Anda di halaman 1dari 20

PEMILIHAN SUMBER

PEMBIAYAAN

PERENCANAAN PERPAJAKAN
DAMPAK DARI MENAHAN LABA
(PENDANAAN INTERNAL)

 Alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa


investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah
daripada yang tinggi:
 Pertumbuhan laba dianggap menghasilkan kenaikan harga saham dan
keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen
yang pajaknya tinggi.
 Pajak atas keuntungan yang tidak dibayarkan sampai saham terjual,
Karena adanya efek nilai waktu, dimana satu dolar yang dibayarkan di
masa datang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu
dolar yang dibayarkan hari ini.
DAMPAK DARI MENAHAN LABA
(PENDANAAN INTERNAL)

• Karena adanya keuntungan – keuntungan pajak itulah, para


investor lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba
perusahaan.

• Maka para  investor akan mau membayar lebih tinggi untuk


perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada
perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
TARIF PAJAK CAPITAL GAINS

• Berdasarkan PP No 14 tahun 1997, capital gain dikenakan


pula pajak penghasilan atas saham sebesar 0.1% dari
jumlah bruto nilai transaksi penjualan. 
• Sedangkan untuk penjualan properti dalam bentuk
tanah dan/atau bangunan akan dikenakan pajak bersifat
final sebesar 10% berdasarkan
UU Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2.
DAMPAK DARI PENDANAAN MELALUI MODAL
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

Penerbitan saham  mengisyaratkan adanya pengembalian yang


diharapkan oleh pemodal.

Terkait dengan unsur pajak dalam dividen, kebijakan


atas  pembayaran dividen yang tinggi akan memindahkan harga
saham karena dividen dikenakan pajak yang tinggi daripada
keuntungan modal (Brennan 1970 dalam Fama dan French 1997).
D A M PA K D A R I P E N D A N A A N M E L A L U I M O D A L
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

 Bagi perusahaan  yang membagikan dividen, apapun bentuknya


(dividen tunai dan dividen saham), bukan merupakan pengurang
beban pajak perusahaan.

 Pengembalian yang diharapkan investor tidak hanya berupa


dividen saja melainkan juga keuntungan modal. Pajak atas
keuntungan modal dapat ditunda hingga penjualan saham yang
sesungguhnya (ketika direalisasi).
4. FORMULA PERHITUNGAN
PAJAK PENGHASILAN
5 . BIAYA YA N G T I D A K BO LEH
D IK U R A N G K A N ( N O N D ED U C TI B LE
EX PE N S ES)
a) Pembagian laba seperti dividen
b) Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham
c) Pembentukan dana cadangan
d) Premi asuransi
e) Imbalan sehubungan pekerjaan dalam bentuk natura
f) Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
g) Harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan
h) Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi
i) Gaji anggota persekutuan,firma
j) Sanksi administrasi serta sanksi pidana berkenaan UU perpajakan
k) Pengerluaran yang masa manfaat lebih dari 1 tahun
l) Biaya untuk menagih penghasilan yang pajaknya bersifat final
m) pajak penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan
n) Kerugian dari harta yang tidak digunakan dalam usaha untuk menagih penghasilan yang
merupakan objek pajak
D A M PA K D A R I P E N D A N A A N M E L A L U I M O D A L
(EQUITY FINANCING) DAN DISTRIBUSI LABA
(DISTRIBUTING DIVIDEND)

• Selain itu, dengan menjual saham  untuk merealisir keuntungan


modal, pemodal membayar biaya transaksi tertentu dan
(seharusnya) membayar pajak.

• Tetapi dengan menerima dividen (tidak perlu membayar biaya


transaksi), pemodal justru hanya membayar pajak. Hal ini dapat
menyebabkan pajak atas keuntungan modal lebih kecil dari
dividen (Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
CONTOH TRANSAKSI

• PT AAA membeli properti di 2015 dengan harga perolehan Rp500.000.000 dan


mempertahankan aset tersebut hingga 2021.
• Saat menjualnya, harga properti tersebut mencapai Rp800.000.000 dalam
jangka waktu enam tahun.
• Terkait dengan penjualan properti tersebut, PT AAA harus mengeluarkan
biaya agen, biaya notaris, dan lain-lain sebesar Rp50.000.000.
• Maka, capital gain (keuntungan modal) di tahun 2015 atas penjualan properti
yang dimiliki PT AAA tersebut di atas dapat dihitung sebagai berikut:
• Keuntungan Modal = Harga Penjualan – Harga Perolehan – Biaya Penjualan
• = Rp800.000.000 – Rp500.000.000 – Rp50.000.000
• = Rp250.000.000 x. Tarif Pajak
D A M PA K D A R I P E N D A N A A N M E L A L U I
U TA N G ( D E B T F I N A N C I N G ) T E R U TA M A
O L E H P E M E G A N G S A H A M N YA

• Keputusan pendanaan menjadi relevan melalui utang dalam


keadaan ada pajak.

