Anda di halaman 1dari 20

SARAH YULIARINI 22002010001103

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


NOMOR 29/POJK.05/2014 tentang
PEMBIAYAAN Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Pembiayaan, pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang dan/atau jasa.
INTERNAL EKSTERNAL adalah
PEMBIAYAAN YANG BERASAL DARI
KEMAMPUAN PERUSAHAAN MENCIPTAKAN
LABA (NET POSITIVE CASH FLOW) DAN
TIDAK MEMBAGI BAGIAN LABA TERSEBUT
KEPADA OWNERSHIP

EKSPANSI (terbatas) TERKAIT BARANG MODAL


(ASET)
• BAGAIMANA NILAI DAPAT DIUKUR DARI PENDANAAN
INTERNAL?
• DALAM JANGKA PANJANG BAGAIMANA MERUBAH
PEMBIAYAAN EKTERNAL MENJADI INTERNAL?
• BAGAIMANA JIKA ADA OWNERSHIP YANG BARU?
• BAGAIMANA MENCIPTAKAN KEUNTUNGAN PAJAK?
• penjualan saham biasa kepada investor baru
• penjualan bagian kemitraan pada sekutu baru
• kontribusi aset modal kemitraan
• Mengenai tidak dikenakannya pungutan
PPN untuk saham ini tertera dalam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009
(UU PPN).
• Pajak penjualan saham terkait PPN hanya
dikenakan untuk jasa pialang. Besaran
PPN dalam urusan pajak penjualan
saham sama dengan besaran PPN pada
umumnya, yaitu 11%.
Selain pajak penjualan saham selain PPN ada 4, yaitu:
• Komisi transaksi, yang merupakan biaya yang dipungut oleh perusahaan
sekuritas kepada investor dengan besaran yang ditentukan dari frekuensi
dan nilai transaksi yang dilakukan investor melalui perusahaan sekuritas,
dalam suatu periode.
• IDX Levy, yang merupakan istilah pungutan yang dibebankan kepada
investor atas penggunaan fasilitas transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Besaran Levy ini ditentukan oleh Direksi BEI.
• Sales tax, yakni PPh atas transaksi penjualan efek yang dipungut
berdasarkan UU PPh Pasal 4 Ayat (2). Penghasilan dari penjualan atas
transaksi saham pendiri dikenakan tambahan pajak penghasilan sebesar
0,1%.
• Fee Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), yaitu dana yang harus
disetorkan investor terkait setiap transaksi yang dilakukan untuk menjamin
pemenuhan kewajiban penyelesaian transaksi. Besaran tarif ini ditentukan
oleh Direksi KPEI, yakni sebesar 0,01%.
• Pajak Penghasilan (PPh) yang akan
dibebankan. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang PPh Pasal 4 Ayat (1)
huruf d angka 1 yang menyebutkan
bahwa atas keuntungan atau capital
gain adalah dari pengalihan harta
kepada perseroan sebagai pengganti
saham atau penyertaan modal
merupakan objek pajak yang terutang
PPh
Besaran tarif PPh yang dikenakan diatur dalam Pasal 17 UU PPh yakni sebesar 25% (PPh Badan), yang akan terutang di akhir Masa
Pajak setelah diakumulasi dengan penghasilan lain perusahaan selama satu Tahun Pajak.

Asumsi:
PT Abadi memiliki 50% saham di PT Bakti (anak perusahaan). PT Abadi berencana untuk menjual seluruh sahamnya di PT Bakti
kepada PT Ceria. Total seluruh modal yang tercatat dalam neraca PT Bakti sebesar Rp10 Miliar dengan nilai nominal saham PT Bakti
sebesar Rp1.000,-/lembar saham.
Dengan demikian, saham PT Bakti yang dimiliki PT Abadi yakni Rp5 Miliar atau senilai 5 Juta lembar saham. Adapun asumsi nilai
pasar pada saat pengalihan saham adalah sebesar Rp4.000,-/lembar saham.

