Anda di halaman 1dari 20

2

MODUL PERKULIAHAN

Kode – P322130002

Perencanaan Pajak

CPMK-11
Pemilihan Bentuk Usaha

Abstrak Indikator

Dari beragam jenis usaha dengan Mahasiswa diharapkan mampu melakukan


karakteristik dan kewajiban perpajakan ketepatan memahami perencanaan pajak dari
berbeda, mahasiswa diharapkan pemilihan bentuk usaha.
mampu memahami perencanaan pajak
dari pemilihan bentuk usaha.

I. Perseroan Terbatas (PT) dan Kewajiban Perpajakannya

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

01
Feber Sormin, S.E., M.Ak., Ak., CA
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi
Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang.
Berdasarkan macamnya, Perseroan Terbatas ada dua macam yaitu:
1) Perseroan Terbatas Tertutup atau Perseroan Terbatas Biasa, dan
2) Perseroan Terbatas Terbuka yaitu Perseroan Terbatas yang melakukan
penawaran umum sesuai dengan Undang-undang Pasar Modal.

Gambar 11.2 Perseroan Terbatas

Sesuai dengan karakteristik Perseroan Terbatas, maka Perseroan Terbatas


merupakan asosiasi atau kumpulan modal; kekayaan dan utang Perseroan
Terbatas terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham; tanggungjawab
pemegang saham terbatas; adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham
dan direksi; memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas; dan kekuasaan
tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham.
Dalam hal kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau kelalaian direksi dan
kekayaan perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian, maka setiap anggota
direksi bertanggungjawab secara tanggung renteng.
Adapun untuk pendaftaran Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas itu dibuat
dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia, kemudian adanya pengesahan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, selanjutnya
melakukan pendaftaran pada daftar perusahaan dan pengumuman dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

2021 TEORI AKUNTANSI


2 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Organ Perseroan Terbatas itu terdiri
dari 3 (tiga) Organ yaitu:
1) RUPS yaitu organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
perseroan dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
direksi dan/atau komisaris.
2) Direksi yaitu organ perseroan yang fungsinya untuk pengurusan perseroan.
3) Komisaris yaitu organ perseroan yang fungsinya untuk melakukan pengawasan
terhadap jalannya perseroan.

Untuk permodalan suatu Perseroan Terbatas terdiri dari 3 jenis yaitu:


1) Modal Dasar (authorized capital) yaitu jumlah saham maksimum yang dapat
dikeluarkan oleh perseroan, sehingga terdiri atas seluruh nominal saham.
2) Modal Ditempatkan (issued capital atau subscribed capital) yaitu saham yang
telah diambil dan sebenarnya telah terjual kepada para pendiri maupun pemegang
saham perseroan.
3) Modal Disetor (paid up capital) yaitu saham yang telah dibayar penuh kepada
perseroan yang menjadi penyertaan atau penyetoran modal riil yang telah
dilakukan oleh pendiri maupun pemegang saham perseroan.

Berdasarkan bentuk usahanya, PT memiliki sifat dasar adanya pemisahan


kekayaan perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini akan menyebabkan
adanya potensi pembebanan pajak berganda di setiap pihak yang menerima
penghasilan.
Adapun rincian jenis pajak Badan Usaha PT atau pajak PT yang menjadi
kewajiban bagi pajak perseroan terbatas adalah sebagai berikut:
a. PPh Pemotongan dan Pemungutan (PPh Potput)
Jenis Pajak Penghasilan yang menjadi kewajiban Perseroan Terbatas adalah PPh
Potput dimana ketika PT menggunakan jasa yang menjadi objek PPh Potput maka
PT memiliki kewajiban untuk memotong PPh atas setiap penghasilan yang
dibayarkan kepada vendor, menyetorkan dan melaporkannya pada SPT Masa
masing-masing. Jenis PPh Potput antara lain PPh 21, PPh 23, PPh 4 (2), PPh 26.
PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya atas pekerjaan, jasa, atau

