15.000 unit @ Rp. 2.500)
Biaya penggantian dari produk sampingan
yang digunakan dalam produk utama Rp. 2.275.000
Biaya adm & pemasaran (produk utama) Rp. 3.250.000
Persediaan akhir (3.000 unit) Rp. 5.250.000

Laporan R/L tampak sebagai berikut:


Penjualan Produk utama Rp. 37.500.000
Harga pokok penjualan:
Total biaya produksi (18.000 x Rp. 1.750) Rp. 31.500.000
(-) Biaya penggantian dari produk
sampingan yang digunakan dalam
produksi Rp. 2.275.000
Biaya produksi produk utama Rp. 29.225.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 67


(-) Persediaan akhir (3.000 x Rp. 1.623,60) * Rp. 4.871.000
Rp. 24.354.000
Laba kotor Rp. 13.146.000
Biaya administrasi dan pemasaran Rp. 3.250.000,00
Laba bersih Rp. 9.896.000,00

Keterangan :
*) Rp. 29.225.000,00 / 18.000 = R0. 1.623,60
Kategori 2
Contoh :
Diketahui data-data sebuah produk utama dan produk sampingan:
Unsur Produk Utama Produk Sampingan
Taksiran nilai pasar produk sampingan
(5.000 unit @ $ 1.80 $ 9.000
Biaya produksi sebelum pemisahan:
• Bahan $ 50.000
• Tenaga kerja $ 70.000
• Overhead pabrik $ 40.000
Jumlah biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000

Taksiran biaya produksi setelah pemisahan


• Bahan $ 1.000
• Tenaga kerja $ 1.200
• Overhead pabrik $ 300
Jumlah $ 2.500
Laba operasi (20% dari harga jual)
Biaya administrasi dan pemasaran (5% dari harga jual)
Unit yang diproduksi 40.000 unit 5.000 unit
Jika biaya produksi actual sesudah titik pemisahan untuk produk sampingan
sebesar $ 2.300, maka hitunglah harga pokok perunit untuk produk utama dan
produk sampingan?
Penyelesaian:
Unsur Produk Utama Produk Sampingan
Biaya produksi sebelum pemisahan:
• Bahan $ 50.000
• Tenaga kerja $ 70.000
• Overhead pabrik $ 40.000
Jumlah biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000
Taksiran nilai pasar produk sampingan
(5.000 unit @ $ 1.80 $ 9.000
Taksiran laba kotor terdiri atas:
• Laba operasional (20%) $ 1.800
• Biaya adm & pemasaran (5%) $ 450
$ 2.250
Taksiran HPP produk sampingan $ 6.750

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 68


Taksiran biaya produksi setelah pemisahan
• Bahan $ 1.000
• Tenaga kerja $ 1.200
• Overhead pabrik $ 300
$ 2.500
Taksiran nilai produk sampingan pada titik
pemisahan yang dikredit pada produk
utama: $ 4.250 $ 4.250
Biaya produksi netto produk utama $ 155.750
(+) Biaya produksi aktual setelah pemisahan $ 2.300
Jumlah biaya produksi produk sampingan $ 6.550
Jumlah unit produksi 40.000 unit 5.000 unit
Biaya produksi perunit $ 3.894 $ 1.

Contoh lain : Metode dengan HP Produk Sampingan dan Produk Utama


memerlukan biaya pengolahan setelah dipisah
PT Utami mengolah produk melalui Dept A yang menghasilkan Produk Utama X
dan Produk Sampingan Y. PU X diproses lebih lanjut di Dept B sehingga siap
dijual dan PS Y diproses lebih lanjut pada Dept C menjadi produk yang siap dijual.
Besarnya taksiran harga jual PS Y Rp 25.000 per kg, taksiran laba kotor 20%,
taksiran biaya pemasaran 6%,dan taksiran biaya adm 4% dari harga jual.
Taksiran by produksi PS setelah dipisah : by bahan Rp 1.000.000, BTK Rp 750.000
dan BOP Rp 750.000.
By sesungguhnya terjadi selama Januari 2010 sbb :
Elemen Biaya Dept.A Dept.B Dept.C
Bahan Rp 200.000.000 Rp 40.000.000 Rp 1.150.000
TK 100.000.000 40.000.000 800.000
BOP 100.000.000 35.000.000 750.000
Jumlah Rp 400.000.000 Rp115.000.000 Rp 2.700.000
Produk yang dihasilkan : Produk Utama “X” = 10.000 bh dan Produk Samping
“Y” 1.000 kg
Diminta : (1) Hitung HP setiap jenis produk (2) buat jurnal, gunakan 1 rekening
barang dalam proses untuk setiap departemen.
Penyelesaian :
1. Menghitung HP per satuan secara matematis :
ABS = TPS – (TLKS + TBPmS + TBAS + TBPS)
= (1.000 x Rp 25.000) – [(20%x1.000xRp25.000) + (6%x1.000xRp25.000) +
(4%x1.000xRp25.000) + (Rp 1.000.000 + 750.000 + 750.000)]
= Rp 15.000.000