• Menghitung keuntungan dari pengalihan saham tersebut yakni:


Nilai Pasar (Rp4.000) – Nilai Nominal (Rp1.000) = Rp3.000,-
Maka keuntungan yang didapat dari penjualan tersebut adalah Rp3.000,-.
2. Hitung Modal yang Dialihkan
Berikutnya adalah menghitung modal yang dialihkan, yakni:
Jumlah lembar saham x selisih keuntungan
5.000.000 lembar x Rp3.000,- = Rp15.000.000.000.
3. Pajak yang Dibebankan
Setelah modal yang dialihkan diketahui, berikutnya adalah menghitung PPh yang dibebankan, yakni:
Modal yang dialihkan x Tarif PPh
Rp15.000.000.000 x 25% = Rp3.750.000.000

Dengan demikian, beban pajak yang harus dibayarkan adalah Rp3.750.000.000 (Tiga Miliar Tujuh Ratus Lima Puluh
Juta Rupiah).
• pasal 4 ayat (3) Undang-Undang Pajak Penghasilan
disebutkan bahwa harta termasuk setoran tunai yang
diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak
Penghasilan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal.
• Penyetoran modal atas saham yang selama ini
disetorkan dalam bentuk tunai, saat ini berkembang
sehingga setoran modal dimungkinkan dalam bentuk
lain misalnya aktiva tetap, yang dapat berupa tanah,
gedung,pabrik, mesin , alat berat, kendaraan dan lain-
lain.
Atas setoran modal tuan Ahmad berupa ruko
Pada 20 Februari 2015, Tuan Ahmad dan Tuan Rudi kepada PT. Cahaya Sukses, maka perlakuan
sepakat untuk mendirikan Perseroan Terbatas pajaknya Tuan Ahmad harus membayar Pajak
dengan nama PT. Cahaya Sukses dengan modal awal Penghasilan Final sebesar 5% dari nilai pasar
sebesar Rp500.000.000,00. Sebagai setoran
yaitu Rp300.000.000,00 dan hak atas tanah
modal, tuan Ahmad sepakat menyerahkan Ruko yang
dibeli tahun 2011 dengan nilai perolehan sebesar Rp dan bangunan (ruko) dialihkan dari Tuan Ahmad
100.000.000,00. Harga pasar Ruko yang diserahkan kepada PT. Cahaya Sukses. Kondisi ini
oleh Tuan Ahmad saat diserahkan sebesar Rp mengakibatkan kepemilikan hak atas ruko akan
300.000.000,00 dan tuan Rudi menyetorkan uang beralih kepada PT. Cahaya Suskses dan
tunai sebesar Rp 200.000.000,00
dituangkan dalam akta notaris

Pajak Penghasilan yang dibayar oleh Tuan Ahmad adalah PPh atas
1
pengalihan hak atas tanah dan bangunan (berupa ruko), dan atas setoran
modal tidak dikenakan pajak.
• dividen berupa laba dari saham, laba polis asuransi, atau laba hasil usaha
koperasi diwajibkan untuk membayar pajak.
• Pengecualian dari objek PPh, yakni dividen yang diperoleh Wajib Pajak, yaitu
Perseroan Terbatas (PT), koperasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) yang penyertaan modalnya dari badan usaha yang
berdiri dan berkedudukan di Indonesia
• dividen tidak menjadi objek pajak jika dividen itu bersumber dari cadangan
laba yang ditahan oleh PT, BUMN, atau BUMD yang menerima dividen;
mempunyai penyertaan saham paling rendah 25 persen dari jumlah modal
yang disetor
• dividen yang merupakan dana pensiun bukan termasuk objek pajak.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Berdkan UU ini,
pemerintah memberikan insentif dengan membebaskan pemotongan PPh atas
dividen yang diperoleh Wajib Pajak dalam negeri, baik orang pribadi maupun
badan.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 2021, Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri akan dikenakan PPh final sebesar 10 persen bila dividen tidak
diinvestasikan di dalam negeri dalam jangka waktu tiga tahun sejak dividen
diperoleh.