2021 TEORI AKUNTANSI


3 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kegiatan lain dengan nama dan bentuk apapun yang diterima oleh Wajib Pajak
dan diberikan oleh Orang Pribadi baik pegawai maupun bukan pegawai.
Sebagai perusahaan berstatus perseroan terbatas atau PT, juga tak lepas dari
kewajiban PPh Pasal 23. Ini adalah pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari
Wajib Pajak saat transaksi yang meliputi transaksi dividen (pembagian
keuntungan saham), royalti, bunga, hadiah dan penghargaan, sewa dan
penghasilan lain yang terkait dengan penggunaan aset selain tanah atau transfer
bangunan, atau jasa.
Beberapa objek PPh Pasal 4 ayat (2) adalah sewa tanah bangunan dan jasa
konstruksi, maka ketika PT melakukan persewaan tanah bangunan atau
menggunakan jasa konstruksi harus memotong PPh Pasal 4 ayat (2) dan
menyetor serta melaporkannya dalam SPT Masa.
PPh 26 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas jasa atau penghasilan lain
yang diterima Wajib Pajak Luar Negeri dari PT di dalam negeri sebagai penerima
manfaatnya. Sebagai pemberi penghasilan, PT wajib memotong, menyetor dan
melaporkannya pada SPT Masa 21/26 untuk WPLN Orang Pribadi atau SPT Masa
23/26 untuk penerima penghasilan WPLN Badan.
b. Pajak Pertambahan Nilai
Ketika PT sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak baik dengan
pengajuan maupun secara jabatan, maka PT memiliki kewajiban memungut PPN
dari setiap penjualan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak kepada pembeli,
menerbitkan faktur pajak dan melaporkannya pada SPT Masa PPN.
c. PPh disetor sendiri
Pajak Penghasilan yang harus disetor sendiri adalah Pajak atas penghasilan yang
tidak dipotong atau dipungut pihak lain, melainkan disetor sendiri oleh Perseroan
sebagaimana self assessment system. Beberapa PPh yang disetor sendiri adalah
PPh 25, PPh 29 dan PPh final UMKM.
Pada dasarnya PPh 25 merupakan angsuran pajak yang berasal dari jumlah
Pajak Penghasilan terutang menurut SPT Tahunan PPh dikurangi PPh yang
dipotong, serta PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan. PPh Pasal 25 dibuat dengan tujuan untuk meringankan beban Wajib
Pajak.

2021 TEORI AKUNTANSI


4 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Sedangkan PPh 29 adalah PPh kurang bayar yang tercantum dalam SPT
Tahunan PPh, yakni sisa dari PPh yang terutang dalam Tahun Pajak yang
bersangkutan dikurangi dengan kredit PPh (PPh 21, 22, 23 dan seterusnya) dan
PPh Pasal 25. Saat jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu Tahun
Pajak lebih besar dari jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan
yang telah disetor sendiri, maka nilai lebih pajak terutang tersebut (pajak terutang
dikurangi kredit pajak) menghasilkan PPh Pasal 29.
PPh Final UMKM adalah pajak yang dikenakan kepada Badan dengan nilai
peredaran bruto maksimal Rp 4,8 miliar. PPh Final harus dibayarkan saat
penghasilan diterima. Hal ini dikarenakan untuk menyederhanakan proses dan
mekanisme perpajakan serta mengurangi beban administrasi pajak, terutama bagi
Wajib Pajak yang masih berkembang dan belum mampu menyelenggarakan
pembukuan. Adapun tarif PPh Final untuk bisnis dengan omzet kurang dari Rp4,8
miliar sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2018 adalah 0,5%.

Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pengenaan


pajak sebuah Perseroan Terbatas (Wajib Pajak Badan) dikenakan pada level net
income sebelum pembagian dividen kepada pemegang saham. Pada saat
penghasilan tersebut ditransfer ke pemegang saham sebagai dividen, maka atas
pembagian tersebut dikenakan pajak lagi 10% (PPh final WP OP).

Contoh kasus:
Net income before tax Rp 600.000.000
Corporate tax (PPH Badan) 25% Rp 150.000.000
Net income after tax Rp 450.000.000
Pajak atas dividen 10% (pph final) Rp 45.000.000
Return yang diterima pemegang saham Rp 405.000.000
% beban pajak (total tax/net income) = (150.000.000 + 45.000.000) X 100%
600.000.000
= 32,5%
Secara total investor yang merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi akan terbebani
pajak keuntungan yang diperoleh dari badan usaha PT sebesar 32,5%.

2021 TEORI AKUNTANSI


5 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
II. Usaha Persekutuan (CV, Firma, Kongsi) dan Kewajibannya
Persekutuan Komanditer (commanditaire vennootschap atau CV) adalah
suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang
mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa orang
yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin. Oleh karena
itu di dalam CV dikenal dua istilah sekutu, yaitu sekutu aktif dan sekutu
diam/pasif. Sekutu aktif adalah sekutu yang menjalankan perusahaan dan
berhak menentukan arah kebijakan perusahaan, sedangkan sekutu pasif
hanya menyertakan modal dalam persekutuan tersebut.

