Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dwi Riska Arifianti

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis


Jurusan : D3 Akuntansi
Semester : 3
UNIVERSITAS MATARAM

75 Tahun Pendidikan di Indonesia

Tahun ini, tepatnya di tahun 2020, Bangsa Indonesia akan merayakan kemerdekaannya
yang berumur 75 tahun. Akan tetapi, apakah seluruh masyarakat Indonesia ikut
merasakan kemerdekaan itu? Ataukah kemerdekaan hanya merupakan seremonial
belaka?

Berbicara tentang pendidikan yang menjadi pondasi bagi setiap Negara, apakah
pendidikan di Negara kita ini (Indonesia) sudah merdeka? Apakah setiap anak Indonesia
mendapatkan haknya untuk menjalani pendidikan? Apakah para pengayom pendidikan
sudah adil dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas mereka?

Jika dibandingkan dengan umur manusia, umur bangsa ini sudah cukup tua. Dengan
semakin berkembangnya zaman, sistem pendidikan juga semakin berkembang.
Lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan agama maupun pendidikan umum,
mulai dari tingkat dasar sampai ke perguruan tinggi merupakan “pabrik” tempat
melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas. Bahkan suatu Negara akan dianggap
lemah jika sumber daya manusia yang ada didalamnya tidak berpendidikan.

Sampai saat ini, sistem pendidikan Indonesia masih banyak mengalami masalah. Seperti
belum meratanya pendidikan yang bagus dan berkualitas di seluruh Indonesia
memunculkan problem besar saat sistem zonasi diterapkan.

Dalam Undang-Undang ditegaskan bahwa setiap warga Negara berhak


memperoleh pendidikan dan pengajaran. Namun faktanya, sampai saat ini
pendidikan kita belum merata diseluruh Indonesia, masih banyak anak-anak diluar sana
yang belum bisa merasakan rasanya duduk dibangku sekolah hanya karena keterbatasan
biaya atau transportasi.

Tidak bisa dipungkiri, saat ini semuanya membutuhkan dana, terlebih lagi di dunia
pendidikan. Para siswa-siswi diharuskan untuk membayar uang pendaftaran saat baru
memasuki dunia pendidikan, dan juga diharuskan untuk membayar SPP (Sumbangan
Pembinaan Pendidikan) per setiap bulan atau semesternya selama si siswa/siswin
bersekolah dengan ber-alasan untuk membayar bangunan.

Menurut saya ini sedikit berlebihan. Bukankah Negara sudah menyiapkan dana untuk
pendidikan Indonesia? Lantas kenapa kami (para siswa/siswi) diharuskan membayar?
Jika itu untuk bangunan, apakah tidak cukup dengan sekali bayar dimuka saja?
Bukankah jumlah siswa di suatu lembaga pendidikan bisa mencapai ribuan?

Terlebih lagi disaat pandemi virus seperti sekarang ini. Semua lembaga pendidikan di
Indonesia, bahkan di seluruh dunia tidak beroperasi. Akan tetapi kami tetap disuruh
membayar SPP yang bahkan fasilitasnya tidak kami nikmati sama sekali. Terlebih lagi,
para pengayom pendidikan yang seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan
bahan ajaran tidak semuanya melaksanakan tugas mereka dengan baik.

Ditengah penutupan kegiatan belajar mengajar seperti sekarang ini, muncul sistem
pembelajaran baru yang dikenal dengan sebutan daring. Yaitu dimana para pengajar
memberikan bahan ajaran atau tugas melalui media sosial. Akan tetapi, mengapa
menteri pendidikan kita tidak memikirkan alternatif lain untuk menyelesaikan
permasalahan ini? Bukankah sudah cukup banyak para murid yang kurang mampu? Jika
diharuskan untuk belajar melalui elektronik, bagaimana nasib mereka? Bukankah orang
tua mereka akan rela melakukan tindak kejahatan seperti mencuri hanya untuk
memenuhi kebutuhan sekolah anaknya? Jadi, dimana keadilan ini?

Kenapa Negara kita tidak bercermin kepada Negara maju lainnya dalam hal
pendidikan? Seperti halnya Singapura, Jerman, dan Finlandia. Demi menjunjung
pendidikan warganya, Negara-negara tersebut bahkan membebaskan warganya dari
biaya saat menempuh pendidikan. Sangat berbeda dengan Negara kita, dimana uang
untuk pendidikan sudah disiapkan, akan tetapi tidak pernah dirasakan.

