Anda di halaman 1dari 15

NAMA :

KELAS & JURUSAN :

ADMINISTRASI PAJAK
BAB I
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN


WAJIB PAJAK BADAN

PAJAK PENGHASILAN MENGHITUNG PAJAK SURAT SETORAN LAMPIRAN SPT PPh


FINAL PENGHASILAN WAJIB PAJAK (SSP) BADAN
PAJAK BADAN

Penghasilan dari bunga Pajak penghasilan Jenis surat Lampiran khusus 8A


deposito dan tabungan berdasarkan PP No. 46 setoran pajak
lainnya Tahun 2013

Penghasilan dari transaksi Pajak penghasilan Petunjuk Lampiran khusus 1A


hadiah undian berdasarkan PP No. 23 pengisian surat
Tahun 2018 setoran pajak
Penghasilan dari transaksi
saham dan transaksi Pajak penghasilan
derivatif berdasarkan PP No. 36
Tahun 2008
Penghasilan dari transaksi
pengalihan hak atas tanah
/ bangunan

Penghasilan dari transaksi


penyelesaian tanah dan
bangunan

Penghasilan dari usaha


jasa konstruksi
A. PAJAK PENGHASILAN FINAL (AKHIR)
Pajak penghasilan yang pengenaannya sudah final (berakhir) sehingga tidak dapat di kreditkan
(dukurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak.
1. Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan lainnya, pajak penghasilan final terdiri atas
penghasilan bunga deposito dan bunga obligasi.
a. Penghasilan bunga deposito, berdasarkan PP No. 131 Tahun 2000 tentang PPh atas
bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang mulai berlaku 1 januari
2001. Berdasarkan besarnya PPh atas bunga dari deposito dan tabungan serta
diskonto SBI adalah 20% (dua puluh persen)dari jumlah bruto terhadap wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT).
Contoh studi kasus
Pada tanggal 5 januari 2019, di bank rakyat sejahtera cabang patimura semarang
terjadi transaksi sebagai berikut:
Ibu prastasti membuka deposito berjangka nominal Rp. 100.000.000. pembayaran
dilakukan dengan setoran tunai, jangka waktu 3 bulan, dan bunga 12%. Jatuh
tempo bunga deposito prasasti setiap tanggal yang sama bulan berikutnya.
Berdasarkan data tersebut, Anda diminta menghitung pajak atas bunga deposito
yang diperoleh ibu prasasti.
Jawab:
Pajak yang harus dipungut BRS Cabang Patimura semarang atas bunga deposito
ibu prasasti:
Besarnya bunga deposito berjangka = Rp. 100.000.000 x 1 bulan x 12 % = Rp. 1.000.000
12
Pajak penghasilan 20% x Rp. 1.000.000 = Rp. 200.000