Gambar 11.3. Persekutuan Komanditer

CV didirikan dengan menggunakan akta yang ditandatangani notaris, namun


CV bukanlah entitas yang terpisah dari pemiliknya seperti layaknya PT.
Perbedaan utama antara CV dengan PT adalah sebagaimana diuraikan
berikut ini:
1. PT merupakan badan hukum, sedangkan CV bukan badan hukum, hanya
badan usaha biasa.
2. Kepemilikan PT terbagi-bagi atas saham sebagai penyertaan modal,
sedangkan CV tidak
3. Kekayaan PT terpisah dari kekayaan pemiliknya/pemegang saham karena
antara PT dan pemiliknya merupakan entitas yang terpisah, sedangkan CV
tidak. Kekayaan CV merupakan kekayaan pemiliknya, tidak ada batasan
antara kekayaan CV dan kekayaan pribadi sekutunya/pemiliknya
4. CV tidak terikat ketentuan adanya modal minimal sebagaimana PT

2021 TEORI AKUNTANSI


6 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pengaturan pajak sebuah CV diatur dalam pasal 6 dan pasal 4 ayat 3 huruf I
UU PPH. Selain PPh Potput, PPh disetor sendiri dan PPN, perbedaan dengan
PT, pengenaan pajak CV hanya dikenakan sekali pada level net income
perseroan. Ketika diditribusikan kepada pemegang saham tidak dikenakan
pajak dividen lagi.
Ketentuan Khusus Perpajakan Untuk CV (Sesuai dengan pasal 4 ayat 3 huruf
I UU No 7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir kali dengan UU No 38
tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan berbeda dengan PT, CV ternyata
memiliki ketentuan-ketentuan khusus terkait perpajakannya yang dapat saya
uraikan berikut ini:
“Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif dikecualikan dari objek pajak.”

Ini yang membuat pendirian CV di Indonesia sebenarnya lebih


menguntungkan dibandingkan PT. Hal ini dikarenakan, pengenaan pajak CV
hanya dikenakan satu kali saja, yaitu pada saat CV memperoleh laba. Saat
laba tersebut dibagikan kepada sekutu sebagai prive, dikecualikan dari objek
pajak. Berbeda dengan PT, saat laba dibagikan dalam bentuk deviden, maka
akan dikenai lagi PPh, baik PPh Pasal 23 apabila penerimanya badan,
maupun PPh Pasal 4 ayat (2) apabila penerima devidennya adalah orang
pribadi, atau PPh Pasal 26 apabila penerima penghasilannya berada di luar
negeri.
Contoh perhitungan pajak Firma / CV
Income tahun 2017 60.000.000.000
COGS 58.800.000.000
Gross Income 1.200.000.000
Operating expense 600.000.000
Net income before tax 600.000.000
Corporate tax (pph badan) 25% 150.000.000
Net income after tax 450.000.000

2021 TEORI AKUNTANSI


7 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pada saat penghasilan tersebut ditransfer ke anggota pemilik CV sebagai
dividen, maka atas pembagian dividen tersebut tidak akan dikenakan pajak
lagi,

Net income before tax 600.000.000


Corporate tax (pph badan) 25% 150.000.000
Net income after tax 450.000.000
Pajak atas dividen 0% 0
Return yang diterima shareholder 450.000.000
% beban pajak (total tax / net income) 150.000.000 X 100 % = 25%
600.000.000

Firma adalah bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan
badan usaha dengan menggunakan nama bersama. Istilah ini berasal dari bahasa
Belanda “vennootschap onder firma” yang artinya “perserikatan dagang antara
beberapa perusahaan.”

Karakteristik Badan Usaha Fa


Seperti yang dibahas dalam definisinya, Fa dimiliki dan dijalankan oleh beberapa
orang atau perusahaan di bawah satu nama bersama. Namun selain itu,
karakteristik lainnya yang menggambarkan badan usaha ini:
 Firma didirikan oleh dua orang atau lebih dalam suatu perjanjian.
 Bada usaha Fa menggunakan satu nama usaha bersama dalam
menjalankan usaha.
 Para anggota sekutu aktif mengelola perusahaan dan memiliki tanggung
jawab bersama kepada pihak ketiga.
 Tanggung jawab tidak terbatas atas semua risiko yang dapat terjadi.
 Fa akan bubar jika ada salah satu anggota yang mengundurkan diri atau
meninggal dunia.
 Perjanjian Fa dapat dilakukan di hadapan notaris, namun ini bukan syarat
mutlak.
 Setiap anggota dapat melakukan suatu perjanjian dengan pihak lainnya.

