Anda di halaman 1dari 7

Nama: Divara Lailatul Zulfa

NIM: 042011333003
Kelas: Perencanaan Pajak (L)
Tugas Week 11
1. Jelaskan minimal 2 persamaan dan perbedaan Leasing tanpa hak opsi dan Leasing
dengan hak opsi!
Jawab:
a. Persamaan leasing tanpa hak opsi dan leasing dengan hak opsi
● Kedua jenis leasing memberikan hak kepada lessee untuk menggunakan
barang atau jasa yang disediakan oleh lessor dengan membayar uang sewa
dalam jangka waktu yang telah disepakati. Baik pada leasing tanpa hak opsi
maupun leasing dengan hak opsi, Lessee harus membayar biaya sewa guna
usaha selama jangka waktu sewa yang telah disepakati dengan lessor.
● Biaya sewa guna usaha yang dibayar oleh Lessee dapat dianggap sebagai
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, sehingga dapat
mengurangi beban pajak yang harus dibayar oleh Lessee.
b. Perbedaan leasing tanpa hak opsi dan leasing dengan hak opsi
● Pada leasing tanpa hak opsi semua pembayaran yang diperoleh lessor adalah
objek pajak penghasilan, berbeda leasing dengan hak opsi yang sebagian dari
pembayaran berupa imbalan jasa sewa guna usaha bisa dikenakan pajak
penghasilan.
● Lessor tidak diperbolehkan untuk menyusutkan atas barang modal dalam
leasing tanpa hak opsi, sedangkan dalam leasing dengan hak opsi lessor bisa
membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa guna
usahakan.

2. Mengapa dalam transaksi Leasing diperlukan Lease Agreement ? Apa fungsinya dan
informasi apa saja yang harus tertuang di dalamnya ?
Jawab:
Lease agreement diperlukan dalam transaksi leasing untuk memberikan kepastian
hukum bagi kedua belah pihak, yaitu lessor dan lessee. Fungsi dari perjanjian sewa
guna usaha (lease agreement) adalah untuk menjelaskan hak dan kewajiban
masing-masing pihak, menentukan jenis barang atau jasa yang akan disewakan,
menetapkan harga sewa dan jangka waktu sewa, serta menjelaskan konsekuensi yang
akan terjadi apabila terjadi pelanggaran kesepakatan oleh salah satu pihak. Informasi
yang harus tertuang dalam perjanjian sewa guna menurut pasal 9 ayat (2) KMK No,
1169/KMK.01/1991 tentang kegiatan sewa guna usaha (leasing) meliputi:
● Jenis transaksi sewa-guna-usaha.
● Nama dan alamat masing-masing pihak.
● Nama, jenis, type dan lokasi penggunaan barang modal.
● Harga perolehan, nilai pembiayaan, pembayaran sewa-guna-usaha, angsuran
pokok pembiayaan, imbalan jasa sewa-guna-usaha, nilai sisa, simpanan
jaminan, dan ketentuan asuransi atas barang modal yang
disewa-guna-usahakan.
● Masa sewa-guna-usaha.
● Ketentuan mengenai pengakhiran transaksi sewa-guna-usaha yang dipercepat,
dan penetapan kerugian yang harus ditanggung lessee dalam hal barang modal
yang disewa-guna-usaha dengan hak opsi hilang, rusak atau tidak berfungsi
karena sebab apapun.
● Opsi bagi penyewa-guna-usaha dalam hal transaksi sewa-guna-usaha dengan
hak opsi.
● Tanggung jawab para pihak atas barang modal yang disewa-guna-usaha.

3. Bagaimanakah saudara melakukan perencanaan pajak terhadap transaksi leasing


dengan hak opsi ? Berilah contohnya ! Bandingkan dengan ketentuan yang ada di
PSAK 73 ?
Jawab:
Dalam transaksi leasing dengan opsi pembelian, wajib pajak memiliki pilihan untuk
membeli atau tidak membeli barang modal pada akhir masa sewa. Oleh karena itu,
wajib pajak dapat melakukan perencanaan pajak dengan mempertimbangkan nilai
opsi dan memilih opsi yang paling menguntungkan dari segi perpajakan. Sebagai
contoh, wajib pajak dapat memilih opsi pembelian ketika nilai opsi lebih rendah dari
nilai pasar barang modal pada akhir masa sewa, sehingga selisih nilai tersebut dapat
digunakan untuk mengurangi beban pajak penghasilan. Perbedaan utama antara
PSAK 73 dan transaksi leasing dengan opsi pembelian terletak pada pencatatan
pendapatan dan beban. Menurut PSAK 73, wajib pajak harus mencatat pendapatan
dan beban sewa selama masa sewa, sedangkan untuk leasing dengan opsi pembelian,
wajib pajak tidak mencatat pendapatan dan beban sampai akhir masa sewa atau
transaksi selesai. Hal ini karena wajib pajak tidak memiliki kewajiban untuk membeli
peralatan pada akhir masa sewa, sehingga tidak diakui sebagai aset dan liabilitas
dalam laporan keuangan.

4. Mengapa WP perlu melakukan perencanaan pajak pada transaksi leasing atas barang
modalnya? Jelaskan dengan singkat !
Jawab:
Wajib Pajak perlu melakukan perencanaan pajak pada transaksi leasing atas barang
modalnya agar dapat memanfaatkan fasilitas perpajakan yang tersedia secara
maksimal dan meminimalkan risiko sengketa perpajakan dengan otoritas pajak.
Dengan melakukan perencanaan pajak yang tepat, Wajib Pajak dapat memaksimalkan
pengurangan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai yang dapat diperoleh dari
transaksi leasing, serta menghindari potensi sengketa perpajakan yang dapat
menimbulkan kerugian keuangan dan reputasi bagi Wajib Pajak. Selain itu,
perencanaan pajak yang baik juga dapat membantu Wajib Pajak dalam membuat
keputusan bisnis yang lebih tepat terkait dengan transaksi leasing atas barang
modalnya.

5. Menurut saudara sebagai seorang Tax Planner yang akan memberikan saran ke WP
kliennya, menguntungkan mana dari sisi perpajakan dan beri argument saudara !
a. Leasing tanpa hak opsi atau Leasing dengan hak opsi?
Jawab:
Leasing dengan hak opsi lebih menguntungkan sebagai alternatif penghematan
pajak apabila wajib pajak berencana untuk mempertahankan aset setelah kontrak
berakhir dikarenakan dengan hak opsi memberikan fleksibilitas yang lebih besar
bagi wajib pajak dalam mengelola pajaknya. Dalam leasing tanpa hak opsi, wajib
pajak biasanya harus membayar pajak atas seluruh nilai barang yang disewa pada
saat pembayaran sewa dilakukan. Hal ini berbeda dengan leasing dengan hak
opsi, di mana pajak yang dibayar tergantung pada opsi yang diambil oleh wajib
pajak pada akhir masa sewa. Jika pada akhir masa sewa wajib pajak memilih
untuk membeli barang tersebut, maka pajak yang harus dibayar akan berdasarkan
selisih antara harga pembelian dengan harga sewa selama masa sewa. Namun
pada akhir masa sewa, wajib pajak memilih untuk tidak membeli barang tersebut
atau tidak mempertahankan aset setelah kontrak berakhir maka leasing tanpa hak
opsi lebih menguntungkan, maka pajak yang harus dibayar akan berdasarkan
pembayaran sewa yang telah dilakukan selama masa sewa.
b. Membeli barang modal secara tunai, membeli secara kredit, melalui leasing,
melalui pertukaran atau membangun sendiri ?
Jawab:
Untuk perencanaan pajak, pilihan membeli barang modal secara tunai, membeli
secara kredit, melalui leasing, atau membangun sendiri mempunyai keuntungan
yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan. Untuk pembelian
tunai wajib secara tunai tidak menimbulkan beban bunga dan juga biaya
administrasi, sehingga pembelian secara tunai dapat memberikan manfaat pajak
dalam bentuk pengurangan pajak PPh atas pendapatan bunga yang diperoleh dari
investasi kas yang tidak digunakan untuk pembelian. Pembelian secara kredit
dapat memberikan keuntungan dalam memberikan manfaat pajak dalam bentuk
pengurangan PPh atas bunga yang dibayar sebagai beban bunga kredit, namun
pajak bunga yang dapat dikurangkan dalam setahun terbatas hanya sebesar 30%
dari laba kena pajak sebelum pengurangan bunga dan depresiasi. Melalui leasing
memiliki keuntungan dalam bentuk pengurangan PPh atas pembayaran sewa
leasing, namun terdapat persyaratan dan juga biaya leasing yang dikenakan oleh
pihak leasing. Pertukaran barang modal yang telah dimiliki dengan barang modal
yang baru dapat memberikan manfaat pajak dalam bentuk pengurangan PPh atas
selisih nilai buku barang modal yang ditukar. Namun, perusahaan perlu
memperhatikan persyaratan dan biaya yang dikenakan pada pertukaran barang
modal. Membangun sendiri memberikan manfaat pajak dalam bentuk
pengurangan PPh atas biaya pembangunan, namun terdapat biaya dan risiko yang
terkait dengan membangun sendiri. Sehingga, sebelum wajib pajak melakukan
alternatif pembelian maka diperlukan untuk melakukan perhitungan dampak atau
pengaruh biaya yang dikurangkan untuk masing-masing pilihan transaksi aset
terhadap pajak yang dapat dihemat oleh wajib pajak.
c. Capital Lease atau Operating Lease (bagi Lessee) ?
Jawab:
Capital lease cenderung lebih menguntungkan bagi lessee dalam perencanaan
pajak karena lessee dianggap memiliki kepemilikan ekonomi atas aset tersebut,
sebagai pemilik ekonomi maka lessee dapat memperoleh manfaat pajak atas
depresiasi aset tersebut selama masa sewa. Depresiasi dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto untuk mengurangi beban pajak dan meningkatkan penghasilan
neto. Selain itu, lessee dapat memanfaatkan PPN yang dibayar sebagai kredit
pajak masukan untuk mengurangi jumlah PPN yang harus dibayar pada saat
penghitungan PPN keluaran sehingga capital lease dirasa lebih menguntungkan
bagi lessee.

6. Carilah artikel jurnal tentang aspek perencanaan pajak atas leasing (tanpa hak opsi
atau dengan hak opsi) berikut sumber referensinya ! Harap dilampirkan abstraknya
saja!
Jawab:

Analisis Penerapan Perencanaan Pajak (Tax Planning) Sebagai


Judul Upaya Penghematan Pajak Penghasilan Pada PT. PELINDO
SBU PELAYANAN KAPAL

Nama Jurnal Center of Economic Student Journal

Volume Vol. 5

Halaman Hlm. 139-147

Tahun 2022

Penulis Firda Nabillah Latief, Andi Nurwanah dan Muh. Arif

https://jurnal.fe.umi.ac.id/index.php/CSEJ/article/download/38
Sumber
7/262

Abstrak

Critical Review:

Analisis besaran nilai penghematan pajak penghasilan PT Pelindo SBU Pelayanan


Kapal, Besaran dari penghematan pajak penghasilan pada wajib pajak badan yang
dilakukan oleh PT. Pelindo SBU Pelayanan Kapal cukup signifikan. Dari data yang
diperoleh, dapat dilihat dari laporan keuangan komersial beban bahan makanan adalah
sebesar Rp. 628,055,000 yang dikoreksi sebagai beban pajak. Sehingga jumlah beban
pajak sebesar Rp. 111,939,295,218. Akan tetapi, jika beban bahan makanan dijadikan
sebagai natura, jumlah beban pajak menjadi Rp. 111,311,240,218. Perencanaan pajak
tersebut cukup signifikan dalam meminimalkan beban pajak karena dapat mengurangi
beban pajak. Penghematan pajak yang bisa dilakukan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi. Karena masa leasing (leasing term) lebih pendek dari masa penyusutan fiskal
atau umur ekonomis, masa leasing untuk aset tetap bisa 2 sampai 4 tahun. Sedangkan
masa penyusutan fiskal ada di kelompok II (8 tahun). Dengan demikian, sesuai
ketentuan fiskal, maka perlakuan perpajakan dari angsuran leasing dapat dibukukan
setiap bulan sebagai beban yang dibiayakan (deductible) dalam laporan rugi laba fiskal,
sehingga akan mengurangi keuntungan perusahaan dan secara otomatis beban pajak
juga akan menjadi rendah di tahun masa leasing. Artinya, dari sudut pandang
pengusaha semakin cepat masa pengembalian modal (payback period) pembelian
tersebut, maka akan semakin menguntungkan atau semakin efisien cara pembelanjaan
perusahaan. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap Kegiatan Perusahaan, Perencanaan
pajak mempunyai pengaruh terhadap besarnya beban pajak penghasilan terutang
perusahaan. Dengan melaksanakan perencanaan pajak yang baik, perusahaan dapat
menekan dan mengefisienkan penghasilan kena pajaknya yang kemudian berdampak
pada penghematan atau mengefisienkan beban pajak perusahaan.Setelah diterapkan Tax
Planning, beban pajak PT. Pelabuhan Indonesia Sbu Pelayanan Kapal mengalami
penghematan sebesar 1% yang diperoleh dari beban bahan makanan yang dijadikan
sebagai natura.

Berdasarkan hasil wawancara dan pembahasan atas pelaksanaan perencanaan pajak


pada perusahaan yang telah diteliti dan didukung oleh data yang diperoleh, maka
penulis disimpulkan:
1. Dalam menerapkan tax planning, perusahaan memiliki beberapa kebijakan
kebijakan akuntansi yang dijadikan sebagai acuan. Selain itu, perusahaan juga
melakukan beberapa langkah langkah seperti, memaksimalkan biaya fiskal dan
meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang, meliputi:
a. Tunjangan makan/minum, dan
b. Penghematan pajak yang bisa dilakukan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi.
2. Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan PT. PELINDO SBU PELAYANAN
KAPAL dapat dikatakan berhasil karena dari segi perpajakan terjadi penghematan
pajak (tax saving) sebesar Rp. 628,055,000 atau 1%.
3. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap penerapan tax planning yang
diterapkan oleh perusahaan dengan undang undang perpajakan yang berlaku,
ternyata perusahaan tidak melakukan pelanggaran dan masih mengikuti semua
peraturan yang berlaku.
4. Perpajakan terjadi penghematan pajak (tax saving) sebesar Rp. 628,055,000 atau
1%.

Anda mungkin juga menyukai