Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata kuliah
Seminar Perpajakan
Disusun Oleh :
Kelompok :
Annisa Rahma Marchia C10210149
Tiara Nurrizki Lasanti C10210144
Siti Aolia Trihapsari C10210169
Destianing Dwi Hanani C10210171
Puji sykur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan keschatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Aspek Perpajakan Dana Pensiun" ini pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat beserta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini kami
susun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Seminar Perpajakan yang berjudul
“Aspek Pajak Dana Pensiun”. Selain itu penulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan
baik untuk penulis atau bagi pembaca.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat didalam makalah ini karna
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami mengaharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca. Untuk itu, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Perpajakan dan Koperasi merupakan dua hal penting yang perlu dipahami.
Perpajakan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan pajak, sementara koperasi
merupakan Badan Hukum yang menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun
2000 sebagai subyek pajak.
Pajak itu sendiri pada hakekatnya adalah iuran masyarakat kepada Negara
sebagai bentuk partisipasi kewajiban untuk membiayai pengeluaran umum
sehubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sebagai
suatu kewajiban, pajak bagi koperasi ternyata dimulai sejak tanggal pengesahan akte
pendiran Badan Hukum dan telah mempunyai Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta berakhir sejak tanggal koperasi dibubarkan.
Pajak merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap wajib pajak,penguasaan
terhadap peraturan perpajakan bagi wajib pajak akan meningkatkan kepatuhan
kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi-sanksi yang berlaku dalam ketentuan
umum perpajakan.
Berdasarkan uiraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas , maka rumusan
masalah yang didapat adalah :
1. UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan stdd
UU Nomor 16 Tahun 2009
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan stdd UU Nomor 36 Tahun
2008
3. Dasar hukum pembagian SHU adalah Pasal 4 ayat 1g dan PMK nomor
111/PMK.03/2010 tentang cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak
penghasilan atas dividen yang ditcrima atau diperoleh wajib pajak Orang Pribadi.
Maka, SHU ini dikenakan pajak penghasilan sebesar 10% dari jumlah bruto dan
bersifat final
"Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau
badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap."
1. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib ajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakannya.
2. Data pendukung yang perlu disiapkan oleh Wajib Pajak untuk mengisi formulir
permohonan pendaftaran untuk mendapatkan NPWP:
3. Akte Pendirian dan peribahan atau surat penunjukan dari kantor pusat bagi
bentuk usaha tetap;
4. NPWP pimpinan/penanggung jawab badan (koperasi);
5. Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing
sebagai penanggung jawab;
a. Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi dengan biaya-biaya operasional dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
b. SHU merupakan bagian laba yang diberikan kepada anggota atas simpanan
pokoknya.
c. Pemberian SHU tidak dijanjikan di awal, tetapi tergantung pada laba yang diperoleh
koperasi.
d. Berdasarkan pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, SHU
termasuk ke dalam pengertian dividen yang merupakan objek PPh sehingga harus
dilaporkan dalam SPT Tahunnan penerima.
e. Namun, pembagian SHU tersebut bukan merupakan objek PPh Pasal 23 oleh pihak
lain (Lihat pasal 23 ayat (4) huruf f Undang-Undang nomor 17 Tahun 2000)
Memotong PPh pada saat pembayaran atau teritangnya bunga dan memberikan bukti
pemotongan kepada anggota yang menerima bunga simpanan koperasi.
Dua orang dan satu korporasi di Kabupaten Bekasi ditetapkan sebagai tersangka
atas dugaan kasus perpajakan. Mereka diduga tak membayar pajak selama setahun hingga
menimbulkan kerugian negara Rp 2,6 miliar.
Kasus tersebut awalnya ditangani oleh Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
Jawa Barat II bersama Koordinasi dan Pengawasan (Korwas) Polda Metro Jaya. Tiga
orang tersangka terdiri dari dua orang yakni YSM, AIW dan satu korporasi PT GF.
Mereka diduga tak membayar pajak selama satu tahun di tahun 2018 lalu. Kasus itu sudah
selesai diselidiki DJP Jabar II. Sehingga tersangka dan barang bukti atau tahap dua
dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri (Kejari) Bekasi.
Riyono menjelaskan modus yang dilakukan oleh para tersangka ini yakni tidak
melaporkan surat pemberitahuan (SPT) pajak pertambahan nilai (PPh) dan pemungutan.
Menurut dia, hal tersebut bertentangan dengan Pasal 39 ayat (1) huruf c dan huruf i
Undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana diubah beberapa kali dan terakhir Undang-undang nomor 11 tahun 2020
tentang cipta kerja. Sementara itu, Kepala Kanwil DJP Jabar II Harry Gumelar
menuturkan penyelidikan kasus ini bermula saat DJP Jabar II mendapati adanya wajib
pajak yang tak membayar pajak. Hal itu bisa terlihat dari sistem yang dimiliki direktorat
pajak. Sebelum pelimpahan tahap dua ini, pihak DJP Jabar II sudah melakukan berbagai
upaya mulai dari pemanggilan pihak korporasi PT GF yang bergerak di bidang
pengecatan sparepart otomotif itu hingga kedua tersangka. Sementara itu, Kepala
Kejaksaan Tinggi Jabar Asep N Mulyana menegaskan pihaknya berkomitmen menindak
segala bentuk tindak pidana. Bahkan dia tak segan menyeret korporasi apabila terbukti
bersalah.
BAB III
PENUTUP
Aspek perpajakan pada koperasi khususnya pph badan pasal 25 yang dikenakan pada
shu koperasi dikenakan tariff 28 % dan sama halnya dengan pajak badan pada perusahaan
lain menurut peraturan perpajakan badan tahun 2009 yang berlaku pada 2010. Pajak badan
sendiri telah mengalami perubahan terus dari tahun 2008 dengan tariff pajak 10%
(50.000.000 ), 15% ( > 50.000.000-100.000.000 ), 30% ( > 100.000.000 ) dan pada tahun 2010
ini menggunakan tariff pajak 28 %. Anggsuran per bulan pajak pph pasal 25 pun
mengalami masa transisi pada tahun 2009 untuk pajak koperasi, banyak kegamblangan
dalam kenyataannya peraturan-peraturan perpajakan koperasi banyak yang belum bisa
dilaksanakan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/511/jbptunikompp-gdl-yohanesmit-25517-4-babivp-f.pdf
https://www.scribd.com/document/479241786/MAKALAH-ASPEK-PERPAJAKAN-ATAS-
KOPERASI-docx
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5792175/tak-bayar-pajak-hingga-rp-2-6-m-dua-
orang-korporasi-di-bekasi-jadi-tersangka/amp
https://www.gustani.id/2023/06/aspek-perpajakan-pada-koperasi.html?m=1