2021 TEORI AKUNTANSI


8 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Umumnya, para anggota Fa sudah saling mengenal dan saling percaya.
 Selalu menggunakan nama bersama dalam sebuah kegiatan usaha.
 Jika terdapat utang tidak terbayar, setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi.
 Setiap anggota Fa memiliki hak untuk menjadi seorang pemimpin.
 Setiap anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa mendapat
izin dari anggota lainnya.
 Keanggotan Fa sangat mengikat dan berlaku hingga seumur hidup.
 Setiap anggota memiliki hak untuk membubarkan Fa.
 Fa mudah dalam mendapatkan kredit usaha.

Kelebihan dan Kekurangan Fa


Jenis badan usaha yang dijalankan bersama-sama ini memiliki kelebihan dan
kekurangan yang perlu diketahui. Mari mulai membahas kelebihan badan usaha
Fa, di antaranya:

Kelebihan Firma
 Sistem pengelolaan Fa lebih profesional karena adanya pembagian tugas
yang jelas untuk setiap struktur organisasi.
 Modal awal membangun badan usaha cukup besar karena berasal dari
harta setiap anggota yang tergabung dalam badan usaha.
 Pemilihan pemimpin badan usaha berdasarkan kemampuan dan keahlian
masing-masing anggota. Bahkan, ada Fa yang memiliki lebih dari satu
pemimpin.
 Pembagian keuntungan berdasarkan modal awal yang disetor sehingga
sistem ini menyerupai penanaman saham. Namun bedanya, semua
anggota yang menanamkan modal di Fa berhak aktif mengelola usaha.
 Fa lebih mudah mendapatkan pinjaman modal karena adanya akta notaris.
 Keputusan badan usaha didasarkan dari pertimbangan seluruh anggota.
Kekurangan Firma
 Jika mengalami kebangkrutan, kekayaan dan aset pribadi dapat menjadi
barang sitaan untuk menjamin kerugian perusahaan.

2021 TEORI AKUNTANSI


9 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Tanggung jawab anggota firma tidak terbatas pada modal saja, tetapi juga
pada harta pribadi.
 Jika ada salah satu anggota Fa yang mengalami kerugian, anggota lain
harus ikut menanggungnya. Jadi, dapat dikatakan kalau kerugian Fa
ditanggung bersama oleh seluruh anggota.
 Tidak ada pemisahan antara kekayaan pribadi dan aset perusahaan.
 Jika pembagian keuntungan kurang adil, dapat menimbulkan perselisihan.
 Sulit mengambil keputusan jika ada perbedaan pendapat dari dua
pemimpin.

Sebagai salah satu jenis badan usaha, maka Firma harus memiliki NPWP atau
nomor pokok wajib pajak sebagai salah satu syarat pendirian. NPWP ini
merupakan NPWP badan, dan bukan NPWP pemilik.
Pada dasarnya, Fa dikenakan pajak penghasilan yang terdiri dari:
 PPh 21
 PPh 22
 PPh 23
 PPh 25
 PPh 26
 PPh 29
 PPh Pasal 4 ayat (2)
 PPh 15
Jika badan usaha Fa mengukuhkan dirinya sebagai PKP, artinya wajib
menambahkan PPN pada tiap transaksi yang terjadi dan wajib menerbitkan faktur
pajak atas transaksi tersebut.

Namun jika belum mengukuhkan sebagai PKP, Firma tidak dikenakan PPN
melainkan pajak usaha lainnya, seperti PPh Final PP 23/2018 dengan tarif
sebesar 0,5%.

2021 TEORI AKUNTANSI


10 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Selain pengenaan pajak, firma memiliki kewajiban membayar, menyetor dan
melaporkan pajak usahanya. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan sesuai
ketentuan dari tiap-tiap jenis pajak, begitu pula dengan pelaporan pajak.

Tidak lupa juga, badan usaha firma wajib melaporkan pajak penghasilan usaha
melalui SPT Tahunan PPh Badan. Berdasarkan UU HPP terbaru, badan usaha
dikenakan tarif PPh sebesar 22% yang mulai berlaku pada tahun pajak 2022. Jika
Fa merupakan UMKM, akan diberikan insentif penurunan tarif sebesar 50% sesuai
Pasal 31E.