HPS = ABS +BPSS


= Rp 15.000.000 + (Rp 1.150.000 + 800.000 + 750.000)
= Rp 17.700.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 69


Jadi, HP per unit PS = Rp 17.700.000 : 1.000 = Rp 17.700 per kg

ABU = B – ABS
= (Rp 200.000.000 + 100.000.000 + 100.000.000) – Rp 15.000.000
= Rp 385.000.00

HPU = ABU +BPSU


= Rp 385.000.000 + (Rp 40.000.000 + 40.000.000 + 35.000.000)
= Rp 500.000.000
Jadi HP per unit PU = Rp 500.000.000 : 10.000 bh = Rp 50.000 per buah

PT UTAMI
PERHITUNGAN HP PRODUKSI
Bulan Januari 2010

Keterangan Produk Sampingan Produk Utama


Biaya Bersama Pada Dept A
Bahan 200,000,000
TK 100,000,000
BOP 100,000,000
Jumlah Biaya Bersama 400,000,000
Alokasi BB Ke Prod Samp Taksiran :
Nilai Pasar 1.000 kg x Rp 25.000 25,000,000
Laba Kotor 20% x Rp 25.000.000 5,000,000
Bi Pemasaran 6% x Rp 25.000.000 1,500,000
Bi Admn 4% x Rp 25.000.000 1,000,000
7,500,000
Taksiran Bi Produksi 17,500,000

Taksiran Bi Pengolahan setelah pemisahan :


Bahan 1,000,000
TK 750,000
BOP 750,000
Jumlah by Produksi setelah Dipisah 2,500,000
Alokasi BB ke Produk Sampingan 15,000,000 15,000,000
Alokasi BB ke Produk Utama 385,000,000
Bi Produksi sesungguhnya set pemisahan
Bahan 1,150,000 40,000,000
TK 800,000 40,000,000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 70


BOP 750,000 35,000,000
Jumlah Bi Produksi setelah pemisahan 2,700,000 115,000,000
Jumlah HP Produksi 17,700,000 500,000,000
Jumlah produk yang dihasilkan (unit) 1,000 10,000
HPP per unit 17,700 50,000

Jurnal :
- Mencatat biaya bersama untuk Departemen A :
Barang dalam Proses-Dept A Rp 400.000.000
Persediaan Bahan Rp 200.000.000
Biaya Gaji dan Upah Rp 100.000.000
BOP Rp 100.000.000

- Mencatat alokasi biaya bersama kepada PU dan PS :


Barang dalam Proses-Dept B Rp 385.000.000
Barang dalam Proses-Dept C Rp 15.000.000
Barang dalam Proses-Dept A Rp 400.000.000

- Mencatat tambahan biaya pada Departemen B dan C :


Barang dalam Proses-Dept B Rp 115.000.000
Barang dalam Proses-Dept C Rp 2.700.000
Persediaan Bahan Rp 41.150.000
Biaya Gaji dan Upah Rp 40.800.000
BOP Rp 35.750.000

- Mencatat harga pokok PU yang selesai sebanyak = 10.000 bh x Rp 50.000 =


Rp500.000.000 :
Persediaan Produk Utama Rp 500.000.000
Barang dalam Proses-Dept B Rp 500.000.000

- Mencatat harga pokok PS yang selesai sebanyak =


1.000 kg x Rp 17.700 = Rp 17.700.000:
Persediaan Produk Sampingan Rp 17.700.000
Barang dalam Proses-Dept C Rp 17.700.000

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 71


SOAL LATIHAN

1. Jelaskan pengertian produk bersama dan biaya bersama


2. Sebutkan dan jelaskan 3 karakteristik utama dari produk bersama
3. Sebutkan dan jelaskan 4 metode alokasi biaya bersama
4. Jelaskan bagaimana manfaat informasi alokasi biaya bersama dalam
keputusan manajemen
5. Jelaskan pengertian produk utama dan produk sampingan
6. Jelaskan bagaimana alokasi biaya bersama ke produk utama dan produk
sampingan

SOAL KASUS

1. PT "Khan" mengolah bahan baku X menjadi empat macam produk: A, B, C


dan D, Biaya pengolahan yang dikeluarkan selama bulan September 2011
adalah sebagai berikut :