b. Bunga obligasi, berdasarkan PP No. 55 tahun 2019 tentang pajak penghasilan atas
penghasilan berupa bunga obligasi, obligasi adalah surat utang atau surat utang
negara yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Bunga obligasi adalah imbalan
yang diterima atau diperoleh pemegang obligasi dalam bentuk bunga atau
diskonto. Objek pajak adalah pendapatan atas bunga obliggasi pendapatan bunga
obligasi tersebut merupakan objek pajak jika penerimaan adalah wajib pajak dana
pensiun yang pendirian atau pembentukkannya telah disahkan oleh menteri
keuangan.
Contoh kasus
Pada tanggal 7 Maret 2019, PT. Maju Jaya membeli obligasi di Bank Makmur atas
PT. Super Nasio 100 lembar masing-masing nominal Rp. 1.000.000 dan bunga
18%. Jatuh tempo bunga setiap tanggal 1/3 dan 1/9. Pajak bunga obligasi 15%
disetorkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Bank menghitung bunga obligasi
PT. Maju Jaya tanggal 1 September 2019.
Berdasarkan data tersebut, anda diminta
- Menghitung bunga obligasi PT. Maju Jaya
- Menghitung pajak penghasilan PT. Maju Jaya
Jawab:
- Besarnya bunga obligasi: Rp. 100.000.000 x 6 x 18% = Rp. 9.000.000
12
- Pajak penghasilan 15% x Rp. 9.000.000 = Rp. 1.350.000
2. Penghasilan dari transaksi hadiah undian, penghasilan dari transaksi hadiah sesuai dengan
PP No. 132 Tahun 2000 tentang PPh atas Hadiah Undian dengan nama dan bentuk apapun.
Hadiah adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh
orang pribadi atau badan yang pemberiannya melalui undian. Objek pengenaan pajak
adalah penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Contohnya, menginap di hotel berbintang. Besarnya PPh yang wajib dipotong atau
dipungut adalah 25% dari jumlah bruto hadiah undian.
Contoh kasus
Pada tanggal 13 September 2019, Bank Rakyat Sejahtera mengadakan undian. Atas undian
tersebut Herman mendapat hadiah satu unit mobil avanza seharga Rp. 180.000.000 dan
wahyuni mendapat sepeda motor jenis Vario seharga Rp. 20.500.000
Berdasarkan data tersebut, anda diminta:
Menghitung pajak yang dipungut BRS atas hadiah mobil avanza dan
Menghitung pajak yang dipungut BRS atas hadiah sepeda motor vario
Jawab
Pajak yang dipungut BRS atas Hadiah mobil avanza
= 25% x Rp. 180.000.000 = Rp. 45.000.000
Pajak yang dipungut BRS atas Hadiah motor Vario
= 25% x Rp. 20.500.000 = Rp. 5.125.000
3. Penghasilan dari transaksi saham dan transaksi derivative
Pajak penghasilan atas transaksi saham diatur dalam peraturan pemerintah republic
Indonesia Nomor 14 Tahun 1997 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek.
Tarif pajak atas transaksi penjualan saham dan transaksi derivative asalah sebagai berikut:
a. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham, baik saham pendiri maupun saham bukan pendiri, di
bursa efek dipungut PPh yang bersifat final sebesar 0,1 % dari jumlah bruto nilai
transaksi penjualan
b. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan PPh sebesar 0,5% dari jumlah bruto
nilai transaksi penjualan, kecuali penjualan saham pendiri oleh perusahaan modal
ventura atas pernyataan modal kepada perusahaan pasangan usahanya.
4. Penghasilan dari transaksi pengalihan ha katas tanah dan bangunan. Berdasarkan PP No.
71 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan
Ha katas Tanah dan Bangunan, penghasilan yang diterima oleh orang pribadi atau badan
dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan wajib dikenakan pajak penghasilan.
a. Pengalihan hak atas tanah dan bangunan meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang telah disepakati dengan pemerintah guna kepentingan
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
2) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang telah disepakati dengan pemerintah guna kepentingan
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
3) Penjualan, tukar menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
atau cara lain yang telah disepakati dengan pemerintah guna kepentingan
pelaksanaan pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan
umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
b. Besarnya tarif pajak penghasilan atas transaksi ini adalah 5% dari jumlah bruto
nilai penghasilan hak atas tanah atau bangunan, kecuali atas pengalihan hak atas
rumah sederhana dan rumah susun sederhana yang dilakukan WP yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah atau bangunan dikenakan PPh
sebesar 1% dari jumlah nilai pengalihan.
5. Penghasilan dari transaksi penyewaan tanah atau bangunan
Berdasarkan PP No. 5 Tahun 2002 tentang pembayaran PPh atas penghasilan dari
penyewaan tanah atau bangunan, penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan dari penyewaan tanah atau bangunan, berupa rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung, perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, dan industry
wajib membayar PPh final, penghasilan yang di terima dari penyewa yang bertindak/
ditunjuk sebagai pemotong pajak wajib dipotong PPh oleh penyewa. Namun, apabila
penyewa bukan sebagai pemotong pajak, PPh yang wajib dibayar sendiri adalah sebesar
10% dari jumlah bruto nilai penyewaan tanah atau bangunan termasuk service charge dan
tagihan listrik atau bangunan, termasuk service charge dan tagihan listrik yang tidak
termasuk PPN serta bersifat final.
a. Jika penyewa bertindak atau ditunjuk sebagai pemotong pajak, PPh tersebut wajib
diporong oleh penyewa
b. Jika penyewa bukan sebagai pemotong pajak, PPh yang terutang tersebut wajib
dibayar sendiri oleh orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan.
c. Pemotong atau pemungut wajib menyetorkan pajak yang telah dipotong ke bank
persepsi atau kantor pos paling lambat 10 bulan berikutnya dan wajib melaporkan
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran.
6. Penghasilan dari Usaha Jasa Kontruksi
a. Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha konstruksi, beberapa istilah dalam
jasa kontruksi, antara lain sebagai berikut:
1) Pekerjaan kontruksi
2) Perencanaan kontruksi
3) Pelaksanaan kontruksi
4) Pengawas kontruksi
5) Penguna jasa
6) Penyedia jasa
7) Nilai kontrak jasa kontruksi
b. Pemotongan dan pembayaran
c. Tarif pajak penghasilan untuk usaha jasa kontruksi
Table 1.1 tarif PPh final untuk usaha jasa kontruksi yang memiliki kualifikasi
usaha.
Bentuk Pekerjaan Kualifikasi Usaha Tarif Sifat
Pelaksanaan Konstruksi Kecil 2% Final
Menengah dan Besar 3% Final
Perencanaan dan Pengawasan Kecil, Menengah dan Besar 4% Final