• Hal ini dikarenakan bunga yang dibayar oleh perusahaan


merupakan pengurang pajak penghasilan (tax deductibility of
interest payment).
4. BIAYA-BIAYA YANG BOLEH
DIKURANGKAN (DEDUCTIBLE
EXPENSES)
• Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya, termasuk:
a) Biaya yang secara langsung atau tidak berkaitan dengan kegiatan usaha
b) Penyusutan atas pengeluaran untuk harta berwujud
c) Iuran kepada dana pensiun
d) Kerugian karena penjualan
e) Keruian selisih kurs mata uang asing
f) Penelitian dan pengembangan perusahaan
g) Biaya beasiswa,magang dan pelatihan
h) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
i) Sumbangan penanggulangan bencana
j) Sumbangan penelitian dan pengembangan
k) Pembangunan infrastruktur sosial
D A M PA K D A R I P E N D A N A A N M E L A L U I
U TA N G ( D E B T F I N A N C I N G ) T E R U TA M A
O L E H P E M E G A N G S A H A M N YA

• Sedangkan, pembayaran bunga utang merupakan biaya pengurang


pajak perusahaan yang berutang.

• Berbeda dengan dividen yang merupakan non deductible expense,


akibatnya jumlah total dana yang tersedia untuk membayar para
pemilik utang dan pemegang saham akan lebih besar jika utang
digunakan, sehingga bunga utang juga disebut perlindungan pajak.
D A M PA K D A R I P E N D A N A A N M E L A L U I U TA N G
( D E B T F I N A N C I N G ) T E R U TA M A O L E H P E M E G A N G
S A H A M N YA

 Semakin besar jumlah utang semakin besar pula keuntungan


perlindungan pajak dan semakin besar nilai perusahaan, jika semua
hal lain dianggap tetap.

 Namun, jika penghasilan kena pajak jumlahnya kecil atau negatif,


keuntungan perlindungan pajak dari utang akan berkurang atau
bahkan tidak ada. Selain itu, jika perusahaan bangkrut dan
dilikuidasi, penghematan pajak di masa depan yang berhubungan
dengan utang akan hilang. Hal ini membuat keuntungan
perlindungan pajak atas utang, menjadi tidak pasti. 
LEASING (SEWAGUNA
USAHA)

 Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor


(pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna barang modal),
dimana lessor memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan
barang modal selama jangka waktu tertentu dengan suatu imbalan
berkala dari lessee yang besarnya tergantung dari perjanjian antara
lessor dan lessee. 
LEASING (SEWAGUNA
USAHA)

 Pihak-Pihak yang terkait dengan kegiatan Leasing :


1. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang
menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari Perusahaan
Pembiayaan (Lessor).
2. Lessor adalah perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing) yang membiayai
keinginan para nasabahnya untuk memperoleh barang-barang Modal
3. Supplier adalah perusahaan (pedagang) yang menyediakan barang-barang
Modal yang akan di-leasing-kan (disewa guna usahakan) antara Lessor
dengan Lessee.
4. Asuransi adalah merupakan perusahaan asuransi yang akan menanggung
resiko terhadap perjanjian antara lessor dengan lesse.
LEASING (SEWAGUNA
USAHA)

 Kegiatan Usaha Leasing :


1. Kegiatan Sewa Guna Usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang
modal bagi Penyewa Guna Usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi
untuk membeli barang tersebut (Finance Lessee atau Operating Lessee).
2. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli
barang Penyewa Guna Usaha yang kemudian di sewa guna usahakan
kembali.
3. Sepanjang perjanjian Sewa Guna Usaha masih berlaku, hak milik atas
barang modal objek transaksi Sewa Guna Usaha berada pada
Perusahaan Leasing.
LEASING (SEWAGUNA
USAHA)

• Leasing dengan menggunakan hak opsi (finance Lease) ini merupakan hak
lease untuk membeli sejumlah barang modal atau memperpanjang jangka
waktu perjanjian Leasing. Dalam perlakuan lessee dalam PPh diatur dalam
pasal 16 KMK-1169/KMK.01/1991 mengenai selama masa sewa lessee tidak
diperbolehkan untuk melakukan penyusutan barang modal yang sampai lessee
menggunakan hak opsi untuk membeli, kemudian saat lessee menggunakan
hak opsi untuk membeli barang modal tersebut lessee melakukan penyusutan
berdasarkan nilai sisa barang yang bersangkutan. Dalam pembayaran sewa
yang dibayar oleh pembebanan atas tanah dikecualikan, karena merupakan
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee sepanjang
transaksi sewa tersebut memenuhi ketentuan untuk digolongkan sebagai
leasing dengan hak opsi serta tidak adanya potongan PPh 23nya. 
• Sedangkan perlakuan lessee dalam PPN dikecualikan dari pengenaan PPN
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 KMK-1169/KMK.01/1991, 
LEASING (SEWAGUNA
USAHA)

• Sedangkan Leasing dengan tidak menggunakan hak opsi (Operating


Lease) merupakan perjanjian dimana lessee tidak diberikan hak
untuk memberi barang modal tersebut. 
• Dalam perlakuan lessee dalam PPh diatur dalam pasal Pasal 17 Ayat
2 KMK-1169/KMK.01/1991 mengenai pembayaran sewa yang akan
dibayar oleh lessee merupakan biaya yang bisa dikurangkan dari
penghasilan bruto dimana dalam prosesnya lessee wajib memotong
PPh 23 atas pembayaran sewanya. 
• Sedangkan perlakuan lessee dalam PPN diatur dalam Pasal 18 KMK-
1169/KMK.01/1991 yang menyatakan bahwa Atas penyerahan jasa
dalam transaksi sewa tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Anda mungkin juga menyukai