Dividen yang diperoleh dari luar negeri tidak dikenakan PPh sepanjang
diinvestasikan dengan syarat nilai investasi sebesar 30 persen dari laba
setelah pajak. Jangka waktu investasi minimal tiga tahun dan dilakukan di
akhir bulan ke-3 untuk orang pribadi dan akhir bulan ke-4 untuk badan.
Motivasi entitas untuk menggunakan debt financing:
• Utang tidak mengakibatkan kepemilikan saham dan oleh karenanya tidak
menyebabkan perubahan pada posisi ekuitas pemilik dalam bisnis. Dengan
pembiayaan dari hutang, pengendalian bisnis tetap pada manajemen bisnis.
• Utang dapat menjadi sumber permodalan yang relatif lebih murah
dibandingkan pendanaan dari ekuitas.
• Bunga utang adalah tax deductible yang dapat dikurangkan untuk tujuan
pajak, menjadikannya bentuk pembiayaan yang lebih hemat biaya.
• Dengan menggunakan pembiayaan utang, manajemen entitas tidak akan
terganggu operasional bisnisnya dengan adanya permintaan board meetings.
• Leasing dinilai lebih efektif dibandingkan pembelian aset karena dapat
menekan jumlah biaya yang dikeluarkan.
• Biaya yang dikeluarkan hanya meliputi biaya sewa dan biaya
penyusutan (depresiasi).
• Menurut PSAK 30 ada 2 jenis leasing: 1) dengan opsi (Finance/capital
leasing, 2) tanpa opsi (operating leasing).
• Pajak leasing diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.
SE-129/PJ/2010 tanggal 29 November 2010
Ketentuan pajak leasing
Ketika Barang Kena Pajak (BKP) berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan,
berasal dari pemasok (supplier)
1. BKP dianggap diserahkan secara langsung oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) pemasok
(supplier) kepada pihak yang menyewa.
2. Pemberi sewa tidak perlu dikukuhkan sebagai PKP, karena dianggap hanya menyerahkan
jasa pembiayaan yang merupakan jenis jasa yang tidak dikenai PPN.
3. PKP pemasok wajib menerbitkan faktur pajak kepada pihak yang menyewa dengan
menggunakan identitas pihak penyewa sebagai pembeli BKP/JKP.
4. Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang dicantumkan dalam faktur pajak adalah senilai harga
jual dari PKP.
Ketentuan pajak leasing
Ketika BKP berupa barang modal yang menjadi objek pembiayaan berasal
dari persediaan yang dimiliki pihak penjual
1. Pihak yang menyewakan pada dasarnya melakukan dua jenis
penyerahan, yaitu penyerahan jasa pembiayaan tidak dikenai PPN
dan penyerahan BKP yang merupakan objek PPN.
2. Pihak yang menyewakan harus dikukuhkan sebagai PKP dan harus
menerbitkan faktur pajak atas penyerahan BKP.
Inovasi instrument keuangan dalam hybrid financial instrument dapat dilihat pada
karakteristiknya yang mencampurkan karakteristik instrument utang dan sekaligus
karakteristik instrument modal.
HUTANG PENYERTAAN MODAL
Dana akan dikembalikan dalam jangka waktu yang Dana akan dikembalikan pada saat likuidasi
telah ditetapkan
Imbalan dari hutang harus tetap dibayar meskipun Imbalan dari penyertaan modal tergantung dari
penerima hutang dalam keadaan merugi performa penerima modal
Dalam likuidasi, pemberi hutang (kreditor) memiliki Hak pemberi modal (pemegang saham) atas asset
hak prioritas untuk atas aset merupakan hak tagih terakhir kreditor
Pemberi hutang (kreditor) tidak memiliki control atas Pemberi modal (pemegang saham) memiliki control
perusahaan atas perusahaan
Subjek pajak di negara B (Perusahaan B)
Company A didanai oleh subjek pajak di negara A
(Perusahaan A)
instrument modal di negara A, dan utang di
negara B.
Sehingga, apabila ada pembayarandari B ke A
dapat dikurangkan oleh Co B sebagai biaya
Company B pajak di negara B, sedangkan penerimaan
dari Co B sebagai deviden yang dibebaskan
tujuan pajak di negara A
SEKIAN

for your participation

Anda mungkin juga menyukai