III. Usaha Perorangan dan Kewajiban Perpajakannya


Menurut (Sukmadewi, 2017) di indonesia terdapat 3 Jenis usaha kriteria umkm
yaitu usaha mikro usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Tipe usaha ini biasanya memiliki jumlah aset hingga
maksimal Rp. 50.000.000 dengan omzet maksimal Rp. 300.000.000. Lalu, usaha
Kecil usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
Tipe usaha ini biasanya memiliki aset > Rp. 50.000.000 s.d Rp. 500.000.000
dengan omzet Rp. 300.000.000 s.d 2.500.000.000. dan terakhir, usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Tipe usaha ini
biasanya memiliki Aset > Rp. 500.000.000 s.d Rp. 10.000.000.000 dengan omzet
Rp. 2.500.000.000 s.d 50.000.000.000. Kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan
menengah (umkm) terhadap produk domestik bruto nasional diproyeksi tumbuh
5% sepanjang 2019. ketua asosiasi usaha mikro kecil dan menengah indonesia
(akumindo) ikhsan ingratubun menjelaskan, dengan estimasi pertumbuhan itu, dia

2021 TEORI AKUNTANSI


11 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
meyakini total kontribusi umkm terhadap produk domestik bruto (pDB) nasional
tahun ini dapat mencapai 65% atau sekitar Rp2.394,5 triliun. Adapun, realisasi
kontribusi umkm terhadap PDB nasional tahun lalu mencapai sekitar 60,34%.
Menurut (Syarizka, 2019) Di saat ini perkembangan umkm di indonesia
menunjukkan kemajuan. adanya hal ini pastinya tidak terlepas dari support
pemerintah melalui mekanismemekanisme tertentu dalam rangka mempengaruhi
angka pertumbuhan jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah. Adapun hal-
hal yang menstimulan akan berkembangnya jumlah unit usaha mikro, kecil, dan
menengah di indoensia adalah kekebebasan dalam Pemanfaatan sarana
teknologi dan komunikasi, penempatan alokasi kredit usaha dari lembaga
keuangan untuk para pelaku usaha, serta menurunnya tarif pajak PPh Final.
walaupun demikian, pertumbuhan ini dinilai masih lambat karena beberapa faktor
pendukung tersebut dinilai belum terlalu efektif. Salah satunya di bagian
perpajakan usaha. Mengutip dari( (PER - 01.PJ_.2019 tentang Tata Cara
Ekstensifikasi, 2019), adanya penurunan tarif PPh Final menjadi 0.5% memang
meningkatkan jumlah wajib pajak yang membayar pajak penghasilan tersebut.
Namun dari angka yang disebutkan di atas dirasa masih kurang besar oleh pihak
ditjen pajak. hal ini diyakini karena wajib pajak masih merasa kesulitan dalam
memproses kewajiban perpajakannya. sebagai pelaku umkm yang merasa
kesulitan hitung, setor, lapor pajak, dapat menyetor dan melaporkan pph final
0.5% menggunakan aplikasi Online Pajak. Penghitungan yang akurat dan
otomatis, serta kemudahan penyetoran dan pelaporan akan menghemat waktu
dalam mengurus usaha perpajakan.
Bentuk Usaha
Ada berbagai jenis bentuk usaha dalam dunia bisnis, baik secara perorangan
maupun secara organisasi, baik kerjasama dalam negeri maupun kerjasama luar
negeri dan lain sebagainya. Banyak pilihan bentuk usaha yang dapat
dipertimbangkan investor, dari mulai laba, imej perusahaan hingga besarnya pajak
yang ditanggung. Tingkat keuntungan bisa sama diantara beberapa bentuk usaha
namun besarnya pajak yang ditanggung bisa berbeda. Semakin besar pajak yang
menjadi beban perusahaan maka semakin kecil deviden yang akan diterima
investor.

2021 TEORI AKUNTANSI


12 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam ketentuan perpajakan, ada beberapa bentuk usaha di Indonesia sebagai
berikut:
1. Perseroan terbatas (PT), koperasi, dan yayasan
2. Persekutuan (firma, cv, kongsi)
3. Perseorangan
4. Entitas bisnis lain, seperti joint operation, waralaba, BUT.
Usaha Perorangan
Ada beberapa perbedaan dalam menghitung pajak usaha antara pajak
perseorangan dengan pajak perseroan antara lain:
1. Menghitung pajak perseorangan ada factor pengurang yaitu PTKP dan
biaya jabatan
2. Terdapat perbedaan tax rate dan lapisan penghasilan kena pajak antara
pph perseorangan dengan pph perseroan sesuai Pasal 17 Undang-Undang
Pajak Penghasilan yaitu 5,15,25,30.