Tabel 1.2 Tarif PPh final untuk usaha jasa konstruksi yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
Bentuk Pekerjaan Tarif Sifat
Pelaksanaan Kontruksi 4% Final
Perencanaan dan Pengawasan Kontruksi 6% Final

B. MENGHITUNG PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN.


1. Pajak penghasilan berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 013 tentang pajak penghasilan yang
diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, wajib pajak
badan yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto tidak lebih Rp.
4.800.000.000 dalam satu tahun pajak dikenai PPh final dengan tarif sebesar 1% dari
jumlah peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha. Tarif pajak 1% mulai berlaku
1 juli 2013 sampai 31 Juli 018.
2. Pajak penghasilan berdasarkan PP No. 23 Tahun 2018
a. Batas waktu yang diberikan pemerintah bagi WP yang ingin memanfaatkan tarif
PPh Final 0,5% adalah sebagai berikut:
1) 7 tahun pajak untuk WP orang pribadi
2) 4 tahun pajak untuk WP badan berbentuk koperasi, CV, atau firma.
3) 3 tahun pajak bagi WP badan berbentuk Perseroan Terbatas.
b. Tarif PPh final 0,5% bersifat opsional, pemerintah telah memutuskan meringankan
tarif PPh final menjadi 0.5%. ketentuan ini bersifat opsional karena wajib pajak
dapat memilih untuk mengikuti tarif dengan skema final 0,5% atau menggunakan
skema normal yang mengacu pada pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak
penghasilan.
Contoh Soal.
CV. Merapi jaya telah terdaftar sebagai wajib pajak badan pada KPP Pratama Semarang
Barat. Perusahaan ini juga bergerak dalam dialog bidang usaha perdagangan alat tulis
kantor. Data wajib pajak selengkapnya adalah sebagai berikut
1. Kebijakan akuntansi
a. Penyusutan asset tetap berdasarkan ketentuan perpajakan
b. Pencatatan persediaan menggunakan metode FIFO
c. Perhitungan PPh badan untuk bulan januari – juni mengacu pada PP No. 46 Tahun
2011 sedangkan untuk bulan Juli-Desember mengacu pada PP No. 23 Tahun 2018.
2. Berikut adalah peredaran bruto CV. Merapi jaya
Masa Pajak Peredaran Bruto PPh Final 1 % PPh Final 0,5%
Januari Rp. 387.000.000 Rp. 3.870.000
Februari Rp. 379.000.000 Rp. 3.790.000
Maret Rp. 241.000.000 Rp. 2.410.000
April Rp. 346.600.000 Rp. 3.466.000
Mei Rp. 260.000.000 Rp. 2.600.000
Juni Rp. 359.800.000 Rp. 3.598.000
Juli Rp. 440.000.000 Rp. 2.200.000
Agustus Rp. 435.000.000 Rp. 2.175.000
September Rp. 345.000.000 Rp. 1.725.000
Oktober Rp. 360.000.000 Rp. 1.800.000
November Rp. 455.000.000 Rp. 2.275.000
Desember Rp. 420.000.000 Rp. .2.100.000
Jumlah Rp. 4.428.400.000 Rp. 19.734.000 Rp. 12.275.000
Berdasarkan data tersebut, anda diminta:
a. Menghitung jumlah pajak penghasilan CV. Merapi jaya tahun 2018, dan
b. Menghitung jumlah beban pajak yang masih harus dibayar tahun 2018.
Jawab
Pajak yang harus dibayar CV. Merapi jaya adalah sebagai berikut:
a. Jumlah pajak penghasilan CV. Merapi jaya tahun 2018
1) Penghitungan pajak CV. Merapi jaya menggunakan PP No. 46 Tahun
2018 bulan Januari – Juni Rp. 19.734.000
2) Perhitungan pajak CV. Merapi jaya menggunakan PP No. 23 Tahun 2018
bulan Juli – Desember Rp. 12.275.000
Jumlah pajak yang harus dibayar CV. Merapi jaya tahun 2018
Rp. 19.734.000 + Rp. 12.275.000
= Rp. 32.009.000
b. Jumlah beban pajak terutang untuk tahun 2018
Pajak Januari – November 2018 sudah dibayar, sedangkan pajak untuk bulan
desember 2018 belum dibayar karena baru disetorkan pada bulan januari 2019
sehingga jumlah pajak terutang untuk tahun 2018 adalah Rp. 2.100.000.
3. Pajak penghasilan berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008
a. Peredaran bruto kurang dari Rp. 4.800.000.000
Pajak Penghasilan = (50% x 25%) x Penghasilan Kena Pajak.
Contoh kasus
Berdasarkan pembukuan tahun 2018, CV. Bharata Jaya memiliki data sebagai
berikut.
Harga pokok penjualan Rp. 3.645.000.000
Beban operasional Rp. 2.484.000.000
a) Beban gaji bagian pemasaran Rp. 355.500.000
b) Beban gaji bagian adm, dan umum Rp. 130.500.000
c) Beban perjalanan dinas pemimpin Rp. 43.650.000