Bahan baku……………………………….. Rp 37.600.000,-


Upah langsung …………………………… 20.000.000,-
Biaya overhead pabrik …………………… 40.000.000,-
Rp.97.600.000,-

Output dan hasil penjualan keempat macam produk tersebut dalam bulan
September 2011 adalah sebagai berikut : (Rp 000)

Biaya pengolahan
Produk Output Hasil penjualan tambahan setelah
saat pemisahan
A 500.000 kg Rp. 115.000,- Rp. 30.000,-
B 10.000 10.000,- 6.000,-
C 5.000 4.000,- -
D 9.000 30.000,- 1.000

Diminta:
a. Hitunglah.harga pokok per kg masing-masing jenis, produk tersebut
dengan menggunakan metode harga pasar relatif.
b. Apabila setelah saat pemisahan masing - masing produk dapat dijual
dengan harga :
produk A : Rp 150
produk B : 500
produk C : 800
produk D : 3.000,

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 72


maka menurut pendapat saudara produk mana yang harus diproses 1ebih
1anjut dan produk mana yang harus dijua1 pada saat pemisahan, apabi1a
semua biaya setelah saat pemisahan ada1ah biaya varibel?.

2. Perusahaan "PT BUNG" menghasilkan dua macam produk A dan B. Produk-


produk tersebut dihasilkan dari satu proses bersama dalam bentuk yang
masih kasar dan masih membutuhkan penyelesaian sebelum dapat dijual. Di
dalam memproduksi produk-produk tersebut di atas timbul sisa bahan yang
tidak ada harganya bila dijual. Oleh perusahaan sisa bahan tersebut diproses
lebih lanjut sehingga menjadi produk yang dapat dijual dan disebut produk
C.

Data produksi dari ketiga produk tersebut untuk bulan Juni 2011 sebagai
berikut :

Nama produk Jumlah Harga pasar

A 400.000 kg Rp. 900.000,-


B 100.000 450.000,-
C 30.000 15.000,-
Rp. 1.365.000,-

Data biaya bu1an Juni ada1ah sebagai berikut :


Sesudah saat pemisahan
Sebelum saat
Jenis biaya
pemisahan A B C
Bahan baku Rp 64.000,- Rp 26.000,- Rp 9.000,- Rp 200,-
Upah langsung 30.000,- 45.000,- 18.000,- 1.100,-
Overhead pabrik 16.000,- 15.000,- 6.000,- 700,-
Rp 110.000,- Rp 86.000,- Rp 33.000,- Rp 2.000,-

Produk A dan B dipandang sebagai produk utama sedangkan produk C


merupakan produk sampingan. Laba kotor produk C diperkirakan 20% dari harga
jua1nya.

Diminta : Hitunglah harga pokok per unit masing-masing produk di atas


untuk bulan Juni 2011 dengan menggunakan metode harga pasar relatip dalam
alokasi biaya bersama.

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 73


KASUS BAB 4
Soal 1.
a. Laporan Biaya Produksi Masing-masing Departemen
PT OSCAR
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN A DAN B BULAN JUNI 2012
URAIAN DEPT A DEPT B
LAPORAN PRODUKSI
Jumlah Produk yang dimasukkan dalam proses
Jumlah Produk Jadi yg ditransfer
Jumlah Produk Jadi yg belum ditransfer
Jumlah Produk dalam proses akhir
Unit yang hilang pada awal proses
Jumlah produk yang dihasilkan
Total Biaya Biaya/kg Total Biaya Biaya/kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN
HP yang diterima dari Dept sebelumnya
Penyesuaian karena produk yang hilang
HP dari Dept sebelumnya setelah penyesuaian
Biaya yang ditambahkan
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan
Jumlah biaya kumulatif yang dibebankan

PERHITUNGAN BIAYA
HP produk jadi yg ditransfer ke Dept berikutnya
HP produk dalam proses akhir :
HP Produk dari Dept sebelumnya
HP yang ditambahkan :
- HP produk jadi yg belum ditransfer
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik
Jumlah HP produk dalam prose akhir
Jumlah biaya produk yang dibebankan

PERHITUNGAN EKUIVALENSI :
DEPT A :
- Bahan =
- Konversi =
DEPT B:
- Konversi =

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 74


PT OSCAR
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN C JUNI 2012
DEPT C
LAPORAN PRODUKSI
Unit yang dimasukkan dalam proses
Produk Jadi yg ditransfer
Produk dalam proses akhir
Unit yang hilang pada akhir proses
Jumlah produk yang dihasilkan
Total Biaya Biaya/kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN
HP yang diterima dari Dept sebelumnya
Biaya yang ditambahkan
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan
Jumlah biaya kumulatif yang dibebankan