IV. Koperasi dan Kewajibannya


Usaha Koperasi
Perlakuan perpajakan koperasi, sebagaimana bentuk usaha lainnya pada
prinsipnya koperasi dapat melakukan kegiatan dihampir semua bidang usaha,
sehingga atas penghasilan koperasi yang disebut SHU merupakan objek PPh
yang dikenakan tarif PPh badan dengan tarif tunggal 28% (tahun 2009) dan tarif
25% (tahun 2010 sampai sekarang).

Gambar 1 Koperasi

Peraturan-peraturan yang menjadi dasar hukum perpajakan untuk koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut:
1. UU No. 6 Th 1983 stdtd UU No. 16 Th 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

2021 TEORI AKUNTANSI


13 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. UU No. 7 Th 1983 stdtd UU No. 36 Th 2008 tentang Pajak Penghaslan
3. UU No. 8 Th 1983 stdtd UU No. 42 Th 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
4. UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian
5. UU No. 20/2008 tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah;
6. Peraturan pelaksanaan perpajakan yang meliputi Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Koperasi dapat dikelompokkan sebagai Wajib Pajak Badan sedangkan UKM dapat
berbentuk badan usaha dan perorangan. Kewajiban perpajakan bagi Koperasi dan UKM,
yaitu bagian pertama, Kewajiban perpajakan bagi Koperasi dan UKM yang berbentuk
badan usaha dan bagian kedua Kewajiban perpajakan bagi UKM yang berbentuk
perseorangan.
Secara umum kewajiban perpajakan bagi Koperasi dan UKM sebagai badan adalah
sebagai berikut:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan atau PKP;
Koperasi dan UKM sejak memperoleh status badan hukum, sudah
memenuhi syarat subketif dan obyektif sebagai wajib pajak oleh karena itu sejak
adanya pengesahan badan hukum baik koperasi dan UKM yang bersangkutan
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) tempat Koperasi
atau UKM terdaftar.
a) PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak atas penghasilan yang berasal dari
sumber-sumber tertentu dan pengenaan bersifat final (penghitungan PPh-nya
selesai setelah dibayarkan), misalnya:
 Penghasilan dari bunga simpanan yang dibayarkan oleh Koperasi kepada
anggota koperasi Orang Pribadi,
 Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan,
 Penghasilan dari jasa konstruksi dan
 Penghasilan dari hadiah undian.

Jika koperasi atau UKM yang berbadan hukum melakukan pembayaran atas jenis-


jenis penghasilan ini, maka wajib dilakukan pemotongan PPh-nya dan menyetorkan PPh
nya ke Bank persepsi serta melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor
Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Pajak (KP2KP) tempat Koperasi atau UKM
terdaftar.

2021 TEORI AKUNTANSI


14 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Demikian juga, apabila Koperasi dan UKM menerima penghasilan dari pengalihan
tanah dan atau bangunan atau menerima penghasilan dari persewaan tanah dan/atau
bangunan yang penyewanya tidak ditunjuk sebagai pemotong (misalnya penyewanya
orang pribadi), maka Koperasi dan UKM tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat
(2) tersebut.
Penghasilan yang diterima Koperasi dan UKM yang merupakan objek PPh Pasal 4
ayat (2) tersebut diatas, termasuk penghasilan dari bunga tabungan/deposito/diskonto
SBI, penghasilan atas bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan atau
dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek, penghasilan dari transaksi penjualan saham di
bursa efek yang PPh-nya dipotong oleh pihak pemberi penghasilan, wajib dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh dari Koperasi dan UKM tersebut.
b) PPh Pasal 22
PPh Pasal 22 adalah pajak atas penghasilan yang tertentu yang ditetapkan
Menteri Keuangan untuk dipungut Pajak Penghasilannya.
Koperasi atau UKM yang bergerak di bidang industri tertentu dapat ditunjuk
untuk memungut PPh Pasal 22 atas penjualan hasil pertanian, perkebunan dan
perhutanan, perikanan dari pedagang pengumpul sebesar 0,25% dari harga
pembelian (tidak termasuk PPN).
Koperasi dan UKM juga dapat ditunjuk sebagai pemungut oleh KPP apabila
bergerak sebagai industri tertentu ataupun sebagai penjual produk tertentu
misalnya bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar
minyak, gas, dan pelumas.
c) PPh Pasal 23
PPh Pasal 23 adalah pajak atas penghasilan dari modal dan dari jasa
tertentu. Apabila koperasi dan UKM melakukan pembayaran kepada pihak lain
yang jenis penghasilan masuk katagori Objek PPh Pasal 23, maka wajib dilakukan
pemotongan, menyetorkan hasil pemotongan ke Bank Persepsi dan kantor Pos
serta melaporakannya ke KPP atau KP2KP tempat Koperasi dan UKM terdaftar.
Adapun objek dan tarif PPh Pasal 23 secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Dividen, bunga, royalti, hadiah: tarif 15%
2) Sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan pengggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2): tarif 2%
3) Imbalan jasa selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-undang PPh: tarif
2%.