d) Beban pemeliharaan kendaraan Rp. 44.100.000
e) Bahan bakar kendaraan Rp. 17.550.000
f) Beban asuransi Rp. 10.800.000
g) Beban penyusutan kendaraan Rp. 81.000.000
h) Beban keamanan dan kebersihan Rp. 3.150.000
i) Beban sewa kantor 1 tahun Rp. 40.500.000
j) Beban alat tulis kantor Rp. 19.800.000
k) Bea materi Rp. 495.000
l) Beban lain-lain bagian adm, dan umum Rp. 12.150.000
m) PPh Badan Pasal 25 Rp. 44.550.000
Keterangan selanjutnya tentang laporan keuangan adalah sebagai berikut:
 Persediaan 1 januari 2018 Rp. 1.044.000.000
 Pembelian selama tahun 2018 Rp. 2.682.000.000
 Persediaan 31 Desember 2018 Rp. 1.242.000.000
Berdasarkan data tersebut, anda diminta:
a) Membuat laporan laba/rugi untuk tahun fiscal 2018, dan
b) Menghitung pajak yang harus di bayar perusahaan.
Jawab:
a) Membuat laporan laba/rugi
CV BHARATA JAYA
Laporan Laba/Rugi
Untuk Perioede yang Berakhir pada 31 Desember 2018
Peredaran bruto Rp. 3.645.000.000
Persediaan awal Rp. 1.044.000.000
Pembelian Rp. 2.682.000.000 +
Barang tersedia dijual Rp. 3.726.000.000
Persediaan akhir Rp. 1.242.000.000 -
Harga pokok penjualan Rp. 2.484.000.000 -
Laba bruto usaha Rp. 1.161.000.000
Beban usaha:
Beban bag.pemasaran
Beban gaji bag. Pemasaran Rp. 155.000.000
Beban perjalanan dinas Rp. 43.650.000
Beban pemeliaharaan kendaraan Rp. 44.100.000
Beban bahan bakar Rp. 17.550.000
Beban peny. Kendaraan Rp. 81.000.000 +
Rp. 341.800.000
Beban bag. Adm. Dan umum
Gaji bag. Dan umum Rp. 130.500.000
Beban asuransi Rp. 10.800.000
Beban keamanan Rp. 3.150.000
Beban kebersihan Rp. 2.850.000
Beban sewa kantor Rp. 40.500.000
Beban alat tulis kantor Rp. 19.800.000
Beban bea materai Rp. 495.000
Beban umum lainnya Rp. 12.150.000 +
Rp. 220.245.000 +
Total beban operasional Rp. 562.045.000 -
Laba usaha sebelum pajak Rp. 598.955.000
b) 50% x 25% x Rp. 598.955.000 = Rp. 74. 869.375
Pasal 25 = Rp. 44.550.000
PPh Terutang = Rp. 30.319.400
b. Peredaran bruto lebih dari Rp. 4.800.000.000 sampai dengan Rp. 50.000.000.000,
berdasarkan Pasal 31E UU No. 36 Tahun 2008, WP badan dalam negeri dengan
peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000 mendapat fasilitas berupa
pengurangantarif sebesar 50% dari tafir 25% yang dikenakan atas penghasilan
kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000.
perhitungan pajak penghasilan yang mendapat fasilitas = (50% x 25%) x
penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto. Sementara itu, perhitungan
pajak penghasilan yang tidak mendapat asilitas = 25% x penghasilan kena pajak
dari bagian-bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas.
TUGAS I
PT. Cendana Sakti telah terdaftar sebagai wajib pajak badan pada KPP Pratama semarang Barat,
perusahaan ini dalam bidang usaha perdagangan alat tulis kantor. Data wajib pajak selengkapnya
adalah sebagai berikut:
1. Data Wajib Pajak
Nama Wajib Pajak : PT. Cendana Sakti
NPWP : 02.333.765.7-507.000
Jenis Usaha : Perdagangan alat tulis kantor
Aalamat : Jalan Mataram No. 212, Semarang
Nama Pimpinan : Ivan Teriyanto, S.E
Alamat Rumah : Perum Melati Indah No. 46, Semarang
Klasifikasi Badan : Persekutuan Terbatar (PT)
2. Kebijakan Akuntansi
a. Penyusutan asset tetap berdasarkan ketentuan perpajakan.
b. Pencatatan persediaan menggunakan metode FIFO
c. Penghitungan PPh badan mengacu pada UU No. 36 tahun 2008
Berdasarkan pembukuan tahun 2018, sebagai berikut:
Peredaran bruto Rp. 180.000.000.000
Beban operasional
a. Beban gaji, bonus dan lain-lain Rp. 2.240.000.000
b. Beban Rp. 260.000.000
c. Beban pemeliharaan kendaraan Rp. 184.000.000
d. Beban bahan bakar kendaraan Rp. 180.000.000
e. Beban penyusutan kendaraan Rp. 700.000.000
f. Beban keamanan Rp. 12.000.000
g. Beban kebersihan Rp. 9.000.000
h. Beban sewa kantor Rp. 240.000.000
i. B. perlengkapan kantor Rp. 128.000.000
j. B. bea materai Rp. 3.000.000
k. Angsuran PPh pasal 25 Rp. 240.000.000
l. Beban lain-lain Bag. Pemsaran Rp. 90.000.000
m. Beban lain-lain bag. Adm. Umum Rp. 50.000.000
n. Menyumbang untuk pendidikan Rp. 200.000.000