Menyebut sistem pendidikan di Negara tetangga membuat saya iri. Bagaimana tidak?
Hampir disetiap Negara maju hanya mengaharuskan murid-murid mereka untuk
menekuni bidang yang mereka kuasai saja, atau dengan kata lain, mereka hanya
mengasah dan mendalami minat bakat mereka saja.

Dan pastinya ini sangat bertentangan dengan sistem pendidikan di Indonesia. Dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi di Indonesia, kami disuguhkan dengan semua
mata pelajaran yang ada, ditambah lagi kami dituntut untuk harus mendapatkan nilai
yang bagus disetiap mata pelajarannya. Hal ini menyimpulkan bahwa nilai tinggi akan
lebih dihargai daripada ilmu yang sebenarnya kita miliki. Bukankah hal ini yang
menyebabkan Negara kita termasuk Negara yang memliki tingkat pengangguran
tertinggi? A a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a

Disaat masi lemahnya sistem pendidikan di Indonesia, apa yang dilakukan para
pengurus Negara kita? Mereka hanya memikirkan gaji mereka dan bonus yang ada.

Lemahnya sistem pendidikan di Indonesia juga dilihat dari tidak adanya rasa hormat
para kaum milenial terhadap hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia, salah satunya
upacara. Banyak sekali siswa yang tidak menghargai saat bendera sedang dikibarkan,
mengapa? Bukankah semenjak bendera ini dikibarkan bangsa kita baru terbebas dalam
melakukan semua hal? Bagaimana jika bendera ini tidak pernah berkibar? Apa nasib
bangsa Indonesia sekarang? Aa aaaaaaa

Itu menandakan kalau pendidikan yang didapatkan selama ini hanyalah untuk sekedar
mendapatkan nilai saja, bukan untuk ditanamkan dalam jiwa siswa.

75 tahun sudah Indonesia merdeka, dalam setiap tahunnya, selalu ada saja perayaan
yang diadakan. Seperti upacara di kediaman presiden dengan drumband dan yang
lainnya. Bukankah itu sangat mewah?
Coba kita fikirkan sejenak, untuk melakukan perayaan-perayaan seperti itu tentu saja
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apabila kita bayangkan, dana tersebut digunakan
untuk membiayai sekolah anak anak yang kurang mampu, pasti sudah bisa menyekolahi
paling sedikit 10 orang anak. Bukankah semakin berpendidikan rakyatnya, negaranya
akan semakin maju? A aaaaaaaaaaaaaaa

Andai saja Bung Karno yang telah membuat Indonesia merdeka melihat keadaan seperti
sekarang ini, pasti sangatlah sedih hatinya. Karena sesungguhnya, kemerdekaan itu
bukan hanya sekedar upacara dan perlombaan-perlombaan untuk memeriahi hari 17
Agustus. Kemerdekaan yang sebenarnya adalah, dimana seluruh rakyat Indonesia adil
dalam menerima hak dan kewajiban mereka, bebas dalam menyuarakan pendapat
mereka, dan merasa tenang saat tinggal di dalam Negara ini, bukannya terancam dengan
peraturan-peraturan yang tidak masuk akal.

Meskipun Indonesia sudah merdeka selama 75 tahun, tapi pendidikan di Indonesia


belum merdeka. Meskipun era global juga semakin canggih, pendidikan di Indonesia
belum juga merdeka. Pendidikan di Indonesia akan dikatakan merdeka apabila semua
orang bisa merasakan duduk di bangku sekolah, apabila kami para siswa bisa
mendapatkan ilmu yang sesuai dengan apa yang kami bayarkan. Kami tidak ingin uang
kami digunakan untuk menggaji para pengayom pendidikan yang tidak bertanggung
jawab atas tugas mereka. Kami ingin ber-ilmu untuk memajukan Negara ini.

Oleh karena itu, saya sangat berharap para pengatur Negara bisa dengan adil
menggunakan dana pendidikan yang ada untuk setiap lembaga pendidikan, bukan untuk
per orangan.

A a a a aa a a a a a a a a a a a a a a aa a a a a a a a a

Anda mungkin juga menyukai