2021 TEORI AKUNTANSI


15 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4) Untuk Yang tidak ber NPWP dipotong 100% lebih tinggi atau menjadi 4%.

Beberapa fasilitas insentif PPH dan yang dikecualikan dari pajak dalam UU PPH No
36 Tahun 2008 yang berlaku bagi koperasi antara lain:
a. Yang dikecualikan dari objek pajak adalah harta hibahan dan bantuan atau
sumbangan kepada koperasi, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan diantara pihak-ihak yang bersangkutan
(pasal 4 ayat 3 huruf a UU PPh No 36 tahun 2008)
b. SHU yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya, tidak dipotong PPh
Pasal 23 (pasal 23 ayat 4 huruf f UU PPh No 36 tahun 2008)
c. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh Perseroan Terbatas
sebagai WPDN, Koperasi, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan
2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang
memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan
harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut.
d. Berdasarkan PP No 15 tahun 2009 PPh tentang bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi perorangan, besarnya PPh Final adalah:
1. 0% untuk penghasilan berupa Bunga simpanan sampai dengan Rp 240 ribu
perbulan
2. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp 240 ribu per bulan
e. Tarif baru bagi UMKM
Insentif ini khusus UMKM berbadan hukum yang memiliki omzet dibawah Rp 4,8
M pertahun atau Rp 400 juta per bulan. Kemudahan tariff 0,5% dari omzet mulai
berlaku Juli 2018 yang sebelumnya tariff 1%.
f. PP No. 1 tahun 2007 dan No 62 tahun 2008 tentang fasilitas PPh untuk
penanaman modal dibidang-bidang usaha tertentu dana atau di daerah daerah
tertentu
2. Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan baik dari Pemotongan /
Pemungutan yang dilakukan maupun atas PPh badan (koperasi) maupun Pajak
Lainnya;

2021 TEORI AKUNTANSI


16 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Melakukan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, menyetor dan melaporkannya jika
ditunjuk sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP);

KEGIATAN USAHA KOPERASI YANG MENDAPATKAN PERLAKUAN KHUSUS


1. Koperasi yang menanamkan modalnya dibidang-bidnag usaha tertentu dan atau
daerah-daerah tertentu (mendapatkan fasilitas PPh untuk menanamkan modalnya,
sebagaimana diatur dalam PP No 1 tahun 2007 dan No 62 tahun 2008).
2. Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PPN serta pajak penjualan atas impor
kendaraan bermotor jenis sedan untuk dipergunakan dalam usaha pertaksian oleh
koperasi pengemudi taxi.
3. Pondok boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana,
berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat yang dibangun dan dibiayai oleh
perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para
buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan
biaya sewa yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5
tahun sejak diperoleh.

V. Yayasan dan Kewajibannya


Pengertian Yayasan
Menurut Undang-Undang nomor 16 tahun 2001, Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.

Pada prinsipnya, Yayasan termasuk dalam subjek pajak penghasilan. Sehingga,


setiap akhir periode laporan keuangan, Yayasan wajib menyajikan nilai Sisa Hasil
Usaha (SHU), dimana hal ini setara dengan laba-rugi dalam sebuah perusahaan.
Yayasan juga diwajibkan untuk membuat laporan SPT tahunan PPh badan.
Sehingga, yayasan tidak luput dari sanksi administrasi dan sanksi pidana jika
melanggar peraturan perpajakan.

Objek Pajak Yayasan


Secara umum, objek pajak yayasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu objek pajak
penghasilan dan bukan objek pajak penghasilan.