Keterangan selanjutnya tentang laporan keuangan adalah sebagai berikut:


- Persediaan 1 jan 2018 Rp. 5.960.000.000
- Pembelian selama 2018 Rp. 12.640.000.000
- Persediaan 31 des 2018 Rp. 5.640.000.000
Diminta: Menyusun lap laba/rugi PT. Cendana Sakti tahun fiscal 2018 dan
Menghitung pajak yang harus dibayar PT. Cendana Sakti tahun 2018.
c. Peredaran bruto lebih dari Rp. 50.000.000.000
Menurut pasal 17b, jika peredaran bruto lebih dari Rp. 50.000.000.000 dan bukan
perusahaan. Terbuka perhitungan pajak penghasilan = (50% x 25%) x penghasilan
kena pajak dari bagian peredaran bruto.
C. SURAT SETORAN PAJAK
Surat yang digunakan oleh wp untuk melakukan pembayaran atau penyetetoran pajak yang terutang
ke kas negara melalui kantor pos dan/atau bank badan usaha milik negara atau bank badan usaha
milik daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh menteri keuangan.
1. Jenis surat setoran pajak, pengganti bukti potong/nukti pungut, antara lain pembayaran
PPN impor, PPN bendaharawan, PPh pasal 22 impor, dan PPh Pasal 22 bendaharawan.
a. Surat setoran pajak standar
b. Surat setoran pajak khusus
2. Petunjuk Pengisian Surat Setoran Pajak, adapun unsur pokok:

TUGAS II
Jelaskan langkah – langkah apa saja yang harus dilakukan dalam mengisi surat
setoran pajak.

D. LAMPIRAN SPT PPH BADAN


1. Lampiran khusus 8A
a. Lampiran 8A-1 untuk perusahaan industry menufaktur
b. Lampiran 8A-2 untuk perusahaan dagang
c. Lampiran 8A-3 untuk bank konvensional
d. Lampiran 8A-4 untuk bank syariah
e. Lampiran 8A-5 untuk perusahaan asuransi
f. Lampiran 8A-6 untuk perusahaan non-kualifikasi
g. Lampiran 8A-7 untuk perusahaan dana pension

TUGAS III

Uraikan elemen neraca dan laporan laba rugi setiap poin (a s/d g) diatas !

2. Lampiran khusus 1A
a. Tarif penyusutan asset tetap berwujud, perhitungan penyusutan, masa manfaat, dan
tarif penyusutan asset berwujud ditetapkan sebagaik berikut:
Table 1.17 Tarif penyusutan kelompok asset berwujud bukan bangunan
Kelompok Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun
Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%

Table 1.18 Tarif penyusutan kelompok asset bangunan


Kelompok Bangunan Masa Manfaat Garis Lurus
Permanen 20 Tahun 5%
Non. Permanen 10 Tahun 10%
1) Jenis asset berwujud kelompok 1
2) Jenis asset berwujud kelompok 2
3) Jenis asset berwujud kelompok 3
4) Jenis asset berwujud kelompok 4

TUGAS IV

Uraikanlah jenis asset dan jenis usaha pada poin ( 1 s/d 4)

Contoh kasus:
PT. Maju jaya memiliki mesin yang dibeli tanggal 2 januari 2019 dengan harga perolehan Rp. 150.000.000.
Mesin termasuk asset kelompok I dengan masa manfaat 4 tahun. Berdasarkan data tersebut, anda diminta
menghitung penyusutan mesin jika,
a. Menggunakan metode garis lusur, dan
b. Mengunakan metode saldo menurun
Jawab:
a. Perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Buku
Rp. 150.000.000
2019 25% 25% x Rp. 150.000.000 = Rp. 37.500.000 Rp. 112. 500.000
2020 25% 25% x Rp. 150.000.000 = Rp. 37.500.000 Rp. 75.000.000
2021 25% 25% x Rp. 150.000.000 = Rp. 37.500.000 Rp. 37.500.000
2022 25% 25% x Rp. 150.000.000 = Rp. 37.500.000 0

b. Perhitungan penyusutan dengan metode saldo menurun


Tahun Tarif Penyusutan Nilai Buku
Rp. 150.000.000
2019 50% 50% x Rp. 150.000.000 = Rp. 75.000.000 Rp. 75.000.000
2020 50% 50% x Rp. 75.000.000 = Rp. 37.500.000 Rp. 37.500.000
2021 50% 50% x Rp. 37.500.000 = Rp. 18.750.000 Rp. 18.750.000
2022 50% 50% x Rp. 18.750.000 = Rp. 9.375.000 Rp. 9.375.000

TUGAS V
PT. Sinar Terang (WP badan) membeli kendaraan pada tanggal 2 maret 2019 dengan harga perolehan
Rp. 200.000.000. menurut perpajakan, kendaraan tersebut termasuk asset berwujud keompok II umur
ekonomis 8 tahun.
Diminta:
a. Menggunakan metode garis lurus
b. Menggunakan metode saldo menurun

b. Amortisasi asset tetap tidak berwujud


Penurunan nilai secara bertahap pada asset tidak berwujud. Asset tidak berwujud
yang dapat di amortisasi sebgai berikut. Pengeluaran untuk memperoleh asset tidak
berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Metode amortisasinya adalah sebagai berikut.
1) Pengeluaran untuk mempoeroleh hak dan pengeluaran lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang penambangan
minyak dan gas buki. Amortisasi garis lurus dilakukan menggunakan
metode satuan, yaitu sebagai berikut.
Produksi tahun ini x 100%
Amortisasi = Taksiran deposit minyak mentah yang dapat
Ditambang
2) Pengeluaran untuk memperoleh hak dan penambangan selain migas.
Perhitungan amortisasinya sebagai berikut:
HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH)
= produksi tahun ini x 100%
Taksiran produksi dalam konsesi HPH
HAK PENAMBANGAN SELAIN MINYAK DAN GAS BUMI
= produksi tahun ini x 100%
Taksiran deposit mineral yang dapat di tambang

Anda mungkin juga menyukai