PERHITUNGAN BIAYA
HP produk jadi yg ditransfer ke Gudang
- Produk Jadi yang Ditransfer (……… X ………)
- Unit yang Hilang (…… x ………)
Jumlah HP Produk Jadi
HP produk dalam proses akhir :
HP Produk dari Dept sebelumnya (
HP yang ditambahkan :
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja (…% X ….. x …..….)
- Biaya OP (…% X …… x ………..)
Jumlah HP produk dalam prose akhir
Jumlah biaya produk yang dibebankan

PERHITUNGAN EKUIVALENSI :
DEPT C :
- Konversi =

b. Jurnal Transaksi di Dept. C Bulan Juni 2012 :


1. Jurnal mencatat transfer produk jadi dari Dept.B ke Dept C
Barang Dalam Proses - Dept. C
Barang Dalam Proses - BBB - Dept. B
Barang Dalam Proses - BTK - Dept. B
Barang Dalam Proses - BOP - Dept. B

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 75


2. Jurnal mencatat biaya TK dan BOP di Dept.C
Barang Dalam Proses - Dept. C
Gaji dan Upah
BOP Sesungguhnya
3. Jurnal mencatat produk jadi :
Persediaan Produk Jadi
Barang Dalam Proses - BBB - Dept. C
Barang Dalam Proses - BTK - Dept. C
Barang Dalam Proses - BOP - Dept. C
4. Jurnal mencatat persediaan produk dalam proses akhir :
Persediaan Produk dlm Proses - Dept.C
Barang Dalam Proses - BBB - Dept. C
Barang Dalam Proses - BTK - Dept. C
Barang Dalam Proses - BOP - Dept. C

Soal 2.

PT NABILA
LAPORAN BIAYA PRODUKSI DEPARTEMEN C BULAN FEBRUARI 20..

LAPORAN PRODUKSI
Jumlah Produk yang diterima dari Dept B
Jumlah Produk Jadi yg ditransfer ke Gudang
Jumlah Produk dalam proses akhir (80%BB, 50BK)
Jumlah Produk yang hilang pada akhir proses
Jumlah produk yang dihasilkan
Total Biaya Biaya/kg
BIAYA YANG DIBEBANKAN
HP yang diterima dari Dept B
Biaya yang ditambahkan
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik
Jumlah biaya yang ditambahkan
Jumlah biaya kumulatif yang dibebankan
PERHITUNGAN BIAYA
HP produk jadi yg ditransfer ke Gudang
- Produk Jadi yang Ditransfer (…….. X …….)
- Unit yang Hilang (….. x ………)
Jumlah HP Produk Jadi (HP per unit Rp ………..)
HP produk dalam proses akhir :
HP Produk dari Dept B (…. x ….% x …….)
HP yang ditambahkan :
- Biaya bahan baku (…. x ….% x …….)

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 76


- Biaya tenaga kerja (…. x ….% x …….)
- Biaya OP (…. x ….% x …….)
Jumlah HP produk dalam prose akhir
Jumlah biaya produk yang dibebankan

PERHITUNGAN EKUIVALENSI :
Uraian Barang Jadi BDP Prod Hilang Total
HP dari Dep B =
Bahan Baku =
BTK =
BOP =

Harga Pokok Pemakaian Bahan Baku :


Menggunakan Metode Persediaan sbb :
Persediaan awal Februari (…… kg) ………....
Pembelian selama Februari
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
…….…..
Peresediaan Akhir Februari (1.300 unit ) Metode FIFO :
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....
….. x @ ……… = ………....

HP pemakaian bahan baku

b. Jurnal selama Februari :


1 Jurnal HP Produk yang ditransfer dari Dept B ke Dept C
Barang Dalam Proses - Dept C
Barang Dalam Proses - Dept B
2 Jurnal pembelian BB
Persediaan BB
Utang Dagang
3 Jurnal pembebanan biaya ke Dept C
Barang Dalam Proses - Dept C
Persediaan Bahan Baku
Gaji dan Upah
BOP
4 Jurnal HP Produk jadi yang ditransfer ke Gudang (…… unit)
Persediaan Barang Jadi

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 77


Barang Dalam Proses - HP Dari B - Dept. C
Barang Dalam Proses - BBB - Dept. C
Barang Dalam Proses - BTK - Dept. C
Barang Dalam Proses - BOP - Dept. C

5 Jurnal penjualan barang jadi = …….. unit x Rp ……... = Rp ……….…


Kas
Penjualan

6 Jurnal pembebanan HP Penjualan = …….. unit x Rp ……... = Rp ……….…


HP Penjualan
Persediaan Barang Jadi

BUKU AJAR AKUNTANSI BIAYA Hal 78

Anda mungkin juga menyukai