2021 TEORI AKUNTANSI


17 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Objek pajak penghasilan
 Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha pekerjaan, kegiatan
atau jasa.
 Bunga deposito bunga obligasi, diskonto SBI, dan bunga lain.
 Sewa dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
 Keuntungan dari pengalihan harta termasuk keuntungan pengalihan
harta yang semula berasal dari bantuan sumbangan atau hibah.

2. Bukan objek pajak penghasilan


 Bantuan, sumbangan, atau zakat yang diterima oleh BAZIS (Badan Amil
Zakat, Infak, dan Sedekah).
 Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau
organisasi yang sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat di Indonesia.
 Bantuan atau sumbangan dari pemerintah.

Kewajiban Perpajakan Yayasan


Sesuai dengan UU PPh Pasal 2 Ayat (1) Huruf b, bahwa yayasan merupakan
subjek Pajak Penghasilan yang termasuk dalam kategori “Badan”. Adapun
kewajiban perpajakan sebagai subjek Pajak Badan adalah sebagai berikut:
1. PPh Pasal 4 ayat 2 – Penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan lainnya, serta persewaan tanah dan bangunan dapat dikenai pajak
bersifat final.
2. PPh Pasal 21 – Kewajiban pemotongan pajak atas penghasilan
sehubugan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan bentuk
apapun yang diterima atau Wajib Pajak Orang Pribadi.
3. PPH Pasal 23 – Kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib
membayarkan penghasilan atas penghasilan dengan nama dan bentuk
apapun yang dibayarkan, serta disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh
tempo pembayarannya.
4. Sebesar 15% dari jumlah bruto pada: (1) dividen dengan nama dan
bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis dan pembagian hasil usaha koperasi, (2) bunga termasuk

2021 TEORI AKUNTANSI


18 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang, royalti,
dan (3) hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong PPh 21.
5. Sebesar 2% dari jumlah bruto pada: (1) sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2, dan (2) imbalan sehubungan
dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang telah dipotong sesuai PPh 21.

VI. Perencanaan Pajak Dari Pemilihan Bentuk Usaha


Dari beragam jenis usaha tersebut, dengan karakteristik dan kewajiban
perpajakan berbeda, maka orang pribadi sebagai investor dapat
mempertimbangan mana badan usaha yang cocok dan menguntungkan dari
sisi minimalisasi biaya pajak dan lainnya.
Usaha perseorangan mungkin menguntungkan karena pajak yang ditanggung
hanya sekali saja dalam penghitungan SPT Tahunan Orang Pribadi, namun
pemasaran dan pembiayaan mungkin dapat dipertimbangkan dibanding
dengan Badan Usaha bersama dengan orang lain baik yang berbentuk
Perseroan Terbatas, Perketuan Komanditer, Koperasi, atau bahkan yayasan.
Perencanaan pajak dari pemilihan bentuk usaha ini tentu saja harus dilakukan
dengan matang sebelum memulai usaha atau bergabung dengan usaha pihak
lain karena jika badan usaha sudah dipilih dan sudah beroperasi kemudian
tidak sesuai, maka kita harus memulai kembali ke proses awal dalam
pemilihan bentuk usaha dan menutup usaha yang sudah didirikan
sebelumnya. Hal tersebut memiliki konsekuensi tersendiri dari sisi pajak, baik
prosedur administrative dalam menghapus NPWP dan mencabut SPPKP
yang akan melewati proses pemeriksaan pajak yang tentu membutuhkan
biaya, waktu dan effort yang cukup besar. Begitupun jika Wajib Pajak memilih
membiarkan saja badan usaha tanpa melakukan proses penghapusan NPWP
dan pencabutan SPPKP dengan risiko yang juga tidak kalah besar.

2021 TEORI AKUNTANSI


19 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/abdimas
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.
https://www.online-pajak.com/seputar-efiling/badan-usaha-firma
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta. Salemba Empat.
Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Marosono & Muamarah, Hanik Susilawati. “Penghasilan Yayasan Keagamaan Objek
Pajak?”. Jurnal Kuat: Keuangan dan Akuntansi Terapan Volume 1, Nomor 1, Maret
2019 : Hal 49-56
Suandi, E. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta. Salemba Empat
Pohan, C. A. 2013. Manajemen perpajakan. Jakarta. Gramedia

2021 TEORI AKUNTANSI


20 Feber Sormin., SE., M.Ak., Ak., CA
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai