Anda di halaman 1dari 3

Nama : Arief Rachman Prabaswara

Nim : 190221100218
Perencanaan pajak transaksi sewa guna usaha

Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal)
dengan lessee (pengguna barang modal). Sewa guna usaha dibedakan menjadi
sewa guna usaha dengan hak opsi dan sewa guna usaha tanpa hak opsi.

Ditinjau dari teknis pelaksanaannya transaksi sewa guna usaha dapat dilakukan
secara langsung (direct lease) maupun dengan cara penjualan dan penyewaan
kembali (sale and lease back).

PERLAKUAN PERPAJAKAN UNTUK TRANSAKSI SEWA GUNA USAHA

1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal harus dapat menutup harga
perolehan barang modal dan keuntungan lessor.
2. Masa sewa guna usaha ditentukan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk
barang modal golongan 1, 3 (tiga) tahun untuk barang modal golongan II
dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk golongan bangunan.
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
4. Dalam Pasal 16 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991
mengatur mengenai ketentuan perpajakan bagi lessee yang melakukan
transaksi finance lessee yakni :

• Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang


disewagunausahakan sampai saat lessee membeli barang tersebut.
• Setelah lessee menggunakan hak opsinya membeli barang modal yang
disewagunausahakan maka lessee boleh melakukan penyusutan dengan
dasar yaitu harga opsi barang modal yang bersangkutan.
• Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang
oleh lessee, kecuali pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto
• Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dar i masa yang ditentukan,
Dirjen Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya sewa guna usaha
tersebut dan memperlakukannya sebagai operating lease. Perubahan
ini tidak dilakukan apabila terjadi karena force majeur, gagal
bayar (default), maupun pertimbangan ekonomi tanpa motif menghindari
pajak dan tidak ada hubungan istimewa antara lessor dan lessee.
• Lesee tidak memotong pajak penghasilan pasal 23 atas pembayaran sewa
guna usaha.

AKUNTANSI UNTUK SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI

1. Pembayaran jaminan dibukukan sebagai piutang kepada lessor.


2. Nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha dan nilai sisa
dibukukan sebagai aset tetap dan kewajiban sewa guna usaha.
3. Tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai tunai adalah
tingkat bunga yang dibebankan oleh lessor atau tingkat bunga yang berlaku
pada awal sewa guna usaha.
4. Pembayaran sewa guna usaha yang dilakukan selama jangka waktu kontrak
dialokasikan dan dibukukan sebagai angsuran pokok dan beban bunga.
5. Asset tetap sewa guna usaha yang dikap italisasi selanjutnya diamortisasi
selama taksiran umur ekonomisnya dengan menggunakan metode yang sama
untuk aset sejenisnya.
6. Pada akhir tahun harus dilakukan penyesuaian terhadap bunga akrual,
amortisasi sewa guna usaha akhir tahun, dan amortisasi keuntu ngan modal
dan kerugian modal.
7. Dalam laporan keuangan disajikan sebagai bagian dari kewajiban dan
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang sesuai dengan praktik yang lazim untuk usaha lessee.
8. Apabila dilakukan transaksi jual dan sewa kembali, maka selisih harga jual
dengan nilai buka aset dibukukan sebgai “keuntungan atau kerugian yang
ditangguhkan” yang harus diamortisasi secara proposional.

PERENCANAAN PAJAK UNTUK SEWA GUNA USAHA


1. Membeli secara Langsung atau Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

• Apabila membeli secara langsung maka jumlah yang dapat dibiayakan


dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak adalah beban penyusutan.
• Besarnya beban penyusutan antara lain ditentukan oleh metode penyusutan
dan umur ekonomis yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan.
• Apabila membeli secara sewa guna usaha, maka semua biaya yang
dikeluarkan untuk membayar sewa guna usaha tersebut dapat dibiayakan
pada tahun yang bersangkutan.
• Masa sewa guna usaha bisa lebih pendek dar i umur ekonomis sehingga
perusahaan dapat membiayakan perolehan aset tetap lebih cepat
dibandingkan apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang
dipercepat).

2. Penjualan dan Penyewaan Kembali

Hal yang perlu diperhatikan adalah jika gedung dimiliki seca ra langsung, maka
biaya yang boleh dikurangkan hanya beban penyusutan atas gedung yang harus
dilakukan dalam jangka waktu 20 tahun. Apabila diperoleh melalui sewa guna
usaha dengan hak opsi maka semua biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran
sewa baik atas tanah maupun bangunan dapat dibiayakan.

3. Pengadaan Mesin Baru

Jika perusahaan melakukan pembelian mesin secara langsung, maka yang dapat
diakui sebagai biaya adalah beban penyusutan. Untuk mnghitung besarnya beban
penyusutan, metode yang dapat digunakan adalah metode garis lurus dan metode
saldo menurun.
4. Perbandingan antara Sewa Guna Usaha dengan Pembelian Langsung
Besarnya perbandingan penghematan pajak antara sewa guna usaha dengan
pembelian langsung secara tunai dilakukan dengan cara membandingkan j umlah
biaya yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak.
Untuk sewa guna usaha, biaya yang dapat dikurangkan adalah seluruh biaya sewa
dan beban penyusutan sebesar nilai opsi. Sedangkan untuk pembelian langsung
adalah sebesar beban penyusutannya saja.

5. Tanah dan bangunan yang sudah dimiliki, sebaiknya direvaluasi, tidak


direvaluasi, atau dijual dan disewakan kembali

Anda mungkin juga menyukai